Anda di halaman 1dari 15

REKAYASA IDE

Kesiapan Mahasiwa Lulusan Akuntansi Universitas Negeri


Medan dalam menghadapi IFRS

MATA KULIAH
AKUNTANSI KEUANGAN 3

Disusun Oleh:

RISMA D.Y SAMOSIR 7162220020

Kelas C AKUNTANSI 2016

JURUSAN: AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Khadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
Rekayasa Ide ini bias selesai. Adapu yang menjadi topik dalam makalah rekayasa ide ini adalah
tentang “Kesiapan Mahasiswa Lulusan Akuntansi UNIMED dalam menghadapi IFRS”.

Penulis juga berterimakasih kepada dosen yang sudah memberikan sistematika penulisan makalah
dan hal apa saja yang menjadi isi makalah.

Terimakasih juga kepada pihak lain yng secara tidak langsung telah membantu penyelesaian makalha
ini. Adapun mereka yaitu pemilik jurnal yang sudah membantu penulis untuk mengisi makalah.

Terlepas dari selesainya makalah ini, penulis tidak terlepas dari berbagai kesalahan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik yang membangun dari para pembaca, sehingga makalah ini akan lebih baik di
penulisan selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2018

Penulis

Risma D.Y Samosir

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................................................1
1.1LATAR BELAKANG ......................................................................................................................................1
1.2TUJUAN ANALISIS ......................................................................................................................................2
1.3MANFAAT MAKALAH.................................................................................................................................2
1.4IDENTIFIKASI MASALAH.............................................................................................................................2
1.5PENYELESAIAN MASALAH .........................................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI ...........................................................................................................................................3
2.1 PERSIAPAN AKUNTAN MENGHADAPI IFRS ..............................................................................................3
2.2PIHAK PENDUKUNG LULUSAN AKUNTANSI DALAM MENGHADAPI IFRS ..................................................6
2.3TANTANGAN DALAM IMPLEMENTASI IFRS ...............................................................................................8
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................................................11
3.1KESIMPULAN ...........................................................................................................................................11
3.2SARAN......................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................................12

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan intemasional, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) telah mencanangkan dilaksanakannya program konvergensi International Financial
Reporting Standards (IFRS) yang diberlakukan secara penuh pada 1 Januari 2012. Hal ini diputuskan
setelah melakukan pengkajian dan penelaahan yang mendalam dengan mempertimbangkan seluruh
risiko dan manfaat konvergensi terhadap IFRS. Dengan adanya standar global tersebut,
memungkinkan perbandingan dan pertukaran informasi secara universal. Untuk dapat segera
mengaplikasikan IFRS di Indonesia, berbagai usaha sosialisasi telah dilakukan termasuk oleh IAI
seperti program sertifikasi PSAK (CPSAK), sertifikasi pengajar IFRS, training IFRS, pertemuan
forum dosen akuntansi keuangan, dan upaya lainnya. Pendidikan akuntansi, di semua level, tidak
luput menjadi sasaran utama program penyuksesan konvergensi IFRS. Oleh karena itu, banyak
universitas yang mengubah kurikulumnya dengan memasukkan kandungan IFRS dan melatih
dosennya agar siap memberikan perkuliahan konvergensi IFRS bahkan mengganti buku teks dengan
edisi IFRS. Karena bagaimanapun juga konvergensi IFRS merubah dengan sangat signifikan proses
pembelajaran akuntansi di Indonesia. Proses pembelajaran akuntansi harus disesuaikan dengan tujuan
utama agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang IFRS (Istiningrum, 2012).
Sejalan dengan hal tersebut, dosen dan program studi akuntansi adalah pihak yang paling berperan
dalam menyiapkan tenaga professional akuntansi yang memahami konvergensi IFRS. Berbagai
upaya juga telah dilakukan oleh program studi akuntansi untuk mempersiapkan diri baik dengan
kurikulum maupun dosen yang akan melaksanakan kurikulum dalam proses pembelajaran. Namun
menurut hasil penelitian Widiastuti (2011), kesiapan dosen akuntansi untuk mengintegrasikan materi
IFRS dalam perkuliahan masih relatif rendah, demikian pula dengan dukungan program studi untuk
memfasilitasi dosen mengajarkan IFRS juga masih relatif rendah. Dengan melihat situasi yang seperti
ini, akan sangat menarik untuk melakukan penelitian tentang analisis kesiapan dan pelaksanaan
perkuliahan akuntansi berbasis konvergensi IFRS.

Pihak universitas juga berperan penting dalam penerapan pembelajaran berbasis IFRS guna
mempersiapkan lulusan yang mampu menghadapi dan bersaing di era IFRS. Salah satu universitas
yang menjadi sorotan penulis kali ini adalah Universitas Negeri Medan (UNIMED). Pemahaman
dosen sebagai pengajar dan kemauan mahasiswa sebagai pelajar berbanding lurus terhadap
terciptanya lulusan yang siap guna dalam menghadapi IFRS. Untuk itu penulis akan menganalisis
bagaimana kesiapan lulusan UNIMED dalam menghadapi IFRS dan bagaimana seharusnya persiapan
yang harus dilakukan.

1
1.2TUJUAN ANALISIS

1. untuk mengetahui bagaimana seharusnya persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi
IFRS
2. 2.untuk mengetahui siapa saja pihak yang berpengaruh terhadap kesiapan mahasiswa dalam
mengahadapi IFRS
3. untuk mengetahui bagaimana kesipaan lulusan Universitas Negeri Medan dalam menghadapi
IFRS

1.3MANFAAT MAKALAH

Penulis berharap makalah ini bisa menjadi salah satu bukti tentang kesiapan lulusan
Universitas Negeri Medan dalam menghadapi IFRS.

1.4IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa saja persiapan seorang akuntan dalam menghadapi IFRS?


2. Siapa pihak yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau tidaknya lulusan akuntansi dalam
menghadapi IFRS?
3. Apakah lulusan Universitas Negeri Medan telah siap mengahadapi IFRS?

1.5PENYELESAIAN MASALAH

1. Persiapan akuntan menghadapi IFRS


2. Pihak pendukung keberhasilan lulusan akuntansi mengahadapi IFRS
3. Kesiapan lulusan Universitas Negeri Medan menghadapi IFRS.

2
BAB II KAJIAN TEORI

2.1 PERSIAPAN AKUNTAN MENGHADAPI IFRS

Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi, yang biasanya
dituangkan dalam bentuk aturan yang khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang
mengemban profesi yang bersangkutan.Aturan ini sebagai aturan main dalam menjalankan profesi
tersebut yang biasa disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi.

Oleh karena itu seorang akuntan profesional harus mematuhi prinsip-prinsip fundamental etika
akuntan atau kode etik akuntan yang meliputi delapan butir pernyataan (IAI, 1998, dalam Ludigdo,
2007). Kedelapan butir pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang
akuntan, yaitu :

1. Tanggung jawab profesi

Bahwa akuntan di dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional harussenantiasa


menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatanyang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.

2. Kepentingan public

Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota
secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.

3. Integritas

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan
seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia penerima jasa.

4. Obyektifitas

Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

3
5. Kompetensi dan kehati-hatian professional

Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentinganpengguna jasa dan konsisten
dengan tanggung jawab profesi kepada publik.Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan
pengalaman.

6. Kerahasiaan

Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

7. Perilaku professional

Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya.

8. Standar teknis

Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan
pengaturan perundang-undangan yang relevan. IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang
diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional
(International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan
Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional
Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).

Semenjak di gantikannya PSAK dengan IFRS di indonesia, para akuntan publik harus
mengesuaikan kinerjanya dengan IFRS di karenakan akuntan publik berperan penting dalam dunia
usaha. Akuntan publik dituntut untuk menyajikan laporan keuangan dengan kualitas yang tinggi.
Mengingat tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk
periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi
berkualitas tinggi yang :

1. transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan
2. menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS
3. dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna

4
IFRS merupakan sistem penyajian laporan keuangan yang telah digunakan di sebagian besar negara
di dunia dan telah menjadi acuan dalam kegiatan akuntansi internasional. Dalam era globalisasi
seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan besar maupun kecil membutuhkan akuntan publik untuk
memeriksa laporan keuangan perusahaan sehingga menghasilkan informasi yang berkualitas tinggi
untuk mengambil keputusan. Dengan demikian, akuntan publik harus meningkatkan kinerja dan
profesionalisme dalam menghadapi konvergesi IFRS sehingga dapat memenuhi kebutuhan para
pengguna jasa akuntan publik danmenjaga kepercayaan yang diberikan pengguna jasa akuntan publik
tersebut.

Akuntan Publik Dalam Menghadapi Era IFRS

Sasaran konvergensi IFRS yang telah dicanangkan IAI pada tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar
secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012,”
demikian disampaikan Ketua DSAK IAI Rosita Uli Sinaga pada Public Hearing Eksposure Draft
PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan, di Jakarta Kamis 20 Agustus 2009 lalu.

Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang
cukup berat bagi DSAK IAI periode 2009-2012. Implementasi program ini akan dipersiapkan sebaik
mungkin oleh IAI. Dukungan dari semua pihak agar proses konvergensi ini dapat berjalan dengan
baik tentunya sangat diharapkan.

Apalagi Undang-Undang No.5 Tentang Akuntan Publik memang sudah nyata-nyata memberikan
lampu hijau bagi akuntan asing untuk berkiprah di kancah nasional. Secara tidak langsung, kompetisi
tersebut bisa membuat akuntan Indonesia kehilangan pangsa pasar karena perusahaan-perusahaan di
Indonesia memilih untuk merekrut akuntan asing.

Maka dari itu Akuntan Publik diharapkan dapat segera mengupdate pengetahuannya sehubungan
dengan perubahan SAK, mengupdate SPAP dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS.
Akuntan Manajemen/Perusahaan dapat mengantisipasi dengan segera membentuk tim sukses
konvergensi IFRS yang bertugas mengupdate pengetahuan Akuntan Manajeman, melakukan gap
analysis dan menyusun road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk
optimalisasi sumber daya.
Banyak hal dalam IFRS yangakan diadopsi brbeda dengan prinsip yang saat ini berlaku. Beberapa
hal antara lain :

1. Penggunaan Fair-value Basis dalam penilaian aktiva, baik aktiva tetap, saham, obligasi dan
lain-lain, sementara sampai dengan saat ini penggunaan harga perolehan masih menjadi basic

5
mind akuntansi Indonesia. Sayangnya IFRS sendiri belum memiliki definisi dan petunjuk
yang jelas dan seragam tentang pengukuran berdasarkan nilai wajar ini.
2. Jenis laporan keuangan berdasarkan PSAK terdiri dari 4 elemen (Neraca, Rugi-Laba dan
Perubahan Ekuitas, Cashflow, dan Catatan atas Laporan keuangan). Dalam draft usulan IFRS
menjadi 6 elemen (Neraca, Rugi-Laba Komprehensif, Perubahan Ekuitas, Cashflow, Catatan
atas Laporan keuangan, dan Neraca Komparatif). Penyajian Neraca dalam IFRS tidak lagi
didasarkan pada susunan Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas, tapi dengan urutan Aktiva dan
Kewajiban usaha, Investasi, Pendanaan, Perpajakan dan Ekuitas. Laporan Cashflow tidak
disajikan berdasarkan kegiatan Operasional, Investasi dan Pendanaan, melainkan berdasarkan
Cashflow Usaha (Operasional dan investasi), Cashflow perpajakan dan Cashflow penghentian
usaha.
3. Perpajakan perusahaan, terutama terkait pajak atas koreksi laba-rugi atas penerapan IFRS
maupun atas revaluasi aktiva berdasarkan fair-value basis.

2.2PIHAK PENDUKUNG LULUSAN AKUNTANSI DALAM MENGHADAPI IFRS

Kesiapan individu dan cakupan pengajaran materi IFRS dalam mata kuliah Kesiapan individu untuk
mengajarkan materi IFRS dalam mata kuliah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Familiaritas seorang dosen
atas suatu materi akan meningkatkan kesiapan individu untuk mengajarkan materi tersebut dalam mata kuliah.
Familiaritas terhadap suatu materi akan meningkatkan self-efficacy yang menggerakkan motivasi, kemampuan
kognitif, dan tindakantindakan berkaitan dengan materi tersebut. Teori self-efficacy dapat menjelaskan
mengapa dosen yang tidak familiar dengan suatu materi memiliki kecenderungan untuk tidak membahas
materi tersebut dalam perkuliahan. Ketersediaan bahan ajar juga mempengaruhi kesiapan individu untuk
mengajarkan suatu materi, terutama untuk materi baru. Langenderfer dan Rockness (1989) menyebutkan
bahwa hambatan praktik untuk mengimplementasi kurikulum meningkat ketika tidak tersedia bahan ajar yang
memadai berkaitan dengan suatu materi. Faktor lain yang memberi kontribusi dalam kesiapan individu dosen
untuk mengajarkan materi IFRS adalah berbagai pelatihan yang pernah diperoleh. Pelatihan IFRS yang diikuti
dosen umumnya berjenjang, mulai dari level pengenalan IFRS sampai level ahli. Semakin sering dan semakin
tinggi level pelatihan yang diperoleh maka kesiapan individu akan meningkat. Mayhew dan Grunwald (2006)
seperti dikutip Zhu et al. (2010) menemukan bukti bahwa beragam pelatihan yang diikuti akan meningkatkan
kemungkinan pengajar mengajarkan materi yang lebih bervariasi dalam kuliah. Berdasarkan penjelasan
tersebut, sangat logis bila kesiapan dosen untuk mengajarkan materi IFRS mempengaruhi cakupan pengajaran
materi IFRS dalam mata kuliah yang diampu. Dosen tidak akan mengajarkan materi bila merasa tidak siap
untuk mengajarkannya. Cakupan pengajaran Vol. 10 No. 3, 2011 Fokus Ekonomi 207 materi IFRS sendiri
direpresentasi dalam bentuk frekuensi atau intensitas pertemuan yang membahas materi IFRS dan waktu yang
dialokasi untuk membahas materi IFRS pada mata kuliah tertentu dalam satu semester. Zhu et al. (2010)
menggunakan sampel dosen matakuliah akuntansi pengantar di U.S. menemukan bahwa familiaritas dan
6
ketersediaan materi pengajaran berpengaruh terhadap IFRS coverage, sedangkan level pelatihan yang diterima
ditemukan tidak berpengaruh.

Dukungan institusi dan cakupan pengajaran materi IFRS dalam mata kuliah Selain faktor individu, dukungan
institusi dalam hal ini program studi diduga berpengaruh terhadap cakupan IFRS dalam mata kuliah. Menurut
Moss (2002) dalam Shechtman et al. (2005), lingkungan kerja terdiri dari 3 dimensi, yaitu (1) hubungan
(relationships) yang meliputi keterlibatan, kohesi antar individu, dan dukungan supervisor, (2) perkembangan
individu (personal growth) yang meliputi otonomi, orientasi tugas, dan tekanan kerja, dan (3) pemeliharaan
sistem (system maintenance), yang meliputi kejelasan aturan, tingkat kontrol pihak manajemen, dan inovasi.
Peneliti memfokuskan pada dimensi ke dua dari lingkungan kerja untuk mengembangkan indikator dukungan
institusi. Dukungan institusi merepresentasi dukungan terhadap perkembangan individu dalam hal ini
memfasilitasi individu untuk meningkatkan kemungkinan mengajarkan materi IFRS dalam mata kuliah.
Menurut peneliti, dukungan bisa diberikan dalam bentuk kerja sama dengan institusi lain yang memiliki
pengetahuan IFRS lebih baik seperti IAI dan Kantor Akuntan Publik (KAP), menyelenggarakan pelatihan,
forum diskusi baik internal prodi maupun terbuka untuk umum, dan mengirimkan staf pengajarnya ke berbagai
pelatihan yang diselenggaran institusi lain. Jalinan kerjasama dengan institusi lain terutama KAP diperlukan
dalam rangka penyebarluasan, pelatihan, dan penyediaan materi pengajaran yang terkait dengan IFRS. Hal ini
dimungkinkan karena KAP berkepentingan dengan lulusan yang memiliki komptensi IFRS memadai, dan
biasanya KAP memiliki dana corporate social responsibility yang dapat dialokasi dalam kerja sama dengan
perguruan tinggi. Dukungan institusi merepresentasi kepedulian dan kontrol terhadap apa yang ingin dicapai
oleh prodi. Dukungan prodi penting dalam menentukan pilihan tindakan dosen, meskipun dosen merupakan
profesi yang memiliki tingka otonomi tinggi. Intensitas program studi menjalin kerjasama dalam rangka
penyebarluasan, pelatihan, dan penyediaan materi pengajaran yang terkait dengan IFRS, penyelenggaraan
pelatihan internal maupun eksternal, dan pengiriman utusan akan mengarahkan tindakan dosen untuk
mencakupi materi IFRS dalam perkuliahan.

Studi tentang implementasi International Financial Reporting Standards (IFRS) sebagai alat komunikasi
bisnis di era globalisasi telah menjadi salah satu topik kajian yang paling mendapatkan perhatian (Albu et al.
2014; Evans 2004; Abd-Elsalam dan Weetman 2003). Isu ini menjadi kompleks karena setiap negara memiliki
institusi hukum, budaya, sosial, politik, dan ekonomi yang berbeda-beda (Evans 2004; Abd-Elsalam dan
Weetman 2003). Perbedaan ini berimplikasi pada cara berpikir, sistem pemaknaan, dan konsep sehari-hari
dalam interaksi antar pihak. Ini juga diperparah oleh kesenjangan kultural dalam komunikasi. Hall dan Hall
(1990) membedakan budaya menjadi high context dan low context. Masyarakat high context berkomunikasi
dengan lebih banyak pesan implisit daripada eksplisit. Sebaliknya, masyarakat low context mengutamakan
penyampaian pesan eksplisit, baik secara tertulis maupun lisan. IFRS dapat terkendala oleh faktor bahasa
maupun budaya (Doupnik dan Richter 2003). Penelitian sebelumnya tentang bias makna dalam akuntansi
memfokuskan pada bias pengertian tentang kerangka konseptual akuntansi (Evans 2004); penerapan
7
International Accounting Standards (IAS) di Mesir (Abd-Elsalam dan Weetman 2003); equity home bias dan
pengungkapan komprehensif (Eichler 2012); perbedaan makna konsep dan prinsip akuntansi dengan budaya
yang berbeda (Bagranoff et al. 1994; Riahi-Belkaoui dan Picur 1991); dan makna uncertainty (Doupnik dan
Richter 2003). khususnya Indonesia. Temuan yang ada mengindikasikan hubungan saling tergantung di antara
para stakeholders (regulator, auditor, pengguna, preparer, dan perguruan tinggi) di mana tidak ada satu pihak
pun yang secara sendirian mampu menjamin keberhasilan implementasi tersebut. Upaya kolektif yang sinergis
dan berorientasi jangka panjang diperlukan karena masing-masing pihak memiliki kendala internal yang dapat
menghambat implementasi IFRS tersebut. Selain itu, faktor budaya (termasuk bahasa) juga memperumit
masalah. Hal ini membutuhkan solusi jangka panjang yang bersifat strategis dalam tataran makro. Studi ini
mengajukan tujuh proposisi yang mengondisikan efektivitas implementasi IFRS dalam sebuah konteks
nasional.

Albu et al. (2014). Albu et al. (2014) menyatakan bahwa implementasi IFRS tidak terlepas dari kepentingan
pencarian legitimasi dari stakeholders setempat dalam lingkungan institusionalnya sehingga berimplikasi pada
cara mereka dalam merespons tuntutan implementasi tersebut. Deviarti et al. (2014) menyatakan bahwa
keterbatasan pemahaman dari akuntan Indonesia sebagai kendala utama untuk implementasi IFRS. Namun,
temuan dari Deviarti et al. (2014) masih memerlukan pendalaman untuk menggali kompleksitas permasalahan
yang ada. Karenanya, studi ini mencoba mengadopsi model yang diajukan oleh Albu et al. (2014) sebagai
pisau analisis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang masalah apa saja beserta
respons para stakeholders di Indonesia dalam lingkungan institusionalnya yang mengondisikan dinamika
implementasi IFRS di Indonesia. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah “apa sajakah problematika yang
muncul dalam implementasi IFRS di Indonesia dan bagaimanakah respons para stakeholders selama ini?”
Diharapkan studi ini dapat menambah pemahaman tentang keterkaitan antara implementasi IFRS, bahasa,
budaya, dan kepentingan stakeholders di Indonesia. Lebih spesi k, studi ini hendak mengidenti kasi sejauh
mana kepentingan berbagai stakeholders IFRS di Indonesia mewarnai pola implementasi IFRS,
aliansi/negosiasi yang terjadi di antara para stakeholders, strategi yang diterapkan oleh regulator untuk
mengatasi keterbatasan yang dimilikinya sekaligus memastikan tahapan pelaksanaan IFRS mendapatkan
legitimasi secara nasional maupun internasional, dan kontribusi budaya dan perkembangan bahasa dalam
mengondisikan keberhasilan implementasi IFRS. Pemahaman tersebut akan menambah literatur tentang
dinamika implementasi IFRS dalam konteks Indonesia/negara berkembang, khususnya menunjukkan
interdependensi di antara berbagai faktor (ekonomi dan non-ekonomi) yang dapat mendukung/menghambat
implementasi stan-dar akuntansi internasional.

2.3TANTANGAN DALAM IMPLEMENTASI IFRS

IFRS adalah principle-based standard yang kompleks serta membutuhkan banyak judgment dan pedoman
interpretasinya (Uyar dan Güngörmüş 2013). Professional judgment adalah proses yang digunakan untuk
mencapai kesimpulan yang masuk akal berdasarkan fakta-fakta yang relevan dan keadaan yang ada pada saat
pengambilan kesimpulan tersebut dilakukan (Moore 2009). Berbagai riset menunjukkan bahwa professional
8
judgment itu sendiri problematis karena terkendala oleh faktor-faktor institusional di sebuah negara (antara
lain: budaya, regulasi profesi akuntan, sistem hukum dan penegakannya, sistem keuangan, dan sistem pajak)
(Wehrfritz dan Haller 2014; Mala dan Chand 2014; Perera et al. 2012; Nobes 2013; Eichler 2012; Jermakowicz
et al. 2014). Hal ini membuka kemungkinan tidak hanya ada satu professional judgment yang dapat diterima
dalam kasus yang sama. Selain itu, berbagai studi tersebut menemukan bahwa professional judgment bukan
sekadar mencari pertimbangan yang paling objektif, namun juga mempertimbangkan berbagai hal lainnya. Ini
meliputi biaya tambahan yang timbul karena pengumpulan data tambahan dan persiapan pelaporannya,
kesesuaiannya dengan sistem keuangan dan hukum yang berlaku, implikasinya terhadap pajak yang
ditanggung, mekanisme enforcement dan kebiasaan/tradisi yang sudah terbentuk. Untuk meningkatkan akurasi
dan konsistensi dari judgment tersebut, dibutuhkan alat bantu berupa panduan tambahan untuk interpretasinya
maupun mekanisme enforcement yang kuat (Mala dan Chand 2014; Eichler 2012). Akuntansi juga terkait
dengan simbol, ungkapan, dan makna dalam bahasa yang digunakan. Namun, jarang sebuah kata dari bahasa
tertentu memiliki padanan yang persis sama dalam bahasa yang berbeda karena Sujoko Efferin dan Felizia
Arni Rudiawarni, Memahami Perilaku Stakeholders Indonesia .

2.4KESIAPAN MAHASISWA LULUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Menurut penulis, lulusan mahasiswa akuntansi UNIMED belum sepenuhnya mampu mengahadapi
konvergensi IFRS dalam dunia pekerjaan. Ketidakmampuan mahasiswa bukan hanya disebabkan oleh internal
mahasiswa itu sendiri. Namun kesiapan dan pemahaman dosen, pemerintah dan stake holder lainnya
berpengaruh besar terhadap kesiapan lulusan.

Saat ini, tidak sedikit dosen di UNIMED yang tidak peduli terhadap IFRS. Seperti yang dialami sendiri oleh
penulis, para dosen juga sedang belajar menyesuaikan diri dengan konvergensi IFRS bahkan masih terdapat
dosen yang tetap berfokus pada cara lama yang seseungguhnya sudah berbeda dalam imlementasi IFRS.
Jangankan tentang IFRS, pedoman akuntansi di negara ini sendiri belum semua dosen mampu memahami dan
menjelaskannya, misalnya tentang PSAK, SAK ETAP, SAP dan standar lainnya.

Bahkan masih ditemukan dosen yang tidak dapat mengajar dengan benar, tidak yakin dengan apa yang di
ajarkan, malas mengajar dan lain sebagainya. Keadaan seperti itu ternyata menurunkan minat mahasiswa untuk
mengkaji lebih dalam tentang seluk beluk akuntansi. Mata kuliah akuntansi setiap semesternya mengalami
kenaikan tingkat kesulitan, otomatis dosen yang dipilih untuk menyampaikan materi adalah dosen yang benar
– benar berkompetensi di bidang itu, namun tidak di UNIMED masih terdapat dosen akuntansi yang gaguk
dalam menyampaikan materi akuntansi.

Saat ini banyak mahasiswa akuntansi yang tidak paham betul tentang akuntansi, karena di awal semester tidak
sepenuhnya mendapat bimbingan terbaik dari dosen, sehingga mahasiwa kesulitan memahami materi di
semester selanjutnya, terlebih karena tuntutan KKNI yang menyebabkan mahasiwa terfokus kepada tugas
membuat mahasiswa lupa bahwa hal yang seharusnya ia cari adalah materi seluk beluk akuntansi malah
menganggap remeh pelajaran akuntansi dan mementingkan tugas. Penyelesaian tugas yang baik dan benar

9
sebenarnya tidak masalah, tetapi hal yang terjadi malah sebaliknya. Minimnya waktu yang dimiliki dosen
mengakibatkan mereka tidak sempat memeriksa setiap tugas – tugas mahasiswa, hal tersebut ternyata malah
dianggap sebagai kesempatan baik oleh mahasiswa. Mahasiswa tidak memikirkan ke absahan tugas yang
diserahkan, karena mind set yang salah “ngapain dikerjakan serius, kan nggak diperiksa”.

Tugas saja kebanyakan mahasiswa UNIMED tidak perduli, apalagi mendalami konvergensi IFRS dalam dunia
pekerjaan.

10
BAB III PENUTUP

3.1KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan penulis, mahasiswa UNIMED belum sepenuhnya mampu


menghadapi tantangan akibat konvergensi IFRS di Indonesia. Hal itu disebabkan oleh mahasiswa itu
sendiri yang tidak mau tau, dan kebanyakan dosen yang kurang peduli dengan IFRS.

3.2SARAN

Penulis berharap adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa, dosen dan stake holder
lainnya sehingga tercipta lulusan UNIMED yang siapa pakai di dunia pekerjaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://dayintapinasthika.wordpress.com/2013/11/28/kode-etik-akuntan-publik-dalam-menghadapi-
era-ifrs/

https://media.neliti.com/media/publications/24466-ID-kesiapan-dosen-akuntansi-dalam-
mengintegrasikan-materi-ifrs-dalam-mata-kuliah.pdf

http://novryssuhardianto-feb.web.unair.ac.id/artikel_detail-40743-IFRS-
RESPON%20AKADEMISI%20TERHADAP%20KONVERGENSI%20IFRS.html

https://www.researchgate.net/publication/299

598873_MEMAHAMI_PERILAKU_STAKEHOLDERS_INDONESIA_DALAM_ADOPSI_IFRS

12

Anda mungkin juga menyukai