PENDAHULUAN
Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu material yang tahan
terhadap tekanan, akan tetapi tidak tahan terhadap tarikan. Sedangkan baja adalah
suatu material yang sangat tahan terhadap tarikan. Dengan mengkombinasikan
antara beton dan baja dimana beton yang menahan tekanan sedangkan tarikan
ditahan oleh baja akan menjadi material yang tahan terhadap tekanan dan tarikan
yang dikenal sebagai beton bertulang ( reinforced concrete ). Jadi pada beton
bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik dipikul
oleh baja sebagai penulangan ( rebar ). Sehingga pada beton bertulang,
penampang beton tidak dapat efektif 100 % digunakan, karena bagian yang
tertarik tidak diperhitungkan sebagai pemikul tegangan.
Hal ini dapat dilihat pada sketsa gambar
disamping ini. Suatu penampang beton
bertulang dimana penampang beton yang
diperhitungkan untuk memikul tegangan tekan
adalah bagian diatas garis netral ( bagian yang
diarsir ), sedangkan bagian dibawah garis netral
adalah bagian tarik yang tidak diperhitungkan
untuk memikul gaya tarik karena beton tidak tahan
terha- dap tegangan tarik.
Gaya tarik pada beton bertulang dipikul oleh besi penulangan ( rebar ).
Kelemahan lain dari konstruksi beton bertulang adalah bera t sendiri ( self
weight ) yang besar, yaitu 2.400 kg/m3, dapat dibayangkan berapa berat
penampang yang tidak diperhitungkan untuk memikul tegangan ( bagian tarik ).
Untuk mengatasi ini pada beton diberi tekanan awal sebelum beban-beban
bekerja, sehingga seluruh penampang beton dalam keadaan tertekan seluruhnya,
inilah yang kemudian disebut beton pratekan atau beton prategang ( prestressed
concrete )
BAB II
PEMBAHASAN
1
Eugene Freyssinet menggambarkan dengan memberikan tekanan terlebih
dahulu ( pratekan ) pada bahan beton yang pada dasarnya getas akan menjadi
bahan yang elastis. Dengan memberikan tekanan ( dengan menarik baja mutu
tinggi ), beton yang bersifat getas dan kuat memikul tekanan, akibat adanya
tekanan internal ini dapat memikul tegangan tarik akibat beban eksternal.
Pada umumnya telah diketahui bahwa jika tidak ada tegangan tarik pada
beton, berarti tidak akan terjadi retak, dan beton tidak merupakan bahan yang
getas lagi melainkan berubah menjadi bahan yang elastis.
Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini :
2
2. Konsep kedua, Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu
tinggi dengan beton. Konsep ini mempertimbangkan beton
prategang sebagai kombinasi (gabungan) dari baja dan beton,
seperti pada beton bertulang, dimana baja menahan tarikan dan
beton menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan
membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal.
Pada beton prategang, baja mutu tinggi dipakai dengan jalan
menariknya sebalum kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya. Jika
baja mutu tinggi ditanam pada beton, seperti pada beton bertulang
biasa, beton disekitarnya akan menjadi retak berat sebelum
seluruh kekuatan baja digunakan. oleh karena itu, baja
perluditarik sebelumnya (pratarik) terhadap beton. Dengan
menarik dan menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan
regangan yang diinginkan pada kedua bahan, tegangan dan
regangan tekan pada beton serta tegangan dan regangan pada
baja. Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan
ekonomis dari kedua bahan dimana hal ini tidak dapat dicapai jika
baja hanya ditanamkan dalam bentuk seperti pada beton bertulang
biasa.
3
2.2 Metode C-LINE
Didalam konsep thrust atau line-of-pressure, balok dianalisis dengan
menganggap seolah-olah berupa balok elastis dari beton polos dengan
menggunakan prinsip-prinsip statika. Gaya prategang dipandang sebagai gaya
tekan eksternal, dengan gaya Tarik konsta T di tendon diseluruh bentang. Dengan
cara ini, efek beban gravitasi eksternal diabaikan. Persamaan keseimbangan ∑H =
0 dan ∑M=0 diterapkan untuk mempertahankan keseimbangan penampang.
Gambar dibawah menunjukan garis kerja relatif untuk gaya tekan C dan
gaya Tarik T di balok beton bertulang yang dibandingkan dengan yang ada di
balok beton prategang. Jelaslah bahwa pada balok beton bertulang, T dapat
mempunyai nilai terbatas hanya jika beban transversal dan beban lain bekerja.
Lengan momen a = 0 pada saat pemberian prategang hingga mencapai nilai
maksimum pada kondisi beban penuh tambahan.
4
Dengan mengambil diagram benda bebas segmen balok seperti terlihat dalam
gambar diatas, jelaslah bahwa garis C, atau garis tekan pusat, terletak pada jarak
yang bervariasi a dan garis T. Momennya dinyatakan dengan bervariasi a dan
garis T.
5
Gambar diagram benda bebas untuk membandingkan balok beton
bertulang dan balok beton prategang. (a) Balok beton bertulang tanpa beban. (b)
Balok beton prategang tanpa beban. (c) balok beton bertulang dengan beban w1 .
(d) balok beton prategang dengan beban w 1 . (e) Balok beton bertulana dengan
beban tipikal w. (f) Balok beton prategang dengan beban tipikal w.
6
Gambar diagram benda bebas untuk mencari garis C (pusat tekanan).
Persamaan 1 dan 2 serta persamaan a dan b harus menghasilkan nilai sama untuk
tegangan –tegangan di serat.
7
mengeras dan gaya prategang dipertahankan sampai beton cukup keras.
b. Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik), adalah konstruksi
dimana setelah betonnya cukup keras, barulah bajanya yang tidak
melekat pada beton diberi tegangan.
Tahap 2 : Beton dicor pada cetakan ( formwork ) dan landasan yang sudah
disediakan sedemikian sehingga melingkupi tendon yang sudah diberi gaya
prategang dan dibiarkan mengering ( gambar B ).
Tahap 3 : Setelah beton mengering dan cukup umur kuat untuk menerima gaya
prategang, tendon dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang ditransfer ke
beton ( gambar C ).
8
2. Post-Tensioning ( Pascatarik )
Pada metode Pascatarik, beton dicor lebih dahulu, dimana sebelumnya
telah disiapkan saluran kabel atau tendon yang disebut duct. Secara singkat
metode ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tahap 2 : Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya prategang,
tendon atau kabel prategang dimasukkan dalam selongsong ( tendon duct ),
kemudian ditarik untuk mendapatkan gaya prategang. Methode pemberian gaya
prategang ini, salah satu ujung kabel diangker, kemudian ujung lainnya ditarik
( ditarik dari satu sisi ). Ada pula yang ditarik dikedua sisinya dan diangker
secara bersamaan. Setelah diangkur, kemudian saluran di grouting melalui
lubang yang telah disediakan. ( Gambar B ).
9
Karena alasan transportasi dari pabrik beton, maka biasanya beton
prategang dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental ( balok
dibagi-bagi, misalnya dengan panjang 1 ~ 1,5 m ), kemudian pemberian gaya
prategang dilaksanakan disite, setelah balok segmental tersebut dirangkai.
B. Tahap Pembebanan
Tidak seperti beton bertulang, beton prategang mengalami beberapa
tahap pembebanan. Pada setiap tahap pembebanan harus dilakukan
pengecekan atas kondisi serat tertekan dan serat tertarik dari setiap penampang.
Pada tahap tersebut berlaku tegangan ijin yang berbeda-beda sesuai kondisi beton
dan tendon. Ada dua tahap pembebanan pada beton prategang, yaitu transfer dan
service.
1. Transfer
Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai mengering
dan dilakukan penarikan kabel prategang. Pada saat ini biasanya yang
bekerja hanya beban mati struktur, yaitu berat sendiri struktur ditambah
beban pekerja dan alat. Pada saat ini beban hidup belum bekerja
sehingga momen yang bekerja adalah minimum, sementara gaya yang
bekerja adalah maksimum karena belum ada kehilangan gaya prategang.
2. Servis
Kondisi service (servis) adalah kondisi pada saat beton prategang
digunakan sebagai komponen struktur. Kondisi ini dicapai setelah
semua kehilangan gaya prategang dipertimbangkan. Pada saat ini beban
luar pada kondisi yang maksimum sedangkan gaya pratekan mendekati
harga minimum.
10
telah disebutkan sebelum ini. Teknik ini didasarkan atas penggunaan gaya vertical
pada tendon prategang draped dan harped untuk melawan atau mengimbangi
pembebanan gravitasi yang dialami suatu balok. Dengan demikian, cara ini dapat
digunakan untuk tendon prategang yang tidak lurus.
11
Gambar Gaya Imbang
ds = r dθ
dPr = P d
= P = = Wr
Wb = dan WH = 0
12
Dan untuk x = I/2
atau
13
transversal yang sama besar dan berlawanan arah saling meniadakan, dan
tidak ada tegangan lentur yang ditimbulkan. Ini cukup masuk akal untuk diduga
didalam metode penyeimbangan beban karena selalu berlaku bahwa T = C dan C
tidak ada lentur, maka balok tetap lurus dan permukaan atas tidak berbentuk
cembung. Tegangan serat beton diseluruh tinggi penampang ditengah bentang
menjadi.
Persamaan yang akan menghasilkan nilai tegangan serat yang perlu diingat
bahwa P’ diambil sama dengan P ditengah penampang bentang karena gaya
14
2.3.2 Konsep Beban Berimbang
Suatu tendon prategang diberi bentuk dan gaya yang sedemikian rupa,
sehingga sebagian dari beban luar (termasuk beban mati) yang telah ditetapkan
dapat diimbangi sepenuhnya.
15
Sehingga persamaan (1) dapat dituliskan :
P (θ 2 - θ 1) = Wb ∆ x
...............................(2)
(4)
dimana c1 dan c2 adalah konstanta integrasi yang dapat dihitung dari syarat batas
(boundary conditions) dari tendon.
y = 0 pada x = 0
dan x = L
16
sehingga persamaan (4) dapat ditulis :
(5)
Atau :
(6)
17
b) Gaya imbang balok kantilever tendon parabola
V = 2 P Sin θ ..................................................................................(8)
18
Pembahasan :
Kondisi ini terjadi pada konstruksi statis tertentu, maupun statis tak tentu.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Metode konsep dasar merupakan salah satu konsep pemikiran Eugene
Freyssinet yang memvisualisasikan beton prategang pada dasarnya adalah beton
yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan yang elastis dengan
memberikan tekanan (desakan) terlebih dahulu (pratekan) pada bahan tersebut.
Dari konsep ini lahirlah lahirlah kriteria ”tidak ada tegangan tarik” pada beton.
3. Gaya imbang adalah gaya yang ditimbulkan dari akibat melengkungnya kabel
prategang setelah diberi beban sebesar P. Berikut ini kita tinjau suatu kabel
lengkung yang diberi gaya prategang P dengan radius r, sehingga menimbulkan
gaya terbagi rata arah ke pusat.
3.2 Saran
20
21