Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat
Indonesia. Seperti yang diketahui bahwa kegiatan komunikasi dimulai dari hal
yang ingin disampaikan oleh komunikator, kemudian dilanjutkan dengan
mengolah gagasan atau hal yang disampaikan komunikator sehingga hal yang
disampaikan komunikator tersebut dapat diterima oleh komunikan dengan tepat.
Dengan demikian, sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia harus mampu
menyampaikan maksud komunikator dengan tepat. Maksud atau amanat
komunikasi ini bisa berupa informasi tentang fakta, peristiwa, ungkapan ide,
pendapat, perasaan, keinginan, dan sebagainya. Hal-hal itu dituangkan dalam
aspek kebahasaan yang berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau
paraton (komunikasi lisan), ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-
unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo) dalam bahasa lisan.
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang.
Secara teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, dan penulisan tanda baca.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah Ejaan Bahasa Indonesia (EBI),
ejaan Republik atau ejaan Soewandi, yang berlaku sejak tahun 1927. Tepatnya
pada 16 agustus 1972, telah ditetapkan dan diberlakukan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Apabila pedoman ini dipelajari dan ditaati maka tidak akan terjadi kesalahan
pengejaan kata.
Pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah
banyak dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta
pengertian-pengertian yang diwakilinya. Dengan kata lain telah diberikan tinjauan
tentang cirri bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan
tentang ciri-ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak lain dari pada
tanda bunyi bebas yang selalu terikat pada suatu sistem, diketahui oleh
masyarakat bahasa berdasarkan perjanjian. Jadi pada hakikatnya bahasa adalah
bunyi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang ada pada makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian Ejaan yang Disempurnakan?
2. Bagaimana sejarah perkembangan EYD?
3. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan
kata?
4. Bagaimana cara penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EYD?
5. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada pada singkatan dan
akronim?
6. Apa yang dimaksud dengan EBI
7. Apa perbedaan EYD dan EBI
8. Bagaimana cara penggunaan EBI yang benar

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi penggunaan yang benar dan baku
2. Mengidentifikasi penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD
3. Untuk mengetahui ruang lingkup EYD
4. Untuk mengetahui revisi dari kesalahan penggunaan ejaan yang sesuai
dengan ejaan bahasa Indonesia
5. Untuk mengetahui ruang lingkup Ejaan
6. Untuk mengetahui perbedaan EYD dan EBI
7. Untuk mengetahui penggunaan EBI yang baik dan benar
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Dapat menulis karya ilmiah dengan ejaan tanda baca yang benar.
2. Dapat menggunakan tanda baca yang sesuai dengan konteks kalimat yang
ada.
3. Dapat memahami penggunaan tanda baca untuk menulis sebuah karya
ilmiah yang baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan


Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-
bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-
motong suatu kata, dan bagaimana menggabungkan kata-kata. Ejaan merupakan
kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan bentuk akan
berimplikasi pada ketepatan dan kejelasanmakna. Ibarat sedang mengemudi
kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudimematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah
lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara
pemakai bahasa dengan ejaan.

2.2 Sejarah Perkembangan Ejaan


Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua
puluhan. Namun dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan
tersendiri. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan
sistem ejaan, yaitu :
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat
pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947. Ejaan ini
merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat
Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang
dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang
mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
a. Huruf (u) ditulis (oe).
b. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’,
ta’
c. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka
di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
d. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
e. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
f. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
o Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
o Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
o Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai
bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti
ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf
Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini
disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan
latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
a. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
b. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
c. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan
(k) misalnya kata’ menjadi katak.
d. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus,
misalnya ejaan, seekor, dsb.
e. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Contohnya :
o Berlari-larian
o Berlari2-an
f. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya :
o Tata laksana
o Tata-laksana
o Tatalaksana
g. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah
(pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah,
misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
3. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan
ejaan melayu dan Indonesia. Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa
Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara. Ejaan Malindo ini belum sempat
diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara
Indonesia dan Malaysia.
4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia
meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972,
No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang
lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada
tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987.
5. Ejaan Bahasa Indonesia
EBI ditetapkan pada tanggal 26 November 2015 oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI Anies Baswedan yang menjabat saat itu dan resmi
diundangkan pada tanggal 30 November 2015 oleh Direktur Jenderal Peraturan
Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Penetapan
tersebut memberikan arti, bahwa EYD sudah tidak berlaku untuk dijadikan
sebagai pedoman penulisan. Maka dari itu, perubahan ini harus kita pahami secara
saksama agar bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa yang bisa bersaing secara
global. Adapun yang menjadi alasan, sehingga dilakukan perubahan yaitu dampak
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, penggunaan bahasa Indonesia
dalam beragam ranah pemakaian, baik secara lisan maupun tulisan semakin luas.
Perubahan ejaan ini bukan berarti mengubah secara keseluruhan isi dari EYD.

2.3 Pemakaian Huruf-Huruf


1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
yang berikut :A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.

2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.
3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf :b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
4. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au, dan oi.
5. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan konsonan yaitu kh,
ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
 Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
1. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
diantara kedua huruf vocal itu.
2. Jika di tengah ada kata huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan, diantara dua buah huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum
huruf konsonan.
3. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan
tidak pernah diceraikan.
4. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
5. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan betuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
6. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu
dapat bergabung dengan unsur lain pemenggalan dapat dilakukan (1)
diantara unsur-unsur itu atau (2) pada gabungan itu sesuai dengan kaidah
1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.

2.4 Penggunaan EYD yang Benar pada Penulisan Huruf dan Kata
1. Penggunaan Huruf Kapital
a. Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertamaunsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral,
Departemen Pendidikan Nasional.Jabatan tidak diikuti nama orang tidak memakai
huruf kapital. Contoh, Menurut bupati,anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari
tahun sebelumnya.
b. Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama
nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, bahasa Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-
Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya
: kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
c. Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar
ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor,
salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang,
peuyeum bandung dan telur brebes.
d. Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh,
Perserikatan Bangsa-Bangsa, YayasanIlmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah
Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-
Garis Besar Haluan Negara.
e. Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel.
Contoh:
o Harimau Tua dan
o Ayam Centil,
o Hari-Hari Penantian dalam Gua Neraka,
o Kado untuk Setan,
o Taksi yang Menghilang.
2. Penulisan Huruf Miring
a. Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah
Sunda Mangle, Surat KabarBandung Pos.
b. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata. Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.
c. Penulisan kata ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan
cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali
yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola,
turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
3. Penulisan Kata Turunan
a. Gabungan kata dapat awalan akhiran
Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa
gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu
ditulis serangkai. Contoh, bertepuk tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar
luaskan.
b. Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur
gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai. Contoh, antarkota, antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-
Amerika, audiovisual, demoralisasi, dwiwarna, dwibahasa, ekasila,
ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi, pramuwisma, tunakarya,
tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.
4. Penulisan Kata Gabungan
a. Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata,
termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat
ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan. Contoh;alat pandang- dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru,
mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.
b. Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata
berikut harus ditulis serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam,
daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata,
manakala, manasuka, matahari, olahraga, padahal, peribahasa, radioaktif,
saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela, sukaria,
titimangsa.

2.5 Penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EYD


1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh : Ayahku tinggal di Solo.
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh : A.S.
Kramawijaya
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh : dr. (Dokter)
2. Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan. Contoh : Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata tetapi dan melainkan. Contohnya : Saya ingin datang, tetapi hujan.
3. Tanda Titik Koma (; )
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenisdan setara. Contoh : Malam makin larut, kami
belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung. Contoh : Ayah mengurus taman di kebun; ibu memasak di dapur;
saya sedang menonton tv.
4. Tanda Titik Dua ( : )
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh : Yang kita perlukan
sekarang ialah barang berikut : kursi, meja, dan TV.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. Contoh :
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
5. Tanda Hubung ( - )
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris. Contoh :
... ada cara ba-ru juga.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan
terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya,
atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh : kemerah-
merahan, anak-anak.
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai
pada teks karangan.
6. Tanda Pisah ( - )
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan khusus di luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu
-saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian penemuan ini-
evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom- tidak mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta.
7. Tanda Elipsis ( ... )
a. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti
lebih lanjut.
8. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Contoh : Kapan dia
pulang ke rumah?
b. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya. Contoh : Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
9. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
rasa emosi yang kuat. Contoh : Ayo Cepat!
10. Tanda Kurung ( )
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:
DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan. Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud"
(nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962
c. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup
saja. Misalnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
o alam,
o tenaga kerja, dan
o modal.
11. Tanda Kurung Siku ([... ])
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah
asal. Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung. Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat
BabI] tidak dibicarakan.)
12. Tanda Petik ("... ")
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi
di sebelah atas baris. Misalnya: "Sudah siap?" tanya Awal. "Saya belum siap,"
seru Mira, "tunggu sebentar!"
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai
dalam kalimat. Misalnya: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa.
13. Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' )
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain. Misalnya: Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
b. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau
ungkapan asing Misalnya: rate of inflation ’laju inflasi’
14. Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa)
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk
menyatakan pengulangan kata dasar. Misalnya: kata2, lebih2, sekali2
15. Tanda Garis Miring ( / )
a. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. Misalnya: No.
7/PK/1973
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat. Misalnya: mahasiswa/mahasiswi.
16. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' )
Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata. Misalnya: Ali
'kan kusurati ('kan = akan) Malam 'lah tiba ('lah = telah).

2.6 Penggunaan EYD yang benar pada pada singkatan dan akronim
1. Penulisan Singkatan
Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan
yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda
titik.
a. Penulisan singkatan umum tiga huruf
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf
atau lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang
pemakaian singkatan umum seperti ini dalam setiap karya jurnalistik seperti tajuk
renacana, pojok, artikel, kolom, surat pembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa
jurnalistik juga dengan tegas melarang penggunaan singkatan jenis ini dalam judul
tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul berita.
b. Penulisan singkatan mata uang
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran ,
takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

2.7 Penulisan Akronim


Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan
huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata yang diperlakukan sebagai kata. Pertama, akronim nama diri berupa gabunga
suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama diri berupa gabungan huruf.
a. Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku
kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal
huruf kapital.
b. Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa
gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu
membentuk akronim, maka harus diperhatikan dua syarat Pertama, jumlah suku
akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian
kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang
lazim.

2.8 Pemakaian Huruf Pada EBI


1. Huruf vokal
Ada 5 huruf yang melambangkan huruf vokal yaitu ,a,i,u,e, dan o. huruf
vokal berfungsi sebagai pemberi suara huruf konsonan.
Contoh:
Huruf vokal Gambungan huruf vokal dan konsonan

A Api , padi , anak


I Itu ,sisi ,sisa
U Untuk ,kuku ,paku
E Enak ,kena ,emas
O Oleh , kota , radio

2. Huruf konsonan
Ada 21 huruf konsonan yang terdiri dari
b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,dan z. Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran
akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan hambatan atau
halangan.biasa nya disebut dengan huruf mati maka harus digabungkan dengan
huruf vokal .
Contoh : m (masa)
3. Huruf diftong
Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan
bunyi rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi.
Contoh : Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb

2.9 Pemakaian Huruf Kapital dan Miring


1. Pengunaan huruf kapital / huruf balok yang sering kita dengar mempunyai
fungsi dan tempat sendri dalam ejaan bahasa Indonesia .
a. Huruf kapital sebagai huruf pertama atau awal dalam kalimat.
b. Huruf kapital sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh : adik bertanya “Kapan kita pulang ?”
c. Huruf kapital digunankan dalam menyebut nama Tuhan atau kitab
suci.
Contoh : Allah SWT , Al –Quran
d. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama gelar
kerhormatan .
e. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan.
Contoh : M.Pd
f. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama orang.
2. Penggunaan huruf miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
· Majalah Bahasa dan Kesusastraan
· Buku Negarakertagama karangan Prapanca
· Surat kabar Suara Karya
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
· Huruf pertama kata abad ialah a.
· Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
· Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
· Buatlah kalimat dengan berlepas tangan

2.10 Penulisan Kata Depan Pada EBI


 Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dandaripada.
Misalnya:
· Bermalam sajalah di sini.
· Di mana dia sekarang?
· Kain itu disimpan di dalam lemari.

2.11 Perbedaan EBI dan EYD


Adapun perbedaan yeng mendasar dari Ejaan yang Disempurnakan dengan
Ejaan Bahasa Indonesia:
 Penambahan huruf vokal diftong ei,di EYD hanya ada tiga yaitu ai, au,
dan ao;
 Penulisan huruf kapital pada EYD digunakan dalam penulisan nama orang
tidak termasuk julukan, sedangkan pada EBI huruf kapital digunakan
sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
 Penulisan huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk
keperluan itu digunakan huruf miring pada EYD, sedangkan pada EBI
huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring.
 Penggunaan partikel pun,padaEYD ditulis terpisah kecuali yang sudah
lazim digunakan, maka penulisannya ditulis serangkai, sedangkan pada
EBI partikel pun tetap ditulis terpisah, kecuali mengikuti unsur kata
penghubung, maka ditulis serangkai.
 Penggunaan bilangan, pada EBI, bilangan yang digunakan sebagai unsur
nama geografi ditulis dengan huruf, sesangkan pada EYD tidak ada hal
yang mengaturnya.
 Penggunaan titik koma (;) pada EYD digunakan dalam perincian
tanpa penggunaan kata dan, sedangkan dalam EBI penggunaan
titik koma (;) tetap menggunakan kata dan.
 Penggunaan tanda titik koma (;) pada EBI dipakai pada akhir perincian
yang berupa klausa, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang
mengaturnya.
 Penggunaan tanda hubung (-) pada EBI tidak dipakai di antara huruf dan
angka, jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf, sedangkan pada
EYD tidak ada hal yang mengaturnya. Misalnya: LP2M LP3I.
 Tanda hubung (-) pada EBI digunakan untuk menandai bentuk terikat yang
menjadi objek bahasan, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang
mengaturnya. Misalnya: pasca-, -isasi
 Penggunaan tanda kurung [( )] dalam perincian pada EYD hanya
digunakan pada perincian ke kanan atau dalam paragraf, tidak dalam
perincian ke bawah, sedangkan pada EBI tidak ada hal yang mengaturnya.
 Penggunaan tanda elipsis ( ... ) dalam EYD dipakai dalam kalimat yang
terputus-putus, sedangkan dalam EBI tanda elipsis digunakan untuk
menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu EYD (Ejaan yang
Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan
huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini
diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah
perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena
dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail.
Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan
benar.
Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa
Indonesia yang berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang
Disempurnakan.Ejaan merupakan tata cara penulisan huruf, kata, dan kalimat
sesuai dengan standardisasi yang telah disepakati dalam kaedah Bahasa Indonesia.
Adapun yang menjadi alasan, sehingga dilakukan perubahan yaitu dampak
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, penggunaan bahasa Indonesia
dalam beragam ranah pemakaian, baik secara lisan maupun tulisan semakin luas.
Perubahan ejaan ini bukan berarti mengubah secara keseluruhan isi dari EYD.

3.2 Saran
Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti
halnya yang sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas
makalah ini, yaitu semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah
wawasan kita dan pemahaman kita mengenai pengguanaan tanda baca yang baik
dan benar yang tentu saja sesuai dengan EYD.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia
http://ibnuhasansibuan.wordpress.com/2011/03/06sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia
https://www.academia.edu/9607279/EjaanBahasaIndonesiayangDisempurnakan
https://nurulhidayatullahb.wordpress.com/2013/12/15/ ejaan-yang-
disempurnakan/
https://anasunni.wordpress.com/2013/01/10/bahasa-indonesia pembentukan-kata/
http://ebi2016.blogspot.com/2016/11/ejaan-bahasa-indonesia.html
https://www.kompasiana.com/andisahtianijahrir/57e7e507bb22bd27098b456f/per
bedaan-eyd-dengan-ebi

Anda mungkin juga menyukai