Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PEMERIKSAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA

PEMERINTAH DAERAH

Muharram Nasrul Ulum


NPM 1613010173
Kelas Pemeriksaan Akuntansi Sektor Publik / A

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pemeriksaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja


Pemerintahan Daerah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan
terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penelitian ini menggunakan metode
literatur review yang mendapatkan informasi dari artikel-artikel terdahulu. Artikel-artikel
yang digunakan dari kurun waktu tahun terbaru (2019) sampai 5 tahun sebelumnya (2014).
Selanjutnya artikel-artikel yang lain sebagai pendukung penyusunan penyelidikan terdahulu.
Penelitian ini memberikan hasil bahwa tidak semua hasil pemeriksaan keuangan memiliki
pengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Semakin kecil temuan audit, maka
kinerja keuangan daerah akan semakin tinggi (baik), sebaliknya kinerja keuangan
cenderung akan memburuk bila temuan audit semakin besar.
Kata kunci: Pemeriksaan Keuangan, Keuangan Daerah, Kinerja Pemerintah Daerah

PENDAHULUAN

Di Indonesia pemerintah pusat maupun daerah mengemban amanat untuk menjalankan


tugas pemerintah melalui peraturan perundang-undangan. Untuk menyelenggarakan
pemerintahan, pemerintah memungut berbagai macam jenis pendapatan dari rakyat yang
digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada rakyat,
pelaksanaan pembangunan, dan banyak kegiatan yang harus dilaksanakan.Untuk dapat
melaksanakan tujuan tersebut pemerintah daerah di beri wewenang untuk melaksanakan urusan
pembangunan sebagai urusan rumah tangganya sendiri (Wawan, 2009) dalam (Yusmalizar,
2014)

Otonomi daerah di Indonesia telah dijalankan sejak adanya UndangUndang no. 5 Tahun
1974, yang kemudian disempurnakan dengan adanya Undang-Undang no. 32 Tahun 2004.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini pemerintah daerah diberikan keleluasaan untuk
mengatur segala urusan dalam daerah tersebut(Rini en Sarah 2015)
Otonomi merupakan pelimpahan wewenang yang dilakukan oleh pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah, hal ini menjadi sangat penting untuk dapat mendukung
penyelenggaraan suatu negara. Adapunurusan yang menjadi kewenangan pemerintahan
terdiri atas urusan pemerintah absolut, konkuren, dan umum, sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Urusan
pemerintahan konkuren adalah urusan yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas
Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan(Hertati en Arif 2019).

Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah


pusat dan daerah menyebutkan bahwa pendelegasiankewenangan yang diserahkan tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri dan
melalui mekanisme perimbangan keuangan pusat-daerah dan antar daerah. Kewenangan untuk
memanfaatkan sumber keuangan sendiri dilakukan dalam wadah Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang sumber utamanya adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Sedangkan
pelaksanaan perimbangan keuangan dilakukan melalui dana perimbangan yang terdiri atas
dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus(Rini en Sarah 2015)

Salah satu tujuan utama pelaksanaan otonomi daerah adalah untuk menciptakan good
governance, yaitu dengan pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumber daya melalui
suatu proses yang dapat dipertanggungjawabkan, akuntabel, transparan, dan memenuhi tujuan
pelayanan publik (efektif) (Widyananda, 2008).dalam (Arifianti, Payamta, & Sutaryo, 2014)

Menurut Mardiasmo (2002) terdapat tiga aspek utama yang mendukung keberhasilan
otonomi daerah, yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Yang dibahas disini
adalah pemeriksaan (audit), yaitu kegiatan oleh pihak yang memiliki independensi dan
memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah daerah
telah sesuai dengan standar atau kreteria yang ada.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang diamanatkan dalam
UU Nomor 15 Tahun 2004, menjelaskan bahwa BPK adalah satu-satunya lembaga negara yang
bertanggungjawab untuk melakukan pemeriksaan dan pengelolaan keuangan negara. Selain
itu, dalam UU Nomor 15 Tahun 2006, menyatakan bahwa BPK bertugas memeriksa
pengelolaan dan keuangan negara yang dilakukan pemerintah daerah. Auditor (BPK) sebagai
pihak ketiga yang independen diperlukan untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja
apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan principal melalui laporan keuangan.
Kemampuan daerah dalam mencapai tujuan dan mengelola urusan daerah akan
memperlihatkan performa (kinerja) daerah. Dalam menjalankan urusan tersebut, pemerintah
daerah tidak menjadi satu-satunya pelaku. Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah
tersebut tidak hanya ditentukan oleh pemerintah daerah saja, melainkan perlu ada sinergi antara
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat(Arifianti, Payamta, en Sutaryo 2013)

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu


kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi
yang tertuang dalam rumusan skema strategis suatu organisasi.Secara umum dapat juga
dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam periode
tertentu. Ukuran kinerja suatu organisasi sangat penting, guna evaluasi dan perencanaan masa
depan. Beberapa jenis informasi yang digunakan dalam pengawasan disiapkan dalam rangka
menjamin bahwa pekerjaan yang dilakukan telah dilakukan secara efektif dan efisien. Dengan
demikian mengukur kinerja tidak hanya informasi finansial tetapi jugainformasi
nonfinansial.(Indra,2010)dalam (Yusmalizar, 2014)

Kinerja pemerintah daerah adalah suatu gambaran tentang tingkat pencapaian hasil
implementasi program/kebijakan pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan sasaran,
tujuan, visi dan misi daerah yang sudah direncanakan dalam dokumen perencanaan daerah.
Kinerja pemerintah daerah selanjutnya diinformasikan kepada masyarakat serta para
pemangku kepentingan yang lainnya mengenai tingkat pencapaian hasil tersebut, dilihat
apakah sejalan dengan visi dan misi organisasi, serta dampak positif dan negatif kebijakan
operasional yang telah diambil.

Penelitian ini menganalisis pengaruh pemeriksaan keuangan daerah terhadap kinerja


dalam penyelenggaran pemerintah daerah di Indonesia dilihat dari hasil pemeriksaan keuangan
daerah yang dilakukan BPK.

TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum pengertian pemeriksaan atau auditing ialah suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti audit secara objektif mengenai pernyataan
(assertion/asersi) tentang kejadian dan peristiwa ekonomi dengan tujuan untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan serta
menyampaikan hasil hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Dewi, 2017).
Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggungjawaban
keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan
memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar keputusan-keputusan
yang diambil oleh mereka.

Peraturan BPK No. 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
menjelaskan bahwa pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek
efektivitas. Dalam melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan serta pengendalian intern.

Menurut (Yusmalizar, 2014), kinerja mempunyai hubungan erat dengan masalah


produktivitas dan efektivitas kinerja, karena merupakan indikator dalam menentukan
bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas dan efektivitas kinerja yang tinggi
dalam suatu instansi.Sehubungan dengan hal tersebut, maka upaya untuk mengadakan
penilaian terhadap kinerja di suatu organisasi merupakan hal yang sangat penting.

Menurut Mardiasmo (2007), dalam bukunya Akuntansi Pemerintahan yang dikutip


(Yusmalizar, 2014), menjelaskan bahwa pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
“Pengukuran Kinerja Sektor Publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur keuangan dan non
keuangan.

Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara (Pasal 1 butir 1 UU No 15 Tahun 2004). Pemeriksaan dalam
sektor keuangan negara dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Kantor Akuntan
Publik yang berfungsi sebagai auditor eksternal dan seringkali disebut sebagai “pemeriksa”.
Dalam melaksanakan tugasnya, BPK mengacu pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
yang memberlakukan juga Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), serta tujuan dan
harapan penugasan. Selain itu, proses pemeriksaan berpedoman juga pada Panduan
Manajemen Pemeriksaan (PMP) (Lovita en Rustiana 2016)

Berdasarkan Peraturan BPK No. 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara, pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Menurut SPKN tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingkat BPK
adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan,
untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Berdasarkan adanya penggunaan wewenang dalam mewujudkan pemerintahan yang


baik (good governance), maka dalam penyelenggaraan pemerintahan, peranan BPK sebagai
Lembaga Negara sangat berpengaruh dalam hal memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara, yang sesuai dengan Visi BPK Republik Indonesia yaitu “Menjadi Lembaga
Pemeriksa Kuangan Negara yang kredibel dan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk
berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata kelola keuangan Negara yang akuntabel dan
transparan” (Heriyanto, 2015)

Adapun kriteria pemberian opini menurut Undang-Udang Nomor 15 Tahun 2004


tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pada Penjelasan
Pasal 16 ayat (1) menyebutkan opini audit merupakan pernyataan profesional pemeriksa
mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang
didasarkan pada 4 (empat) kriteria, 2 (dua) kriteria diantaranya adalah efektivitas pengendalian
intern (SPI) dan kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan.

Ada tiga pihak yang membutuhkan dan berkepentingan dengan Opini Audit. Pertama
adalah Pihak eksternal seperti dewan, masyarakat dan investor yang menggunakan laporan
audit untuk menilai akuntabilitas pengelolaan keuangan suatu entitas pemerintah, dan sebagai
tolak ukur untuk menilai tingkat kepercayaan terhadap suatu laporan keuangan yang disajikan
oleh entitas pemerintah. Pihak kedua adalah auditor, yaitu BPK, yang menggunakan opini audit
menjadi sebagai sarana untuk menilai amanat profesional dan amanat peundang-undangan.
Pihak ketiga adalah entitas pemerintah, yang menggunakan opini untuk menciptakan
reputasinya di mata publik, yaitu atas kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
(Rante, Salle, & Marlissa, 2014)

Agar laporan pertanggungjawaban yang disajikan oleh Organisasi perangkat daerah


(OPD) sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka Kepala Daerah diharuskan
melakukan pembinaan pengelolaan keuangan daerah kepada setiap Kepala OPD beserta Entitas
OPD tersebut dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan anggaran agar
laporan keuangan yang dihasilkan OPD tersebut sesuai dengan yang diharapkan, dimana hasil
dari perpaduan seluruh laporan keuangan setiap OPD akan menjadi Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. LKPD secara prinsip merupakan pernyataan pemerintah daerah bahwa:

(a) Informasi keuangan yang tersaji dalam LKPD meliputi : merupakan keberadaan dan
keterjadian yang senyatanya ada; pernyataan bahwa semua telah disajikan secara lengkap; ada
pemisahan hak dan kewajiban secara jelas; penilaian dan alokasi sudah dilakukan dengan tepat;
dan telah disajikan sesuai SAP

(b) Semua informasi keuangan telah diungkapkan secara cukup;

(c) Semua informasi keuangan telah disajikan dengan proses pengendalian yang efektif; dan

(d) Semua informasi keuangan merupakan gambaran transaksi yang taat pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Menurut (Dewi,2017) tujuan dari pemeriksaan kinerja adalah untuk menentukan


apakah:

(1) informasi operasi telah akurat dan dapat diandalkan;

(2) peraturan ekstern serta kebijakan dan prosedur intern telah dipenuhi;

(3) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi;

(4) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan

(5) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Atau menentukan: keandalan informasi
kinerja, tingkat ketaatan, pemenuhan standar mutu operasi, efisiensi, ekonomis, dan efektivitas.

Audit kinerja (audit operasional) bertujuan untuk menilai apakah sumber daya ekonomi
yang tersedia telah dikelola secara ekonomis, efisien, dan efektif. Pengertian terhadap konsep
efektivitas, efisiensi dan ekonomis akan membantu kita menyusun tujuan-tujuan audit untuk
pengujian substantif.
a. Efektivitas

Efektif yaitu tercapainya tujuan atau manfaat. Dalam melakukan pengujian, kita dapat
mengukur efektivitas kegiatan dengan merinci tujuan audit sebagai berikut:

1) Output yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan, baik dari segi jenis/spesifikasi,
kuantitas, maupun mutu.

2) Output yang dihasilkan dapat atau telah dimanfaatkan.

3) Output yang dihasilkan digunakan sesuai rencana.

b. Efisiensi

Efisien yaitu hubungan antara input dengan output. Efisiensi terjadi jika sejumlah output
tertentu dapat dicapai dengan jumlah input yang lebih kecil.

Untuk tujuan pengujian, efisiensi dapat diuji dengan tujuan- tujuan audit sebagai berikut:

1) Kuantitas output tertentu telah menggunakan kuantitas input yang lebih kecil dari standar;

2) Kuantitas input tertentu telah menghasilkan kuantitas output yang lebih besar dari standar;

3) Input telah digunakan untuk menghasilkan output yang direncanakan atau tidak terdapat
pemborosan sumber daya.

c. Ekonomis

Ekonomis/hemat berhubungan dengan perolehan input untuk pelaksanaan kegiatan, yaitu bila
harga/nilai input menjadi lebih rendah/murah/hemat

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode literatur review yang mendapatkan informasi dari
artikel-artikel terdahulu. Artikel-artikel yang digunakan dari kurun waktu tahun terbaru (2019)
sampai 5 tahun sebelumnya (2014). Selanjutnya artikel-artikel yang lain sebagai pendukung
penyusunan penyelidikan terdahulu. Kajian literatur pada bab ini disusun berdasarkan metode
Systematic Literature Review (SLR). SLR merupakan metode dalam mengidentifikasikan,
menilai dan menginterpretasikan seluruh temuan-temuan pada suatu topik penyelidikan.
Tujuannya adalah memberikan jawaban yang spesifik dari pertanyaan penyelidikan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
PEMBAHASAN

Teori keagenan menggambarkan hubungan keagenan dalam bentuk kontraktual antara


principal dan agent untuk melakukan pelayanan atas nama prinsipal yang melibatkan
pendelegasian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976).
Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah
organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan diantara principal dan agen (Jensen dan
Meckling, 1976) dalam (Endri, 2017)

Pihak eksekutif atau pemerintah sebagai agen memiliki kewajiban untuk


menyelenggarakan pemerintahan yang transparan, menyajikan pelaporan dan pengungkapan
segala pelaksanaan pemerintahan kepada pihak prinsipal atau masyarakat (Mardiasmo, 2002).
Salah satu masalah keagenan adalah adanya asimetri informasi. Dalam pemerintahan, asimetri
informasi ini yang dapat menimbulkan penyimpangan atau korupsi oleh pemerintah sebagai
agen. Oleh karena itu, pengelolaan pemerintahan harus diawasi untuk memastikan bahwa
penyelenggaraan pemerintah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Salah satu
bentuk pengawasan ini adalah pemeriksaan yang dilakukan BPK terhadap laporan keuangan
pemerintah daerah (Endri, 2017).

Perhatian yang besar terhadap pengukuran kinerja disebabkan oleh opini bahwa
pengukuran kinerja dapat meningkatkan efisiensi, keefektifan, penghematan dan produktifitas
pada organisasi sektor publik (Halachmi, 2005) dalam (Hafidh Susila Sudarsana; Shiddiq Nur
Rahardjo 2013). Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2008 (PP No.6/2008) tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa salah satu evaluasi
penyelenggaraan Pemerintahan daerah adalah berupa Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (EKPPD). Untuk melengkapi PP No.6/2008, maka diterbitkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No.73 Tahun 2009 (Permendagri No.73/2009). Permendagri
No.73/2009 yang menyebutkan bahwa salah satu evaluasi kinerja yang dilakukan Pemerintah
terhadap Pemda berupa evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah (EKPPD) yang
menggunakan LPPD sebagai sumber informasi utama. EKPPD adalah suatu proses
pengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah dengan menggunakan system pengukuran kinerja. Sistem pengukuran
kinerja adalah sistem yang digunakan untuk mengukur, menilai dan membandingkan secara
sistematis dan berkesinambungan atas kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah (Hafidh
Susila Sudarsana; Shiddiq Nur Rahardjo 2013)
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan BPK tersebut berupa opini, temuan, kesimpulan
atau dalam bentuk rekomendasi. Temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan
BPK terhadap laporan keuangan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan suatu daerah terhadap
ketentuan pengendalian intern maupun terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku
(Hafidh Susila Sudarsana; Shiddiq Nur Rahardjo 2013)

Temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK terhadap laporan
keuangan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan suatu daerah terhadap ketentuan
pengendalian intern maupun terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Semakin
banyak pelanggaran yang dilakukan oleh Pemda menggambarkan semakin buruknya kinerja
Pemda tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi angka temuan audit, maka menunjukkan
semakin rendahnya kinerja suatu Pemda (Hafidh Susila Sudarsana; Shiddiq Nur Rahardjo
2013)

Temuan audit BPK adalah berbagai jenis tindak kecurangan yang ditemukan pada
laporan keuangan pemerintah pada saat dilakukan pemeriksaan oleh BPK yang melanggar
ketentuan pengendalian internal dan ketentuan perundang-undangan (Sudarsana, 2013)
dalam (Tama en Adi 2019). Menurut Noviyanti & Kiswanto (2016) bahwa ketidakpatuhan
terhadap perundang-undangan menyebabkan kerugian terhadap pemerintah daerah
karena ketidakefisienan yang ditimbulkan. Pemerintah daerah dituntut untuk mendapatkan
penilaian wajar atas laporan keuangan yang diterbitkan dari lembaga yang diberikan
kewenangan untuk melakukan pemeriksaan yaitu BPK. (Tama en Adi 2019)

Menurut (Dewi, 2017), hasil dari pemeriksaan yang dilakukan BPK tersebut berupa
opini, temuan, kesimpulan atau dalam bentuk rekomendasi. Temuan audit BPK merupakan
kasus-kasus yang ditemukan BPK terhadap laporan keuangan Pemda atas pelanggaran yang
dilakukan suatu daerah terhadap ketentuan pengendalian intern maupun terhadap ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Penelitian yang dilakukan Bernstein (2000) dalam
Sudarsana.(2013) menyimpulkan adanya hubungan antara pengukuran kinerja Pemda dan
sistem pengawasan, termasuk audit kinerja dan evaluasi program. Semakin banyak
pelanggaran yang dilakukan oleh Pemda menggambarkan semakin buruknya kinerja Pemda
tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh (Endri, 2017) menyatakan bahwa tidak semua hasil
pemeriksaan BPK memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Opini
pemeriksaan dan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pemerintah daerah memiliki
pengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Hasil ini
mengkonfirmasi teori keagenan yang menyatakan bahwa agen dalam hal ini pemerintah daerah
yang diberikan wewenang untuk mengelola pemerintahan yang diamanatkan oleh masyarakat
sebagai prinsipal, masyarakat mengharapkan pemerintah sebagai agen untuk meningkatkan
kinerja dalam pengelolaan keuangan daerah. Sedangkan temuan pemeriksaan dan tindak lanjut
pemeriksaan tidak berpengaruh siginifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, ini
menunjukkan bahwa nilai temuan yang rendah dan tingkat tindak lanjut hasil pemeriksaan yang
rendah tidak dapat menggambarkan bahwa kinerja keuangan pemerintah tersebut rendah.

(Tama en Adi 2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa temuan audit


mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap kinerja keuangan daerah. Semakin
kecil temuan audit, maka kinerja keuangan daerah akan semakin tinggi (baik), sebaliknya
kinerja keuangan cenderung akan memburuk bila temuan audit semakin besar. Sementara
itu, faktor lain yaitu ukuran pemerintahtidak terbukti menjadi faktor yang menentukan
kinerja keuangan pemerintah daerah. Tidak terdapat kecenderungan bahwa ketika ukuran
pemerintah semakin besar, maka kinerja pemerintah daerah akan semakin baik.

Hasil penelitian (Harumiati en Payamta 2018) menyatakan bahwatemuan audit


(TEMUAN) berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyelenggara pemerintah daerah. Dan
(Zulia 2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa opini Audit secara bersama-sama
berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Konsisten dengan
penelitian yang dilakukan (Subiyantoro 2016) bahwa Tindak Lanjut atas Temuan Pemeriksaan
Sesuai dengan Rekomendasi berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah. Berarti tindak lanjut atas temuan pemeriksan sesuai dengan rekomendasi
berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah.Dengan adanya
rekomendasi yang diberikan oleh pemerintah pusat melalui BPK terhadap kinerja
pemerintahan daerah maka diharap pemerintah daerah dapat menindak lanjut temuan audit dan
meningkatkan kinerjanya untuk tahun berikutnya.

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas bisa disimpulkan bahwa tidak semua hasil pemeriksaan BPK
memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Opini pemeriksaan dan
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pemerintah daerah memiliki pengaruh positif
secara signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Hasil ini mengkonfirmasi teori
keagenan yang menyatakan bahwa agen dalam hal ini pemerintah daerah yang diberikan
wewenang untuk mengelola pemerintahan yang diamanatkan oleh masyarakat sebagai
prinsipal, masyarakat mengharapkan pemerintah sebagai agen untuk meningkatkan kinerja
dalam pengelolaan keuangan daerah. Sedangkan temuan pemeriksaan dan tindak lanjut
pemeriksaan tidak berpengaruh siginifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, ini
menunjukkan bahwa nilai temuan yang rendah dan tingkat tindak lanjut hasil pemeriksaan yang
rendah tidak dapat menggambarkan bahwa kinerja keuangan pemerintah tersebut rendah.

Semakin kecil temuan audit, maka kinerja keuangan daerah akan semakin tinggi
(baik), sebaliknya kinerja keuangan cenderung akan memburuk bila temuan audit semakin
besar. Sementara itu, faktor lain yaitu ukuran pemerintahtidak terbukti menjadi faktor
yang menentukan kinerja keuangan pemerintah daerah. Tidak terdapat kecenderungan
bahwa ketika ukuran pemerintah semakin besar, maka kinerja pemerintah daerah akan
semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arifianti, Hermin, Payamta, en Sutaryo. 2013. “Pengaruh Pemeriksaan dan Pengawasan


Keuangan Daerah terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Studi Empiris
pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Indonesia”. In Simposium Nasional Akuntansi
(SNA) XVI,.

Cahyani, Dewi. 2016. “PENGARUH PEMERIKSAAN, PENGAWASAN PENGELOLAAN


KEUANGAN DAERAH, DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN TERHADAP
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Studi Empiris pada
Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2014)”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Unpas.

Hafidh Susila Sudarsana; Shiddiq Nur Rahardjo. 2013. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia)”. Jurnal
Akuntansi & Auditing.

Harumiati, Yayuk, en Payamta Payamta. 2018. “PENGARUH KARAKTERISTIK


PEMERINTAH DAERAH DAN TEMUAN AUDIT BPK TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA TAHUN
ANGGARAN 2011”. Assets: Jurnal Akuntansi dan Pendidikan.
Hertati, Diana, en Lukman Arif. 2019. “Implementasi Kebijakan Pengelolaan Dana Desa di
Desa Pejambon Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur”. Journal of Economics, Business,
and Government Challenges.

Lovita, Lily, en Rustiana. 2016. “PENGARUH SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR


TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR MENDETEKSI KECURANGAN (Studi
Pada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan DIY)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.

Rini, Rini, en Adhariani Sarah. 2015. “OPINI AUDIT DAN PENGUNGKAPAN ATAS
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SERTA KAITANNYA
DENGAN KORUPSI DI INDONESIA”. ETIKONOMI.

Subiyantoro, Putut. 2016. “PENGARUH PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN


KEUANGAN”. Digital Repository Universitas Jember.

Tama, I Gusti Made Ary Anggara, en Priyo Hari Adi. 2019. “Pengaruh Karakteristik Kepala
Daerah, Ukuran Pemerintah, dan Temuan Audit terhadap Kinerja Keuangan Daerah”.
Perspektif Akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai