Anda di halaman 1dari 28

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) adalah salah

satu gangguan muskuloskeletal yang di sebabkan oleh aktivitas tubuh

yang kurang baik. (lukman & ningsih, 2010, hal. 128)

Low back pain (LBP) adalah sindroma klinik yang ditandai dengan

gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang

punggung bagian bawah. (asriadi & dkk, 2011, hal. 52)

Low back pain adalah salah satu gangguan muskuloskeletal dan

sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau

perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian

bawah.

1
2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1

Anatomi Lumbal Spinal

https://www.google.com/search?q=ASKEP+LBP&client=firefox-
b&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwittbCg_JjUAhVLOY8KH
RplAAAQ_AUIBigB&biw=1366&bih=635#imgrc=h0RtKA04P8TZkM:

Sekitar 600 buah otot manusia bekerjasama dengan tulang untuk

menggerakan tubuh. Otot-otot tubuh daapat bergerak sendiri diluar

kesadaran maupun bergerak sesuai dengan keinginan kita.

Bagian dari otot yang disebut tendon yaitu suatu jaringan ikat yang

kuat merupakn sambungan otot pada ujng-ujungnya yang melekat pada

tulang. Ketika otot kontraksi, ia akan menggerakkan satu atau lebih

tulang melalui sendi, sedang tulang yang lain tetap/tidak bergerak.

Banyaknya serat otot ditentukan oleh berapa kekuatan yang di

butuhkan untuk menggerakka dan tergantung pula pada fungsi

spesifiknya. Otot yang paling kuat yaitu yang berjalan sepanjang

tulang belakang sedang otot yang paling kecil adalah stapedius yang

terletak dalam rongga telinga.

2
Manusia memiliki 3 tipe otot yaitu otot polos (otonom), otot

jantung dan otot motorik (otot rangka). Masing masing tipe

mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda.

a. Otot polos

Otot polos terletak pada dinding organ dalam yang berongga,

misalnya usus, pembuluh darah, kandung kemih, dll. Kontraksi

otot ini terjadi diluar sadar atau bekerja sendiri diluar kontrol kita,

sehingga disebut juga dengan otot otonom, karena rangsangan dari

saraf otonom.

b. Otot jantung

Serabut otot ini hanya terdapat pada jantung. Otot ini dapat

kontraksi secara ritmik dan menyebar dengan cepat sesuai dengan

datangnya rangsangan untuk memompakan darah keluar jantung

dan kemudian relaksasi terjadi dengan sempurna diantara kontraksi

untuk mencegah kelelahan. Kontraksi dan relaksasi ini terjadi terus

menerus dan berirama tanpa rangsangan dari luar karena

rangsangan terjadi dalam jantung sendiri diluar kesadaran kita.

c. Otot motorik

Ujung otot-otot ini umumnya melekat pada tulang dan jaringan lain

misalnya tulang rawan,ligamen atau kulit sesuai dengan fungsinya.

Yang melekat pada kulit biasanya bentuknya datar sedang pada

tulang umumnya otot ini melekat pada tulang. Otot ini berkontraksi

sesuai keinginan kita dirangsang dan di kontrol oleh sistem saraf.

3
Gerakannnya cepat, lebih kuat namun mudah lelah. Otot ini

bertanggungjawab untuk gerakan sadar.

Otot-otot dipersarafi dengan kata lain otot kontraksi bila

timbul impuls pada saraf (motor neuron). Saraf motorik ini timbul

dari cabang-cabang medulla spinalis ke beberapa serabut otot.

Sekelompok saraf ini disebut motor unit. Serabut motor neuron

yang menempel pada serabut otot disebut neuromuscullar junction.

Kekuatan kontraksi otot ditentukan oleh jumlah serabut otot

yang dirangsang. Bila banyak serabut otot yang dirangsang,

kontraksi otot akan meningkat.

Kontraksi otot membutuhkan energi yang disuplai oleh

ATP. Energi ini digunakan untuk melepaskan kepala/ujung myosin

dari filamen actin. Tanpa ATP kepala myosin akan tetap kontraksi.

Ada 3 cara unuk memperoleh ATP :

a. Mitokondria didalam sel-sel otot, melalui proses aerobik

b. Creatinin phosphate yang terdapat pada sel-sel

c. Bila creatinin phosphate habis, ATP tetap dapat dihasilakn dari

proses anerobik (sel tidak dapat suplai oksigen yang cukup).

Namun ATP dari hasil proses ini tidak bertahan lama, karena

hasil akhir proses ini adalah asam laktat menyebabkan otot

nyeri dan lelah. Keadaan ini dapat terjad bila melakukan

aktivitas berat, yang akhirnya menyebabkan oksigen yang

masuk tidak cukup untuk suplai ke jaringan.

4
Adapun mekanisme kontraksi otot adalah apabila sel-sel otot

kontraksi, myosin dan actin saling mendekat untuk memperpendek

sarcomere. Bila kontraksi terus menerus berlangsung kedua ujung

filamen akan saling melewati (memendek dan menebal).

Ada beberapa macam otot:

1) Menurut bentuk dan serabutnya yaitu otot serabut sejajar

atau berbentuk kumparan, otot membentuk kipas dan otot

melingkar/sphincter

2) Menurut jumlah kepalanya, yaitu otot biceps dsn triceps

serta quadriceps.

3) Menurut pekerjaannya yaitu :

a) Otot sinergis, kelompok otot yang bekerja sama

untuk melakukan suatu tugas

b) Otot antagonis, kelompok otot yang

bekerja/tugasnya berlawanan.

c) Otot abductor, bekerja menggerakkan anggota

menjauhi tubuh.

d) Otot adductor, menggerakkan anggota mendekati

tubuh.

e) Otot fleksor, bekerja melipat sendi.

f) Otot ekstensor, bekerja meluruskan sendi.

g) Otot prenator, mensejajarkan radius ulna (kedalam).

h) Otot supinator, ,menyilangkan radius ulna

(kedalam).

5
i) Endorotasi, memutar kedalam.

j) Eksorotasi,memutar keluar. (sarpini, 2015, hal. 55)

3. Etiologi

Tulang belakang merupakan organ mekanik yang sering di

gambarkan sebagai suatu derek (crane) dengan kemampuan

menyangga berat badan, menjaga keseimbangan, dan melawan

berbagai tarikan sebagai akibat dar pekerjaan sehari-hari maupun

aktivitas rekresional. Walaupun tulang belakang memiliki kemampuan

luarbiasa untuk menahan sebagian besar tekanan mekanis, tulang

belakang tidak dapat dipaksa melebihi batas kemampuanya.

Kekatanyangmelebihi kapasitas jaringan tulang belakag untuk

merengang akan menyebabkan cidera dan nyeri.

Penyebab dari nyeri punggung msih belum diketahui dengan jelas

dan masih belum dapat djelaskan dengan mendetail. Banyak grup

peneliti telah menyerah dalam usaha untuk menjelaskan penyebab dari

nyeri punggung bawah. Adapun penyebab nyeri punggung bawah

adalah:

a. Berasal secara biomkanisdan destruktif, misalnya kompresi

diskusvertebralis, cidea torsio, da vibrasi. Permasalhan-

permasalahan tersebut dapat terlihat pada klien yang memiliki

pekerjaan yang memutuhkan kerja mengangkat yang berat da

berulang paa posisi mebunguk atau pekrjaa mengoprasikan mesin

yang bergetar.

6
b. Bersifat destruktif, msalnya infeksi, tumr, dan gangguan rematik.

Kondisi-ondisi tersebut dapat memberikan tekanan pad sara tulan

belakang atau akarnya, atau bahkan mengubah strutur dari tulang

vertebra.

c. Permasalahn degeneratif antara lain, osteoporosis dan stenosis

tulang belakang. Osteporosis dapat menyebabkan tulang verteba

kolaps dan mengakibatkan kompresi pada akar-akar saraf. Kanal

spinal dapat menyempit dan menkan saaf-saraf, suatu konisi yang

disebut stenosis spinal, dan seringkali terjadi pada orang tua.

Keparannya terjadi berkisar dari terjebaknya akar saraf hingga

kompresi dari keselurha tulang belakang.

d. Gangguan-gangguan lain, termask yang tidak mempunyai

penyebab fisiolgis yang jelas,tetai mengaibatkan hlannya pengasila

dan umunculnya nyeri. Terapat data-data baru yang menunjukkan

bahwa ada pengaruh psikologis yang kuat pada respon klien

terhadap nyeri punggung bawah. Faktor prenetu utama untuk

disblitas karena nyeri puggung bawah tampaknya didasarkan pada

apaka klen mengalami depresi,tidak bahagia dalam tempat

kerjanya, atau terlibat dalam legislasi. Masalah-masala psikososial

ini tidak akan menghilangkan nyeri yan sesungguhnya. Cara otak

memprosesnyer sungguh rumit. Aspek psikososial mungkin

menkan jalur scrotoenergik dan membatasi sekresi dan endorfin.

(black & hawks, 2014, hal. 653)

7
Umumnya nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari

berbagai masalah muskuloskeletal. Nyeri terjadi akibat gangguan

muskuloskeletal dapat dipengaruhi oleh aktvitas.

e. Renggangan lumbosakral akut

f. Ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan ototot

g. Osteoartritis tulang belakang

h. Stenosis tulang belakang

i. Masalah diskus inevertebralis

j. Perbedaan panjang tugkai

k. Pada lansia; akibat fraktur tulang belakang, osteoporosis atau

metastasis tulang

l. Penyebab lain, seperti gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor

retroperitoneal, aneurisma abdominal, dan masalah psikomatik

(lukman & ningsih, 2010, hal. 128)

4. Patofisiologi

Beban yang memiliki berbagai efek terhadap diskus

intervertebralis, bebandari vertebra, faset, dan ligamen-ligamen tulang

belakang. Padabeban berat yang menekan,serabut anuler dari diskus

mengalmi perenggangan. Tulang vertebra juga mengalami teanan dan

dapat patah pada end-plate-nya. Ligamen-ligamen tulang belakan

cenderung dapat melengkung dengan mudah dan sendi faset hanya

dapat menahan sedikit kompresi.

8
Akibatnya adalah diskus dapat mengalami herniasi. Ketika diskus

hanya menonjol, anulusnya masih sempurna. Ketika terjadi herniasi,

anulus biasanya robek, sehingga menghasilkan ekstrusi dari nuleus

purposus. Kompresi dari akar saraf tulang belakang dapat terjadi

karena herniasi diskus. Diskus yang memisahkan da memberi bantalan

vertebra mendapatkan inervasi leh uung-ujung saraf halus.ketika

diskus menimpa nervus skiatikus, kondisi ini dan nyeri yang dihasilkan

disebut sebagai skiatika. Skiatika adalah bentuk nyeri yang parah dan

konstan di daerah kai yang muncul disepanjang jalur nervus skiatik

dan cabang-cabangnya. (black & hawks, 2014, hal. 655)

Kulumna vertebralis dapat diangap sebagai sebuah batang elastik

yang tersusun atas banyak unit yang kaku dan unit fleksibel yang

diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,berbagai ligamen, dan

otot paravertebralis. Konstruksi terseut memungkinkan fleksibelitas,

sementara sisi lain tetap melindungi sumsum tulang belakang. (lukman

& ningsih, 2010, hal. 129)

5. Tanda dan Gejala

a. Nyeri punggung akut maupun kronis (berlangsng lebih dari dua

bulan tanpa perbaikan) dan kelemahan

b. Nyeri bila tungkai ditinggikan dalam keadaan lurus, indikasi iritasi

serabut saraf.

c. Adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan spasme otot

tulang postural belakang yang berlebihan)

9
d. Hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal.

e. Dapat ditemukan deformatis tulang belakang. (lukman & ningsih,

2010, hal. 130)

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Sinar-X vertebra; mungkin memperlihatkan adanya fraktur,

dislokasi, infeksi, osteoartritis atau skoliosis

b. Compoted tomography (CT) Scan; berguna untuk mengetahui

penyakit yang mendasari

c. Ultrasonografi (USG); dapat membantu mendiagnosis penyempitan

kanalis spialis

d. Magneting resonance imaging (MRI); memungkinkan visualisasi

sifat dan lokasi patologi tulang belakang

e. Mielogram dan diskogram; dimana sejumlah kecil bahan kontras

disuntikkan ke diskus interertebralis untuk dapat melihat visualisasi

sinar. Dapat dilakukan untuk diskus yang mengalami degenerasi da

protrusi diskus.

f. Venogram epidural; digunakan untuk mengkaji penyakit diskus

lumbalis dengan memperliatkan adanya pergeseran vena epidural.

g. Elektrominogram (EMG) dan pemeriksaan hantaran saraf

digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut saraf tulang

belakang (radikulopati). (lukman & ningsih, 2010, hal. 134)

10
7. Penatalaksanaan Medik

Sebagian besar nyeri punggung dapat hilang sendiri dan akan

sembuh dalam enam minggu dengan tirah baring, penguranga stress

dan relaksasi. Klien harus tetap di tempat tidur dengan matras yang

padat/kayu penyangga dan tidak membalik selama dua sampa tiga

hari. Menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan stres, klien

diposisikan sedemikian rupa sehinga fleksi lumbal lebih, yang dapat

mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat

tidur ditinggikan 30 derajat dan klien sedikit menekuk lututnya atau

berbaring miring dengan lutut dan panggul di tekuk (posisi melingkar)

dengan meletakkan bantal diantara lutut dan tungka serta

menggunakan sebuah bantal dibawah kepala. Hindari posisi tengkurap

karena dapa memperberat lordisis.

Kadang klien perlu diberikan penanganan konservatif aktf dan

fisioterapi. Traksi pelvis intermiten dengan beban traksi 7-13kg

memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot.

Fisioterapi ditujukan untuk mengurangi nyeri dan spasame otot.

Perlu diberikan obat-obatan untuk menangani nyeri. Analgetik

narkotik untuk meutus lingaran nyeri, relaksan otot, dan obat

penenang untuk merilekskan klien danmengurang spasme otot pasien.

(lukman & ningsih, 2010, hal. 130)

11
8. Komplikasi

a. Fraktur

b. Dislokasi

c. Infeksi

d. Osteoartritis atau skoliosis

e. Penyempitan kanalis spialis

f. Pergeseran vena epidural

g. Penyakit serabut saraf tulang belakang (radikulopati). (lukman &

ningsih, 2010, hal. 134)

12
B. Konsep Nyeri

1. Definisi

Nyeri adalah suatu perasaan yang tdak menyenangkan dan

disebabkan oleh stimulus spesifik seperti: mekanik, termal, kimia,

mikroorganisme atau elektrik pada ujung saraf serta tidak dapat

diserah-terimakan kepada orang lain. (Heriana, 2014, hal. 36)

Nyeri adalah segala sesuatu yang di katakan oleh individu

yang merasakan nyeri dan ada ketika individu tersebut mengatakan

ada. (black & hawks, 2014, hal. 441)

2. Jenis nyeri

a. Nyeri akut

Nyeri akut akan dapat menghilang dengan atau tanpa

pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Fungsi

nyeri akut adalah memberi peringatn akan cidera singkat, misalnya

nyeri karena terkilir, nyeri pada patah tulang, atau pembedahan

abdomen

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik dapat menjadi penyebab utama

ketidakmampuan fisik dan psikologis sehingga akan timbul

masalah seperti kehilangan pekejaan, ketidakmampuan beraktivitas

sehari-hari yang sederhana, disfungsi seksual, dan isolasi sosial dari

keluaga atau teman-teman. Individu yang mengalami nyeri kronik

seringkali tidak menunjukan gejala yang berlebihan dan tidak

13
beradaptasi dengan nyeri. Gejala nyeri kronik meliputi keletihan,

insomnia, penurunan berat badan, depresi, putus asa, dan

kemarahan. Nyeri kronik berkembang lebih lambat dan terjadi

dalam waktu yang lebih lama, sehinga pasien sullit mengingat sejak

kapan nyeri mulai di rasakan. Nyeri juga dapa dikatakan sebagai

nyeri somatogenik atau psikogenik. Nyeri somatogenik

merupakan nyeri secara fisik, sedangkan nyeri psikognik

merupakan nyeri psikis atau mental. (Heriana, 2014, hal. 37)

3. Faktor yang mempengaruhi nyeri

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Kebudayaan

d. Makna nyeri

e. Perhatian

f. Ansietas

g. Keletihan

h. Pengalaman sebelumnya

i. Gaya koping

j. Dukungan keluarga dan sosial

k. Faktor lingkungan (Heriana, 2014, hal. 38)

14
4. Fisiologi nyeri

Nyeri dapat disebabkan oleh lima stimulus yaitu mekanik,

termal, kimia, elektrik dan mikroorganisme. Suatu teori yang

menjelaskan nyeri sebagai suatu mekanisme relatif sederhana yang

menjelaskan bahwa repons nyeri yang timbul apabila suatu stimuli

nyeri mengaktivasikan reseptor nyeri. Stimuli dapat berupa zat

kimia, listrik, panas, mekanik, maupun mikroorganisme, baik yang

berasal dari dalam maupun luar tubuh.

Informasi dari reseptor nyeri mencapai sisten saraf sentral

melalui serabut saraf asenden. Bila informasi ini telah sampai di

talamus, maka seseorang akan merasakan adanya suatu sensasi

serta mempelajari tentang lokasi dan kekuatan stimulus. Bila

informasi telah sampai pada korteks serebri, maka seseorang

menjadi lebih terlibat dengan sensasi nyeri, mencoba

menginterpretasikan arti nyeri dan mencari cara untuk menghindari

sensasi lebih lanjut.

Sinaps yang berada pada kornu dorsalis bekerja seperti

sebuah pintu membuka atau menutup, sehingga bila ada

rangsangan nyeri maka pintu tersebut akan ditutup sehingga nyeri

tersebut tidak sampai ke otak atau pintu itu dibuka sehingga nyeri

akan sampai ke otak.

Apabila ada sejumlah impuls nyeri yang berjalan sepanjang

serabut tebal (seperti panas, dingin, atau sentuhan) maka sejumlah

impuls nyeri tersebut berusaha untuk dicegah dengan cara menutup

15
pintu pada serabut saraf tersebut. Individu akan merasakan nyeri

hanya jika pintu sinaps di buka atau impuls nyeri sangat dominan.

Tubuh kita menghasilkan zat kimia yaitu opium, yang dikenal

sebagai tiga jenis yaitu enkefalin, endorfin, dinorfin yang

berfungsi sebagai regulator dalam beradaptasi terhadap nyeri.

(Heriana, 2014, hal. 39)

5. Respons individu terhadap nyeri

a. Tahap aktivasi

Dimulai saat pertama individu menerima rangsangan nyeri sampai

tubuh bereaksi terhadap nyeri yang meliputi :

1) Respons simpatoadrenal

Respons yang tidak disengaja seringkali juga dinamakan

respons autonom juga bersifat protektif, mencakup :

a) Peningkatan pengeluaran keringat

b) TD naik

c) RR naik

d) Takipnea

e) Dilatasi pupil (pembesaran pupil)

f) Ketegangan otot

g) Mual muntah

h) Pucat

16
2) Respons muskular

Respons yang disengaja merupakan reaksi otot yang

mencetuskan usaha untuk menghilangkan rangsangan rasa

sakit, juga bersifat protektif, sebagai contoh :

a) Menggeliat kesakitan

b) Mengusap daerah yang skait

c) Imobilitas

d) Buru-buru menarik tangan dari sebuah benda yang panas

e) Mengambil posisi tertentu, contoh : menarik lutut, sampai

menekan perut bilamana rasa sakit di perut tidak

tertahankan

3) Respons emosional

Respons emosional terhadap rasa sakit mempunyai lambang

yang sangat luas dan berbeda-beda dari orang ke orang.

Respons emosional terhadap sakit antaralain :

a) Bergejolak

b) Mudah tersinggung

c) Perubahan tingkah laku

d) Berteriak

e) Menangis

f) Diam

g) Kewaspadaan meningkat

17
b. Tahap pemantulan

Nyeri sangat hebat tetapi sangat singkat, pada tahap ini

sistem saraf parasimpatis mengambil alih tugas, sehingga terjadi

respons yang berlawanan dengan tahap aktivasi.

c. Tahap adaptasi

Saat nyeri berlangsung lama, tubuh mencoba untuk

beradaptasi melalui peran endorfin. Reaksi adaptasi tubuh ini

terhadap nyeri dapat berlangsung beberapa jam atau beberapa

hari. Bila nyeri berkepanjangan maka akan menurunkan sekresi

norepinefrin sehingga individu merasa tidak berdaya, tidak

berharga dan lesu. (Heriana, 2014, hal. 42)

Pengkajian fokus pada pasien dengan LBP di titik beratkan

pada pola persepsi kognitif yaitu degan mencari informasi tentang

persepsi pasien tentang nyeri yang dialami, bila mana nyeri

timbul, cara- cara untuk mengatasi nyeri , seberapa besar nyeri

yang dirasakan. Selain pola persepsi dan konitif maka pola tidur

dan aktivitas perlu dikaji untuk mendapatkan data tenteng

pengaruh aktivitas terhadap tingkat nyeri, pengaruh nyeri

terhadap pola tidur.

18
C. Konsep Dasar Keperawatan

i. Pengkajian

a. Pola persepsi kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

a) Riwayat jatuh

b) Riwayat terakhir masuk rumahsakit

2) Riwayat kesehatan sekarang

a) Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena nyeri akut

b) Intoleransi aktivitas

3) Riwayat kesehatan keluarga

a) Apakah ada riwayat penyakit degeneratif dalam keluarga

b. Pola nutrisi dan metabolic

1) Nafsu makan hilang, mual muntah,kembung

2) Kehilangan sensasi (rasa kecap pada lidah, pipi dan

tengkorak)

c. Pola eliminasi

1) Perubahan pola berkemih seperti : inkontenensia Turin,anuria

2) Asistensi abdomen, bising usus (-)

d. Pola aktivitas dan latihan

1) Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena nyeri akut

2) Merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri, kejang otot)

19
e. Pola tidur dan istirahat

1) Kaji frekuensi tidur

2) Adakah kualitas tidur tidak cukup

f. Pola kognitif dan persepsi

1) Adanya sinkope / pusing, sakit kepala berat

2) Kelemahan, kesemutan, nyeri

3) Pemakaian korset

g. Pola persepsi dan konsep diri

1) Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa

2) Emosi labil, ketidaksiapan untuk makan sendiri dan gembira

3) Kesulitan untuk mengekspresikan diri

h. Pola peran dan hubungan dengan sesama

1. Masalah hubungan dan peran dengan sesama

i. Pola reproduksi-seksualitas

a) Adanya masalah pada reproduksi

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

a) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, letupan

suara hati, gelisah.

b) Hal yang membuat pasien marah, takut, cemas, tegang.

k. Nilai dan kepercayaan

a) Bagaimana kepercayaan klien, apakah sebelum dan sejak

sakit sering berdoa

20
b) Apakah klien menyerahkan sakitnya sepenuhnya kepada

Tuhan.

ii. Diagnosa Keperawatan

Menurut (black & hawks, 2014, hal. 662)

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan karena insisi

punggung

iii. Intervensi Keperawatan

b. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma

jaringan karena insisi punggung

a. Tujuan : Nyeri dapat berkurang hingga1 bahkan nyeri dapat hilang

b. Kriteria Hasil : Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri lagi .

c. Invertensi :

i. Kaji tingkat nyeri pasien.

Rasional : Agar kita dapat mengetahui seberapa tingkat nyeri

pasien

ii. Memberikan pasien posisi mantap; Bagian kepala tempat tidur

ditinggikan 30 derajat dan klien sedikit menekuk lututnya atau

berbaring miring dengan lutut dan panggul di tekuk (posisi

melingkar) dengan meletakkan bantal diantara lutut dan tungka

serta menggunakan sebuah bantal dibawah kepala.

Rasional : Membantu mengurangi rasa nyeri.

iii. Dorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan

aktivitas, yang mencakup aktivitas yang diyakini sangat penting

oleh pasien

21
Rasional : Partisipasi pasien dalam perencanaan dapat membantu

memperkuat keyakinan pasien

iv. Pantau TTV klien; TD, suhu, RR HR

Rasional : Mengetaui perubahan tanda tada vital pada pasien

v. Kolaborasi bersama tim medis untuk pemberian analgetik

Rasional : Analgetk diunaka untuk pereda rasa nyeri

iv. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan nyata yang diberikan

langsung kepada pasien yang di dasarkan pada rencana tindakan yang

telah disusun, yang di tujukan untuk mencapai tujuan yang spesifik

yaitu perbaikan kondisi pasien menuju kearah sehat, yang mencakup

peningkatan kesehatan, pencegahan dampak lanjut, pemulihan

kesehatan, dan manifestasi koping.

Selama tahap penatalaksanaan perawat harus mengumpulkan dan

memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan

klien. Semua tindakan keperawatan yang di berikan kepada pasien

harus segera di dokumentasikan dalam format yang telah di sediakan

oleh semua institusi.

v. Evaluasi Keperawatan

Adalah sesuatu yang digunakan untuk mencatat hasil akhir dari

tindakan yang dilaksanakan dan supaya dapat mengetahui tingkat

keberhasilan dari implementasi yang dilakukan.

22
http://4.bp.blogspot.com/-
KrHTTsv91_s/VKVlAGeHVdI/AAAAAAAAAKc/iHBYnXyXHPI/s1600/P
athway%2BLow%2BBack%2BPain%2B%2BNyeri%2BPunggung%2BBaw
ah.png

23
ANALISIS DATA

Nama : Tn. F

Ruang/Kamar : Xaverius/237/1

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Pasien mengatakan”Saya tidak bisa tidur Trauma jaringan karena insisi punggung Nyeri akut
karena nyeri, saya juga tidak dapat
beraktifitas seprti biasa karena kala
bergerak sedikit saya sudah merasa
kesakitan di bagian punggung bawah,
berlangsung lama, rasanya seperti
ditusuk-tusuk, nyeri terus menerus, skala
nyerinya 6”

24
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Tn. F

Ruang/Kamar : Xaverius/237/1

NO TANGGAL/WAKTU DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF/NAMA


JELAS
1. 30/5 2017 Nyeri akut berhubungan dengan Ekklesia
trauma jaringan karena insisi Fersian
punggung Hitipeuw

25
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. F

Ruang/Kamar : Xaverius/237/1

TANGGAL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PELAKSANAAN KEPERAWATAN PARAF/NAMA


JELAS
30-5-2017
07.30 Mengukur TTV klien
TD:160/110, S: 37๐ C, N: 80, P: 20

08.00 Memberikan obat oral mynocal (nutrisi


Nyeri akut berhubungan tambahan)
dengan trauma
10.00 jaringan karena Mengkaji pasien; kesadaran CM, dapat EKKLESIA
insisi punggung berkomunikasi denga baik, terpasang FERSIAN
infus RA, terlihat kadang merngis, pasien HITIPEUW
mengaku skala nyeri 6

Memberikan obat syaraf methycobal


12.20 secara IV

13.10 Mengganti infus pasien


13.50 Membantu pasien mengaturposisi

26
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. F

Ruang/Kamar : Xaverius/237/1

DIAGNOSA TANGGAL/WAKTU S OA P PARAF/NAMA


KEPERAWATAN
S: Pasien mengatakan susah
Beraktivitas karena nyeri
O: - Pasien terlihat terbaring
Lemah

Nyeri akut berhubungan


dengan trauma jaringan 30-5-2017 - Terpasang infus RA 20 EKKLESIA
karena insisi punggung TPM FERSAN
- Pasien mengaku masih HITIPEUW
Nyeri;P: Terus menrus
Q: Seperti ditusuk tusuk
R: Bagian punggung bawah
S: 6
T: Berlangsung lama
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervesi

27
Daftar pustaka

asriadi, & dkk. (2011). karyawan PT. International nickel indonesia, TBK terkena Low ack
Pain?Bagaimana karakterististiknya? Jurnal MKMI , 52.

black, j. m., & hawks, j. h. (2014). keperawatan medikal bedah. indonesia: salemba
medika.

Heriana, P. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang Selatan.

lukman, & ningsih, n. (2010). Asuhan keperawatanpada klien dengan gangguan


muskuloskeleal. palembang: salemba medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC NOC. Yoyakarta: Mediaction Jogja.

Ssarpini, r. (2015). anatomi dan fisiologi untuk manusia. bogor: in media.

28

Anda mungkin juga menyukai