Anda di halaman 1dari 40

TUGAS REVIEW ARTIKEL IX

SEMINAR AKUNTANSI

DISUSUN OLEH :
CHARISMA ABEDNEGO TARIGAN
12160134

GRUP B
FAKULTAS BISNIS UKDW
TAHUN PELAJARAN 2018 / 2019
REVIEW ARTIKEL

Judul : Deteksi Financial Statement Fraud Dengan


Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia

Penulis : Laila Tiffani dan Marfuah

Identitas jurnal
 Nama jurnal : JAAI
 Volume dan halaman : Volume 19 No. 2, Desember 112–125
 Tahun : 2015

Reviewer
 Nama dan NIM :Charisma Abed Nego Tarigan (12160134)

 Tanggal : 15 Maret 2019

1. Rumusan masalah (research problem or question)


Apakah factor tekanan yang terdiri dari financial stability, personal financial
need, external pressure dan financial target dan faktor peluang yang terdiri dari
nature of industry dan effective monitoring serta variabel rasionalisasi
mempengaruhi financial statement fraud. ?

2. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi financial statement fraud
dengan analisis fraud triangle.
3. Teori yang relevan
 Fraud Triangle Theory
Fraud triangle theory merupakan suatu gagasan tentang penyebab
terjadinya kecurangan yang dikemukakan oleh Cressey (1953) yang
dinamakan fraud triangle. Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir
dalam setiap situasi fraud, yaitu pressure, opportunity dan rationalization
seperti disajikan pada gambar 1.
Menurut SAS No.99 (AICPA, 2002) terdapat 4 (empat) jenis kondisi
yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan,
yaitu financial stability, external pressure, personal financial need, dan
financial targets. Sedangkan opportunity terdiri dari 3 (tiga) kategori
kondisi, yaitumnature of industry, ineffective monitoring, dan
organizational structure. Komponen terakhir yang menyebabkan terjadinya
kecurangan (fraud) adalah rasionalisasi. Rasionalisasi menyebabkan pelaku
kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya.

 Financial Stability dan Financial Statement Fraud


Menurut SAS No. 99 (AICPA 2002), manajer menghadapi tekanan
untuk melakukan financial statement fraud ketika stabilitas keuangan
(financial stability) terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi
entitas yang beroperasi. Financial stability merupakan keadaan yang
menggambarkan kondisi ketidakstabilan keuangan perusahaan (Skousen
et al. 2009). Manajemen seringkali mendapatkan tekanan untuk
menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu mengelola aset dengan
baik sehingga laba yang dihasilkannya juga banyak dan nantinya akan
menghasilkan return yang tinggi pula untuk investor. Dengan alasan
demikian, manajemen memanfaatkan laporan keuangan sebagai alat
untuk menutupi kondisi stabilitas keuangan yang buruk dengan
melakukan fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009)
menunjukkan bahwa persentase perubahan total aset (ACHANGE)
berpengaruh positip terhadap financial statement fraud.

 Personal Financial Need dan Financial Statement Fraud


Personal financial need merupakan suatu kondisi ketika keuangan
perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif
perusahaan (Skousen et al. 2009). Beasley (1996), Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission (COSO) (1999), dan Dunn
(2004) menunjukkan bahwa ketika eksekutif perusahaan memiliki peranan
keuangan yang kuat dalam perusahaan, personal financial need dari
eksekutif perusahaan tersebut akan turut terpengaruh oleh kinerja keuangan
perusahaan.
Adanya kepemilikan saham oleh orang dalam perusahaan
menyebabkan yang bersangkutan merasa punya hak klaim atas penghasilan
dan aktiva perusahaan sehingga akan mempengaruhi kondisi keuangan
perusahaan. Ketidakjelasan pemisahan antara pemilik dan kontrol dari
perusahaan memicu para manajer sewenang-wenang menggunakan dana
perusahaan untuk kepentingan pribadi. Contoh kepentingan pribadi yang
merupakan tekanan yang dialami para manajer yang akan mendorong
terjadinya kecurangan laporan keuangan antara lain tekanan keuangan,
tekanan kebiasaan buruk dan tekanan berkaitan dengan pekerjaan. Semakin
tinggi persentase kepemilikan saham oleh orang dalam maka praktek fraud
dalam memanipulasi laporan keuangan semakin bertambah.
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) menunjukkan
bahwa persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP)
berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.

 External Pressure dan Financial Statement Fraud


External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi
manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga.
Menurut SAS No. 99, saat tekanan berlebihan dari pihak eksternal terjadi,
maka terdapat risiko kecurangan terhadap laporan keuangan. Hal ini
didukung oleh pendapat Skousen et al. (2009) yang menyatakan bahwa
salah satu tekanan yang seringkali dialami manajemen perusahaan adalah
kebutuhan untuk mendapatkan tambahan utang atau sumber pembiayaan
eksternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran
pembangunan atau modal.
Person (1999) menyatakan bahwa leverage (LEV) yang lebih besar
dapat dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan
pelanggaran terhadap perjanjian kredit dan kemampuan yang lebih rendah
untuk memperoleh tambahan modal melalui pinjaman. Pernyataan tersebut
juga diperkuat oleh Lou dan Wang (2009) yang menyatakan bahwa ketika
perusahaan mengalami tekanan eksternal perusahaan, dapat diidentifikasi
risiko salah saji material yang lebih besar akibat kecurangan. Penelitian
yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) menunjukkan bahwa persentase
total hutang terhadap total aset (LEV) berpengaruh positif terhadap
financial statement fraud.

 Financial Target dan Financial Statement Fraud


Menurut SAS No.99 (AICPA, 2002), financial target adalah risiko
adanya tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target
keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen, termasuk tujuan-
tujuan penerimaan insentif dari penjualan maupun keuntungan. Skousen et
al. (2009) mengatakan bahwa Return on asset (ROA) sering digunakan
dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan
upah, dan lain-lain. Semakin tinggi ROA yang ditargetkan perusahaan,
maka semakin rentan manajemen akan melakukan manipulasi laba yang
menjadi salah satu bentuk kecurangan sehingga memiliki hubungan positif
dengan kecurangan laporan keuangan.

 Nature of Industry dan Financial Statement Fraud


Nature of Industry merupakan keadaan ideal suatu perusahaan
dalam industri. Pada laporan keuangan terdapat akun-akun tertentu yang
besarnya saldo ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi,
misalnya akun piutang tak tertagih dan akun persediaan usang. Summers
dan Sweeney (1998) mencatat bahwa akun piutang dan persediaan
memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya
piutang. Summers dan Sweeney, (1998) juga menyatakan bahwa manajer
akan fokus terhadap kedua akun tersebut jika berniat melakukan manipulasi
pada laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Summers dan
Sweeney (1998) menunjukkan bahwa rasio perubahan dalam piutang usaha
(RECEIVABLE) berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.

 Effective Monitoring dan Financial Statement Fraud


Fraud dapat diminimalkan salah satunya dengan mekanisme
pengawasan yang baik. Komite audit dipercaya dapat meningkatkan
efektifitas pengawasan perusahaan. Beasly, Dana dan Terry (2010)
menyatakan bahwa anggota komite audit yang lebih besar dapat mengurangi
insiden fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009)
menunjukkan bahwa proporsi anggota komite audit independent (IND)
berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan.

 Rationalization dan Financial Statement Fraud


Auditor adalah pengawas penting dalam laporan keuangan.
Informasi tentang perusahaan yang terindikasi terjadi kecurangan, biasanya
juga diketahui dari auditor. Perusahaan yang melakukan fraud lebih sering
melakukan pergantian auditor, karena manajemen perusahaan cenderung
berusaha mengurangi kemungkinan pendeteksian oleh auditor lama terkait
tindak kecurangan laporan keuangan. Lou dan Wang (2009) menyatakan
bahwa sebuah perusahaan bisa mengganti auditor untuk mengurangi
kemungkinan pendeteksian kecurangan laporan keuangan oleh pihak
auditor. Loebbecke, Eining, dan Willingham (1989) menunjukkan bahwa
36 persen dari kecurangan dalam sampel mereka dituduhkan dalam dua
tahun awal masa jabatan auditor.

4. Hipotesis
H1 : Financial Stability berpengaruh positif terhadap Financial Statement
Fraud.
H2 : Personal Financial Need berpengaruh positif terhadap Financial
Statement Fraud
H3 : External Pressure berpengaruh positif terhadap Financial Statement
Fraud.
H4 : Financial Targets berpengaruh positif terhadap Financial Statement
Fraud.
H5 : Nature of Industry berpengaruh positif terhadap Financial Statement
Fraud.
H6 : Effective monitoring berpengaruh negatif terhadap Financial Statement
Fraud.
H7 : Rationalization berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud
5. Definisi dan pengukuran variable
 Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial statement
fraud (FRAUD) yang diukur dengan menggunakan model Beneish M-Score.
Beneish M-Score diukur dengan menggunakan 8 (delapan) rasio keuangan
untuk mengidentifikasikan apakah perusahaan memiliki indikasi untuk
memanipulasi pendapatan dalam laporan keuangan (Beneish 1997). Delapan
rasio keuangan dan pengukurannya disajikan pada tabel 2. Setelah dilakukan
perhitungan kedelapan rasio tersebut, kemudian diformulasikan kedalam
rumus Beneish M Score Model:

M-Score = -4.84 + 0.920 DSRI + 0.528 GMI + 0.404 AQI + 0.892 SGI + 0.115
DEPI - 0.172 SGAI - 0.327 LVGI + 4.697 TATA
Jika Benesih M-Score lebih besar dari -2.22, dikategorikan sebagai
perusahaan yang melakukan fraud. Sedangkan jika skor lebih kecil dari -2.22,
dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak melakukan fraud (non fraud).
Selanjutnya perusahaan yang melakukan fraud diberi skor 1 dan yang tidak
melakukan fraud (non fraud) diberi skor 0.

 Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini merupakan variabel yang
dikembangkan dari ketiga komponen fraud triangle, yaitu (1) Pressure, (2)
Opportunity dan (3) Rationalization. Pada penelitian ini pengukuran variabel
independen mengacu pada Skousen et al. (2009), akan tetapi tidak memasukkan
variabel organizational structure, karena kesulitan memperoleh data. Tabel 3
berikut menyajikan variabel independen dan pengukurannya.
6. Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar (listed) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013. Metode pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria berikut:
 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Busa Efek Indonesia berturut-
turut selama periode tahun 2011 - 2013.
 Perusahaan yang menyajikan annual report lengkap dalam website
perusahaan atau website BEI secara berturut-turut selama periode
pengamatan.
 Perusahaan terindikasi melakukan manipulasi (fraud) minimal 1 kali
dalam 3 tahun pengamatan.

Sehingga sampel keseluruhan selama 3 tahun sebanyak 90 sampel. Dari 90


sampel terpilih, kemudian diklasifikasikan menjadi 2 kelompok sampel, yaitu
kelompok perusahaan yang terindikasi melakukan fraud sebanyak 36 dan yang
tidak melakukan fraud 54.
Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah perusahaan manufaktur yang
terindikasi melakukan fraud minimal 1 kali dalam 3 tahun pengamatan adalah
sebanyak 30 perusahaan, sehingga sampel keseluruhan selama 3 tahun sebanyak 90
sampel. Dari 90 sampel terpilih, kemudian diklasifikasikan menjadi 2 kelompok
sampel, yaitu kelompok perusahaan yang terindikasi melakukan fraud sebanyak 36
dan yang tidak melakukan fraud 54. Adapun proses pemilihan sampel disajikan
pada tabel 1.

7. Uji hipotesis
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah model
regresi logistik dengan rumus:
FRAUD = α + β1 . ACHANGE + β2 . OSHIP + β3 . LEV + β4 . ROA + β5 .
RECEIVABLE + β6 . IND + β7 . AUDCHANGE + €
Keterangan :
FRAUD : variabel dummy, kode 1 (satu) untuk perusahaan yang melakukan
kecurangan laporan keuangan, kode 0 (nol) untuk yang tidak
α : konstanta
β : koefisien variabel
ACHANGE : rasio perubahan aset selama dua tahun
OSHIP : komposisi saham yang dimiliki manajemen
LEV : rasio leverage
ROA : rasio return on asset (ROA)
RECEIVABLE : rasio perubahan piutang usaha
IND : proporsi dewan komisaris independen
AUDCHANGE : pergantian auditor
€ : error term
Selain itu juga dilakukan pengujian tambahan yaitu dengan Independent
Sample T-Test untuk menguji perbedaan karakteristik dari kedua kelompok sub
sampel fraud dan non fraud berdasarkan 7 (tujuh) variabel independen.

8. Hasil dan pembahasan


 Deskripsi Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu disajikan
deskripsi data variable penelitian yang meliputi nilai minimum, maksimun,
mean dan standar deviasi pada table 4. Panel A menyajikan deskripsi data
untuk total sampel, Panel B untuk sub sampel fraud dan Panel C untuk sub
sampel non fraud.
 Analisis Regresi logistic

Hasil uji hipotesis penelitian dengan model regresi logistik disajikan


pada tabel 5. Langkah pertama yang dilakukan adalah menilai kelayakan model
regresi. Berdasarkan hasil uji Hosmer and Lemeshow diperoleh nilai Chi-
square sebesar 13,415 dengan sig 0,098. Hal ini menunjukkan bahwa model
mampu memprediksi nilai observasi karenacocok dengan data observasinya.
Langkah kedua adalah menilai keseluruhan model regresi dengan
membandingkan nilai -2 Log Likelihood Block Number = 0 dan -2 Log
Likelihood Block Number = 1. Adanya penurunan yang signifikan nilai -2 Log
Likelihood Block Number = 0 sebesar 121,143 menjadi 101,682 pada model -
2 Log Likelihood Block Number = 1, menunjukkan bahwa model regresi
dengan memasukkan semua variabel independen lebih baik atau dengan kata
lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Prediksi ketepatan model juga dapat menggunakan matrik
klasifikasi yang menghitung nilai estimasi yang benar dan yang salah pada
variable dependen. Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya kecurangan. Hasil
nilai Uji klasifikasi disajikan pada tabel 6. Berdasarkan tabel 6 di atas
menunjukkan bahwa secara keseluruhan 71,1% sampel dapat diprediksikan
dengan tepat oleh model regresi logistik ini. Tingginya persentase ketepatan
tabel klasifikasi tersebut mendukung tidak adanya perbedaan yang signifikan
terhadap data hasil prediksi dan data observasinya yang menunjukkan sebagai
model regresi logistik yang baik. Langkah selanjutnya adalah menguji
pengaruh dari masing-masing variabel independent terhadap variabel
dependennya.

 Pengaruh Financial Stability Terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan tabel 05, koefisien variable ACHANGE bernilai positif
3,152 dengan nilai signifikansi 0,047, artinya financial stability (ACHANGE)
berpengaruh positif signifikan terhadap financial statement fraud. Hasil ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi kondisi ketidakstabilan keuangan
perusahaan, maka kemungkinan perusahaan melakukan financial statement
fraud juga semakin tinggi. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Skousen et al.
(2009) bahwa manajer menghadapi tekanan untuk melakukan financial
statement fraud ketika stabilitas keuangan (financial stability) terancam oleh
keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi. Artinya dengan
adanya ketidakstabilan keuangan, akan memicu terjadinya
pelanggaranpelanggran yang dilakukan manajemen.
Loebbecke et al. (1989) menunjukkan bahwa kasus dimana
perusahaan mengalami pertumbuhan industri di bawah rata-rata, manajemen
mungkin melakukan manipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan
prospek perusahaan. Kondisi perusahaan yang tidak stabil akan menimbulkan
tekanan bagi manajemen karena kinerja perusahaan terlihat menurun di mata
publik sehingga akan menghambat aliran dana investasi di tahun mendatang.
 Pengaruh Personal Financial Need Terhadap Financial Statement Fraud
Koefisien regresi personal financial need (OSHIP) adalah -0,401
dengan signifikansi sebesar 0,895, maka dapat disimpulkan bahwa personal
financial need (OSHIP) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial
statement fraud. Hasil ini kemungkinan disebabkan karena masih rendahnya
rata-rata kepemilikan manajerial dalam perusahaan sampel, yaitu sebesarr
0,062571 atau 6,2571%. Kepemilikan manajerial yang rendah
mengindikasikan bahwa pada perusahaan sampel telah terjadi pemisahan yang
jelas antara pemegang saham sebagai pemilik yang mengontrol jalannya
perusahaan dan manajer sebagai pengelola perusahaan.
Adanya pemisahan yang jelas menyebabkan manajer tidak
mempunyai kemampuan yang cukup untuk melakukan kecurangan laporan
keuangan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Skousen et al. (2009) yang menyimpulkan bahwa persentase kepemilikan
saham oleh orang dalam (OSHIP) berpengaruh positif terhadap financial
statement fraud.

 Pengaruh External Pressure Terhadap Personal Financial Need


Koefisien regresi variabel LEVERAGE bernilai positif 2,994
dengan nilai signifikansi sebesar 0,049 sehingga dapat disimpulkan bahwa
external pressure (LEVERAGE) berpengaruh positif signifikan terhadap
financial statement fraud. Artinya semakin besar tekanan dari pihak eksternal
maka akan meningkatkan potensi manajemen untuk melakukan kecurangan
laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Person (1999)
yang menyatakan bahwa leverage (LEV) yang lebih besar dapat dikaitkan
dengan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan pelanggaran terhadap
perjanjian kredit dan kemampuan yang lebih rendah untuk memperoleh
tambahan modal melalui pinjaman.
Hasil ini juga mendukung pendapat Lou dan Wang (2009) yang
menyatakan bahwa ketika perusahaan mengalami tekanan eksternal
perusahaan, dapat diidentifikasi risiko salah saji material yang lebih besar
akibat kecurangan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Skousen et al.
(2009) yang menyimpulkan bahwa external pressure (LEVERAGE)
berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.

 Pengaruh Financial Target Terhadap Financial Statement Fraud


Koefisien variabel ROA bernilai positif 2,608 dengan signifikansi
sebesar 0,545, maka dapat disimpulkan bahwa financial target (ROA) tidak
berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud. Artinya bahwa
besar kecilnya tingkat ROA yang ditargetkan perusahaan tidak mempengaruhi
manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian
ini berbeda dengan temuan Skousen et al. (2009) yang menyimpulkan bahwa
financial target (ROA) berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.
Tidak berpengaruhnya ROA terhadap financial statement fraud
pada penelitian ini kemungkinan disebabkan karena manajer menganggap
bahwa besarnya target ROA perusahaan masih dinilai wajar dan bisa dicapai.
Manajer tidak menganggap bahwa target ROA tersebut sebagai target
keuangan yang sulit untuk dicapai sehingga besarnya target ROA tidak memicu
terjadinya kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen.

 Pengaruh Nature of Industry Terhadap Financial Statement Fraud


Koefisien variabel RECEIVABLE bernilai positif 0,059 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,994, maka dapat disimpulkan bahwa nature of
industry (RECEIVABLE) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial
statement fraud, artinya bahwa besar kecilnya rasio perubahan dalam piutang
usaha tidak memicu manajemen untuk melakukan kecurangan laporan
keuangan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Summers dan Sweeney (1998) yang menyimpulkan bahwa nature of industry
(RECEIVABLE) berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.
Tidak berpengaruhnya variabel nature of industry (RECEIVABLE) terhadap
financial statement fraud pada penelitian ini kemungkinan disebabkan nilai
rata-rata perubahan piutang usaha (RECEIVABLE) pada sub sampel fraud dan
sub sampel non fraud besarnya tidak jauh berbeda, yaitu masingmasing sebesar
0,012911 pada sub sampel fraud dan 0,007122 pada sub sampel non fraud. Hal
ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang masuk dalam kelompok sub
sampel fraud maupun sub sampel non fraud mempunyai sifat industri yang
tidak berbeda, sehingga RECEIVABLE tidak dapat digunakan untuk
mendeteksi terjadinya kecurangan laporan keuangan dalam perusahaan.

 Pengaruh Effective Monitoring Terhadap Financial Statement Fraud


Koefisien variabel effective monitoring (IND) sebesar -22,705
dengan nilai signifikansi sebesar 0,009, maka disimpulkan bahwa effective
monitoring (IND) berpengaruh negative signifikan terhadap financial
statement fraud. Artinya bahwa semakin tinggi efektifitas pengawasan
perusahaan akan menurunkan potensi manajemen untuk melakukan
kecurangan laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Skousen et al. (2009) yang
menyimpulkan bahwa effective monitoring (IND) berpengaruh negatip
terhadap financial statement fraud. Fraud dapat diminimalkan salah satunya
dengan mekanisme pengawasan yang baik. Komite audit dipercaya dapat
meningkatkan efektifitas pengawasan perusahaan. Artinya bahwa semakin
besar proporsi komite audit independen, maka proses pengawasan yang
dilakukannya akan semakin efektif sehingga akan menurunkan potensi
manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.

 Pengaruh Rationalization Terhadap Financial Statement Fraud


Koefisien variabel AUDCHANGE bernilai positif 0,984 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,228, maka dapat disimpulkan bahwa rationalization
(AUDCHANGE) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial statement
fraud. Artinya bahwa pergantian auditor yang dilakukan perusahaan tidak
dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya kecurangan laporan keuangan
dalam perusahaan. Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan Sorenson et al.
(1983) dan Skousen et al. (2009) yang menunjukkan bahwa rationalization
(AUDCHANGE) berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.
Hasil ini kemungkinan disebabkan karena perusahaan sampel yang
melakukan pergantian auditor, bukan disebabkan perusahaan ingin mengurangi
kemungkinan pendeteksian kecurangan laporan keuangan oleh auditor lama,
tetapi lebih dikarenakan perusahaan ingin mentaati Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 ayat 1 yang
menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari
suatu entitas dapat dilakukan paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-
turut oleh KAP yang sama dan 3 (tiga) tahun berturutturut oleh auditor yang
sama kepada satu klien yang sama.

 Pengujian Tambahan
Pengujian tambahan dilakukan dengan uji beda Independend
Sample T-Test untuk menguji apakan masing-masing variable independen
dalam penelitian ini mempunyai karakteristik yang berbeda secara signifikan
pada kedua kelompok sub sampel penelitian. Hasil pengujian dengan
Independent Sample T-Test disajikan pada tabel 7. Berdasarkan tabel 7 di atas,
dapat disimpulkan bahwa variabel external pressure (LEV) dan effective
monitoring (IND) berbeda secara signifikan pada subsampel perusahaan yang
melakukan fraud dan yang tidak melakukan fraud. Artinya berdasarkan uji
beda Independent sample T-Test, kedua variable tersebut dapat digunakan
untuk mendeteksi potensi kecurangan yang terjadi pada perusahaan. Semakin
tinggi leverage dan semakin kecil proporsi komite audit independen, maka
potensi terjadinya kecurangan laporan keuangan dalam perusahaan akan
semakin tinggi. Hasil ini mendukung hasil pengujian hipotesis ketiga dan
keenam dengan menggunakan analisis regresi logistik.

9. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian terhadap 7 (tujuh) hipotesis yang dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi logistik, disimpulkan sebagai berikut:
1) Financial stability (ACHANGE) dan external pressure (LEVERAGE)
berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan yang mempunyai ketidakstabilan
keuangan dan tekanan eksternal yang tinggi, manajemen mempunyai potensi
yang lebih tinggi dalam melakukan kecurangan laporan keuangan.

2) Variabel effective monitoring (IND) berpengaruh negatif signifikan terhadap


financial statement fraud. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin besar
proporsi komite audit independen, maka proses monitoring terhadap peusahaan
semakin efektif sehingga akan menurunkan potensi manajemen untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan.

3) Variabel personal financial need (OSHIP), financial target (ROA), nature


of industry (RECEIVABLE) dan rationalization (AUDCHANGE) tidak
berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Artinya
keempat variabel tersebut tidak mampu mendeteksi potensi kecurangan
yang terjadi dalam perusahaan manufaktur.

10. Pengembangan penelitian


Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambahkan variable
independen yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya financial
statement fraud.

11. Kritikan

1) Variabel yang digunakan untuk mendeteksi financial statement fraud pada


penelitian ini hanya sebatas variabel yang dikembangkan dari Fraud
Triangel Theory, yaitu tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. Disarankan
untuk menambahkan variabel independen yang dapat digunakan untuk
mendeteksi terjadinya financial statement fraud, misalnya manajemen laba,
perataan laba dan unexpected audit fee seperti digunakan dalam penelitian
Hribar, Kravet, dan Wilson (2014).

2) Pengukuran variabel rasionalisasi dengan menggunakan proksi pergantian


auditor (AUDITCHANGE), sebaiknya dikaji secara lebih baik untuk
memastikan bahwa pergantian auditor tersebut bukan disebabkan karena
perusahaan melaksanakan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 ayat 1

TUGAS REVIEW ARTIKEL X


SEMINAR AKUNTANSI

DISUSUN OLEH :

CHARISMA ABEDNEGO TARIGAN

12160134

GRUP B

FAKULTAS BISNIS UKDW

TAHUN PELAJARAN 2018 / 2019


REVIEW ARTIKEL

Judul : Audit Firm Ranking, Audit Quality and Audit Fees:


Examining Conflicting Price Discrimination
Views

Penulis : Fakhroddin Mohammad Rezaei, Norman Mohd-


Saleh & Kamran Ahmed

Identitas jurnal
 Nama jurnal : International Journal of Accounting
 Volume dan halaman : Volume 30, halaman 1 - 19
 Tahun : 2018

Reviewer
 Nama dan NIM : Charisma Abed Nego Tarigan (12160134)
 Tanggal : 15 Maret 2019

1. Rumusan masalah (research problem or question)


 Apakah peringkat seperti perusahaan audit telah berhasil dalam menyediakan
pekerjaan yang berkualitas tinggi dengan perusahaan yang sangat peringkat ?
 Apakah perusahaan tersebut membebankan biaya yang lebih tinggi tanpa
memberikan pelayanan superior di Iran ?

2. Tujuan penelitian
Untuk menguji secara empiris apakah peringkat perusahaan audit telah
berhasil dalam menyediakan pekerjaan berkualitas tinggi oleh perusahaan-
perusahaan berperingkat tingggi atau apakah perusahaan tersebut mengenakan
fee lebih tinggi tanpa memberikan layanan yang unggul di Iran.
3. Teori yang relevan
Teori yang relevan adalah Teori diskriminasi harga. perusahaan dapat
mengadopsi sebuah strategi diskriminasi harga ke dalam sistem penetapan harga
untuk produk-produknya yang lebih terdeversifikasi daripada pesaingnya melalui
defferensiasi produk atau jasanya berdasarkan kualitas, label, waktu penjualan,
desain, dll, atau melalui penawaran produk atau jasa yang berbeda.

4. Hipotesis
 H 1: Ada hubungan yang signifikan antara perusahaan audit peringkat
(pertama-peringkat vs non-pertama-peringkat) dan kualitas audit.
 H 2: Ada hubungan yang signifikan antara perusahaan audit peringkat
(pertama-peringkat vs non-pertama-peringkat) dan biaya audit.

5. Definisi dan pengukuran variable


 First-ranked TAF
Sejumlah perusahaan audit swasta dari IACPA sebagai Perusahaan
Wali Audit (TAF) yang memungkinkan auditor untuk memberikan jasa audit
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Taheran (TSE). First-rangked
menggunakan pengukuran AbsDisAcc.

 Audit quality
Audit quality menggunakan pengukuran AudFail.

 Variable control
Ukuran perusahaan di model 1 dan memprediksi terjadinya
kesalahan tipe 2 yang memiliki efek positif atau negatif. Variabel control
menggunakan penggukuran FirstRankAud.
6. Sampel
Peneliti mengumpulkan data mengenai penyajian kembali, opini audit, jenis
auditor, biaya audit, dan karakteristik lain dari perusahaan klien dari laporan
tahunan perusahaan yang terdaftar di TSE antara tahun 2006 dan 2015. 9 Laporan
tahunan yang tersedia di situs web Penelitian, Pengembangan dan Studi Islam
(RDIS) 10 SEO dan di situs Sistem Informasi Komprehensif perusahaan yang
terdaftar (CODAL). 11 Kami menyelidiki hanya TAFs swasta karena IAO, sebagai
perusahaan audit negara, memiliki pangsa pasar monopoli mengenai perusahaan
milik negara, sehingga kita mengecualikan perusahaan klien diaudit oleh IAO (825
perusahaan tahun pengamatan). Selanjutnya, kita mengecualikan 156 pengamatan
firmtahun karena delisting, 323 observasi perusahaan-tahun dari lembaga
keuangan, dan 143 observasi untuk hilang pembentukan in, yang mengarah ke
sampel akhir pengamatan 918 perusahaan tahun diaudit oleh TAFs swasta yang
secara sukarela diungkapkan Audit biaya selama tahun 2006 hingga 2015.

7. Uji hipotesis
a. model kualitas audit
Untuk menguji hipotesis pertama, model regresi berikut dimanfaatkan. Model
(1) dan Model (2) menguji hubungan antara TAFs pertama-peringkat swasta
dan kualitas audit diukur dengan kegagalan audit, opini-opini audit
dimodifikasi dan akrual diskresioner (H 1), sebagai berikut:

Dimana :
AudFail = 1 jika opini audit adalah wajar tanpa pengecualian pada tahun
sebelumnya tapi laporan keuangan disajikan kembali dalam tahun
berjalan untuk memperbaiki kesalahan tahun lalu, dan 0
sebaliknya;
AudOpn = 1 jika opini audit berkualitas dan 0 untuk opini audit wajar tanpa
pengecualian;
FirstRankAud = 1 jika auditor adalah TAF pribadi dan sebagai “Pertama” (pertama-
peringkat), dan 0 peringkat jika lain TAF peringkat seperti
“Kedua”, “Ketiga” dan “Keempat” (non-pertama-peringkat);
AudChg = 1 jika auditor beralih, dan 0 sebaliknya;
Size = adalah log alami dari total aset bagi perusahaan;
Im = total hutang dibagi dengan nilai buku dari total aset;
InvRec = proporsi persediaan dan piutang terhadap total aset;
loss = 1 jika klien memiliki laba bersih negatif, dan 0 sebaliknya;
Subs = jumlah anak perusahaan sebuah perusahaan;
FYEnd = 1 jika akhir tahun fiskal perusahaan adalah 20 Maret, dan 0
sebaliknya;
Ager = log alami dari jumlah tahun dari berdirinya sebuah perusahaan
klien;
Conown = persentase saham yang beredar sebuah perusahaan yang dimiliki
oleh pemegang saham terbesar;
NStOwn = 1 jika lebih dari 50% saham sebuah perusahaan yang dimiliki oleh
pemegang saham swasta, dan 0 sebaliknya (jika lebih dari 50%
saham sebuah perusahaan yang dimiliki oleh BUMN atau semi-
negara);
IndustryDum = boneka untuk 8 kelompok industri;
YearDum = boneka untuk tahun pajak;
ε = Istilah kesalahan.

Koefisien utama bunga β 1 di Model (1) . Efek dari subset faktor spesifik
perusahaan dan auditor terkait audit pendapat dikendalikan di Model (1) , Yang
telah dikembangkan sebagai berikut penelitian sebelumnya (misalnya, Barnes &
Renart 2013 ; Su & Wu, 2016 ).
Model (2) dikembangkan untuk menguji hubungan antara TAFs swasta
pertama-peringkat dan akrual diskresioner perusahaan klien (ukuran kami ketiga
kualitas audit). Model regresi adalah sebagai berikut:

dimana AbsDisAcc menunjukkan akrual diskresioner absolut, yang diukur


dengan model yang dikembangkan oleh Kothari, Leone, dan Wasley (2005).
Salegrowth didefinisikan sebagai tingkat pertumbuhan satu tahun dalam
penjualan. Isu adalah variabel dummy sama dengan 1 jika perusahaan
mengeluarkan umum atau pilihan saham, dan 0 sebaliknya. Semua variabel lain
di Model (2) telah ditetapkan sebelumnya.

b. Model biaya audit


Untuk menguji hipotesis kedua, kami mempekerjakan model regresi
berikut. Model (4) menguji efek dari perusahaan audit peringkat pada biaya
audit (H 2), dan adalah sebagai berikut:

Koefisien utama bunga β 1 di Model (4) , Dan diharapkan menjadi


positif. Efek dari subset spesifik perusahaan faktor dan faktor yang
berhubungan dengan auditor pada biaya audit dikendalikan dalam Model (4)
. Konsisten dengan penelitian sebelumnya, logaritma natural dari fee audit
keseluruhan (AudFee)diterapkan untuk menguji hipotesis (misalnya,
Blankley, Hurtt, & MacGregor, 2012 ; Sundgren & Svanström 2014 ).

8. Hasil dan pembahasan


a. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif dari variabel penelitian ditunjukkan pada Panel
A dan B dari tabel 3 . Panel A menyajikan deskriptif statistik dari semua
variabel. Untuk mengurangi efek outlier, semua variabel kontinu winsorized
di tingkat 1% dan 99%. Panel A dari tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata
AudOpn adalah 61% dan rata-rata AudFail adalah 30%. Selain itu, Panel A
dari tabel 3 mengungkapkan bahwa 57% klien dalam sampel penelitian telah
diaudit oleh TAFs pertama-peringkat. Rerata AbsDisAcc adalah 7.1%. Hal
ini konsisten dengan mean AbsDisAcc 7,6% dan 5% diperoleh untuk
perusahaan yang terdaftar Perancis dan Spanyol, masing-masing ( Rodriguez-
Perez & Hemmen 2010 ; Zeghal, Chtourou, & Sellami 2011 ). Mean leverage
( Im) adalah 67%, yang merupakan. konsisten dengan Moayedi dan Aminfard
(2012) , Yang mencatat bahwa sistem keuangan di Iran didominasi oleh
kreditur (sistem kredit-insider). Konsentrasi kepemilikan rata-rata (di mana
pemilik perusahaan memegang porsi terbesar dari saham suatu perusahaan)
adalah 53%, yang menunjukkan tingkat tinggi konsentrasi kepemilikan.
Analisis univariat dari perbedaan antara kegagalan audit, opini audit, akrual
diskresioner, dan biaya audit TAFs pertama-peringkat dan non-pertama-
peringkat ditunjukkan pada Panel B dari table 3. tabel menunjukkan bahwa
rata-rata AbsDisAcc tidak lebih rendah untuk pertama-TAFs peringkat
dibandingkan dengan TAFs non-pertama-peringkat. Namun, mean AudFee
lebih tinggi bagi perusahaan-perusahaan yang telah diaudit oleh TAFs
pertama-peringkat dibandingkan dengan TAFs non-pertama-peringkat.
Panel B dari tabel 3 menunjukkan TAFs bahwa, berbeda dengan
rekomendasi dari SEO, pertama-peringkat dibandingkan dengan TAFs non-
pertama-peringkat yang dikeluarkan lebih sedikit opini-opini audit modifikasi
dan mengalami kegagalan audit yang lebih tinggi. Selain itu, perusahaan-
perusahaan klien TAFs pertama-peringkat yang lebih besar ( Ukuran) dari
klien TAFs non-pertama-peringkat. Temuan tersebut konsisten dengan
Pedoman TAF ranking diberlakukan oleh SEO. Selain itu, leverage ( Im)
lebih rendah untuk perusahaan klien diaudit oleh TAFs pertama-peringkat.

Koefisien korelasi tabel (untabulated) untuk Model (1) , Model (2),


Dan Model (4) menunjukkan bahwa lation corre- tertinggi berpasangan
koefisien adalah -0,488 antara Lev dan Kerugian, diikuti oleh 0,245 antara
Lev dan InvRec, dan tidak ada korelasi lainnya berada di atas 0,21. Hal ini
menunjukkan bahwa multikolinieritas bukan masalah dalam analisis regresi
berganda, karena tertinggi Variance Inflation Factor (VIF) dalam semua
model 2.23, yang jauh di bawah ambang batas yang dapat diterima dari 10 (
Field, 2013 ).

b. analisis multivariat
- model kualitas audit hasil
Panel A dari tabel 4 menyajikan hasil multivariat analisis untuk
model kegagalan audit. Ini menunjukkan bahwa koefisien FirstRankAud
adalah 0,426, yang secara signifikan ( P ≤0.05) berhubungan positif dengan
AudFailB. Disarankan di sini adalah bahwa, dibandingkan dengan TAFs non-
pertama-peringkat, kesalahan Tipe II lebih tinggi untuk TAFs pertama-
peringkat. Temuan tersebut tidak hanya tidak mendukung klaim SEO, tetapi
juga bertentangan dengan klaim bahwa TAFs pertama-peringkat yang
berkualitas tinggi auditor. Dengan demikian, hipotesis pertama kami yang
perusahaan audit pertama-peringkat tidak memberikan jasa audit yang lebih
berkualitas didukung. Sampel skor kecenderungan cocok (PSMS) Hasil
menunjukkan hasil yang konsisten. Koefisien pada FirstRankAud adalah 0,065
dan signifikan ( p < 0,05), menunjukkan bahwa temuan tidak terpengaruh oleh
bias seleksi mandiri. Mengenai variabel kontrol, Ukuran, Lev, dan NStOwn
adalah negative terkait dengan kesalahan Tipe II, tapi kesalahan Tipe II lebih
tinggi untuk perusahaan klien dengan fiskal tahun akhir di musim sibuk (
FYEnd). PSMS juga menunjukkan hasil yang sama.
Panel B dari tabel 4 menunjukkan hasil analisis multivariat untuk
model opini-opini audit. Koefisien pada FirstRankAud adalah -0,588, yang
negatif ( P < . 001) terkait dengan AudOpn, dan ini konsisten dengan hipotesis
pertama (H 1). Temuan ini menunjukkan bahwa TAFs pertama-peringkat
cenderung mengeluarkan opini-opini audit dimodifikasi untuk perusahaan
klien. Berdasarkan Pedoman TAF ranking diterbitkan oleh SEO, diharapkan
TAFs pertama-peringkat lebih mungkin untuk mengeluarkan laporan audit
dimodifikasi untuk perusahaan klien mereka. Namun, berbeda dengan harapan
ini dan pandangan diskriminasi harga berdasarkan kualitas-, temuan kami
menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan TAFs non-pertama-peringkat,
pertama-peringkat TAFs masalah opini-opini audit secara signifikan lebih
sedikit dimodifikasi untuk perusahaan klien. Mengacu untuk mengontrol
variabel, Ukuran berhubungan positif dengan opini-opini audit modifikasi,
yang konsisten dengan argument Abdel-Khalik (1993) .
Panel B dari tabel 4 juga mengungkapkan bahwa perusahaan klien
dengan leverage yang tinggi ( Lev), kinerja keuangan yang lemah ( Kerugian),
dan kepemilikan non-negara ( NStOwn) lebih cenderung untuk menerima
opini-opini audit modifikasi. umur perusahaan klien ( Usia) berhubungan
positif dengan penerbitan opini-opini audit modifikasi. Selain itu, modifikasi
laporan audit lebih rendah untuk perusahaan klien dengan fiskal tahun-end (
FYEnd) di musim sibuk audit. Selanjutnya, hasil dari model opini-opini audit
berdasarkan PSMS konsisten dengan temuan utama, karena koefisien pada
FirstRankAud adalah -0,09, yang signifikan (p <0,05).
Panel C dari tabel 4 menunjukkan bahwa FirstRankAud memiliki
hubungan signifikan dengan AbsDisAcc ( coeff = 0,004, nilai t = 0,76). Hal ini
menunjukkan bahwa akrual diskresioner tidak lebih rendah untuk klien diaudit
oleh TAFs pertama-peringkat dibandingkan perusahaan klien non-pertama-
peringkat TAFs. Konsisten dengan temuan mengenai laporan audit modifikasi
dan kegagalan audit, hasil ini menunjukkan bahwa TAFs pertama-peringkat
tidak memberikan jasa audit berkualitas tinggi secara signifikan dibandingkan
dengan perusahaan lain, yang diukur dengan akrual diskresioner perusahaan
klien. Hasil PSMS juga mengungkapkan bahwa AbsDisAcc tidak berhubungan
secara signifikan dengan FirstRankAud, menunjukkan bahwa bias seleksi tidak
mempengaruhi temuan utama. Temuan kami, berdasarkan pada kualitas tiga
langkah-audit, modifikasi laporan audit, dan diskresioner akrual-tidak
mendukung pandangan diskriminasi harga berdasarkan kualitas-atau klaim
oleh SEO dalam kaitannya dengan kualitas yang lebih tinggi dari TAFs
pertama-peringkat. Mereka, bagaimanapun, mendukung berbasis reputasi
pandangan diskriminasi harga.
Dengan mengacu untuk mengontrol variabel, SaleGrowth positif
dan kepemilikan non-negara ( NStOwn) berhubungan negatif dengan akrual
cretionary dis. Juga, hasil model akrual diskresioner berdasarkan PSMS
konsisten dengan temuan utama. Temuan ini menunjukkan bahwa bias seleksi
mandiri tidak menjadi masalah dalam pengembangan model. Pada bagian
berikutnya kita menguji apakah pertama-peringkat TAFs dimana kualitas tidak
dibedakan benar-benar mendapatkan premi biaya.

- Audit hasil model biaya


tabel 5 menunjukkan hasil analisis multivariat untuk model biaya
audit. Konsisten dengan hipotesis kedua (H 2), FirstRankAud berhubungan
positif (coeff = 0,174, t = 5.02) dengan AudFee. Temuan ini menunjukkan
bahwa pertama-peringkat TAFs dicap sebagai auditor berkualitas tinggi lebih
mungkin untuk membebankan biaya audit yang lebih besar dari biaya yang
dikenakan oleh TAFs non-pertama-peringkat. Hasil tersebut berarti bahwa
perusahaan klien bergantung pada peringkat TAF daftar yang diterbitkan oleh
SEO dan membayar biaya premium untuk pertama-peringkat TAFs untuk jasa
audit mereka. Temuan sebelumnya mengenai kualitas audit TAFs pertama-
peringkat (dalam tabel 4 ) Mengungkapkan bahwa mereka tidak memberikan
jasa audit berkualitas tinggi dibandingkan dengan TAFs non-pertama-
peringkat, namun mereka mengenakan premium biaya. Temuan seperti ini
kontras dengan pandangan diskriminasi harga berdasarkan kualitas dan
mendukung pandangan diskriminasi harga berbasis reputasi, di mana TAFs
pertama-peringkat mendapatkan premi biaya berdasarkan reputasi tetapi tidak
diferensiasi kualitas. Model PSMS juga menunjukkan hasil yang sangat
konsisten dalam yang FirstRankAud memiliki koefisien 0,144, yang signifikan
pada tingkat 1%. Mengomentari variabel kontrol, tabel 5 mengungkapkan
bahwa perusahaan klien menerima opini-opini audit modifikasi ( AudOpn)
membayar biaya audit yang lebih rendah. Ini tidak konsisten dengan gagasan
bahwa auditor mengungkapkan pendapat dimodifikasi perlu tawar-menawar
dengan perusahaan klien mereka dan memberikan dokumentasi yang cukup
untuk mendukung pendapat mereka ( Xie, Cai, & Ye 2010 ). Biaya audit yang
lebih tinggi untuk klien besar ( Ukuran), kompleksitas ( InvRec), kinerja
perusahaan ( Kerugian), dan umur perusahaan ( Usia), yang konsisten dengan
penelitian sebelumnya ( Blankley et al., 2012 ; Doa, Raghunandan, & Rama,
2012).
Selanjutnya, Sebuah tikungan dan Subs berhubungan positif dengan
AudFee. Temuan ini menyiratkan bahwa auditor membebankan biaya yang
lebih tinggi untuk keterlibatan mana lebih pekerjaan audit diperlukan. Tabel
tersebut juga menunjukkan bahwa ConOwn berhubungan positif dengan
AudFee. Temuan ini berbeda dengan gagasan bahwa struktur kepemilikan
tersebar meningkatkan kemungkinan risiko audit karena sejumlah besar
investor bergantung pada laporan keuangan yang diaudit. Semua model yang
sangat signifikan (p <0,01), dan heteroskedastisitas-dikoreksi T dan Z statistik
White dilaporkan dalam Tabel 4 dan 5 .
c. tes tambahan
- peringkat perusahaan audit
Hasil utama kami menunjukkan bahwa TAFs pertama-peringkat
memperoleh premi biaya tanpa memberikan jasa audit kualitas secara
signifikan lebih tinggi daripada rekan-rekan mereka yang lebih rendah
peringkat. Temuan tersebut menimbulkan pertanyaan apakah SEO telah
merumuskan benar Pedoman untuk peringkat TAF di tempat pertama. Untuk
mengatasi masalah ini, kita menghitung (tidak ditabulasikan) statistik
deskriptif berdasarkan data tentang karakteristik TAFs seperti yang
diungkapkan oleh IACPA untuk 2011 dan 2012 (karena informasi ini dibuat
tersedia). Berdasarkan 218 observasi perusahaan-tahun untuk 2 tahun, sarana
pendapatan perusahaan audit ( AudFIncom), keterlibatan ( AudFEngag), dan
staf ( AudFStaff) menunjukkan bahwa perusahaan audit di Iran dalam ukuran
kecil. Median dari partner audit untuk setiap perusahaan audit ( AudFPartn)
menunjukkan bahwa sebagian besar TAFs hanya memiliki 3 mitra, yang
merupakan jumlah minimum yang diperlukan untuk mendirikan sebuah
perusahaan audit di bawah sistem perizinan IACPA (lihat situs IACPA ini).
Statistik T menunjukkan bahwa perusahaan audit TAF pertama-peringkat
memiliki pendapatan yang lebih tinggi secara signifikan ( AudFIncom) ( US $
823.816 dibandingkan US $ 278.700) dan keterlibatan yang lebih tinggi (
AudFEngag); mempekerjakan lebih staf ( AudFStaff), mitra Audit (
AudFParten), bersertifikat akuntan publik ( AudFCPA), dan manajer audit; dan
didirikan lebih awal dari rekan-rekan mereka yang lebih rendah-peringkat.
Demikian pula, pengawas Audit ( AudFSuper) dan auditor senior yang (
AudFSen) dari TAFs pertama-peringkat hampir tiga kali lipat lebih
dibandingkan TAFs non-pertama-peringkat. Hal ini dapat, karena itu,
disimpulkan bahwa peringkat tersebut telah tepat dilaksanakan oleh SEO
sesuai dengan Pedoman nya.

- Kekurangan sumber daya perusahaan audit


Namun, pertanyaan yang belum terjawab adalah mengapa TAFs
pertama-peringkat tidak memberikan jasa audit yang berkualitas
mendiskriminasikan, ketika SEO telah benar bekerja Pedoman TAF sesuai
analisis kami pada bagian sebelumnya. Salah satu penjelasan potensial adalah
sumber daya yang terbatas dan waktu yang dialokasikan oleh perusahaan audit
pertama-peringkat untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit ketika
perusahaan memiliki perikatan audit lebih. Studi terbaru menemukan bahwa
kegagalan audit dalam menerbitkan opini audit akan perhatian lebih tinggi bila
mitra audit yang sibuk dan ketika jumlah perikatan audit yang tinggi ( Goodwin
& Wu, 2016 ; Sundgren & Svanström 2014 ). Untuk menguji dugaan ini, kita
mendefinisikan beberapa variabel berikut penelitian sebelumnya (misalnya,
Caramanis & Lennox, 2008 ; Goodwin & Wu, 2016 ) yang memperhitungkan
sumber daya rekening kedua Audit perusahaan dan tugas. Kami memperoleh
rasio pengawas audit dan auditor senior untuk jumlah perikatan audit (
SupSenEngag), rasio pengawas audit dan auditor senior untuk total pendapatan
Audit ( SupSenIncom), rasio keterlibatan audit untuk staf audit ( EngagStaff),
rasio total pendapatan audit untuk mengaudit staf ( IncomStaff), rasio
keterlibatan audit untuk partner audit ( EngagPartner), rasio total pendapatan
audit untuk partner audit ( IncomPartner), rasio staf audit untuk partner audit (
staffPartner), dan rasio staf audit dengan jumlah pengawas audit dan manajer (
StaffSupMang), untuk setiap perusahaan audit untuk tahun 2011 dan 2012.
Kami kemudian membandingkan antara TAFs pertama-peringkat dan TAFs
non-peringkat.

- Ukuran Audit Biaya premium dan perusahaan klien


penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa persaingan di antara
auditor lebih tinggi di pasar-klien kecil ( Chaney et al., 2004 ). Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan audit besar cenderung untuk mengisi premi
biaya yang signifikan dalam pasar-klien kecil seperti Iran. Untuk menentukan
apakah premi biaya TAFs pertama-peringkat dapat dikaitkan dengan ukuran
klien, kami partisi sampel ke dalam dua kelompok: Kecil klien (perusahaan
dengan total aset kurang dari median, N = 459), dan Besar klien (perusahaan
dengan total aset lebih dari median, N = 459), dan Model estimasi re- (4)
(Model biaya audit). prosedur tersebut juga meringankan bagi keberadaan bias
diri-seleksi. Hasil estimasi ulang untuk Kecil dan Besar klien sub-sampel
ditunjukkan pada tabel 7 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa TAFs pertama-
peringkat yang positif terkait dengan biaya audit untuk kedua kelompok klien
besar dan kecil. Temuan ini tidak hanya menguatkan temuan utama tetapi juga
mendukung gagasan bahwa premi biaya dari TAFs pertama-peringkat kurang
cenderung ditentukan oleh ukuran klien.

- Pendekatan estimasi alternatif


Meskipun pada pandangan pertama kualitas audit dan audit fee
persamaan tampak tidak berhubungan, mereka mungkin terkait melalui
korelasi dalam kesalahan. Kami kembali memperkirakan model penelitian
menggunakan regresi (SUR) sistem yang tampaknya tidak berhubungan. Kami
kembali estimasi Model (2) dan Model (4) menggunakan sistem SUR. Sebelum
kembali estimasi, kami menyertakan AbsDisAcc di Model (4) dan AudFee di
Model (2) sebagai variabel penjelas tambahan. Hasil untabulated menunjukkan
bahwa koefisien pada FirstRankAud adalah 0,005 (z = 0,92, p> 0,10) dan 0,174
( t = 5.34, p <0,01) dalam akrual diskresioner Model dan biaya audit Model,
masing-masing. Selanjutnya, AudFee dan Abs- DissAcc, variabel penjelas
sebagai tambahan dalam Model (2) dan Model (4) , Tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan variabel dependen dalam model regresi.
Kami juga re-estimasi kegagalan audit, Model opini audit dan model
biaya audit menggunakan sistem SUR. Hasil untabulated menunjukkan bahwa
efek TAFs pertama-peringkat berdasarkan sistem SUR konsisten dengan
temuan utama yang dilaporkan dalam Tabel 4 dan 5 . Selain itu, kami re-
estimasi Model (1) , Model (2), Dan Model (4) dengan kesalahan standar
berkerumun oleh perusahaan untuk menghapus kedua heteroskedastisitas dan
korelasi auto (bersamaan) jika ada dalam sampel. Hasil (untabulated)
menunjukkan bahwa efek dari FirstRankAud di AudFail, AudOpn, dan
AbsDisAcc konsisten dengan temuan utama digambarkan dalam Tabel 4 dan 5
dan kuat untuk memanfaatkan Model (1) , Model (2) , Dan Model (4) , yang
berkerumun kesalahan standar. Selain itu, kami re-estimasi Model (1), Model
(2), dan Model (4) menggunakan efek perusahaan-tetap. Hasil ini konsisten
dengan temuan utama yangdilaporkan dalam Tabel 4 dan 5 dan kuat untuk
dimasukkannya efek perusahaan-tetap.

- Apakah pengungkapan sukarela dari biaya audit mempengaruhi hasil?


Karena pengungkapan biaya audit adalah sukarela di Iran, analisis
utama kami didasarkan pada data tentang perusahaan-perusahaan yang secara
sukarela diungkapkan biaya audit (918 perusahaan tahun pengamatan). Hal ini
dapat meningkatkan kekhawatiran bahwa kualitas dan pemeriksaan biaya audit
TAFs pertama-peringkat berbeda antara perusahaan klien dengan dan tanpa
sukarela biaya audit pengungkapan. Untuk mengatasi masalah potensial ini,
kami mempekerjakan serangkaian tes tambahan sampel baru. Kali ini kami
menyertakan observasi perusahaan-tahun tanpa pengungkapan biaya audit
(pengamatan 1442 perusahaan tahun) dan membandingkan atribut tegas antara
kelompok ini (a t tes dan chi-square test) dan satu dengan biaya audit
diungkapkan (918 perusahaan tahun ob- servations), mengikuti model dalam
penelitian sebelumnya (misalnya, Bedard, Falsetta, Krishnamoorthy, & Omer
2010 ; Lennox, 1999 ). 14 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
banyak perbedaan yang signifikan dalam atribut antara dua kelompok ini selain
ukuran perusahaan dan jumlah anak. Selain itu, kami kembali memperkirakan
semua model menggunakan 2360 (1442 + 918) observasi perusahaan-tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek dari FirstRankAud di AudFail,
AudOpn, dan AbsDisAcc yang kuat, yang menegaskan bahwa pengungkapan
sukarela dari biaya audit tidak mempengaruhi temuan utama.
9. Kesimpulan
Dalam studi ini kami memeriksa dua penjelasan bersaing untuk
biaya audit, yaitu, apakah biaya didorong terutama oleh kualitas jasa audit atau
lebih terkait untuk mengaudit reputasi perusahaan. Telah diterima secara umum
bahwa perusahaan audit besar mendapatkan premi mereka karena mereka
memberikan jasa audit superior untuk klien mereka, karena mereka lebih baik
sumber daya dan beroperasi secara lebih efisien. Sebaliknya, ada argumen
bahwa perusahaan audit besar mendapatkan biaya premium karena reputasi
mereka dan nama merek tanpa secara signifikan memberikan jasa audit superior
( Boon et al., 2010 ; Chaney et al., 2004 ; Craswell et al., 1996 ; Irlandia &
Lennox, 2002 ; Palmrose, 1986 ). Menggunakan teori diskriminasi harga seperti
yang diterapkan dalam akuntansi dan disiplin terkait lainnya, kami secara
empiris harga tes audit dalam konteks Iran, yang memiliki pengaturan
kelembagaan yang unik ditandai dengan lemahnya permintaan jasa audit
berkualitas tinggi, risiko litigasi rendah dan mekanisme tata kelola perusahaan
yang lemah, dan tidak adanya Big 4 perusahaan audit internasional.
10. Pengembangan penelitian
Studi masa depan dapat menguji pengaruh peringkat perusahaan
audit dan karenanya reputasi pada faktor-faktor lain, seperti penyelarasan
auditor klien . Karena sebagian besar analisis sebelumnya menggunakan
chimmy yang mewakili perusahaan audit internasional besar sebagai pengganti
untuk menyelidiki efek auditor yang dibedakan kualitas terhadap biaya audit,
penelitian dimasa depan dapat memeriksa apakah sejumlah perusahaan audit
internasional non-besar dapat menerapkan berbasis kualitas atau reputasi
strategi diskriminasi harga kemudian pada penelitian selanjutnya peneliti
dapat memili sampel yang bukan sampel perusahaan yang secara sukarela
mengungkapkan biaya audit.

11. Kritikan

 Peneliti menguji pengaruh perusahaan audit peringkat pada biaya kualitas


audit dan pemeriksaan dengan sampel perusahaan yang secara sukarela
mengungkapkan biaya audit.

 Kurangnya data yang memadai, periode penelitian ini meliputi tahun 2006
sampai 2015. Sementara tes ketahanan tambahan yang diterapkan untuk
mengatasi masalah potensial ini, juga diakui sebagai pembatasan penelitian
ini.

 Temuan mengenai kekurangan sumber daya perusahaan audit dan kualitas


audit dibatasi oleh ketersediaan data yang terbatas. Akhirnya, sementara kita
bisa memeriksa konsekuensi ekonomi dari peringkat yang diprakarsai
pemerintah perusahaan audit di Iran.

 Peneliti tidak bisa menentukan motivasi (apakah keuangan atau politik) di


belakang peringkat tersebut dan tidak membiarkan perusahaan audit
internasional untuk beroperasi di negara itu sebagai negara-negara
berkembang lainnya di wilayah ini lakukan.
 Tidak mencamtukan variable independent dan variable dependen, tetapi
mencamtukan variable control. Dimana variable control tidak
mempengaruhi hasil uji hipotesis secara keseluruhan. Karena variable
control digunakan untuk menambah informasi.

Anda mungkin juga menyukai