Anda di halaman 1dari 28

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN BUKU TEKS

TEKNIK PENULISAN MENYUSUN BAHAN AJAR

Dosen Pengampu:
Dra. Eldarni, M.Pd

Di Susun Oleh :
Andika Saiful Azhar (1600)
Rido (1400)
Soviyah Ramadhani (1600)
Widya Afriyani (16004138)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TA 2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulisucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyelesaikan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan.

TidaklupapenulismengucapkanterimakasihkepadaDra.Eldarni, M.Pd dan


Dedi Supendra S.Pd., M.A selakudosenpembimbingmatakuliah “Pengembangan
Bahan Ajar dan Buku Teks”yang
telahmemberikanarahandanpetunjukdalampembuatanmakalah.
Demikianmakalahinikami susunsemogabermanfaat.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi penulisan maupun materi. Maka dari itu, kritikan dan saran dari
pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan kedepannya. Akhir kata
semogamakalahini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Padang ,16 Oktober 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1. LatarBelakang ........................................................................................... 1
2. RumusanMasalah ...................................................................................... 2
3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
1. Teknik Penulisan Menyusun Sendiri ........................................................ 3
a. Pengertian ........................................................................................... 3
b. Komponen-Komponen Penulisan Menyusun Sendiri Bahan Ajar ..... 6
c. Contoh Komponen Sistematika Penulisan Bahan Ajar ...................... 13
d. Format Penulisan Menyusun Sendiri Bahan Ajar .............................. 14
2. Prinsip-Prinsip Penulisan Bahan Ajar ....................................................... 16
3. Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar ................................................ 17
4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar .............................................. 21
5. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar ........................................................ 23
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 24
1. Kesimpulan ............................................................................................... 24
2. Saran .......................................................................................................... 25
KEPUSTAKAAN ................................................................................................ 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyusunan penulisan bahan ajar, baik untuk proses instruksioal
jarak jauh maupun langsung adanya tatap muka antara pendidik/pengajar
dengan peserta didik merupakan sebuah ciri dari sebuah sistem
instruksional. Bahan ajar harus disusun berdasarkan rencana kegiatan
belajar mengajar yang telah ditetapkan. Untuk membantu mencapai
sasaran, maka bahan ajar yang dibuat juga harus mendukung kegiatan
pembelajaran dalam rangka mencapai kompetensi yang diinginkan.
Siswa atau mahasiswa sekarang ini cenderung akan mendapatkan
informasi dari berbagai sumber informasi, seperti televisi, internet, dan
lainnya, untuk itu bahan ajar yang dikemas sebaiknya juga menyertakan
informasi-informasi terbaru yang telah ada, dan hal ini memang akan
mempersulit untuk membuat sebuah bahan ajar yang mutakhir atau
terbaru. Untuk menyiasati hal tersebut, maka dalam bahan ajar nantinya
dapat dikembangkan kemampuan peserta didik untuk menggali lebih
besar lagi dari lingkungannya.
Materi pada makalah ini akan menjelaskan mengenai Teknik
Penulisan Menyusun Bahan Ajar yang berkenaan dengan pengertian,
komponen, dan format sistematika penulisan bahan ajar yang berupa
bahan ajar cetak berupa menyusun sendiri. Pengetahuan tentang hal-hal
di atas merupakan dasar yang harus diperoleh bagi Anda yang
mempelajari kuliah Pengembangan Bahan Ajar dan sebagai pencapaian
kompetensi S1 Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yaitu sebagai
pengembang media pembelajaran dan bahan ajar merupakan salah satu
media pembelajaran. Dan pada bab berikutnya Anda akan mempelajari
materi yang berkenaan dengan pemilihan bahan ajar.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
beberapa masalah yaitu:
1. Bagaimana definisi, komponen serta format teknik penulisan menyusun
bahan ajar sendiri ?
2. Apa saja prinsip-prinsip penulisan pada bahan ajar ?
3. Bagaimana penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam bahan ajar ?
4. Apa saja prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar ?
5. Apa saja prosedur dalam pengembangan bahan ajar ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalm penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk memahami definisi, komponen serta format teknik penulisan
menyusun bahan ajar sendiri.
2. Untuk mengetahui saja prinsip-prinsip penulisan pada bahan ajar.
3. Untuk memahami penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam bahan
ajar.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar.
5. Untuk mengetahui prosedur dalam pengembangan bahan ajar.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan


peserta didik. Alur pengembangan bahan ajar menunjukkan bahwa setelah
pengembangan bahan ajar harus diberikan pedoman peserta didik dan pedoman
pengajaran yang kesemuanya tetap didasarkan pada rencana kegiatan
pembelajaran.
Menurut Panen dan Purwanto (2004), penyusunan bahan ajar dapat
dilakukan melalui beragam cara, dari yang termurah sampai yang termahal, dari
yang paling sederhana sampai yang tercanggih. Mulai dari ide, pemikiran dan
gaya bahasa sendiri, sampai dengan penulisan dengan banyak kutipan.Secara
umum ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam menyusun bahan ajar cetak,
yaitu:
1. Menyusun sendiri (starting from scratch)
2. Pengemasan kembali informasi (information repackagin atau text
transformation)
3. Penataan informasi (compilation atau wrap around text)

Cara mana yang Anda pilih perlu dipertimbangkan, pertama ketersediaan


sumber atau bahan, kedua kemampuan menulis tingkat kebutuhan belajar
pembaca (peserta didik).

A. Teknik Penulisan Menyusun Sendiri


1. Pengertian
Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan
kebutuhan siswa. Selain ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi
dengan guru lain untuk menulis bahan ajar secara kelompok, dengan
guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak.
Penulisan juga dapat dilakukan bersama pakar, yang memiliki
keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping penguasaan bidang ilmu,

3
4

untuk dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan


menulis sesuai dengn prinsip-prinsip instruksional.
Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa,
meliputikebutuhan:

a. Pengetahuan
b. Keterampilan
c. Bimbingan
d. Latihan
e. Umpan balik

Untuk itu dalam menulis bahan ajar didasarkan:

a. Analisis materi pada kurikulum


b. Rencana atau program pengajaran
c. Silabus yang telah disusun

Menulis dengan bahasa sendiri adalah menulis dengan gaya


bahasnya sendiri, dari hasil olah pemikirannya sendiri. Proses
penulisan dengan cara ini dimulai dengan pengumpulan informasi,
memahaminya, kemudian melakukan kontemplasi dan kolaborasi
pengertian-pengertian, kemudian menuangkan dalam tulisan dengan
gaya bahasanya sendiri.
Guru, dosen ataupun profesi lain, dapat menulis dengan cara ini,
dengan asumsi bahwa penulis dianggap sebagai pakar dalam
bidangnya, mempunyai kemampuan menulis dan juga memahami
kebutuhan siswa (selanjutnya disebut pembaca).
Penulis sebagai seorang pakar dalam bidangnya dapat menulis
dan menyusun bukunya sendiri namun dianjurkan menulis dan
menyusun dengan cara berkelompok atau kolaboratif dengan beberapa
penulis lain sebidangnya (peer group). Hal ini dimaksud untuk
meningkatkan kualitas tulisan dan pengayaan ide. Bisa jadi, seorang
anggota penulis menulis dari sudut pandang terentu, sedangkan
5

anggota penulis yang lain menulis dari sudut pandang yang lainnya.
Sehingga dalam sebuah buku akan terasa dialog antara penulis dan
pembaca. Bahkan bisa jadi sebuah buku adalah visualisasi dari sebuah
diskusi, dialog antar penulis, yang membangun imajinasi dan
pengertian-pengertian baru. Banyak buku-buku ajar yang sukses
diterbitkan dengan melakukan penulisan cara ini. Cara menulis seperti
ini yang perlu diperhatikan adalah masing-masing penulis harus
paham tentang visi, misi dan tujuan buku yang akan disusun.
Kesepakatan perlu diambil pada saat ide dicetuskan, kemudian
mindmap dibuat bersama dan kerangka buku disepakati. Serta yang
tidak kalah pentingnya adalah melakukan pertemuan-pertemuan untuk
mendialogkan isi yang menjadi tanggung jawab masing-masing
anggota penulis.
Jika kita memutuskan untuk menulis buku seorang diri dengan
gaya bahas sendiri, yang perlu diperhatikan adalah kekuatan
penelusuran literatur, mempunyai rekan yang bersedia membaca draf
tulisan sebagai korektor sekaligus pembanding.
Setelah memperoleh ide untuk menulis buku, selanjutnya yang
perlu dilakukan adalah mempertimbangkan siapa calon pembaca
buku tersebut. Hal ini sangat penting, karena sebagus apapun sebuah
buku, jika sasaran buku tidak jelas, buku itu akan membingungkan
pembaca, tidak fokus, dan tidak membangkitkan motivasi. Oleh
karena itu, yang perlu diperhatikan, untuk mengetahui kebutuhan
belajar pembaca hal-hal sebagai berikut.

a. Peta kompetensi yang telah ditentukan sesuai denganrencana


pembelajaran (GBPP-SAP).
b. Sesuai dengan tingkat kebutuhan ranah potensi belajar kognitif,
psikomotor, dan afektif.
c. Berdasarkan kontrak perkuliahan (untuk buku PT) yang telah
disusun.
6

d. Apa yang ingin diketahui oleh pembaca terkait dengan isu-isu


terini, terkait dengan buku yang akan ditulis.

Jadi, diperlukan ketentuan dan kecermatan untuk mempelajari


kurikulum pembelajaran, dan sering mengunjungi toko-toko buku atau
berkunjung kesitus-situs virtual book store.

2. Komponen-Komponen Penulisan Menyusun Sendiri Bahan Ajar


Bahan ajar memiliki fungsi strategis bagi proses belajar mengajar.
Ia dapat membantu guru dan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran,
sehinggan guru tidak terlalu banyak menyajikan materi. Disamping
itu, bahan ajar dapat menggantikan sebagian peran guru dan
mendukung pembelajaran individual. Hal ini akan memberi dampak
positif bagi guru, karena sebagian waktunya dapat dicurahkan untk
membimbing belajar siswa. Dampak positifnya bagi siswa, dapat
mengurangi ketergantungan pada guru dan membiasakan belajar
mandiri. Hal ini juga mendukung prinsip belajar sepanjang hayat (life
long education).
Guru dapat menulis sendiri bahan ajar yang ingin digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Namun, guru juga dapat
memanfaatkan buku teks atau bahan dan informasi lainnya yang sudah
ada di pasaran untuk dikemas kembali atau ditata sedemikian rupa
sehingga dapat menjadi bahan ajar. Bahan ajar biasanya dilengkapi
dengan pedoman untuk siswa dan guru. Pedoman berguna untuk
mempermudah siswa dan guru mempergunakan bahan ajar.
Komponen utamadalam menulis bahan ajar adalah: a) tinjauan
materi, b) pendahuluan setiap bab, c) penutup setiap bab, d)daftar
pustaka, dan e) senarai. Setiap komponen mempunyai sub-sub
komponen yang saling berintegrasi satu sama lain. Susunan
komponen-komponen dan sub-sub komponen bahan ajar sama dengan
strategi pembelajaran yang lazim digunakan guru dalan kegiatan
belajar mengajar.
7

Selain itu, bahan ajar biasanya dilengkapi dengan berbagai


macam ilustrasi. Ilustrasi memegang peranan penting dalam bahan
ajar, karena dapat memperjelas konsep, pesan, gagasan, atau ide yang
disampaikan dalam bahan ajar. Selain itu Ilustrasi yang menarik
ditambah tata letak yang tepat, dapat membuat bahan ajar menarik
untuk dipelajari. Disamping komponen-komponen bahan ajar dan
ilustrasi, bahan ajar yang baik dan menarik mempersyaratkan
penulisan yang menggunakan ekspresi tulis yang efektif. Ekspresi
tulis yang baik akan dapat mengkomunikasikan pesan, gagasan, ide,
atau konsep yang disampaikan dalam bahan ajar kepada
pembaca/pemakai dengan baik dan benar. Ekspresi tulis juga dapat
menghindarkan salah tafsir atau pemahaman.
Penulisan bahan ajar dapat berupa buku yang dapat dilengkapi
dengan bahan-bahan multimedia. Bahan ajar yang berbentuk buku
biasanya dapat berupa sebuah modul ajar atau buku ajar. Bahan ajar
yang dikembangkan berbeda dengan buku teks. Bahan ajar secara
khusus disusun secara sistematis dalam rangka peningkatan kualitas
dan kuantitas melajar-mengajar sesuai dengan tujuan instruksional
yang diinginkan. Bahan ajar diberikan khusus kepada peserta didik
yang akan mengikuti proses instruksional atau biasa disebut dengan
learned oriented. Bahan ajar yang bersifat mandiri, dapat dipelajari
sendiri oleh peserta didik, jadi harus disusun secara sistematis dan
lengkap.
a. Sampul
Daya tarik peserta didik terhadap bahan ajar kadang lebih
banyak dari bagian sampul, sehingga diharapkan bagian sampul
diberikan gambar, kombinasi warna dan ukuran huruf yang serasi.
Untuk mempertahankan ketertarikan atau untuk meningkatkan
motivasi belajar peserta didik perlu diberikan gambar atau ilustrasi.
Bahan ajar diberikan agar peserta didik dapat belajar mandiri,
untuk itu dalam bahan ajar diharapkan adanya sebuah spasi kosong
8

atau halaman kosong. Halaman kosong ini dapat digunakan oleh


peserta didik untuk mencatat hal-hal penting yang didapatkan
ketika menggunakan bahan ajar, jua dapat digunakan oleh peserta
didik untuk beristirahat dalam proses belajar. Penempatan halaman
kosong harus diberikan secara proposional.

b. Kata Pengantar
Kata pengantar dalam buku bahan ajar memuat penjelasan
peran dan fungsi buku ajar dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
sangat penting sekali diberikan karena peserta didik memerlukan
penjelasan awal mengenai buku ajar yang akan digunakan untuk
belajar mandiri. Penjelasnyang diberikan harus mudah dipahami
oleh peserta didi, meskipun penjelasan yang diberikan bersifat
umum dan tidak terlalu mendetail.

c. Daftar Isi
Daftar isi memuat outline dari buku ajar beserta halamannya.
Daftar isi wajib ditampilkan dalam buku ajar, dengan harapan
peserta didikakan mudah untuk belajar mencari materi yang ingin
dipelajari. Didalam daftar isi hendaknya juga terdapat daftar
gambar, daftar tabel beserta halamannya. Glosarium atau senari
dalam buku ajar memuat kata-kata atau istilah asing yang terdapat
dalam modul beserta arti dari istilah tersebut yang disusun
berdasarkan urutan abjad.

d. Bab Pendahuluan
Bagian utama dari sebuah buku ajar adalah bab pendahuluan
dan bab pembelajaran. Komponen-komponen yang harus ada
dalam bab pendahuluan mencakup deskripsi, prasyarat, petunjuk
penggunaan, tujuan akhir, kompetensi, dan cek kemampuan.

1) Deskripsi/tinjauan buku ajar


9

Deskripsi memuat tentang nama dan penjelasan singkat


(rangkuman) atau tinjauan buku ajar tentang isi buku ajar.
Selain itu, perlu juga diberikan penjelasan tentang posisi
modul dalam kegiatan pembelajaran dan kaitannya dengan
modul atau kegiatan pemebalajaran yang lain. Hasil belajar
yang akan dicapai oleg peserta didik setelah mereka
menggunakan buku ajar tersebut, beserta kompetensi yang
akan didapat setelah menggunakan buku tersebut, atau setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran materi yang bersangkutan.
Secara umum, deskripsi atau tinjauan buku ajar diambil dari
Rencana Kegiatan Belajar Mengajar (biasanya didapat dari
GBPP/SAP). Tinjauan buku ajar ini penulisan nya dapat
diawal atau setelah buku ajar selesai disusun secara lengkap.
Hal ini dapat dilakukan karena setelah materi lengkap tersusun,
dpat dibuat penjelasan singkat tentang isi materi. Ketika
dilakukan diawal akan memudahkan dalam mengembangkan
materi yang akan dibuat dalam buku ajar.

2) Prasyarat
Prasyarat memuat kemampuan awal atau kompetensi dasar
lainnya yang disyaratkan untuk mempelajari bahan ajar apabila
materi yang diberikan dlam pembelajaran merupakan materi
yang berkesinambungan (rangkaian materi berseri).
Diharapkan dalan prasyarat mencantumkan secara spesifik
kemampuan yang diperlukan, misalnya berdasarkan
penguasaan modul lainnya.

3) Petunjuk penggunaan
Petunjuk penggunaan bermanfaat untuk memberikan
panduan bagi peserta didik mengenai tata cara menggunakan
buku ajar. Panduan tersebut diberikan selain kepada peserta
didik juga diberikan diberikan kepada pendidik. Panduan bagi
10

peserta didik memuat beberapa hal, antara lain penjelasan


tentang cara belajar yang harus ditempuh dalam memahami
bahan ajar, perlengkapan yang harus dipersiapkan oleh peserta
didik, hasil penelitian, peran guru dalam proses pembelajaran.
Dalan petunjuk penggunaan juga dapat diberikan mengenai
urutan dan posisi setiap bab dibandingkan dengan bab lainnya.
Ketika sebuah buku ajar dilengkapi dengan bahan ajare
pendukung lainnya, misalnya CD atau audio visual, maka
dalam petunjuk penggunaan harus juga dimuat keterkaitan
perangkat tembahan tersebut dalam buku ajar, dan bagaimana
menggunakan perangkat tambahan tersebut.

4) Tujuan akhir
Tujuan akhir ditulis berdasarkan tujuan instruksional
umum yang ada dalam silabus.

5) Kompetensi
Kompetensi yang ditulis dalam buku ajar, yaitu
menguraikan tentang kompetensi yang akan dicapai peserta
didik sesuai dengan yang telah digariskan dalam tujuan
instruksional dalam silabus. Misalnya kompetensi utama, sub
kompetensi yang akan didapatkan peserta didik, kriteria unjuk
kerja (biasanya terdapat dalam buku ajar untuk siswa-siswa
kejuruan), ruang lingkup kompetensi, keterampilan yang
dimuliki, sikap dan pengetahuan dari peserta didik.

e. Bab Pembelajaran
Penyusunan Bab Pembelajaran disusun berdasarkan urutan bab
per bab sebagaimana kegiatan pembelajaran dikelas atau
dilapangan. Dengan kata lain, susunan dan urutan bab disesuaikan
dengan kegiatan pertemuan antara pendidik dan peserta didik.
Dalam penyusunan bab pembelajaran ini, pendidik diharapkan
membayangkan dirinya sedang bertatap muka dengan peserta didik,
11

sehingga kalimat yang digunakan juga dapat digunakan kalimat


yang lebih komunikatif, bahasa yang digunakan bersifat dialogis,
sederhana, dan bisa juga tidak formal. Bab pembelajaran memuat
beberapa kegiatan belajar dari satu sampai yang kesekian (ke-n),
tergantung dari jumlah materi yang ingin disampaikan (sesuai
dengan silabus.
Susunan bab ke bab lainya dan susunan komponen-komponen
dalam setiap bab menggambarkan strategi instruksional yang
biasanya terjadi dalam proses pembelajaran menggunakan metode
tatap muka, yaitu dimulai dengan pendahuluan, uraian materi,
penutup (yang dapat terdiri atas rangkuman, tugas formatif,
jawaban tugas formatif dan dapat dilengkapi dengan lembar kerja).

1) Pendahuluan
Pendahuluan meliputi deskripsi singkat atau gambaran
umum tentang cakupan bab dimaksud.

2) Uraian materi
Uraian atau penjelasan materi secara rinci merupakan
bagian utama yang akan membawa peserta didik mempunyai
kompetensi-kompetensi yang diharapkan. Untuk itu, bahan ajar
semaksimal mungkin memanfaatkan alat bantu belajar yang
akan membantu peserta didik memahaminya. Alat bantu yang
dapat dimuat dalam uraian materi antara lain berupa diagram-
diagram, analogi-analogi (biasanya dialogikan dengan keadaan
sekitar yang mampu dipahami oleh peserta didik), pertanyaan-
pertanyaan yang membuka peluang bagi peserta didik untuk
mencari sumber informasi lainnya, dan sebagainya. Bahan ajar
dapat dilengkapi dengan buku teks sebagai bagian utama dari
penyajian, sehingga peserta didik apabila ingin lebih
memahami materi yang diberikan dapat langsung memperoleh
penyelesaiannya atau mendapatkan jawabannya.
12

3) Rangkuman
Rangkuman dalam setiap bab memuat hal penting yang
patut menjadi perhatian peserta didik untuk dapat
dimanfaatkan dalam mempelajari bab lainnya, atau untuk dapat
dimanfaatkan peserta didik dalam belajar. Hal ini harus
menjadi perhatian tim pengembangan bahan ajar, karena
beberapa peserta didik mungkin memulai belajar mandiri
dengan membaca rangkuman setiap bab. Pernyataan dalam
rangkuman harus berisi pengetahuan yang mendasar dari
uraian materi.

Selain mencakup enam hal utama dalam bahan ajar, sebaiknya


bab pembelajaran juga memuat informasi singkat dari kegiatan
belajar. Informasi ini dapat diletakkan disetiap halaman depan
bagian kegiatan belajar sehingga informasi ini juga bermanfaat
sebagai lembar penyekat antara kegiatan belajar yang satu dengan
yang lainnya.

f. Tugas, Tes Formatif, dan Kunci Jawaban


Setelah diberikan rangkuman, selanjutnya didalam bahan ajar
perlu diberikan tugas-tugas dalam rangka memberikan kemampuan
atau pengetahuan tambahan bagi peserta didik. Tugas yang
disampaikan tetap berpedoman atau mengacu pada tujuan
instruksional dan kompetensi yang diinginkan. Hasil pekerjaan dari
tugas yang dikerjakan oleh peserta didik harus dibahas ketika ada
pertemuan atau tatp muka. Diskusi ini juga merupakan umpan balik
dari kegiatan belajar mandiri peserta didik. Hasil diskusi akan
memperlihatkan pencapaian hasil belajar peserta didik, dan
pensisik dapat memutuskan kegiatan berikutnya, apakah peserta
didik harus lebih mendalami materi yang sama (mengulang) atau
dapat menlanjutkan ke bab selanjutnya.
13

Selain dari tugas yang diberikan, untuk memperlihatkan


kemampuan pada peserta didik dalam mengukur sendiri hasil
belajar atau pengetahuan yang didapat dari belajar mandiri adalah
denan memberikan tes formatif beserta kunci jawabannya. Tes
formatif merupakan seperangkat tes acuan sebagai patokan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami uraian
materi dan pencapaian hasil belajarnya sesuai dengan tujuan
instruksional khusus. Peserta didik dapat mengukur
kemampuannya dengan membandingkan jawaban antara
jawabannya sendiri dan jawaban yang ada dalam bahan ajar. Dalam
kunci jawaban sedapat mungkin juga diberikan penjelasan
mengapa jawaban tersebut benar dan jawaban yang lain salah.

g. Lembar kerja
Lembar kerja memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
oleh peserta didik untuk mencapai tujuan instruksional. Lembar
kerja ini harus ada, khususnya dalam kegiatan instruksional yang
menekankan pada keterampilan motorik, misalnya bagis siswa
yang disekolah-sekolah kejuruan, dan lainnya.

h. Daftar pustaka
Daftar Pustaka yang ditulis merupakan khusus yang digunakan
untuk materi pembelajaran ini, pustaka yang digunakan bisa buku
teks, buku ajar, terbitan berkala, dan lainya yang lazim.

3. Contoh Komponen Sistematika Penulisan Bahan Ajar

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Manfaat Pembelajaran
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
14

2. Indikator Keberhasilan
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
F. Petunjuk Belajar

BAB II MATERI POKOK

A. Judul
B. Indikator Keberhasilan
C. Uraian dan Contoh
1. Sub Materi Pokok 1
a..........
1)......
2).....
2. Sub Materi Pokok 2
a..........
1)............
a)...............
b)..............
D. Rangkuman
E. Tugas / Latihan
F. Lembar Kerja
G. Daftar Pustaka

4. Format Penulisan Menyusun Sendiri Bahan Ajar


a. Format Penulisan Naskah Bahan Ajar
1. Ukuran Buku : 17 Cm x 24 cm (porttrait)
2. Ukuran Martgin : Miror margin
a) Kiri/outside : 2.5 cm
b) Kanan/Inside : 2.0 cm
c) Atas/Top : 2.0cm
d) Bawah/Bottom : 2.5 cm
3. Jenis dan Ukuran Font
15

a) Judul : Arial Bold 16


b) Sub Judul : Arial 14
c) Teks : Arial 12
d) Keterangan Gambar : Arial 10
4. Penomoran Halaman :
a) Kata Pengantar, daftar Isi, dan daftar lampiran (bila ada),
menggunakan angka romawi kecil (i,ii,iii,dst), Halaman
dalam Bab menggunakanangka Arab mulai dari nomor 1
dan seterusnya.
b) Letak nomor halaman ; pada nomor halaman ganjil,
terletak di kiri bawah, pada nomor halaman genap, terletak
di kiri bawah
5. Gambar/ilustrasi diberi bingkai, jarak antara gambar dengan
bingkai simetris. Gambar/ilustrasi disebutkan
sumbernya.Ukuran gambar proporsional(tidak terlalu besar dan
tidak terlalu kecil).
6. Pemotongan suku kata mengikuti aturan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) tidak boleh terdapat 2(dua pemotongan
suku kata baris kalimat secara berurutan;
7. Istilah asing di tulis miring;
8. Jarakarta baris 1.5 spasi
9. Susunan teks rata kiri kanan (justify);
10. Paragraf barumenggunakan sistem blok, tidak menggunakan
indent;
11. Jarak antar paragraf memakai Spacing After : 6 pt;
12. Biodata penyusun terdapat pada akhir halaman.
b. Format Penulisan Daftar Pustaka
Daftar Pustaka dengan format sebagai berikut:
1. Penulisan nama diri:
16

a) Nama orang Indonesia yang tidak ada nama keluarga atau


marga (tidak dibalik), Judul (Cetak Miring), Kota terbit:
Penerbit, Tahun terbit.
b) Nama Penulis asing, tetap di balik.
2. Penulisan daftar Pustaka untuk buku:
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta:
Gramedia. 2007
3. Penulisan daftar pustaka untuk jurnal:
Judul jurnal yang di tulis miring, judul artikel dalam tanda
kutip.
Swasono, Edi.”Perubahan Sosial dan Perkembangan Bahasa”.
Dalam Prisma. Vol. 13: 61-120. Jakarta. 1989.
4. Penulisan daftar pustaka dari situs web:
MARC 21. http://www.loc.gov.marc.Tanggal
mengunduh/akses.

B. Prinsip – Prinsip Penulisan Bahan Ajar


Dalam mengembangkan, menyusun, dan menulis bahan ajar tentu
perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Menurut Gafur (1994)
menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya meliputi
prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-
prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Prinsip Relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran
hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan
pencapaian SK dan KD. Cara termudah ialah dengan mengajukan
pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Dengan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi yang
hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur,
aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru
17

terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan


dengan pencapaian SK dan KD.
Contoh:
KD 1.1 SMP Kelas IX Mengidentifikasi bangun-bangun yang sama
dan sebangun (kongruen), maka pemilihan materi pembelajaran yang
disampaikan seharusnya “Syarat dua bangun yang sama dan sebangun
(kongruen), foto dan model berskala, syarat dua bangun yang
sebangun, dan panjang sisi pada dua bangun yang sama dan sebangun
(kongruen).
2. Prinsip Konsistensi, artinya keajegan. Artinya ada kesesuaian
(jumlah/banyaknya) antara kompetensi dan bahan ajar; jika
kompetensi dasar yang ingin dibelajarkan mencakup keempat
keterampilan berbahasa, bahan yang dipilih/dikembangkan juga
mencakup keempat hal itu.
Contoh:
Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian
bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
3. Prinsip Kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai SK dan
KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan
tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

C. Penggunaan Bahasa Yang Baik dan Benar


Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan untuk
berkomunikasi secara resmi maupun tidak resmi dengan teman, kolega,
keluarga, dan lain-lain. Namun penggunaan bahasa indonesia yang baik
dan benar dalam menulis bahan ajar bukan merupakan hal mudah.
18

Penulisan tentang kaidah-kaidah bahasa dengan menggunakan bahasa


indonesia dalam penulisan bahan ajar yang baik dan benar dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Tata Bunyi (fonologi)
Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
a. Fonetik
Pengertian Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa
bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari
bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap
manusia.
b. Fonemik
Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-
ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang
dapat dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu
dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan
menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat
mempunyi fungsi untuk membedakan arti.

2. Tata Bahasa (kalimat)


Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan
karena sudah terlalu banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan
oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah
kalimat-kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai
kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat
mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan orang lain.
Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan bahasa
Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat
yang gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita
dapat mengenali kalimat-kalimat yang dihasilkan orang lain apakah
gramatikal atau tidak.
19

Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu


terdapat predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda
tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari segi
kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang
dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam
pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari
terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur
subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.

3. Kosa Kata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita
dituntut untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar.
Kita harus bisa membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam
bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan.
Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan
bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan).
Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-
perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata
bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap
penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam
bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam
bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh melalui
proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman.
Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa
penutur itu kurang luas pergaulannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan)
atau penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam
bahasa resmi atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak
penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah
20

tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa


yang digunakan.

4. Ejaan
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam
tanda yang digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai
pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut untuk
menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda
Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca.
Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan
tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti:
bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana menggabungkan
kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan
kata. Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus
memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak
memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu,
penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus
diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan
bagaimana menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan
bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya,
penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.

5. Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan
menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya,
dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata yang bermakna
konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu).
Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang
sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
21

Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih


ragam bahsa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini
bertalian dengan topik apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang
yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang akan membaca
(kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu
bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai
dengan tata nilai masyarakat kita.

D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar


Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah :
1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang
kongkret untuk memahami yang abstrak.
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila
penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret,
sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk
menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara
tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu,
kitabisamembawamerekauntukberbicaratentangberbagaijenispasarlainn
ya.
2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.
Dalampembelajaran, pengulangansangatdiperlukan agar
siswalebihmemahamisuatukonsep.Walaupunmaksudnyasama,
sesuatuinformasi yang diulang-ulang,
akanlebihberbekaspadaingatansiswa.
Umpanbalikpositifakanmemberikanpenguatanterhadappemahamansisw
a.
3. Umpanbalikpositifakanmemberikanpenguatanterhadappemahamansisw
a.
Seringkalikitamenganggapentengdenganmemberikan respond yang
sekedarnyaatashasilkerjasiswa. Padahal respond yang diberikanoleh
22

guru terhadapsiswaakanmenjadipenguatanpadadirisiswa.
Perkataanseorang guru seperti ’yabenar’ atau ‚’yakamupintar’
atau,’itubenar, namunakanlebihbaikkalaubegini...’
akanmenimbulkankepercayaandiripadasiswabahwaiatelahmenjawabata
umengerjakansesuatudenganbenar. Sebaliknya, respond
negatifakanmematahkansemangatsiswa. Untukitu,
janganlupaberikanumpanbalik yang positifterhadaphasilkerjasiswa.
4. Motivasibelajar yang
tinggimerupakansalahsatufaktorpenentukeberhasilan belajar.
Seorangsiswa yang
memilikimotivasibelajartinggiakanlebihberhasildalambelajar.
Untukitu, makasalahsatutugas guru
dalammelaksanakanpembelajaranadalahmemberikandorongan
(motivasi) agar
siswamaubelajar.Banyakcarauntukmemberikanmotivasi, antara lain
denganmemberikanpujian, memberikanharapan,
menjelastujuandanmanfaat, membericontoh,
ataupunmenceritakansesuatu yang membuatsiswasenangbelajar, dan
lain-lain.
5. Mencapaitujuanibaratnaiktangga, setahap demi setahap,
akhirnyaakanmencapaiketinggiantertentu.
Pembelajaranadalahsuatu proses yang bertahapdanberkelanjutan.
Untukmencapaisuatu standard kompetensi yang tinggi,
perludibuatkantujuan-tujuanantara.Ibaratanaktangga,
semakinlebaranaktanggasemakinsulitkitamelangkah,
namunjugaanaktangga yang
terlalukecilterlampaumudahmelewatinya.Untukitu, maka guru
perlumenyusunanaktanggatujuanpembelajaransecara pas,
sesuaidengankarakteristiksiswa.Dalambahan ajar,
anaktanggatersebutdirumuskandalambentukindikator-
indikatorkompetensi.
23

6. Mengetahuihasil yang
telahdicapaiakanmendorongsiswauntukterusmencapaitujuan.
Dalam proses pembelajaran, guru ibaratpemanduperjalanan.
Dengandemikian,
semuapesertadapatmencapaikotatujuandenganselamat.
Dalampembelajaran,
setiapanakakanmencapaitujuantersebutdengankecepatannyasendiri,
namunmerekasemuaakansampaikepadatujuanmeskipundenganwaktu
yang berbeda-beda. Inilahsebagiandariprinsipbelajartuntas.

E. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar


Dalam mengembangkan bahan ajar yag baik, ada lima langkah utama yang
sebaiknya diikuti yaitu :

Analisis Perancangan Pengembangan Evaluasi Revisi

Gambar 1. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar


Tahap analisis merupakan tahap untuk mencari informasi mengenai
perilaku dan karakteristik awal yang dimiliki oleh siswa. Tahap
perancangan adalah tahap perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan
hasil analisis, pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dan
sumber, serta pemilihan strategi pembelajaran. Tahap pengembangan
merupakan tahap penulisan bahan ajar secara utuh. Tulislah apa yang
dapat Anda tulis, tidak perlu harus urut.
Tahap evaluasi merupakan tahap yang harus dilalui untuk memperoleh
masukan bagi penyempurnaan bahan ajar yang telah dikembangkan. Ada
empat cara yang dapat dilakukan yaitu telaah oleh materi, uji coba satu-
satu, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa,
meliputi kebutuhan pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan
umpan balik. Untuk itu dalam menulis bahan ajar didasarkan pada analisis
materi pada kurikulum, rencana atau program pengajaran, dan silabus yang
telah disusun.
Materi bahan ajar berupa pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang
tercantum dalam program pembelajaran sesuai dengan silabus. Hasil
penyusunan bahan ajar dari karya sendiri, paling ekonomis, walaupun
beban tugasnya berat. Setiap bab berjumlah lebih kurang 15-25 halaman,
untuk pelajaran eksakta 10-20 halaman.
Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan
siswa. Selain ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain
untuk menulis bahan ajar secara kelompok, dengan guru-guru bidang studi
sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan
bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping
penguasaan bidang ilmu, untuk dapat menulis sendiri bahan ajar,
diperlukan kemampuan menulis sesuai dengn prinsip-prinsip instruksional.
Menurut Panen dan Purwanto (2004), penyusunan bahan ajar dapat
dilakukan melalui beragam cara, dari yang termurah sampai yang
termahal, dari yang paling sederhana sampai yang tercanggih. Mulai dari
ide, pemikiran dan gaya bahasa sendiri, sampai dengan penulisan dengan
banyak kutipan.Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada
analisis kebutuhan peserta didik. Alur pengembangan bahan ajar
menunjukkan bahwa setelah pengembangan bahan ajar harus diberikan
pedoman peserta didik dan pedoman pengajaran yang kesemuanya tetap
didasarkan pada rencana kegiatan pembelajaran.

24
25

B. Saran
Dengan mempelajari teknik penulisan menyusun bahan ajar
diharapkan kita sebagai penulis dan perancang bahan ajar agar memahami
bagaimana prinsip-prinsip dalam penulisan serta komponen dalam bahan
ajar. Untuk membuat sebuah bahan ajar perlu mengetahui kebutuhan
perserta didik sehingga terdapat kesesuaian antara SK/KD dengan
pencapaian hasil belajar siswa melalui materi dalam bahan ajar.

KEPUSTAKAAN

Eldarni.2017. Kiat Sukses Menulis Bahan Ajar. Padang : SUKABINA Press. Hal
74; 89; 189.
(PDF) Format Penulisan Bahan Ajar. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/303297512_Format_Penulisan_Bah
an_Ajar [accessed Oct 10 2018].

Anda mungkin juga menyukai