Anda di halaman 1dari 8

ASKEB NEONATUS DAN BBL

“MENINGOKEL”

DOSEN : IBU ASPIA LAMANA, SKM.,MPH

DISUSUN

NAMA : 1. RENDRI AUDISTIKA

2. NURVIAH

KELAS : 2A DIII KEBIDANAN

KEMENTERIAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES PALU
2018/2019
A. PENGERTIAN

Meningokel merupakan benjolan berbentuk kista digaris tulang

belakang yang umumnya terdapat didaerah lumbosakral. Lapisan

meninges yang berupa dura mater dan araknoid keluar kanalis vettebralis,

sedangkan medula spinalis masih berada ditempat yang normal. Benjolan

ditutup dengan membran tipis yang semitransparan berwarna kebiru-

biruan atau ditutup sama sekali oleh kulit yang dapat menunjukan

hipertrikosis atau nevus. Pada transoluminasi, tidak terlihat jaringan saraf

pusat di dinding benjolan.

Meningokel adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan psina

bifida. Meningokel adalah meninges yang menonjol melalui vettebra yang

tidak utuh dan teraba sebagai benjolan berisi cairan dibawah kulit. Spina

bifida (sumbing tulang belakang) adalah celah pada tulang belakang

(vettebra) yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra

gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Meningokel atau

ensefalokel merupakan kelainan bawaan ketika terjadi pemburutan selaput

otak dan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang

belakang. Angka kejadiannya adalah 3 per 1.000 kelahiran. Meningokel

terjadi didaerah servikal atau daerah toraks atas (Astuti, et al., 2011).

B. ETIOLOGI
1. Adanya defek pada penutupan spina bifida yang erhubungan dengan

pertumbuhan medula spinalis atau penutupnya yang tidak normal,

biasanya terletak digaris stengah.

2. Kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.

3. Adanya penonjolan medula spinalis dan meninges menybabkan

kerusakan medula spinalis dan radiks saraf.

4. Adanya kelainan bawaan lainnya yang disebabkan oleh hidrosefalus,

siringomielia, dan dislokasi pinggul.

C. TANDA DAN GEJALA

Gangguan yang terjadi pada meningokel, yaitu sebagai berikut :

1. Gangguan persarafan

2. Kelainan mental

3. Penurunan tingkat kesadaran

Gejala meningokel bervariasi, bergantung pada beratnya kerusakan

medula spinalis dan radiks saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki

gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan anak lain mengalami

kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh medula spinalis dan radiks

saraf yang terkena.

Terdapat tiga jenis spida bifida, yaitu sebagai berikut :


1. Spina bifida okulta, merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu

atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi medula

spinalis dan selaputnya (meninges) tidak menonjol.

2. Meningokel, yaitu meninges menonjol mellui vertebra yang tidak utuh

dan teraba sebagai benjolan berisi cairan dibawah kulit.

3. Mielokel, merupakan jenis spina bifida yang paling berat, ketika

medula spinalis menonjol dan kulit diatasnya tampak besar dan merah.

Gejala spina bifida, yaitu sebagai berikut :

1. Umumnya berupa penonjolan seperti kantong dipunggung tengah

sampai bawah pada bayi baru lahir. Jika disinari kantong tersebut

tidak tembus cahaya.

2. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.

3. Penurunan sensasi, inkontinensia urine (besar) dan inkontinensia alvi,

medula spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).

4. Gejala spina bifida okulta, adalah seberkas rambut pada daerah sakral

(panggul bagian belakang) dan lekukan pada daerah sakrum.

5. Biasanya terdapat didaerah servikal atau daerah toraks atas. Kantong

hanya berisi selaput otak, sedangkan medula tetap berada dalam duta

mater, dan tidak terdapat saraf.

6. Gangguan sensorik dan motorik pada bayi.

D. PATOFISIOLOGi
Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebra dan kolumna

spinalis yaitu spina bifida okulta adalah defek penutupan dengan

meningen tidak terpajan dipermukaan kulit. Defek vertebralnya kecil,

umumnya pada daerah lumbosakral.

Spina bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan

penonjolan medula spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah

penonjolan yang terdiri dari meninges dan sebuah kantong berisi cairan

serebrospinal (CSS) : penonjolan ini tertutup kulit biasa. Tidak ada

kelainan neurologi, dan medula spinalis tidak terkena. Hidrosefalus

terdapat pada 20% kasus spina bifida sistika. Meningokel umumnya

terdapat pada lumbosakral atau sacral. Hidrosefalus terdapat pada hampir

semua anak yang menderita spina bifida (85% sampai 90%), kira-kira 60%

sampai 70% tersebut memiliki IQ normal. Banyak ahli percaya bahwa

defek primer pada NTD (neural tube defect) merupakan kegagalan

penutupan tuba neural selama perkembangan awal embrio. Akan tetapi,

ada bukti bahwa defek ini merupakan akibat dari pemisahan tubaneural

yang sudah menutup karena peningkatan abnormal tekanan cairan

serebrospinal selama trimester pertama.

E. PENATALAKSANA
1. Sebelum operasi, masukkan bayi kedalam inkubator dengan kondisi

tanpa baju.

2. Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya besar untuk

mencegah infekis.

3. Lakukan tindakan pembedahan. Berkolaborasi dengan dokter anak,

ahli bedah, ahli ortopedi, dan ahli urologi, terutama untuk tindakan

pembedahan, dan sebelumnya lakukan informed consent dan informed

choice pada keluarga.

4. Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda

hidrosefalus (dengan mengukur lingkar kepala setiap hari) setelah

pembedahan atau kemungkinan terjadinya meningitis (lemah, tidak

mau minum, mudah terangsang, kejang dan ubun-ubun besar

menonjol).

5. Selain itu, perhatikan pula banyak tidaknya gerakan tungkai dan kaki,

clubbed feet, retensi urine, dan kerusakan kulit akibat iritasi urine dan

feses.

F. GAMBAR DARI MENINGOKEL


DAFTAR PUSTAKA
Marie Naomy T, S.SiT, M.Kes. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, &
Anak Balita. EGC. Jakarta

Eloizabet J. Corwin. 2015. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai