Anda di halaman 1dari 14

CLEAN & GOOD

GOVERNANCE
Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih
TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH
CLEAN AND GOOD GOVERNANCE

■ Di Indonesia terminologi ini dipadankan dengan tata kelola


pememrintahan yang baik, bersih, dan berwibawa.

■ Pemerintahan yang baik adalah: sikap di mana kekuasaan


dilakukan oleh masyarakat yang diatur oleh berbagai
tingkatan pemerintah negara yang berkaitan dengan sumber-
sumber sosial, budaya, politik, serta ekonomi.

■ Dalam praktik: pemerintahan yang bersih (clean gevernment)


adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur,
transparan, dan bertanggung jawab.
Prinsip-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang
Baik

1. Partisipasi
2. Penegakan hukum
3. Transparansi
4. Responsif
5. Berorientasi kesepakatan
6. Kesetaraan
7. Keefektifan dan Efisiensi
8. Akuntabilitas
9. Visi strategis
Partisipasi

■ Bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam penetapan


agenda publik dan pengambilan keputusan, baik langsung
maupun dalam lembaga perwakilan yang sah yang mewakili
kepentingan mereka.

■ Untuk mendorong partisipasi, maka regulasi birokrasi harus


diminimalisasi. Paradigma birokrasi adalah sebagai pusat
pelayanan publik diikuti dengan deregulasi berbagai aturan,
sehingga proses-proses politik dapat dilakukan dengan eektif
dan efisien.

■ Efisiensi pelayanan publik merupakan pelayanan yang tepat


waktu dengan biaya murah.
Penegakan hukum
Realisasi clean and good governance harus diimbangi dengan komitmen pemerintah
untuk menegakkan hukum yang mengandung unsur-unsur:
✓ Supremasi hukum: yaitu setiap tindakan unsur kekuasaan negara dan peluang
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan
pada hukum dan aturan yang jelas dan tegas, dan dijamin pelaksanaannya
secara benar serta independen. Supremasi hukum akan menjamin tidak
terjadinya atindakan pemerintah atas dasar diskresi (tindakan sepihak
berdasarkan pada kewenangan yang dimiliki).
✓ Kepastian hukum: Setiap krhidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh hukum
yang jelas dan pasti, tidak duplikatif, dan tidak bertentangan antara satu dan
lainnya.
✓ Hukum yang responsif, yaitu aturan-aturan hukum disusun berdsarkan aspirasi
masyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik
secara adil.
✓ Penegakan hukum yang resposif dan nondiskriminatif; yaitu penegakan hukum
yang berlaku untuk semua orang dan tanpa pandang bulu. Untuk itu diperlukan
penegak hukum yang memiliki integritas moral dan bertanggung jawab terhadap
kebenaran hukum.
✓ Independensi peradilan: yaitu peradilan yang bebas dari pengaruh penguasa
atau kekuatan lainnya
Transparansi

■ Pemerintah di semua tingkatan harus menerapkan prinsip transparansi dalam


proses kebijakan publik. Hal ini muatlak dilakukan dalam rangka menghilangkan
budaya korupsi dikalangan pelaksana pemerintahan baik pusat maupun di
bawahnya.
■ Dalam pengelolaan negara ada 8 unsur yang harus dilakukan secara transparan:
o Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan
o Kekayaan pejabat publik
o Pemberian penghargaan
o Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
o Kesehatan
o Moralitas pejabat dan aparatur pelayanan publik
o Keamanan dan ketertiban
o Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
Responsif

■ Dalam hal ini pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-


persoalan masyarakat. Pemerintah harus memahami
kebutuhan masyarakatnya, bukan menunggu mereka
menyampaikan keinginannya, tetapi pemerintah harus
proaktif mempelajari dan menganalisis kebutuhan
masyarakat.

■ Setiap unsur pemerintah harus memiliki dua etika yaitu etika


individual dan etika sosiial. Kualifikasi etika individual
menuntut pelaksana birokrasi pemerintah memiliki
kapabilitas dan loyalitas profesional. Etika sosial menuntut
para birokrat memiliki sensitivitas terhadap berbagai
kebutuhan publik;
Konsensus

■ Keputusan apapun harus yang menyangkut kepentingan


publik harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui
konsensus agar dapat memuaskan semua (sebagian besar)
pihak. Cara konsensus mengikat komponen yang
bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa (coercive
power) untuk melaksanakan keputusan.

■ Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan


keputusan secara partisipatif, akan semakin banyak aspirasi
dan kebutuhan masyarakat yang terwakili. Selain itu,
semakin banyak yang melakukan pengawasan serta kontrol
terhadap kebijakan publik, semakin tinggi tingkat kehatia-
hatian dan akuntabilitas pelaksanaannya dapt semakin
dipertanggungjawabkan.
Kesetaraan

■ Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam


perlakuan dan pelayanan publik. Asas ini
mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah
bersikap dan berperilaku adil dalam hal pelayanan
publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan,
suku, jenis kelamin, dan kelas sosial.
Keefektifan dan Efisiensi

■ Pemerintah yang baik juga harus memenuhi kriteria


keefektifan dan edisiensi, yaitu berdaya guna dan berhasil
guna. Kriteria keefektifan biasanya diukur dengan parameter
produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya
kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan
sosial.

■ Asas efisiensi dapat diukur dengan rasionalitas biaya


pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua
masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai untuk
kepentingan yang terbesar, maka pemerintahan tersebut
termasuk dalam kategori pemerintahan yang eifisien.
Akuntabilitas

■ Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat


publik terhadap masyarakat yang memberinya
kewenangan untuk mengurusi kepentingan
mereka. Setiap pejabat publik dituntut untuk
mempertanggung jawabkan semua kebijakan
perbuatan, moral, mupun netralitas sikapnya
terhadap masyarakat.
Visi Strategis

■ Visi strategis adalah pandangan strategis untuk


menghadapi masa yang akan datang. Kualifikasi ini
menjadi penting dalam rangka realisasi good and
clean governence. Kebijakan apapun yang diambil
saat ini harus diperhitungkan akibatnya pada
sepuluh atau duapuluh tahun ke depan. Seseorang
yang menempati jabatan publik atau lembaga
profeswional lainnya harus mempunyai
kemampuan menganalisis persoalan dan
tantangan yang akan dihaapi oleh lembaga yang
dipimpinnya.
Progam Prioritas Clean & Good Governance
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan (MPR, DPR, DPRD). Hal ini perlu
dilakukan dalam rangka peningkatan fungsi pengawasan lembaga pemerintahan..
Selain melakukan check and balances, lembaga legislatif harus mampu menyerap dan
mengartikulasikan aspirasi masyarakat dalam bentuk usulan pembangunan yang
berorientasi pada kepentingan masyarakat kepada lembaga eksekutif.
2. Kemandirian lembaga peradilan. Peningkatan profesionalitas aparat penegak hukum
dan kemandirian lembaga peradilan mutlak dilakukan. Akuntabilitas aparat penegak
hukum dan lembaga yudikatif merupakan pilar yang menentukan dalam penegakan
hukum dan keadilan.
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah; Harus terjadi perubahan paradigma
aparatur negara dari birokrasi elitis menjadi birokrasi populis (pelayan rakyat). Dengan
peningkatan proesionalitas dan integritas moral jajaran birokrasi pemerintah.
Akuntabilitas birokrasi akan berdampak pada naiknya akuntabilitas dan legitimasi.
Dengan demikian dapat tercipta pelayanan birokrasi yang cepat, efektif dan
berkualitas.
4. Penguatan partisipasi masyarakat madani; Partisipasi adalah unsur penting dalam
meralisasi pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Partisipasi dalam proses
kebijakan publik mutlak dilakukan dan difasilitasi oleh negara/pemerintah. Partisipasi
merupakan hak dasr masyarakat.
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah; Hal ini dilakukan
untuk desentralisasi kekuasaan sehingga lebih dekat dengan rakyat.
Manfaat good governance

■ Dengan diterapkannya prinsip-prinsip clean and


good governence diharapkan terjadi:
– Meminimimalkan terjadinya korupsi
– Pandangan minoritas terwakili dan
dipertimbangkan. 3.Pandangan dan pendapat
kaum yang paling lemah didengarkan dalam
pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai