Anda di halaman 1dari 18

MIKROBIOLOGI PERTANIAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi yang dibimbing oleh ibu
Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si,.M.Si dan bapak Fauzi Akhbar Anugrah, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 6 :
1. Adi Romiansyah ( 170342615592)
2. Lina Anjarwati (170342615523)

Offering G / 2017
S1 Biologi

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikrobiologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari tentang peranan mikroba dalam
bidang pertanian. Mikrobiologi Pertanian merupakan penggunaan Mikrobiologi untuk tujuan
memecahkan masalah-masalah praktis di bidang pertanian. Dengan demikian dapat dirumuskan
tugas dari Mikrobiologi Pertanian adalah mempelajari dan memanfaatkan mikrobia sebaik
mungkin guna meningkatkan produksi pertanian baik kuantitas maupun kualitas dan menekan
kemungkinan kehilangan produksi karena berbagai sebab.

Peran mikroba dalam bidang pertanian, mikroba diperlukan untuk menjaga ketersediaan
tiga unsur hara yang penting bagi tanaman antara lain, Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K).
Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus ditambat oleh
mikroba dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman.
Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar
tanaman kacang-kacangan ( Leguminose ).

Rhizobium yang berasosiasi dengan tanaman legume mampu memfiksasi 100 – 300 kg
N/ha dalam satu musim tanaman dan meninggalkan sejumlah N untuk tanaman berikutnya.
Permasalahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inokulan Rhizobium untuk jenis tanaman
tertentu. Rhizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legume dan
meningkatan produksi anvara 10% - 25 %. Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada
kondisi vanah dan efektivitas populasi asli (Sutanto, 2002).
B. Rumusan masalah

1. Bagaimana karakteristik bakteri Rhizobium sp. ?

2. Bagaimana peranan bakteri Rhizobium sp. dalam bidang peningkatan produkvitas


pertanian?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui karakteristik bakteri Rhizobium sp.

2. Untuk mengetahui peranan bakteri Rhizobium sp. dalam peningkatan produktivitas


pertanian.

D. Manfaat

1. Mengetahui karakteristik bakteri Rhizobium sp.

2. Mengetahui peranan bakteri Rhizobium sp. dalam peningkatan produktivitas pertanian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bidang pertanian, setelah dipahaminya kemampuan mikroba dalam menambat hara
nitrogen, fosfat, belerang, dan hara lain, selanjutnya berkembang teknologi pemupukan dengan
memanfaatkan jasad renik. Jenis-jenis mikroba seperti jamur, bakteri, dan alga mampu menambat
hara untuk meningkatkan kesuburan tanah atau langsung untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, mikroba tanah juga dapat menghasilkan hormon
tumbuh dan pestisida. (Ramdana Sari, et al: 2015)

Pada dasarnya kesuburan tanah local merupakan kunci keberhasilan system pertanian
organic, baik kesuburan fisik, kimia maupun biologi. Bila kesuburan tanah telah baik, maka akan
tercipta lingkungan pertanaman terutama untuk perakaran yang diinginkan, ketersediaan hara-
hara makro dan mikro terpenuhi dan aktivitas mikroorganisme tanah untuk membantu tanah juga
terjaga. Pemanfaatan mikroba tanah untuk meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah
dalam system pertanian sangat penting (Nini: 2005).

Empat besar unsur-unsur penyusun tubuh tanaman adalah karbon, hidrogen, oksigen, dan
nitrogen. Tiga besar pertama tersedia dalam bentuk karbondioksida (CO2), air (H2O), dan
oksigen (O2). Sebaliknya nitrogen, unsur pembentuk senyawa protein, relatif tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman meskipun sekitar 80 % udara tersusun oleh senyawa
ini (Dakora et al., 2008).

Tania et al. (2012) mengatakan bahwa bila unsur N cukup tersedia bagi tanaman maka
kandungan klorofil pada daun akan meningkat dan proses fotosintesis juga meningkat sehingga
asimilat yang dihasilkan lebih banyak, akibatnya pertumbuhan tanaman lebih baik.

Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan memanfaatkan kelompok bakteri penambat


nitrogen sebagai pupuk hayati. Menurut Khairul (2001) dalam Surtiningsih et al. (2009),
pemanfaatan bakteri tersebut tidak mempunyai bahaya atau efek samping. Selain itu, efisiensi
penggunaan dapat ditingkatkan tanpa menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan,
harga yang relatif murah, dan menggunakan teknologi yang cukup sederhana. Salah satu bakteri
tanah yang mempunyai peran penting dalam penambatan N2 bebas dari udara sehingga menjadi
senyawa nitrogen yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman adalah Rhizobium.

Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas yang
berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang
selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang,
sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang
(Ramdana, et al: 2015).

Surtiningsih, et al. (2009) menjelaskan karakteristik bakteri Rhizobium secara


makroskopis adalah warna koloni putih susu, tidak transparan, bentuk koloni sirkuler, konveks,
semitranslusen, diameter 2 - 4 mm dalam waktu 3 - 5 hari pada agar khamir-manitol-garam
mineral. Organisme ini memiliki ciri khas yaitu dapat menyerang rambut akar tanaman kacang-
kacangan di daerah beriklim sedang atau beberapa daerah tropis dan mendorong memproduksi
bintil-bintil akar yang menjadikan bakteri sebagai simbiosis intraseluler. Kehadiran bakteri pada
bintil-bintil akar sebagai bentuk pleomorfik di mana secara normal termasuk dalam fiksasi
nitrogen atmosfer ke dalam suatu bentuk penggabungan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman
inang. Semua galur bakteri bintil akar menunjukkan afinitas terhadap inang.

Gambar 1. Bakteri Rhizobium sp. menempel pada tumbuhan inang


Sumber : (Bertham et al., 2005).

Pemanfaatan Rhizobium dalam Produksi Pertanian Dilakukan Melalui:

1. Pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dengan memanfaatkan mikrobia yang


berperan dalam siklus Nitrogen (mikrobia penambat nitrogen, mikrobia amonifikasi,
nitrifikasi, dan denitrifikasi), Fosfor (mikrobia pelarut fosfat), Sulfur (Mikrobia
pengoksidasi sulfur), dan Logam-logam (Fe, Cu, Mn, dan Al),
2. Pemeliharaan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia penekan organisma
pengganggu tanaman (OPT),

3. Pemulihan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia pendekomposisi / penyerap


senyawa-senyawa toksik terhadap mahluk hidup (Bioremediasi),

4. Pemacuan pertumbuhan tanaman dengan memanfaatkan mikrobia penghasil fitohormon.

Penggunaan Rhizobium sebagai pupuk hayati memiliki prospek yang baik karena dapat
meningkatkan produktivitas tanah, membantu proses pelarutan hara, dan meningkatkan daya
dukung tanah sebagai akibat rendahnya aktivitas mikroba (Bertham et al., 2005). Rhizobium yang
berasosiasi dengan tanaman legum mampu memenuhi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum
dan dapat meningkatkan produksi antara 10-25% (Sutanto, 2002 dalam Rahmawati, 2005).
Rhizobium menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak
berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis selulose. Rhizobium yang
tumbuh dalam bintil akar leguminoceae mengambil nitrogen langsung dari udara dengan aktifitas
bersama sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun menjadi senyawaan nitrogen seperti asam-
asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan, bakteri dan tanak
disekitarnya. Baik bakteri maupun legum tidak dapat menambat nitrogen secara mandiri,
bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak terdapat dalam tanah legum tersebut akan mati.
Bakteri Rhizobium hidup dengan menginfeksi akar tanaman legum dan berasosiasi dengan
tanaman tersebut, dengan mengikat nitrogen.
Peranan rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah
ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya. Pada tanaman legum, Rhizobium mampu
mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkatkan produksi antara 10% -
25%. Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan efektivitas
populasi asli.
Bakteri Rhizobium adalah salah satu kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai
penyedia hara bagi tanaman.
Penggunaan Rhizobium sebagai biofertilizer memerlukan medium pembawa yang sesuai
untuk pertumbuhannya. Sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian untuk memperoleh
medium pembawa yang tepat sehingga memungkinkan bakteri ini memiliki daya hidup yang
tinggi pada medium tersebut.
Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas yang
berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang
selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang,
sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang
(Allen dan Allen, 1981). Penambatan nitrogen secara biologis diperkirakan menyumbang lebih
dari 170 juta ton nitrogen ke biosfer per tahun, 80% di antaranya merupakan hasil simbiosis
antara bakteri Rhizobium dengan tanaman leguminosa (Peoples et al., 1997 dalam Prayitno et al.,
2000). Dalam keadaan lingkungan yang memenuhi persyaratan tumbuh, simbiosis yang terjadi
mampu memenuhi 50% atau bahkan seluruh kebutuhan nitrogen tanaman yang bersangkutan
dengan cara menambat nitrogen bebas (Saono, 1981). Di samping itu bakteri Rhizobium tersebut
mempunyai dampak yang positip baik langsung maupun tidak langsung terhadap sifat fisik dan
kimia tanah, sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah (Alexander, 1977), namun dalam
kehidupannya bakteri Rhizobium tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, terutama pH
tanah (Skerman, 1977) kondisi fisik, kimia serta biologi tanah (Sprent, 1976). Selain itu faktor
kompetisi merupakan faktor paling kritis yang menghambat kesuksesan inokulasi Rhizobium,
kompetisi tidak hanya ada pada Rhizobium, tetapi ada pada semua mikroba dalam kaitannya
dengan ekologi mikroba (Saraswati dan Susilowati, 1999), serta efisiensi inokulan Rhizobium
untuk jenis tanaman tertentu perlu diperhatikan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Bakteri Rhizobium sp.

Bakteri Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang mampu menyediakan
hara bagi tanaman. Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam
bintil akar dari mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya
berkaitan dengan ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya. Bakteri Rhizobium merupakan
mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas yang berada di udara menjadi ammonia (NH3)
yang akan diubah menjadi asam amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang
diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh
karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang.

Rhizobium sp. Species : Rhizobium sp.

Kingdom : Monera

Kelas : Psilopsida

Ordo : Psilotales

Family : Psilotaceae

Genus : Rhizobium Gambar 2. Bakteri Rhizobium pada akar


Sumber : Nasikah (2007)

Secara mikroskopis sel bakteri Rhizobium berbentuk batang, aerobik, Gram negatif
dengan ukuran 0,5 - 0,9 x 1,2 - 3 μm, bersifat motil pada media cair, umumnya memiliki satu
flagella polar atau subpolar. Untuk pertumbuhan optimum dibutuhkan temperatur 25 - 30°C, pH
6 - 7 (kecuali galur-galur dari tanah masam). Lebih lanjut Soepardi (1989) dalam Nasikah (2007)
menjelaskan bahwa suhu optimal untuk Rhizobium berkisar 18°C - 26°C, minimal 3°C dan
maksimal 45°C. Sedangkan kisaran pH optimal untuk Rhizobium adalah sedikit di bawah netral
hingga agak alkali, kendati demikian pada pH 5,0 beberapa strain Rhizobium masih dapat
bertahan hidup. Bakteri Rhizobium bersifat kemoorganotropik, yaitu dapat menggunakan
berbagai karbohidrat dan garam-garam asam organik sebagai sumber karbonnya.

Spesies Rhizobium tertentu umumnya efektif dengan hanya satu spesies tanaman legum
ataupun dalam setiap kultivar kacang-kacangan. Rhizobium untuk kacang tanah berbeda dengan
Rhizobium untuk kedelai. Suryantini (1994) dalam Nasikah (2007) menjelaskan bahwa spesies
Rhizobium japonicum dan Bradyrhizobium japonicum bersimbiosis dengan kedelai,
Bradyrhizobium spp. bersimbiosis dengan kacang tanah, kacang tunggak, dan kacang gude,
sedangkan Rhizobium phaseoli bersimbiosis dengan kacang hijau.

Gambar 3.1; 3.2. Bakteri Rhizobium (mikroskopis)

Sumber : (Rahmawati, 2005)

Suatu pigmen merah yang disebut leghemoglobin dijumpai dalam bintil akar antara
bakteroid dan selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemeglobin di dalam bintil
akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi (Rao, 1994 dalam
Rahmawati, 2005).

Bakteri Rhizobium memiliki keunikan dibanding mikroorganisme tanah lainnya dalam


kemampuannya bersimbiosis dengan tanaman legum untuk menambat N2. Agar dapat melakukan
simbiosis, Rhizobium tidak hanya harus bisa hidup secara saprofit, tetapi juga harus dapat
mengalahkan (berkompetisi) dengan Rhizobium yang lain dalam memperoleh tempat infeksi
pada akar tanaman legum. Oleh karena itu, kemampuan fisiologisnya untuk bertahan dalam
keadaan yang bagaimanapun merupakan syarat yang penting agar dapat beradaptasi pada
lingkungan yang banyak persaingan dan lingkungan tanah yang kompleks (Rahmawati, 2005).

Bakteri Rhizobium sp dan Daur Hidupnya

Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N 2) yang terdapat di atmosfir, yang
takarannya mencapai 78% volume, dan sumber lainnya yang ada di kulit bumi dan perairan.
Nitrogen juga terdapat dalam bentuk yang kompleks, tetapi hal ini tidak begitu besar sebab
sifatnya yang mudah larut dalam air.

Pada umumnya derivat nitrogen sangat penting bagi kebutuhan dasar nutrisi, tetapi dalam
kenyataannya substansi nitrogen adalah hal yang menarik sebagai polutan di lingkungan.
Terjadinya perubahan global di lingkungan oleh adanya interaksi antara nitrogen oksida dengan
ozon di zona atmosfir. Juga adanya perlakuan pemupukan (fertilization treatment) yang
berlebihan dapat mempengaruhi air tanah (soil water), sehingga dapat mempengaruhi kondisi air
minum bagi manusia. Bentuk atau komponen N di atmosfir dapat berbentuk ammonia (NH 3),
molekul nitrogen (N2), dinitrit oksida (N2O), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO 2),
asam nitrit (HNO2), asam nitrat (HNO3), basa amino (R3-N) dan lain-lain dalam bentuk
proksisilnitri. Dalam telaah kesuburan tanah proses pengubahan nitrogen dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu mineralisasi senyawa nitrogen komplek, amonifikasi, nitrifikasi, denitrifikasi,
dan volatilisasi ammonium.

Nitrogenase mengandung protein besi-belerang dan besi-molibdenum, dan mereduksi


nitrogen dengan koordinasi dan transfer elektron dan proton secara kooperatif, dengan
menggunakan MgATP sebagai sumber energi. Karena pentingnya reaksi ini, usaha-usaha untuk
mengklarifikasi struktur nitrogenase dan mengembangkan katalis artifisial untuk fiksasi nitrogen
telah dilakukan secara kontinyu selama beberapa tahun. Baru-baru ini, struktur pusat aktif
nitrogenase yang disebut dengan kofaktor besi-molibdenum telah ditentukan dengan analisis
kristal tunggal dengan sinar-X. Nitrogen organic diubah menjadi mineral N-amonium oleh
mikroorganisasi dan beberapa hewan yang dapat memproduksi mineral tersebut seperti :
protozoa, nematoda, dan cacing tanah. Serangga tanah, cacing tanah, jamur, bakteri dan
aktinbimesetes merupakan biang penting tahap pertama penguraian senyawa N-organik dalam
bahan organic dan senyawa N-kompleks lainnya. Semua mikroorganisme mampu melakukan
fiksasi nitrogen, dan berasosiasi dengan N-bebas yang berasal dari tumbuhan. Nitrogen dari
proses fiksasi merupakan sesuatu yang penting dan ekonomis yang dilakukan oleh bakteri genus
Rhizobium dengan tumbuhan Leguminosa termasuk Trifollum spp, Gylicene max (soybean),
Viciafaba (brand bean), Vigna sinensis (cow-pea), Piscera sativam (chick-pea), dan Medicago
sativa (lucerna). Bakteri dalam genus Rhizobium merupakan bakteri gram negatif, berbentuk
bulat memanjang, yang secara normal mampu memfiksasi nitrogen dari atmosfer. Umumnya
bakteri ini ditemukan pada nodul akar tanaman leguminosae.

Rhizobium berasal dari dua kata yaitu Rhizo yang artinya akar dan bios yang berarti
hidup. Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob, bentuk batang, koloninya berwarna putih
berbentuk sirkulasi, merupakan penghambat nitrogen yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi
simbiotik dengan sel akar legume, bersifat host spesifik satu spesies Rhizobium cenderung
membentuk nodul akar pada satu spesies tanaman legume saja. Bakteri Rhizobium adalah
organotrof, aerob, tidak berspora, pleomorf, gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri
rhizobium mudah tumbuh dalam medium pembiakan organik khususnya yang mengandung ragi
atau kentang. Pada suhu kamar dan pH 7,0 – 7,2.

Morfologi Rhizobium dikenal sebagai bakteroid. Rhizobium menginfeksi akar


leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak berselulose, karena bakteri Rhizobium
tidak dapat menghidrolisis selulose.Rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar leguminoceae
mengambil nitrogen langsung dari udara dengan aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri,
nitrogen itu disusun menjadi senyawaan nitrogen seperti asam-asam amino dan polipeptida yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan, bakteri dan tanak disekitarnya. Baik bakteri maupun legum
tidak dapat menambat nitrogen secara mandiri, bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak
terdapat dalam tanah legum tersebut akan mati. Bakteri Rhizobium hidup dengan menginfeksi
akar tanaman legum dan berasosiasi dengan tanaman tersebut, dengan menambat nitrogen.
Interaksi Rhizobium dengan tanah dan tanaman

Rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar leguminoceae mengambil nitrogen langsung
dari udara dengan aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun menjadi
senyawaan nitrogen seperti asam-asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-
tumbuhan, bakteri dan tanak disekitarnya. Baik bakteri maupun legum tidak dapat menambat
nitrogen secara mandiri, bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak terdapat dalam tanah legum
tersebut akan mati. Bakteri Rhizobium hidup dengan menginfeksi akar tanaman legum dan
berasosiasi dengan tanaman tersebut, dengan menambat nitrogen.

Pada dunia pertanian bakteri rhizobium sp mengikat unsur nitrogen dari lingkungan sekitar dan
menularkan ke tumbuhan, tetapi bagian akar dan juga pada bagian tanah pada suatu tanaman.
Kebanyakan rhizobium sp menularkan pada tanaman yang berbiji : contohnya saja akar pada
tanaman kedelai.

Pada tanaman kedelai tersebut, bakteri rhizobium sp menempel pada bintil akar. Dan itu
membuat tanaman tersebut tumbuh subur dan untuk melangsungkan hidupnya karena tanaman
tersebut telah terinfeksi oleh bakteri Rhizobium sp.

No. Kelompok Tanaman Spesies Rhizobium Spesies Tanaman Inang

1. Alfalfa R. meliloti Alfalfa (Medicago), Sweet clover


(Melilotus)

2. Semanggi R. trifolii Semanggi (Trifolium sp.)

3. Polong-polongan R. leguminosarum Kacang kapri (Pisum), Lathyrus,


kacang babi (Vicia), kacang merah
(Lens)

4. Lupin R. Lupine Lupin (Lupinus)

5. Kedelai R. japonicum Kedelai (Glycine)

6. Kacang R. phaseoli Kacang koro (Phaseolus)

7. Kacang tunggak Rhizobium sp. Kacang tunggak, kacang panjang,


Johar (Cassia), kacang tanah
(Arachis), akasia (Acasia),
Desmodium, koro pedang
(Canavalia), kacang bali (Cajanus),
Cyamopsis

Tabel 1. Simbiosis antara spesies bakteri Rhizobium dengan Legum sebagai tanaman inang yang
bersifat spesifik (Lawn, 1975; Adnyana, 2012).

Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk hijau seperti
Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan
karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar.
Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali
atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa
nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi
penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.

Pengaruh dan Penerapan Bakteri Rhizobium sp Terhadap Mikrobiologi Pertanian

Pada dunia pertanian bakteri rhizobium sp mengikat unsur nitrogen dari lingkungan
sekitar dan menularkan ke tumbuhan, tetapi bagian akar dan juga pada bagian tanah pada suatu
tanaman. Kebanyakan rhizobium sp menularkan pada tanaman yang berbiji : contohnya saja akar
pada tanaman kedelai. Pada tanaman kedelai tersebut, bakteri rhizobium sp menempel pada bintil
akar. Dan itu membuat tanaman tersebut tumbuh subur dan untuk melangsungkan hidupnya
karena tanaman tersebut telah terinfeksi oleh bakteri Rhizobium sp.

Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk hijau
seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut
menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat
nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat
nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar
melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan
demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.
3.2 Peranan Bakteri Rhizobium sp. Dalam Peningkatan Produktivitas Pertanian.

Penggunaan Rhizobium sebagai pupuk hayati

Penggunaan Rhizobium sebagai pupuk hayati memiliki prospek yang baik karena dapat
meningkatkan produktivitas tanah, membantu proses pelarutan hara, dan meningkatkan daya
dukung tanah sebagai akibat rendahnya aktivitas mikroba (Bertham et al., 2005). Rhizobium yang
berasosiasi dengan tanaman legum mampu memenuhi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum
dan dapat meningkatkan produksi antara 10-25% (Sutanto, 2002 dalam Rahmawati, 2005).

Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas yang berada di
udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang selanjutnya menjadi
senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan
Rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang (Allen,
1981). Penambatan nitrogen secara biologis diperkirakan menyumbang lebih dari 170 juta ton
nitrogen ke biosfer per tahun, 80% di antaranya merupakan hasil simbiosis antara bakteri
Rhizobium dengan tanaman leguminosa (Peoples et al., 1997 dalam Prayitno et al., 2000).

Peranan Rhizobium sebagai bakteri penambat N2

Fiksasi (penambatan) nitrogen merupakan proses biokimiawi di dalam tanah yang


memainkan salah satu peranan paling penting, yaitu mengubah nitrogen atmosfer (N2, atau
nitrogen bebas) menjadi nitrogen dalam persenyawaan/nitrogen tertambat. Adapun genus-genus
bakteri yang dapat mengikat N2 di udara yaitu Azotobacter, Clostridium, dan Rhodospirilum.
Selain itu, dikenal pula genus bakteri yang mampu mengikat N2 bebas, tetapi hanya dapat hidup
jika bersimbiosis dengan tanaman dari suku Leguminoceae, yaitu genus Rhizobium (Nasikah,
2007). Rhizobium masuk ke dalam akar legum melalui rambut akar atau secara langsung ke titik
munculnya akar lateral. Rambut akar merupakan bagian tanaman yang pertama kali dapat
memberikan respon karena terinfeksi Rhizobium. Di dalam bintil akar tidak hanya terdapat satu
strain Rhizobium saja, mungkin dua atau lebih strain hidup bersama-sama di dalam satu bintil
akar. Meskipun demikian, beberapa genus hanya ditemukan pada tanaman inang tertentu
(spesifik) saja. Strain Rhizobium mampu menginfeksi legum dengan melepaskan polisakarida
spesifik yang menyebabkan lebih banyak aktivitas pektolitik oleh akar. Beberapa berpendapat
bahwa robekan mekanik terjadi di mana Rhizobium masuk ke dinding rambut akar yang pecah
dan Rhizobium terperangkap sampai rambut akar yang telah berubah bentuk terbungkus kembali
Terbentuknya nodula akar dimulai dengan masuknya infeksi benang dan berpenetrasi ke dalam
akar dari sel ke sel. Sel ini terbagi membentuk jaringan nodula di mana bakteri ini membelah dan
menggandakan diri. Batas pemisah pun berkembang, lokasi pusat di mana bakteri berada
dinamakan zona bakteri yang ditandai dengan adanya nodula dari bakteri yang menyerangnya,
sedangkan jaringan bebas dinamakan korteks nodula. Jaringan nodula tumbuh dalam berbagai
ukuran, mendorong dirinya melalui akar dan kemudian muncul sebagai tambahan dalam sistem
perakaran. Ukuran dan bentuknya bergantung pada spesies dan tanaman legumnya (Dewi, 2007).

Ada dua tipe nodula, yaitu efektif dan inefektif. Nodula efektif dibentuk oleh strain efektif
dari Rhizobium. Nodula ini berkembang dengan baik, berwarna merah muda akibat adanya
pigmen leghaemoglobin. Jaringan bakteroid berkembang baik dan terorganisasi dengan baik
dengan banyak bakteroid (Dewi, 2007). Surtiningsih, et al. (2009) menyatakan terbentuknya
bintil akar efektif yang lebih banyak mampu meningkatkan penambatan nitrogen yang
selanjutnya untuk membentuk klorofil dan enzim. Peningkatan klorofil dan enzim mampu
meningkatkan fotosintesis yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan
generatif (hasil produksi biji) tanaman. Berbeda dengan strain inefektif dari Rhizobium, bentuk
nodula umumnya kecil dan berisi sedikit jaringan bakteroid yang berkembang, menunjukkan
akumulasi tepung dalam sel tanaman inang yang tidak berisi Rhizobium. Bakteroid dalam nodula
inefektif berisi glikogen.

Interaksi antara bakteri Rhizobium dengan tanaman legum dikendalikan oleh tanaman
inang tertentu. Inokulasi tanaman dengan strain rhizobia yang tepat akan menjamin terbentuknya
bintil akar yang efektif mengikat N2 udara. Keberadaan populasi rhizobia yang tidak efisien
justru akan menghambat pengikatan N2. Purwantari, et al. (1996) menyatakan Kaliandra
(Calliandra calothyrsus) mampu membentuk bintil akar, baik dengan fast growing rhizobia
maupun slow growing rhizobia, namun efektivitasnya bervariasi.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpuan

1. Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob, bentuk batang, koloninya berwarna putih
berbentuk sirkular, merupakan penambat nitrogen yang hidup di dalam tanah dan
berasosiasi simbiotik dengan sel akar legume, bersifat host spesifik satu spesies
Rhizobium cenderung membentuk nodul akar pada satu spesies tanaman legume saja.
Gram negatif dengan ukuran 0,5 - 0,9 x 1,2 - 3 μm, bersifat motil pada media cair,
umumnya memiliki satu flagella polar atau subpolar. Untuk pertumbuhan optimum
dibutuhkan temperatur 25 - 30°C, pH 6 – 7
2. Bakteri Rhizobium merupakan bakteri yang bermanfaat dalam bidang pertanian. Bakteri
Rhizobium dapat menyuburkan tanah dan menjadi bakteri penambat N 2 dengan cara
bersimbiosis dengan akar tanaman Leguminosa yang menginfeksi ujung – ujung bulu akar
yang tidak berselullosa , karena bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis sellulosa.
Daftar Pustaka

Adnyana, G. M. 2012. Mekanisme Penambatan Nitrogen Udara oleh Bakteri Rhizobium


Menginspirasi Perkembangan Teknologi Pemupukan Organik yang Ramah
Lingkungan. Agrotrop, 2(2) : 145-149.

Bertham et.al.2006. Rhizobium. Further observations on the interaction between


sugarcane and Gluconacetobacter diazotrophicus under laboratory and greenhouse
condition. J. Exp. Botany 52: 547- 760.

Dakora, F.D., S.B.M. Chimpango, A.J. Valentine, C. Elmerich, and W.E. Newton. 2008.
Biological Nitrogen Fixation: Towards Poverty Alleviation through Sustainable
Agriculture. Netherland.

Dewi, I. R. A. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Makalah pada Fakultas
Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Nasikah. 2007. Pengaruh Inokulasi Rhizobium dan Waktu Pemberian Pupuk N (Urea)
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Sawah setelah Kedelai (Glycine
Max (L) Merril.). Skripsi pada Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Islam Negeri Malang. Malang.

Prayitno. J., J.J. Weinman., M.A. Djordjevic dan B.G. Rolfe. 2000. Pemanfaatan protein
pendar hijau (Green Fluorescent Protein) untuk mempelajari kolonisasi Bakteri
Rhizobium. Prosiding Seminar Nasional Biologi XVI. Institut Tehnologi Bandung,
Bandung, 26-27 Juli 2000. pp. 272-377.

Purwantari, N. D. dan E. Sutedi. 2005. Respon Inokulasi Strain Mutan Rhizobia pada
Calliandra calothyrsus. JITV (3) 10: 182 - 189.

Rahmawati, N. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. Fakultas


Pertanian. Universitas Sumatera utara. Medan.

Rahmawati, Nini. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik. Repository


Universitas Sumatera Utara.

Rao, N.S.S. 1994. Soil Microorganisms and Plant Growth. Oxford and IBM Publishing Co.
(Terjemahan H. Susilo. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.
Universitas Indonesia Press).

Saono, S. 1981. Mikrobiologi di Indonesia. Kumpulan Makalah Konggres Nasional


Mikrobiologi III, Jakarta, 26-28 Nopember 1981.pp. 348-354.

Saraswati, R dan D.N. Susilowati. 1999. Rhizobium dan pemanfaatannya sebagai pupuk
hayati. Seminar sehari Workshop Peranan Culture Collection dan Preservasi
Mikroorganisme. Jurusan FMIPA UI, Jakarta 8-9 Maret 1999. 13 h.
Sari, Ramdana, dkk. 2015. Rhizobium: Pemanfaatannya Sebagai Bakteri Penambat
Nitrogen. Jurnal Info Teknis Eboni. Vol. 12 Nomor 1. Juli 2015: 51-64.

Skerman, P.J. 1977. Tropical forage Legumes. F.A.O of the Uno. Rome. 609 p.

Sprent, J.L. 1976. Symbiotic Nitrogen Fixation in Plant. P.S. Nutman (Ed). Combridge.
Univ. Press. 584 p.

Surtiningsih, T., Farida, dan T. Nurhariyati. 2009. Biofertilisasi Bakteri Rhizobium pada
Tanaman Kedelai (Glycine max(L) Merr.). Berk. Penel. Hayati, 15 : 31–35.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organi. Kanisius. Yogyakarta

Tania, N., Astina., dan S. Budi. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Jurnal
Sains Mahasiswa Pertanian, 1 (1): 10 - 15.

Anda mungkin juga menyukai