Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mekanisme dari obat. Sebelum obat yang diberikan pada pasien tiba pada
tujuannya dalam tubuh yaitu tempat kerjanya atau targetsite, obat harus
mengalami beberapa proses. Salah satu proses yang dilalui oleh obat yaitu proses
disolusi. Disolusi ini merupakan proses melarutnya suatu obat ke dalam larutan.
Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki
dicapai dengan menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti garam dan
suatu zat perlu dilakukan karena suatu kecepatan pelarutan merupakan salah satu
FEBRINA AULIA HAERUN
150 2013 0023
DISOLUSI
memformulasi obat dalam berbagai bentuk desain mulai dari tahap formulasi
B. Maksud Praktikum
C. Tujuan Praktikum
1. Menenentukan kecepatan disolusi suatu zat dengan alat uji disolusi tipe
(basket).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting
artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat
tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan
obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat, seperti
Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan dalam
cairan pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara
oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-
partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus.
Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam atau
medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan
dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1985)
1. Metode Suspensi
Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya sehingga variable
suspensi.
partikel-partikel padat terlarut ke dalam zat cair, dengan mengalami dua langkah
1. Larutan dari zat padat pada permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap
Proses disolusi suatu molekul berpindah dari padat ke fase cairan. Untuk
berubah dari padat, pertama lapisan molekul dari konsentrasi sekitar partikel.
dengan partikel dalam pelarut. Beberapa molekul yang larut harus melewati
lapisan ini sampai pada kerapatan cairan. Difusi yang melewati lapisan ini kadang
Uji hancur pada suatu tablet didasarkan pada kenyataan bahwa, tablet itu
menjadi lebih luas, dan akan berhubungan dengan tersedianya obat dalam cairan
tubuh. Namun, sebenarnya uji hancur hanya menyatakan waktu yang diperlukan
tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan. Uji ini tidak memberikan
jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan
dengan kecepatan yang seharusnya. Oleh sebab itu, uji disolusi dan ketentuan uji
dikembangkan bagi hampir seluruh produk tablet. Laju absorpsi dari obat-obat
bersifat asam yang diabsorpsi dengan mudah dalam saluran pencernaan sering
Agar diperoleh kadar obat yang tinggi di dalam darah, maka kecepatan
obat dan tablet melarut menjadi sangat menentukan. Karena itu, laju larut dapat
dari berbagai formula. Karena itu, dilakukannya evaluasi mengenai apakah suatu
tablet melepas kandungan zat aktifnya atau tidak bila berada di saluran cerna,
zat aktif dari satu tablet atau kapsul melarut ke dalam larutan. Hal ini perlu
berharga tentang konsistensi dari “batch” satu ke “batch” lainnya. Tes disolusi ini
dalam suatu sediaan pada kondisi dan ketentuan yang sama dan dapat diulangi
(Shargel, 1988)
Proses disolusi lengkap, dan laju disolusi bergantung pada banyak faktor.
Temperatur tipe agigasi, jumlah bahan yang siap dalam larutan, viskositas dan
volume dari pelarut permukaan baru dan kondisi laju modifikasi permukaan, jika
penahanan gas tidak dapat memecahkan lapisan dari permukaan, laju disolusi
Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran
cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau
tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami disintegrasi
secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut
Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini, molekul-
molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan
dilarutkan dari permukaan partikel obat dan proses absorbsi tersebut berlanjut
(Martin, 1993)
Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat, atau jika
obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju
pembatas membran. Tetapi, jika laju disolusi untuk suatu partikel obat lambat,
misalnya mungkin karena karakteristik zat obat atau bentuk dosis yang diberikan ,
proses disolusinya sendiri akan merupakan tahap yang menentukan laju dalam
proses absorbsi. Perlahan-lahan obat yang larut tidak hanya bisa diabsorbsi pada
suatu laju rendah, obat-obat tersebut mungkin tidak seluruhnya diabsorbsi atau
dalam beberapa hal banyak yang tidak diabsorbsi setelah pemberian oral, karena
batasan waaktu alamiah bahwa obat bisa tinggal dalam lambung atau saluran usus
kenyataan bahwa tablet itu pecah menjadi lebih luas dan akan berhubungan
dengan tersedianya obat di dalam cairan tubuh. Namun sebenarnya uji hancur
hanya waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang
ditetapkan dan lewatnya partikel melalui saringan. Uji ini tidak memberi jaminan
bahwa partikel-partilkel tersebut akan melepas bahan obat dalam larutan dengan
kecepatan yang seharusnya. Untuk itulah sebabnya uji disolusi dan ketentuan uji
B. Uraian Bahan
RM/BM : H2 O / 18,02
mempunyai rasa
dari cahaya.
Kegunaan : Antiskorbut.
C. Uraian Sampel
D. Prosedur Kerja
Jika suhu air didalam bejana sudah mencapai suhu 300 C, masukkan 2 g
Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, 20,
Tentukan kadar asam salisilat terlarut dari setiap sampel dengan cara titrasi
Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 400 C dan suhu 500 C
Buat kurva antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan waktu
Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 300 C, masukkan 2 g
Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10,15, 20,
Tentukan kadar asam salisilat terlarut dari setiap sampel dengan cara titrasi
Lakukan percobaan yang sama untukk kecepatan 100 dan 150 rpm
Buat kurva antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan waktu
farmakope Indonesia IV ).
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalm percobaan ini adalah alat uji disolusi
B. Bahan
C. Cara kerja
Pertama-tama bak disolusi diisi dengan aquadest 3/4nya, lalu diatur suhu
37oC kemudian alat disolusi diaktifkan (on/off suhu), dipanaskan 900 ml aquadest
sampai suhu 37oC kemudian air dimasukan kedalam labu disolusisetelah itu
lalu batanng pengaduk mulai bergerak dan mulai dihitung waktunya. Digunakan
beberapa waktu menit ke 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120, 140, dan 160. Kemudian air
yang didalam labu dipipet 5 ml dengan pipet volum dimasukan kedalam vial dan
BAB VI
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil
rata-
(900 ml)
I II III rata
% kadar
I II III rata-rata -0.046 -0.049 -0.044 0.046
55.55 55.55 55.55 55.55 0.001 0.002 0.002 0.00167
55.55 55.55 55.55 55.55 0.131 0.133 0.137 0.132
55.55 55.55 55.55 55.55 0.133 0.134 0.13 0.132
55.55 55.55 55.55 55.55 0.158 0.162 0.16 0.16
55.55 55.55 55.55 55.55 0.47 0.468 0.467 0.468
55.55 55.55 55.55 55.55 0.192 0.192 0.193 0.192
55.55 55.55 55.55 55.55 0.165 0.166 0.167 0.166
55.55 55.55 55.55 55.55 0.041 0.042 0.041 0.041
a= - 1,756
b= 0,022
9. % rata-rata disolusi
vitalong C
rata-
I II III rata
13.681 14.041 13.861 13.861
14.117 14.442 14.441 14.333
15.274 15.638 15.629 15.513
15.684 15.724 15.625 15.677
16.487 16.648 15.98 16.371
18.736 19.254 18.577 18.855
16.966 16.966 16.347 16.676
16.403 16.959 16.327 16.563
15.769 16.037 15.369 15.725
1.089 1.429 0.761 1.093
B. Pembahasan
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting
artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat
Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki
dicapai dengan menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti garam
Sifat-sifat kimia, fisika, bentuk obat dan juga fisiologis dari sistem biologis
mempengaruhi kecepatan absorbsi suatu obat dalm tubuh. Oleh karena itu
konsentrasi obat, bagaimana kelarutannya dalam air, ukuran molekulnya, pKa dan
ikatan proteinnya adalah faktor-faktor kimia dan fisika yang harus dipahami untuk
mendesain suatu sediaan. Hal ini meliputi faktor difusi dan disolusi obat.
Pada saat suatu sediaan obat masuk ke dalam tubuh, selanjutnya terjadi
cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif pada sediaan obat tersebut memiliki
pelarut yang cepat, berarti efek yang ditimbulkan juga akan semakin cepat, begitu
juga sebaliknya.
aktif dari bentuk sediaannya (padat) ke dalam media pelarut. Setelah obat dalam
larutan, selanjutnya terjadi proses absorbsi ke dalam darah dan di bawa ke seluruh
cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif memiliki kecepatan pelarut yang
cepat, berarti efek yang ditimbulkan juga semakin cepat, begitu pula sebaliknya.
3/4nya, lalu diatur suhu 37oC kemudian alat disolusi diaktifkan (on/off suhu),
dipanaskan 900 ml aquadest sampai suhu 37oC kemudian air dimasukan kedalam
dinyalakan (on/off kcepatan) lalu batanng pengaduk mulai bergerak dan mulai
dihitung waktunya. Digunakan beberapa waktu menit ke 0, 20, 40, 60, 80, 100,
120, 140, dan 160. Kemudian air yang didalam labu dipipet 5 ml dengan pipet
volum dimasukan kedalam vial dan dipipet 5 ml NaOH ke dalam labu. Dipipet
Pada percobaan ini, digunakan air suling sebagai media disolusi karena air
merupakan komponen paling besar yang berada di dalam tubuh manusia, jadi obat
dari obat yang digunakan. Adapun volume dari labu disolusi yang digunakan
adalah 900 ml. Hal ini dianalogikan terhadap suatu gelembung udara, maka
gelembung udara tersebut akan masuk ke pori-pori dan bekerja sebagai barier
pada interfase sehingga mengganggu disolusi obat. Adapun suhu yang digunakan,
dipertahankan 37° C, dengan maksud agar sesuai dengan suhu fisiologis suhu
tubuh manusia. Hal ini sebagai pembanding jika obat tersebut berada dalam tubuh
manusia. Selain itu alat disolusi juga diatur kecepatan putarannya sebesar 100
rata disolusi yaitu 13,861%, pada 20’ rata-rata disolusi yaitu 14,333%, pada 40’
rata-rata disolusi 15,513%, pada 60’ rata-rata disolusi yaitu 15,677%, pada 80’
18,855%, pada 120’ rata-rata disolusinya yaitu 16,670%, pada 140’ rata-rata
disolusinya yaitu 16,563, dan pada 160’ rata-rata disolusinya yaitu 15,725%.
diperoleh yaitu : Suhu larutan disolusi yang tidak konstan, Ketidaktepatan jumlah
dari medium disolusi, setelah dipipet beberapa ml, Terjadi kesalahan pengukuran
pada waktu pengambilan sampel menggunakan pipet volume, Suhu yang dipakai
tidak tepat.
kecepatan disolusi merupakan salah satu factor yang mempengaruhi absorpsi obat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu.
2. zat yang terdisolusi pada penentuan kurva baku untuk masing-masing menit
140,dan 160 dengan nilai rata – rata yaitu 0,166 ; dan 0, 0413.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Martin, A., et.all .1993 . “ Farmasi Fisika “ Edisi III, Bagian II, Penerbit UI
Jakarta, 827.
Lampiran
PERHITUNGAN
𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐕𝐢𝐭 𝐂
1. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝐯𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐦𝐞𝐝𝐢𝐮𝐦
Rata-rata absorban
Untuk menit 0
−0,046+0,049+0,002
Rata-rata= = 0,043
3
Untuk menit 20
0,001+0,002+0,002
Rata-rata= = 0,006
3
Untuk menit 40
0,131+0,133+0,133
Rata-rata= = 0,132
3
Untuk menit 60
0,133+0,134+0,130
Rata-rata= = 0,132
3
Untuk menit 80
0,158+0,162+0,160
Rata-rata= = 0,16
3
𝐲−𝐚
2.
𝐛
Untuk menit 0
−0.046−(−1,756)
𝐼= = 81,90
0,022
−0.049−(−1,756)
𝐼𝐼 = = 77,59
0,022
0.002−(−1,756)
𝐼𝐼𝐼 = = 79,90
0,022
Untuk menit 20
0.001−(−1,756)
𝐼= = 79.86
0,022
0.002−(−1,756)
𝐼𝐼 = = 79.90
0,022
0.002−(−1,756)
𝐼𝐼𝐼 = = 79.90
0,022
Untuk menit 40
0.131−(−1,756)
𝐼= = 85,77
0,022
0.133−(−1,756)
𝐼𝐼 = = 85,86
0,022
0.133−(−1,756)
𝐼𝐼𝐼 = = 85,86
0,022
Untuk menit 80
0,158−(−1,756)
𝐼= = 87
0,022
0,162−(−1,756)
𝐼𝐼 = = 87,18
0,022
0,160−(−1,756)
𝐼𝐼𝐼 = = 87,09
0,022
0,470−(−1,756)
𝐼= = 101,18
0,022
0,468−(−1,756)
𝐼𝐼 = = 101,09
0,022
0,133−(−1,756)
𝐼𝐼𝐼 = 0,022
= 85,86
0,192−(−1,756)
𝐼= = 88,54
0,022
0,192−(−1,756)
𝐼𝐼 = = 88,54
0,022
0,193−(−1,756)
𝐼𝐼𝐼 = 0,022
= 88,69
0,165−(−1,756)
𝐼= = 87,31
0,022
0,166−(−1,756)
𝐼𝐼 = 0,022
= 87,36
0,167−(−1,756)
𝐼𝐼𝐼 = 0,022
= 87,40
0,040−(−1,756)
𝐼= 0,022
= 81,68
0,0,42−(−1,756)
𝐼𝐼 = 0,022
= 81,72
0,041−(−1,756)
𝐼𝐼𝐼 = = 81,68
0,022
Rata-rata
77,72 + 80,66 + 79,77
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 0 = = 79,38
3
79,81 + 79,82 + 79,82
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 20 = = 79,816
3
Menit 0
77,72
𝐼= 1000
𝑥5 = 0,388
80,66
𝐼𝐼 = 𝑥5 = 0,4033
1000
79,77
𝐼𝐼𝐼 = 1000 𝑥5 = 0,3988
Menit 20
79,81
𝐼= 𝑥5 = 0,3990
1000
79,82
𝐼𝐼 = 𝑥5 = 0,399
1000
79,82
𝐼𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,3991
Menit 40
79,94
𝐼= 1000
𝑥5 = 0,3997
79,95
𝐼𝐼 = 𝑥5 = 0,39975
1000
79,95
𝐼𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,39975
Menit 60
85,86
𝐼= 1000
𝑥5 = 0,493
85,90
𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,4292
85,72
𝐼𝐼𝐼 = 1000 𝑥5 = 0,4286
Menit 80
87
𝐼 = 1000 𝑥5 = 0,435
87,18
𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,435
87,09
𝐼𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,4354
Menit 100
101,18
𝐼= 1000
𝑥5 = 0,5059
101,09
𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,5054
101,04
𝐼𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,5052
Menit 120
88,54
𝐼= 1000
𝑥5 = 0,4427
88,54
𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,4427
88,59
𝐼𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,4429
Menit 140
87,31
𝐼= 𝑥5 = 0,4365
1000
87,36
𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,4368
87,40
𝐼𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,437
Menit 160
81,68
𝐼= 1000
𝑥5 = 0,4084
81,72
𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,4086
81,68
𝐼𝐼𝐼 = 1000
𝑥5 = 0,4084
Rata-rata
0,388 + 0,4033 + 0,3988
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 0 = = 0,396
3
0,3990 + 0,0,3991 + 0,3991
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 20 = = 0,3990
3
0,3997 + 0,3997 + 0,3997
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 40 = = 0,3997
3
0,4293 + 0,4292 + 0,4286
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 = = 0,429
3
0,435 + 0,4359 + 0,4354
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 80 = = 0,4354
3
0,5059 + 0,5054 + 0,5052
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 100 = = 0,5055
3
0,4427 + 0,4427 + 0,4429
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 120 = = 0,4427
3
0,4365 + 0,4368 + 0,437
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 140 = = 0,4367
3
0,4084 + 0,4086 + 0,4084
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 160 = = 0,4084
3
Menit 0
0,388
𝐼= 𝑥900 = 69,84
5
0,4033
𝐼𝐼 = 𝑥900 = 72,59
5
0,3988
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥900 = 71,78
5
Menit 20
0,3990
𝐼= 𝑥900 = 71,82
5
0,3991
𝐼𝐼 = 𝑥900 = 71, 83
5
0,3991
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥900 = 71,83
5
Menit 40
0,3997
𝐼= 𝑥900 = 71,94
5
0,39975
𝐼𝐼 = 𝑥900 = 71,95
5
0,39975
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥900 = 71,95
5
Menit 60
0,4293
𝐼= 𝑥900 = 77,27
5
0,4292
𝐼𝐼 = 𝑥900 = 77,25
5
0,4286
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥900 = 77,14
5
Menit 80
0,435
𝐼= 𝑥900 = 78,3
5
0,4359
𝐼𝐼 = 𝑥900 = 78,46
5
0,4354
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥900 = 78,37
5
Menit 100
0,5059
𝐼= 𝑥900 = 91,06
5
0,5054
𝐼𝐼 = 𝑥900 = 90,97
5
0,5052
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥900 = 90,93
5
Menit 120
0,4427
𝐼= 𝑥900 = 79,68
5
0,4427
𝐼𝐼 = 𝑥900 = 79,68
5
0,4429
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥900 = 79,72
5
Menit 140
0,4356
𝐼= 𝑥900 = 78,57
5
0,4086
𝐼𝐼 = 𝑥900 = 73,54
5
0,4084
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥900 = 73,51
5
Rata-rata
69,84 + 72,59 + 71,78
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 0 = = 71,40
3
71,82 + 71,83 + 71,83
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 20 = = 71,82
3
71,94 + 71,95 + 71,95
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 40 = = 71,946
3
77,27 + 77,25 + 77,14
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 = = 77,22
3
78,3 + 78,46 + 78,37
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 80 = = 78,37
3
91,06 + 90,97 + 90,93
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 100 = = 90,98
3
79,68 + 79,68 + 79,72
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 120 = = 79,69
3
78,57 + 78,62 + 78,66
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 140 = = 78,61
3
73,51 + 73,54 + 73,51
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 160 = = 73,52
3
Menit 40
71,94
𝐼= 𝑥100% = 7,99%
900
69,84
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 7,76%
900
71,95
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 7,99%
900
Menit 60
77,27
𝐼= 𝑥100% = 8,58%
900
77,25
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 8,58%
900
77,14
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 8,57%
900
Menit 80
78,3
𝐼= 𝑥100% = 8,7%
900
78,46
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 8,7%
900
78,37
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 8,7%
900
Menit 100
91,06
𝐼= 𝑥100% = 10,11%
900
90,97
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 10,10%
900
90,93
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 10,10%
900
Menit 120
79,68
𝐼= 𝑥100% = 8,85%
900
79,68
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 8,85%
900
79,72
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 8,85%
900
Menit 140
78,57
𝐼= 𝑥100% = 8,73%
900
78,62
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 8,73%
900
78,66
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 8,74%
900
Menit 160
73,51
𝐼= 𝑥100% = 8,16%
900
73,54
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 8,17%
900
73,51
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 8,16%
900
Rata-rata
7,76% + 8,06% + 7,97%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 0 = = 18,47%
3
7,98% + 7,98% + 7,98%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 20 = = 7,98%
3
7,99% + 7,99% + 7,99%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 40 = = 7.99%
3
8,58% + 8,58% + 8,57%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 = = 8,58%
3
8,7% + 8,7% + 8,7%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 80 = = 8,7%
3
10,11% + 10,10% + 10,10%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 100 = = 10,10%
3
8,85% + 8,85% + 8,85%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 120 = = 8,85%
3
8,16% + 8,17% + 8,16%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 160 = = 8,16%
3
Perhitungan 6
5
𝐼𝐼 = ( 𝑥7,99%) + 0,044 = 0,088
895
5
𝐼𝐼𝐼 = ( 𝑥7,99%) + 0,044 = 0,088
895
Untuk menit 60
5
𝐼=( 𝑥8,58%) + 0,088 = 0,1359
895
5
𝐼𝐼 = ( 𝑥8,58%) + 0,088 = 0,1359
895
5
𝐼𝐼𝐼 = ( 𝑥8,58%) + 0,088 = 0,1358
895
Untuk menit 80
5
𝐼=( 𝑥8,7%) + 0,1359 = 0,1845
895
5
𝐼𝐼 = ( 𝑥8,7%) + 0,1359 = 0,1845
895
5
𝐼𝐼𝐼 = ( 𝑥8,7%) + 0,1358 = 0,1844
895
Untuk menit 100
5
𝐼=( 𝑥10,11%) + 0,1845 = 0,2409
895
5
𝐼𝐼 = ( 𝑥10,10%) + 0,1845 = 0,2409
895
5
𝐼𝐼𝐼 = ( 𝑥10,10%) + 0,1844 = 0,2408
895
Untuk menit 120
5
𝐼=( 𝑥8,85%) + 0,2409 = 0,2903
895
5
𝐼𝐼 = ( 𝑥8,85%) + 0,2409 = 0,2903
895
5
𝐼𝐼𝐼 = ( 𝑥8,85%) + 0,2408 = 0,2902
895
Untuk menit 140
5
𝐼=( 𝑥8,73%) + 0,2903 = 0,3390
895
5
𝐼𝐼 = ( 𝑥8,73%) + 0,2903 = 0,3390
895
5
𝐼𝐼𝐼 = ( 𝑥8,74%) + 0,2902 = 0,3390
895
Menit 0=0
0,044 + 0,044 + 0,044
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 20 = = 0,044
3
0,088 + 0,088 + 0,088
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 40 = = 0,088
3
0,1359 + 0,1359 + 0,1358
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 = = 0,1358
3
0,1845 + 0,1845 + 0,1845
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 80 = = 0,1844
3
0,2409 + 0,2409 + 0,2408
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 100 = = 0,2408
3
0,2903 + 0,2903 + 0,2902
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 120 = = 0,2902
3
0,3390 + 0,3390 + 0,3390
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 120 = = 0,3390
3
0,3845 + 0,3846 + 0,3845
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 160 = = 0,3845
3
Perhitungan 7
Menit 0
𝐼 = 7,76% + 0 = 7,76 %
𝐼𝐼 = 8,06% + 0 = 8,06%
𝐼𝐼𝐼 = 7,97% + 0 = 7,97 %
Menit 20
𝐼 = 7,98% + 0,44 = 8,024%
𝐼𝐼 = 7,98% + 0,044 = 8,024%
𝐼𝐼𝐼 = 7,98% + 0,044 = 8,024 %
Menit 40
𝐼 = 7,99% + 0,088 = 8,078%
𝐼𝐼 = 7,99% + 0,088 = 8,078%
𝐼𝐼𝐼 = 7,99% + 0,088 = 8,078%
Menit 60
𝐼 = 8,58% + 0,1359 = 8,7159 %
𝐼𝐼 = 8,58% + 0,1359 = 8,7159%
𝐼𝐼𝐼 = 8,57% + 0,1358 = 8,7058%
Menit 80
𝐼 = 8,7% + 0,1845 = 8,8845 %
𝐼𝐼 = 8,7% + 0,1845 = 8,8845%
𝐼𝐼 = 8,7% + 0,1844 = 8,8844%
Menit 100
𝐼 = 10,11% + 0,2409 = 10,35%
𝐼𝐼 = 10,10% + 0,2409 = 10,34%
𝐼𝐼𝐼 = 10,10% + 0,2408 = 10,34%
Menit 120
𝐼 = 8,85% + 0,2903 = 9,14%
𝐼𝐼 = 8,85% + 0,2903 = 9,14%
𝐼𝐼𝐼 = 8,85% + 0,2902 = 9,14%
Menit 140
𝐼 = 8,75% + 0,3390 = 9,064%
𝐼𝐼 = 8,73% + 0,3390 = 9,064%
𝐼𝐼𝐼 = 8,74% + 0,3390 = 9,079%
Menit 160
𝐼 = 8,16% + 0,3845 = 8,544%
𝐼𝐼 = 8,17% + 0,3846 = 8,55%
𝐼𝐼𝐼 = 8,16% + 0,3845 = 8,544%
Rata-rata
Perhitungan 8
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑛𝑜. 7
𝑥100%
1
Menit 0
7,76
𝐼= 𝑥100% = 776%
1
8,06
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 806%
1
7,97
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 797%
1
Menit 20
8,024
𝐼= 𝑥100% = 802,4%
1
8,024
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 802,4%
1
8,024
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 802,4%
1
Menit 40
8,078
𝐼= 𝑥100% = 807,8%
1
8,078
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 807,8%
1
8,078
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 807,8%
1
Menit 60
8,7159
𝐼= 𝑥100% = 871,59%
1
8,7159
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 871,59%
1
8,7058
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 870,58%
1
Menit 80
8,8845
𝐼= 𝑥100% = 888,45%
1
8,8845
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 888,45%
1
8,8849
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 888,44%
1
Menit 100
10,35
𝐼= 𝑥100% = 1035%
1
10,34
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 1034%
1
10,34
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 1034%
1
Menit 120
9,14
𝐼= 𝑥100% = 914%
1
9,14
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 914%
1
9,14
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 914%
1
Menit 140
9,069
𝐼= 𝑥100% = 906,9%
1
9,069
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 906,9%
1
9,079
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 907,9%
1
Menit 160
8,544
𝐼= 𝑥100% = 854,4%
1
8,55
𝐼𝐼 = 𝑥100% = 855%
1
8,544
𝐼𝐼𝐼 = 𝑥100% = 854,4%
1
Rata-rata
776% + 806% + 797%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 0 = =%
3
802,4% + 802,4% + 802,4%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 20 = = 802,4%
3
807,8% + 807,8% + 807,8%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 40 = = 807,8%
3
871,596% + 871,59% + 8070,58%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 = = 8712,5%
3
888,45% + 888,45% + 888,44%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 80 = = 888,44%
3
1035% + 1034% + 1034%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 100 = = 1034%
3
914% + 914% + 914%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 120 = = 914%
3
906,9% + 906,9% + 907,9%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 140 = = 907,2%
3
8,54,4% + 855% + 854,4%
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 160 = = 854%
3
Skema Kerja
Disiapkan alat uji disolusi dan dimasukkan 900 ml larutan dapar pada medium