Anda di halaman 1dari 37

PBAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia perkembangan kebidanan tidak begitu pesat, hal ini
dapat dilihat sejak dimulainya pelayanan kebidanan pada tahun 1853
sampai saat ini perkembangan pelayanan belum dapat mencapai tingkat
yang professional. Pelayanan kebidanan yang diberikan lebih banyak
ditujukan pada kesehatan ibu dan anak, baik kesehatan fisik maupun
psikologisnya. Ibu dan anak ini berada didalam suatu keluarga yang ada
didalam suatu masyarakat. Bidan sebagai pelaksana utama yang
memberikan pelayanan kebidanan, diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Bidan juga
tinggal didalam suatu masyarakat dikomunitas tertentu oleh karena itu
dalam memberikan pelayanan tidak hanya memandang ibu dan anak
sebagai individu tetapi juga mempertimbangkan factor lingkungan dimana
ibu tinggal. Lingkungan ini dapat berupa social, politik, dan keadaan
ekonomi. Disini terlihat jelas bahwa kebidanan komunitas sangat
diperlukan, agar bidan dapat mengenal kehidupan social dari ibu dan anak
yang dapat mempengaruhi status kesehatannya.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang
berkualitas. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh
bidan sesuai dengan kewenangannya untuk meningkatkan kesehatan ibu
dan anak di keluarga maupun di masyarakat. Dalam rangka pemberian
pelayanan kebidanan pada ibu dan anak di komunitas diperlukan bidan
komunitas yaitu bidan yang bekerja melayani ibu dan anak di suatu
wilayah tertentu.

1
2

Perkembangan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk


mencapai kemampuan untuk hidup sehat, bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat secara optimal diperlukan
peran serta masyarakat dan sumber daya masyarakat sebagai modal dasar
dalam pembangunan nasioal, termasuk keluarga sebagai unit terkecil dari
masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membantu masyarakat dalam mengupayakan hidup sehat sehingga
mencapai derajat kesehatan yang optimal.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi ruang lingkup kebidanan komunitas.
b. Mengidentifikasi Asuhan Kebidanan Keluarga
c. Mengidentifikasi pelayanan kebidanan dikomunitas pada keluarga
dengan prioritas
d. Mengidentifikasi pendampingan keluarga
e. Mengidentifikasi PPGDON, skrining, dan rujukan
f. Mengidentifikasi Pendokumentasian asuhan kebidanan komunitas
g. Mengidentifikasi Pencataan dan pelaporan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Ruang Lingkup kebidanan komunitas


1. Definisi Komunitas dan Bidan Komunitas
a. Definsi Komunitas
Komunitas adalah sekelompok orang yang hidup dan saling
berinteraksi di dalam daerah tertentu, masyarakat atau paguyuban.
Satu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah
nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat serta terikat
oleh suatu rasa identitas suatu komunitas.
b. Definisi Bidan komunitas
Bidan komunitas menurut Syahlan adalan bidan yang bekerja
melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.
Menurut United Kingdom Central Council For Nursing
Midwifery And Health) adalah:praktisi bidan yang berbasis komunity
yang harus dapat memberikan supervisi yang dibutuhkan oleh wanita,
pelayanan berkualitas, nasihat atau saran pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, dengan tanggungjawabnya sendiri dan untuk
memberikan pelayanan pada bbl dan bayi secara komprehensif.

2. Tujuan Pelayanan Kebidanan Komunitas


a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kes
perempuan/ibu, bayi, dan balita di wilayah kerjanya.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan cakupan pelayanan keb kom sesuai tanggung
jawab bidan.
2) Meningkatkan mutu pelayanan bumil, bulin, bufas dan
perinatal serta bayi dan balita secara terpadu

3
4

3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko


kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
4) Mendukung program pemerintah untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu, bayi dan anak.
5) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau unsur terkait lainnya.

3. Sasaran Kebidanan Komunitas


a. Sasaran pelayanan kebidanan komunitas
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah Individu,
Keluarga, dan Kelompok Masyarakat ( komuniti ). Individu yang
dilayani adalah bagian dari keluarga atau komunitas. Menurut UU
No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan keluarga adalah suami
istri, anak dan anggota keluarga lainnya Kelompok di masyarakat
adalah kelompok bayi, balita, remaja, ibu hamil, ibu nifas, ibu
meneteki. Pelayanan ini mencakup upaya pencegahan penyakit,
pemeliharaan dan peningkatan, penyembuhan serta pemulihan
kesehatan.
b. Sasaran utama kebidanan komunitas
Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak
balita yang berada didalam keluarga dan masyarakat. Bidan
memandang pasiennya sebagai mahluk social yang memiliki
budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik,
social budaya dan lingkungan sekitarnya.

4. Ruang Lingkup Bidan Komunitas


Ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas, meliputi
upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
(preventif), diagnosis dini dan pertolongan tepat guna, meminimalkan
kecacatan, pemulihan kesehatan (rehabilitatif), serta kemitraan.
a. Promotif
5

Menurut WHO, promosi kesehatan adalah suatu proses


membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan
memperbaiki kesehatan, baik dilakukan secara individu, keluarga,
kelompok, maupun masyarakat. Upaya promotif dilakukan antara
lain dengan memberikan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan
lingkungan, pemberian makanan tambahan, rekreasi, dan
pendidikan seks.
b. Preventif
Ruang lingkup preventif ditujukan untuk mencegah
terjadinya penyakit dan gangguan-gangguan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Upaya preventif dapat
dilakukan di antara dengan melakukan imunisasi pada bayi,
balita, dan ibu hamil. Pemeriksaan kesehatan berkala melalui
posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah pada ibu nifas
dan neonatus. Pemberian tablet vitamin A dan garam beryodium
ibu nifas dan balita. Pemberian tablet tambah darah dan senam ibu
hamil.
c. Diagnosis Dini dan Pertolongan Tepat Guna
Diagnosis dini dan pertolongan tepat guna merupakan
upaya untuk membantu menekan angka kesakitan dan kematian
pada ibu dan bayi. Diagnosis dini pada ibu dilakukan sejak ibu
hamil yaitu dengan cara melakukan deteksi dini (misalnya
penapisan dini ibu hamil dengan menggunakan kartu Skor Puji
Rochyati) agar tidak terjadi keterlamabatan dikarenakan terjadi
rujukan estafet. Ibu bersalin, ibu nifas sehingga ibu akan
mendapatkan pertolongan secara tepat guna.
Untuk diagnosis dini pada anak dapat dilakukan dengan
cara pemantauan pertumbuhan dan perkembangannya baik oleh
keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
d. Meminimalkan Kecacatan
6

Upaya meminimalkan kecacatan dilakukan dengan tujuan


untuk merawat dan memberikan pengobatan individu, keluarga,
atau kelompok orang yang menderita penyakit. Upaya yang bisa
dilakukan diantaranya dengan perawatan payudara ibu nifas
dengan bendungan air susu, perawatan ibu hamil dengan kondisi
patologis di rumah, ibu bersalin, ibu nifas, dan perawatan tali
pusat bayi baru lahir.
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita yang di rawat di rumah, maupun terhadap kelompok
tertentu yang menderita penyakit. Misalnya upaya pemulihan bagi
pecandu narkoba, penderita TBC dengan latihan nafas dan batuk
efektif.
f. Kemitraan
Dalam memberikan asuhan kebidanan di komunitas, bidan
harus mempunyai pandangan bahwa masyarakat adalah mitra
dengan fokus utama anggota masyarakat. Anggota masyarakat
sebagai intinya dipengaruhi oleh subsistem komunitas yaitu
lingkungan, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi, serta rekreasi. Salah satu cara untuk memahami dan
mempelajari subsistem-subsistem tersebut adalah dengan
membimbing, menggerakkan, dan memberdayakan masyarakat
melalui kemitraan.
Kemitraan bidan di komunitas dapat dilakukan dengan
LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,
kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk
mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.
Terutama pada kondisi dimana stigma masyarakat perlu dikurangi
(misalnya penderita TBC, pecandu narkoba, korban perkosaan
dan prostitusi).
7

B. Asuhan Kebidanan Keluarga Dan Pendampingan Keluarga

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn “S”


DENGAN KETIDAKTAHUAN KELUARGA TENTANG EFEK SAMPING
KB & KETIDAKSANGGUPAN KELUARGA MENGHENTIKAN
MEROKOK DALAM RUMAH
DI DESA JATIKALANG
TANGGAL 16 Februari 2019
OLEH Gita Ayu Andayani S

A. PENGKAJIAN Tgl : 16 Februari 2019 Jam : 10.00 WIB


I. Data umum :
1. Kepala keluarga : Tn. “S”
2. Usia : 51 Tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Wiraswasta (Pedagang Sembako di Pasar)
5. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
6. Agama : Islam
7. Alamat : Desa Jatikalang RT.24 RW. 05 Krian Sidoarjo

Komposisi Keluarga :
Status Imunisasi Status
No. Nama Hubungan Umur Pend.
BCG DPT POLIO Hep B Campak Kesehatan
1. Ny. SH Ibu P 44 SD Sehat
2. An. Z Anak L 17 SMA Sehat
3. An. M Anak L 7 SD Sehat

Genogram

Keterangan :
8

: Laki-laki : Anggota keluarga yang bermasalah


: Perempuan : Anggota keluarga yang bermasalah
8. Tipe keluarga : Keluarga inti
9. Status Sosial ekonomi : Pendapatan perbulan ± Rp.
4.600.000 cukup memenuhi kebutuhan sehari-
hari dan biaya sekolah anak-anaknya.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
10. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap dengan anak remaja
11. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada
Keluarga sudah menjalin hubungan intim dg pasanganya, memberi
kebebasan bertanggung jawab pd anak remajanya serta
mengembangkan komunikasi terbuka.
12. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga sekarang
Ny. “SH ” mengatakan keluarganya secara umum dalam kondisi sehat
tidak sedang menderita penyakit tetapi :
- Tn “S” : Punya kebiasaan merokok dalam rumah , sehari
habis 6 batang, mulai merokok sejak sebelum
menikah sampai sekarang. kalau dulu habis 1 pak
sekarang sudah berkurang.
- Ny “SH” : Tidak menstruasi sudah 2 tahun ini setelah
menggunakan suntik KB dan kadang merasa takut
dengan kondisinya, kadang tanya ke bidan itu
jawabanya memang efek sampingnya dari KB
suntik. Ibu mau berhenti KB tapi takut nanti klo
masih bisa hamil.
- An “Z” : Keadaannya sehat
- An “M” : Keadaannya sehat
13. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga sebelumnya
Ny. “SH ” mengatakan keluarga seluruh anggota tidak punya riwayat
penyakit yang parah dan tidak pernah opname atau mendapatkan
pengobatan khusus dari RS.
Tetapi saudara Ny. “SH” 3 tahun yang lalu meninggal karena
kecelakaan.

Data Lingkungan Denah rumah


U
R. Tengah Kamar Kamar
Dapur

B T
7m
K. Mandi
Mushollah Kamar R. Tamu
WC
S

14 m
Karakteristik rumah ventilasi cukup, sanitasi baik, air untuk minum
dan masak beli serta untuk mencuci dan mandi dari sumur.
14. Karakteristik lingkungan sekitar
- Luas rumah 14 x 7 m terdiri dari 3 kamar, ukurannya masing-
masing 3,5 m x 4 m kamar mandi dan WC di dalam rumah, lantai
rumah berkeramik, mushollah 1 x 2,5 m, ruang tamu 4 x 7 m.
Setiap ruang di dalam rumah terdapat jendela yang setiap pagi
sampai sore dibuka terdapat 2 genting dari kaca sehingga sinar
matahari dapat masuk ke dalam rumah.
- Perabotan rumah yang dimiliki cukup untuk melakukan aktifitas
sehari lingkungan rumah cukup bersih, ventilasi cukup.
- Penyimpanan makanan di atas meja dalam kondisi tertutup dan di
dalam lemari makanan.
- Pembuangan sampah di belakang rumah yang kemudian dibakar.
- BAB seluruh keluarga di WC
- Keluarga tidak mempunyai hewan peliharaan.

9
10

- Pembuangan air limbah menggunakan air got.


- Diruang tamu terdapat asbak rokok, ada rokok 1 pak dan korek
api.
15. Kegiatan sosial di masyarakat dan fasilitas keluarga yang
menunjang kesehatan.
- Hubungan keluarga dengan tetangga baik.
- Keluarga tinggal di lingkungan suku Jawa.
- Ny “SH” aktif mengikuti kegiatan di masyarakat, seperti arisan,
yasinan yang diadakan tiap 1 minggu sekali.
- Tn “S” selalu mengikuti kegiatan di masyarakat seperti ronda,
kerja bakti, tahlilan serta yasinan.
- Keluarga mempunyai 1 sepeda motor, keluarga mempunyai
hubungan, jika sewaktu-waktu anggota keluarga ada yang sakit dan
perlu berobat ke pelayanan kesehatan.

III. Struktur Keluarga


16. Struktur peran masing-masing anggota keluarga.
Tn “S” : Sebagai suami, kepala keluarga, pencari nafkah dan
anggota masyarakat.
Ny “SH” : Sebagai istri, ibu rumah tangga, mengatur keuangan
bertugas membersihkan rumah, memasak dan kegiatan
rumah tangga lainnya, dan merawat rumah.
An “Z” : Sebagai anak, membantu ibu dan merawat rumah,
belajar.
An “M” : Sebagai anak, belajar dan menuntut ilmu, sehari-hari
dirawat ibu.
17. Nilai atau norma dalam keluarga
- Pengambil keputusan utama adalah kepala keluarga, bila ada
masalah dibicarakan secara kekeluargaan.
- Masing-masing anggota keluarga saling menghormati satu sama
lain.
11

- Batas waktu keluar malam pukul 20.00 WIB, anggota keluarga


biasa sholat berjamaah saat maghrib di rumah.
18. Pola komunikasi keluarga antar anggota keluarga: komunikasi
terbuka.
- Komunikasi sehari-hari dengan bahasa Jawa, waktu bertemu
dengan anggota keluarga cukup banyak. Masalah anak kadang
dimusyawarahkan dengan Tn S dengan istrinya.
V. Fungsi – fungsi dalam keluarga
20. Fungsi afektif ( keakraban / kerenggangan hubungan intern
keluarga )
Keluarga sering berkumpul tiap hari tiap setelah sholat maghrib, makan
bersama,sholat berjamaah melihat TV dan selalu menyempatkan waktu
untuk berbincang-bincang
21. Fungsi ekonomis
Tn’S’ mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan Ny ‘SH’
membantu mengatur penghasilan tersebut sedemikian rupa sehingga
memenuhi kebutuhan keluarganya.
22. Fungsi pendidikan
Tn ‘S’ menyekolahkan anak’Z’ hingga saat ini (kls 3 SMA) dan An ‘M’
hingga saat ini (kls 2 SD),
kedua anaknya dikutkan mengajidi di musholah dekat rumahnya. Serta
mengajari anak bagaimana
berlaku sopan santun terhadap orang yang lebih tua , berbuat baik dan
bicara jujur.
23. Fungsi mendapatkan status social
Keluarga Tn ‘S’ termasuk keluarga cukup mampu mudah bergaul dan
ramah dengan tetangga selalu hadir saat mendapat undangan serta selalu
aktif mengikuti kegiatan di masyarakat.
24. Fungsi religius
Keluarga Tn ‘S’ selalu berjamaah d rumah pada waktu sholat maghrib
dan isya’ menjalankan perintah agama puasa . Ny ‘SH ’ikut kegiatan
RT,tafsir dan pengajian.
12

25. Fungsi rekreasi


Setiap ada waktu luang selalu disempatkan keluarga untuk melepas rasa
lelah dengan melihat TV,mengobrol santai bersama,dan kadang-kadang
pergi kerumah saudara, kadang ke tempat rekreasi jika ada uang dan pas
liburan.

26. Fungsi repoduksi


Suami istri masih aktif melakukan hubungan seksual,1- 2 x seminggu
dan mengasuh kedua anaknya.
Ny ‘SH’ menggunakan KB sejak anak kedua umur 6 bln yaitu
mengunakan pil selama 3 tahun tidak ada efek samping kemudian bosan
minum pil kemudian ganti suntik 3 bulan selama + 4 tahun , 2 tahun ini
tidak mendapat menstruasi.
27. Fungsi pemenuhan(perawat/pemeliharaan kesehatan)
Ny. “SH” mengatakan :
- Kurang mengetahui bahwa KB suntik mempunyai efek samping
tidak haik haid sehingga ada rasa kawatir karena kurang informasi
dari bidan tentang penjelasan efek samping, dan tahu merokok
didalam rumah berbahaya bagi kesehatan dirinya dan anggota
keluarganya.
- Tn “S” tidak bisa menghentikan merokok didalam rumah karena
sudah lama merokok sejak sebelum menikah sampai sekarang , Ny.
SH sering mengingatkan untuk bernenti merokok tetapi Tn S mau
berhenti tetapi belum bisa.
- Keluarga Tn ‘S’ selekas mungkin membawa ke tempat pelayanan
kesehatan RS atau puskesmas terdekat, jika ada anggota keluarga
yang sakit .
- Keluarga Tn ‘S’ belum bisa menciptakan lingkungan rumah yan
sehat bebas asap rokok, tetapi kondisi lingkungan sudah bersih dan
sanitasi baik.
- Keluarga Tn ‘S’ sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
seperti BPM /PKM/RS jika membutuhkan pelayanan atau bantuan.
13

VI. Stress dan koping keluarga


28. Kemampuan keluarga dalam menangani permasalahan
- Setiap ada masalah selalu dibicarakan bersama, bila ada masalah dan
diselesaikan selesai secara musyawarah bersama anggota keluarga.
- Menurut Ny “SH” bila ada masalah diatasi dulu secara individu dan
jika belum bias menyelesaikan selalu dibicarakan pada suami atau
dirundingkan bersama anggota keluarga.
29. Penyelesaian masalah keluarga
Pengambil keputusan adalah Tn’S’ untuk mengatasi jalan keluar dari
tiap permasalahan biasanya melalui musywarah.

VII. Pemeriksaan Kesehatan Tiap Individu Anggota Keluarga


 Pemeriksaan Terhadap Ny ‘SH’
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36,7O C TD: 120/80 N:84x/mnt
BB : 60 kg
Kepala & Muka
Subyektif : ibu mengatakan tidak pusing atau tidak sakit kepala
Obyektif : simetris,tidak pucat,tidak odem

Mata
Subyektif : ibu mengatakan mata tidak berkunang-kunang dan pandangan
tidak kabur
Obyektif : konjungtiva merah muda,sclera putih,
Mulut
Subyektif : ibu mengatakan tidak kering dan tidak sariawan
Obyektif : simetris,warna merah muda,bibir lembab,tidak pecah-pecah,tidak
ada lesi
Leher
Subyektif: tidak mengeluh nyeri telan,tidak nyeri saat di gerakkan
14

Obyektif: tidak ada bendungan v. jugularis,t/ ada pembesaran vena


jugularis, t/ ada pembesaran kelenj. tiroid
Dada
Subyektif: ibu mengatakan tidak mengeluh nyeri telan dan tidak sesak
Obyektif: Simetris, , tidak ada suara tambahan ronkhi/ wheezing, suara
jantung normal
Perut
Subyektif: ibu mengatakan tidak mual, tidak membesar
Obyektif: tidak teraba pembesaran perut , t/ nyeri tekan ,tidak terdapat suara
hypertympani,
Genetalia
Subyektif: ibu mengatakan tidak keputihan
Obyektif: tidak terkaji
Ekstremitas atas dan bawah
Subyektif: ibu megatakan tidak kram dan tidak kesemutan
Obyektif : Simetris, pergerakan tangan dan kaki bebas, akral hangat, turgor
baik

 Pemeriksaan Terhadap Tn. ‘S’


TTV: 130/80 N:84 x/mt S:36,5 Rr: 20x/mnt BB.65 kg
K/U: baik
Kepala & Muka
Subyektif : bpk. mengatakan tidak pusing atau tidak sakit kepala
Obyektif : simetris,tidak pucat,
Mata
Subyektif : bpk. mengatakan mata tidak berkunang-kunang dan pandangan
tidak kabur
Obyektif : konjungtiva merah muda,sclera putih,
Mulut
Subyektif : bpk. mengatakan tidak ada keluhan
Obyektif : simetris,warna bibir kehitaman,mulut bau rokok, tidak pecah-
pecah,tidak ada lesi
15

Leher
Subyektif: tidak mengeluh nyeri telan,tidak nyeri saat di gerakkan
Obyektif: tidak ada bendungan v. jugularis,t/ ada pembesaran vena
jugularis, t/ ada pembesaran kelenj. tiroid
Dada
Subyektif: bpk. mengatakan tidak sesak dan tidak ada keluhan lain
Obyektif: Simetris, , tidak ada suara tambahan ronkhi/ wheezing, suara
jantung normal
Perut
Subyektif: bpk mengatakan tidak ada keluhan
Obyektif: tidak teraba pembesaran perut , t/ nyeri tekan ,tidak terdapat suara
hypertympani,
Genetalia
Subyektif:bpk. mengatakan tidak ada keluhan
Obyektif: tidak terkaji
Ekstremitas atas dan bawah
Subyektif: ibu megatakan tidak kram dan tidak kesemutan
Obyektif : Simetris, pergerakan tangan dan kaki bebas, akral hangat, turgor
baik

 Keadaan Gizi Anggota Keluarga


NO Nama Hubungan TB BB Status gizi
Anggota dalam berdasarkan
Keluarga keluarga IMT/NCHS
1. Tn. S KK 168 65 Normal
2. Ny. SH Istri 150 60 Normal
3. An. Z Anak 156 60 Normal
4. An. M Anak 120 30 Normal
16

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN/ KEBIDANAN


I. Analisis dan Sintesis Data
Data Masalah Penyebab

1 DS : Keluarga mengatakan : Ketidak Kebiasaan


- Tn. S merokok sudah lama sejak sanggupan
belum menikah sampai berhenti merokok
sekarang. Sekarang sehari habis
6 batang kalau dulu bisa sampai
1 pak.
- Ny.SH sering mengingatkan
supaya berhenti merokok tetapi
Tn. S belum bisa
DO;
- Bibir kehitaman, mulut bau
rokok
- Di meja ada asbak rokok, rokok
& korek api
- Suara jantung & paru normal

2. DS: Keluarga mengatakan Ketidaktahuan Kurang


- Ny. “SH” mengalami efek efek samping KB informasi
samping suntik tidak haid haid 2
tahun & mau berhenti suntik
takut hamil
- Kawatir dengan kondisinya
- Bidan hanya menjelaskan itu
memang efek samping dari Kb
suntik
DO:
Suhu : 36,7O C TD: 120/80
N:84x/mnt
17

Tidak ada pembesaran pada perut

II. Perumusan Diagnosis


1. Ketidak sanggupan berhenti merokok s/d kebiasaan merokok
2. Ketidaktahuan efek samping KB s/d kurang informasi

III. Penilaian diagnose


1. Ketidaksanggupan berhenti merokok s/d kebiasaan merokok
No Kriteria Skor Pembenaran
DX
1. a. Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Menurut skor PHBS,keluarga
Tidak/kurang sehat dinyatakan tidak sehat (Merokok
termasuk perilaku yg t/sehat)
b. Kemungkinan 1/2 x 2 = 1
masalah dapat Ada keinginan keluarga untuk
dirubah berhenti merokok
sebagian 2/3 x 1 = 2/3
c. Potensi masalah
untuk dicegah Pemberian informasi yg tepat
cukup 0/2 x 1 = 0 dan dukungan dari anggota
d. Menonjolnya masalah keluarga cukup untuk mencegah
Masalah tidak masalah
dirasakan
Keluarga tidak merasakan efek
secara langsung dari kebiasaan
merokok
Total skor 2 2/3
2. a. Sifat masalah 3/3 x 1 =1 Efek samping KB mengganggu
Tidak/kurang sehat psikologis ibu
b. Kemungkinan 2/2 x 2 = 1
masalah dapat Ada kemauan keluarga untuk
18

dirubah mencari informasi dari bidan.


Mudah 3/3 x 1 = 1
c. Potensi masalah Dengan informasi yang jelas &
untuk dicegah tepat ttg efek samping KB
Tinggi keluarga bisa tahu dan
d. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 mengambil tind. yg tepat
masalah berat
harus segera di Ketidak tahuan efek samping
tangani dirasakan mengganggu

Total skor 4

IV. Prioritas Diagnosis


No Diagnosa Skor
1. Ketidaktahuan efek samping KB s/d kurang 4
informasi
2. Ketidak sanggupan berhenti merokok s/d 2 2/3
kebiasaan merokok

C. RENCANA PEMECAHAN MASALAH


Prioritas I: Ketidaktahuan efek samping KB s/d kurang informasi
Tujuan jangka pendek:
Setelah dilakukan ASKEB selama 30 mnt,diharapkan keluarga mengetahui efek
samping KB yang dialami dan bisa memutuskan tindakan yang tepat dengan
kriteria hasil:
- Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :
 Penyebab efek samping dan penaganan
 Bisa mengambil keputusan tetap memakai/ganti cara
19

Tujuan jangka panjang


Setelah dilakukan ASKEB selama 3 hari,diharapkan keluarga tetap menjadi
akseptor KB aktif sampai waktu yang dikehendaki kriteria hasil:
- Keluarga masih menggunakan alat kontrasepsi sesuai dengan keinginan &
kondisi

Rencana Tindakan
1. Jelaskan kepada keluarga tentang kondisinya keluarga saat ini
R/informasi yang adekuat dapat mengurangi kecemasan keluarga
2. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab & penanganan efek samnping KB
R/informasi yang adekuat dapat mengurangi kecemasan keluarga
3. Anjurkan pada keluarga untuk mengambil keputusan terhadap penanganan efek
samping
R/Keluarga bisa mengambil tindakan yang tepat

D. Implementasi Tanggal: 16 Februari 2019 Jam: 13.00 WIB


1. Menjelaskan kepada keluarga bahwa secara umum keluarga dalam kondisi sehat
tetapi keluarga mengalami masalah ketidaktahuan tentang efek samping KB dan
ketidaksanggupan menghentikan merokok sehingga bisa mempengarui status
kesehatan keluarga.
2. Menjelaskan pada keluarga tentang efek samping aminore yang dialami keluarga
disebabkan karena adanya hormone yang disuntikkan kedalam tubuh
mengganggu kerja hormone sehingga dirahim tidak terjadi penebalan lapisan
rahim yang akhirnya tidak terjadi pelepasan lapisan rahim berupa darah
menstruasi. penanganan dari efek samping tersebut adalah dengan konseling (
bahwa darah haid tidak berkumpul didalam saluran reproduksi) diberi obatpun
tetap tidak akan bisa menstruasi dan penanganan lain adalah ganti cara
3. Setelah mendapatkan penjelasan tadi silakan ibu mau tetap lanjut/ganti cara
20

Evaluasi Tanggal: 16 Februari 2019 Jam: 13.15 WIB


S: Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang:
- Kondisi kondisi keluarga saat ini
- Penyebab & penanganan efek samping
- Keluarga mau ganti cara KB
O: Keluarga mampu menjelaskan kembai tentang:
- Kondisi kondisi keluarga saat ini
- Penyebab & penanganan efek samping
- Keluarga mau ganti cara KB
A: Keluarga sudah mengetahui tentang efeksamping dan mengambil keputusan
P: - Jelaskan kepada keluarga macam –macam alat kontrasepsi yang bukan
hormonal
- Anjurkan keluarga untuk mendapatkan pelayanan KB yang sesuai keingginan
& kondisi

 Prioritas 2
Tujuan jangka pendek:
Setelah dilakukan ASKEB selama 30 mnt,diharapkan keluarga mengerti
tentang PHBS , dampak merokok didalam rumah & cara untuk berhenti
merokok kriteria hasil:
- Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :
* Pentingnya PHBS bagi keluarga
* Dampak merokok bagi diri sendiri & orang disekitar
* Cara untuk berhenti merokok secara bertahap
Tujuan jangka panjang
Setelah dilakukan ASKEB selama kurang lebih 3 hari,diharapkan keluarga
dapat merubah perilaku untuk mengurangi jumlah rokok/ berhenti dari kebiasaan
merokok riteria hasil:
- Rumah bebas asap rokok
- Keluarga Tn. S tidak merokok/ tiap hari jumlah rokok berkurang yang dihisap
21

Rencana Tindakan
1. Jelaskan pada keluarga tentang PHBS & pentingnya berperilaku hidup
bersih dan sehat
R/ membantu merubah pemikiran keluarga tentang hidup sehat
2. Jelaskan pada keluarga tentang dampak merokok
R/ merubah perilaku keluarga
3. Jelaskan pada keluarga cara berhenti merokok
R/upaya untuk berhenti dari kebiasaan yg tidak sehat

Implementasi Tanggal: 16 Februari 2019 Jam: 13.25 WIB


1. Menjelaskan kepada keluarga tentang PHBS adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kesehatan masyarakat.rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang
melakukan 10 PHBS di rumah yakni:
- Persalinan di tolong nakes
- Member bayi ASI eksklusif
- Menimbang bayi dan balita secara rutin
- Menggunakan air bersih
- Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
- Menggunakan jamban sehat
- Memberantas jentik di rumah
- Makan buah dan sayur setiap hari
- Malakukan aktifitas fisik setiap hari
- Tidak merokok di dalam rumah
Pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat yakni agar seluruh rumah
tangga menjadi rumah tangga sehat,manfaatnya
- Setiap anggota keluarga menjadi sehat
- Anak tumbuh sehat dan cerdas
- Anggota keluarga dapat giat belajar
- Tidak merokok di dalam rumah
22

2. Menjelaskan pada keluarga bahwa dampak merokok bagi diri sendiri &
orang lain disekitarnya bisa menyebabkan gangguan pernafasan, penyakit
jantung, kanker paru, infertile dll. Perokok pasif lebih berbahaya dari pada
perokok aktif, merokok selain mendolimi diri sendiri juga orang yang ada
disekitarnya.
3. Menjelaskan pada keluarga cara untuk berhenti merokok adalah
- Kuatkan niat untuk berhenti merokok
- Kurangi jumlah rokok tiap hari sampai bisa tidak merokok sama sekali
- Jauhi orang-orang yang merokok
- Ganti rokok dengan makan permen

EVALUASI Tanggal: 16 Februari 2019 Jam: 13.35 WIB


S: Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang:
* PHBS & pentingnya PHBS bagi keluarga
* Dampak merokok bagi diri sendiri & orang disekitar
* Cara untuk berhenti merokok secara bertahap
O: Keluarga dapat menjelakan kembali tentang :
* PHBS & pentingnya PHBS bagi keluarga
* Dampak merokok bagi diri sendiri & orang disekitar
* Cara untuk berhenti merokok secara bertahap
A: Keluarga mengerti tentang PHBS , dampak merokok didalam rumah & cara
untuk berhenti merokok
P: Anjurkn keluarga untuk merealisasikan cara berhenti merokok
Lakukan kunjungan rumah.

Pemberi asuhan

( )
23

C. Pelayanan kebidanan di komunitas pada keluarga dengan prioritas


1. Prioritas Diagnosis
N o. Diagnosa Skor
1. Ketidaktahuan efek samping KB s/d kurang informasi 4
Ketidak sanggupan berhenti merokok s/d kebiasaan
2. 2 2/3
merokok

2. Rencana Pemecahan Masalah


Prioritas I: Ketidaktahuan efek samping KB s/d kurang informasi
a. Tujuan jangka pendek:
Setelah dilakukan ASKEB selama 30 mnt,diharapkan keluarga
mengetahui efek samping KB yang dialami dan bisa memutuskan
tindakan yang tepat dengan kriteria hasil:
Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :
1) Penyebab efek samping dan penaganan
2) Bisa mengambil keputusan tetap memakai/ganti cara
b. Tujuan jangka panjang
Setelah dilakukan ASKEB selama 3 hari,diharapkan keluarga
tetap menjadi akseptor KB aktif sampai waktu yang dikehendaki
kriteria hasil: Keluarga masih menggunakan alat kontrasepsi sesuai
dengan keinginan & kondisi.
c. Rencana Tindakan
1) Jelaskan kepada keluarga tentang kondisinya keluarga saat ini
R/informasi yang adekuat dapat mengurangi kecemasan
keluarga.
2) Jelaskan pada keluarga tentang penyebab & penanganan efek
samnping KB.
R/informasi yang adekuat dapat mengurangi kecemasan
keluarga.
3) Anjurkan pada keluarga untuk mengambil keputusan terhadap
penanganan efek samping.
R/Keluarga bisa mengambil tindakan yang tepat
24

3. Prioritas 2 : Ketidak sanggupan berhenti merokok s/d kebiasaan


merokok.
a. Tujuan jangka pendek:
Setelah dilakukan ASKEB selama 30 mnt,diharapkan
keluarga mengerti tentang PHBS , dampak merokok didalam
rumah & cara untuk berhenti merokok kriteria hasil:
Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :
1) Pentingnya PHBS bagi keluarga
2) Dampak merokok bagi diri sendiri & orang disekitar
3) Cara untuk berhenti merokok secara bertahap
b. Tujuan jangka panjang
Setelah dilakukan ASKEB selama kurang lebih 3
hari,diharapkan keluarga dapat merubah perilaku untuk
mengurangi jumlah rokok/ berhenti dari kebiasaan merokok
riteria hasil:
1) Rumah bebas asap rokok.
2) Keluarga Tn. S tidak merokok/ tiap hari jumlah rokok
berkurang yang dihisap
c. Rencana Tindakan
1) Jelaskan pada keluarga tentang PHBS & pentingnya
berperilaku hidup bersih dan sehat.
R/ membantu merubah pemikiran keluarga tentang hidup
sehat.
2) Jelaskan pada keluarga tentang dampak merokok.
R/ merubah perilaku keluarga
3) Jelaskan pada keluarga cara berhenti merokok
R/upaya untuk berhenti dari kebiasaan yg tidak sehat
25

D. PPGDON, skrining, dan rujukan


Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggungjawab
terhadap kondisi klien/pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai
(tenaga atau pengetahuan, obat, dan peralatannya).
1. Jenis-Jenis Rujukan
a. Rujukan medik
Yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu
kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal
kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara
rasional.
b. Jenis rujukan medic antara lain:
1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan
diagnostic, pengobatan, tindakan opertif dan lain – lain.
2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lenih lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang
lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan
setempat.
c. Rujukan kesehatan
Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau
specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah
rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya
pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan
operasional.
2. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat
“BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut :
a. B (bidan): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan
yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
kegawatdaruratan.
26

b. A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan,


seperti spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop.
c. K (keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien)
dan alasan mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain
diusahakan untuk dapat menyetujui Ibu (klien) ke tempat rujukan.
d. S (surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu
(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat
yang telah diterima ibu (klien).
e. O (obat): bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan
merujuk.
f. K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
g. U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di
perlukan di temapat rujukan

3. Mekanisme Rujukan
a. Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu
dan puskesmas.
1) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri
maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
karena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan.
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
27

4. Menentukan tempat tujuan rujukan


a. Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan
yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan
swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan
penderita.
b. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya. Klien dan
keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera
dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
c. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui
telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih
mampu.
5. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu
atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama
dalam perjalanan. Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan format
rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan
sampai ke tempat rujukan.
6. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.
7. Tindak lanjut penderita
Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut,
dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
8. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka
perlu dilakukan kunjungan rumah.
9. Hirarki Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kebidanan dilakukan sesuai dengan hirarki pelayanan kesehatan
yang ada mulai dari :
a. Pelayanan kesehatan tingkat primer di puskesmas.
28

b. Meliputi : Puskesmas dan jaringannya termasuk Polindes /


Poskesdes, Bidan Praktik Mandiri, Klinik Bersalin serta fasilitas
kesehatan lainnya milik pemerintah maupun swasta.
c. Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif,
preventif, deteksi dini dan memberikan pertolongan pertama pada
kegawat-daruratan obstetri neonatal (PPGDON) untuk tindakan pra
rujukan dan PONED di Puskesmas serta pembinaan UKBM
termasuk Posyandu

10. Pelayanan kesehatan tingkat sekunder


a. Meliputi : Rumah Sakit Umum dan Khusus baik milik Pemerintah
maupun Swasta yang setara dengan RSU Kelas D, C dan B Non
Pendidikan, termasuk Rumah Sakit Bersalin (RSB), serta Rumah
Sakit Ibu dan Anak (RSIA).
b. Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif,
preventif, deteksi dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus
komplikasi mencegah terjadinya keterlambatan penanganan dan
kolaborasi dengan nakes lain dalam penanganan kasus (PONEK).

11. Pelayanan kesehatan tingkat tersier di RS type B dan A


a. Meliputi : Rumah Sakit yang setara dengan Rumah Sakit Umum dan
Rumah Sakit Khusus Kelas A, kelas B pendidikan, milik Pemerintah
maupun swasta.
b. Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif,
preventif, deteksi dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus
komplikasi mencegah terjadinya keterlambatan penanganan,
kolaborasi dg nakes lain dalam penanganan kasus PONEK dan asuhan
kebidanan/penatalaksaaan kegawat-daruratan pada kasus-kasus
kompleks sebelum mendapat penanganan lanjut.
c. Kebijakan Pengelolaan Pelayanan Rujukan Obstetri & Neonatal Dasar
dan Komprehensif ( PONED & PONEK ).
29

Pengertian: Lembaga dimana rujukan kasus diharapkan dapat diatasi


dengan baik, artinya tidak boleh ada kematian karena keterlambatan
dan kesalahan penanganan
12. Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan:
a. Kegawatdaruratan dapat terjadi secara tiba-tiba (hamil, bersalin,nifas
atau bayi baru lahir), tidak dapat diprediksi.
b. Oleh karena itu, Tenaga bidan perlu memiliki kemampuan penanganan
kegawatdaruratan yang dilakukan dengan tepat dan cepat
13. Upaya Penanganan Terpadu Kegawatdaruratan:
a. Dimasyarakat
Peningkatan kemampuan bidan terutama di desa dalam memberikan
pelayanan esensial, deteksi dini dan penanganan kegawatdaruratan
(PPGDON).
b. Di Puskemas
Peningkatan kemampuan dan kesiapan puskesmas dlm memberikan
Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar ( PONED ).
c. Di Rumah Sakit
Peningkatan kemampuan dan kesiapan RS kab / kota dlm PONEK
14. Pemantapan jarigan pelayanan rujukan obstetri & neonatal
a. Koordinasi lintas program, AMP kab / kota dll
b. Kegiatan Making Pregnancy Safer (MPS) untuk Meningkatkan
Kesehatan Ibu dan Bayi
15. Pelayanan Obstetri dasar di tingkat Polindes dan Puskesmas
a. Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di setiap Kabupaten/Kota
b. Menyediakan 1 Pelayanan PONEK 24 jam di Rumah Sakit
Kabupaten/Kota
16. Jenis kriteria pelayanan kesehatan rujukan:
a. PUSKESMAS PONED
Puskesmas yang memiliki kemampuan untuk memberikan
pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas dan neonatal dengan komplikasi yang
mengancam jiwa ibu dan neonatus.
30

Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar, meliputi:


1) Pemberian oksitosin parenteral
2) Pemberian antibiotik parenteral
3) Pemberian sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital dan
plasenta manual.
4) Melakukan kuretase, plasenta manual, dan kompresi bimanual
5) Partus dengan tindakan ekstraksi vacum,ekstraksi forcep
6) Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi:
7) Resusitasi bayi asfiksia
8) Pemberian antibiotik parenteral
9) Pemberian anti konvulsan parenteral
10) Pemberian Phenobarbital
11) Kontrol suhu
12) Penanggulangan gizi

b. Rumah Sakit Ponek 24 Jam


Rumah sakit yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta
sarana dan prasarana penunjang yang memadai untuk memberikan
pertolongan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar dan
komprehensif dan terintergrasi selama 24 jam secara langsung
terhadap ibu hamil, nifas dan neonatus, baik yang datang sendiri atau
atas rujukan kader, bidan, Puskesmas PONED, dll
Kemampuan PONEK meliputi :
1) Pelayanan obstetri komprehensif
2) Pelayanan obstetri emergensi dasar (PONED)
3) Transfusi darah
4) Bedah Caesar
5) Pelayanan Neonatal Komprehensif
6) Pelayanan neonatal emergensi dasar
7) Pelayanan neonatal intensif
Kriteria Rs Ponek 24 Jam:
31

1) Memberikan pelayanan PONEK 24 jam secara efektif (cepat,


tepat-cermat dan purnawaktu) bagi bumil/bulin, bufas, BBL – ada
SOP.
2) Memiliki kelengkapan sarana dan tenaga terampil untuk
melaksanakan PONED/PONEK (sesuai dengan standar yang
dikembangkan) – tim PONEK terlatih.
3) Kemantapan institusi dan organisasi, termasuk kejelasan
mekanisme kerja dan kewenangan unit pelaksana/tim PONEK-
ada kebijakan.
4) Dukungan penuh dari Bank Darah / UTD – RS, Kamar Operasi,
HCU/ICU/NICU, IGD dan unit terkait lainnya.
5) Tersedianya sarana/peralatan rawat intensif dan diagnostik
pelengkap (laboratorium klinik, radiologi, RR 24 jam, obat dan
penunjang lain).

E. Pendokumentasian asuhan kebidanan komunitas

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan komunitas adalah proses


kegiatan menulis/ mencatat secara tertib untuk penata usaha antara
pengelolaan kegiatan.
1. Jenis Data
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok
PWS KIA. Jenis data meliputi :
a. Data Sasaran
- Jumlah seluruh ibu hamil
- Ibu bersalin
- Bayi umur < 1 bulan (neonatal)
- Ibu nifas
- Bayi
b. Data Pelayanan
- Jumlah K1
- Jumlah K4
- Jumlah ibu hamil resiko yang dirujuk masyarakat
32

- Jumlah ibu hamil yang ditangani oleh tenaga kesehatan


- Jumlah ibu hamil resiko yang ditangani oleh tenaga kesehatan
- Jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan
- Jumlah ibu nifasyang dilayani tenaga kesehatan
- Jumlah bayi berusia kurang dari 1 bulan yang dilayani
tenagakesehatan minimal 2 kali

2. Sumber Data
Data sasaran sebaiknya berasal dari hasil pendataan setempat.
Bila angkatersebut tak tersedia, atau diragukan, maka perkiraan jumlah
sasaran dapat dihitung menurut rumus. Data pelayanan umumnya
berasal dari :
a. Register kohort ibu dan bayi.
b. Laporan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan dan dukun
bayi.
c. Laporan dari dokter /bidan praktek swasta.
d. Laporan dari fasilitas pelayanan selain puskesmas yang berada
diwilayah puskesmas.

F. Pencatatan dan Pelaporan


1. Pengertian Pencatatan Dan Pelaporan
Pencatatan (recording) dan pelaporan (reporting) berpedoman
kepada sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP).
Beberapa pengertian dasar dari SP2TP menurut depkes RI (1992)
adalah sebagai berikut :
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas adalah
kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan
upaya pelayanan kesehatan di puskesmas termasuk puskesmas
pembantu, yang ditetapkan melalui surat keputusan Menteri Kesehatan
RI No.63/Menkes/SK/II/1981.
33

Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas beberapa


komponen yang saling berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan
tertentu.
Pelaporan adalah proses kegiatan membuat dan mengirimkan
laporan mengenai pengelolaan kegiatan. Pencatatan dan pelaporan ini
berpedoman kepada Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP).
a. Data dari tingkat puskesmas dikumpulkan, di olah,
hasilnyadimasukkan ke format 1
b. Format 1 rekapitulasi cakupan (indicator PWS KIA) dari tiap
desa, juga berfungsi sebagai laporan yang
dikirim ke dinas kabupaten/kota(dikirim paling lambat tanggal
10 tiap bulan
c. Dinas kabupaten/kota membuat rekapitulasi laporan
puskesmas(format 1) dengan mengggunakan format 2 untuk
dikirimkan ke propinsi paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya
d. Propinsi membuat rekapitulasi laporan kabupaten/kota dalam
format3, dikirimkan ke pusat setiap 3 bulan, paling lambat 1
bulan setelah triwulan tersebut berakhir
2. Manfaat Pencatatan dan Pelaporan :
a. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat
pusat provinsi dan kab/kota.
b. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaandalam
rangka pengembangan tenaga kesehatan.
c. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan.
d. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.
3. Tujuan umum:
Sistem pencatatan dan pelaporan bertujuan agar semua hasil
kegiatan puskesmas (didalam dan diluar gedung) dapat di catat dan di
laporkan ke jenjang selanjutnya sesuai dengan kebutuhan secara benar,
berkala, dan diatur, guna menunjang upaya kesehatan masyarakat.
34

4. Tujuan khusus :
a. Tercatatnya semua data hasil kegiatan puskesmas sesuai
kebutuhansecara benar, berkelanjutan dan teratur.
b. Terlapornya data ke jenjang administrasi berikutnya sesuai
kebutuhandengan menggunakan format yang telah di tetapkan
secara benar berkelanjutan dan teratur.
c. Menciptakan kondisi yang efektif dan efisien sehingga tidak
terjaditumpang tindi dan kesenjangan.
5. Ruang lingkup pencatatan dan pelaporan
Ruang lingkup pencatatan dan pelaporan, meliputi jenis data yang
dikumpulkan, di catat, di laporkan puskesmas. Jenis data
tersebutmencangkup:
a. Data umum dan demografi
b. Data sarana fisik
c. Data ketenagaan
d. Data kegiatan pokok yang di lakukan di dalam dan di luar gedung.
6. Macam-macam pencatatan
Model naratif atau narasi sering di sebut tehnik pencatatan yang
berorientasi pada sumber data .
a. Keuntungan:
1) Sudah di kenal
2) Sudah di kombinasikan dengan cara dokumentasi lain
3) Jika di tulis dengan tepat bisa mencakup seluruh keadaan
pasien
4) Sudah di tulis
b. Kekurangan:
1) Tidak terstruktur dan simpangsiur datanya
2) Perlu banyak waktu
3) Terbatas dengan kemampuan pelayanan kesehatan
4) Informasi sulit untuk jangka panjang
Naratif adalah model paling lama, tradisional dan paling fleksibel
sistem pencatatan naratif cara penulisannya mengikuti dengan urutan
35

kejadian atau kronologis. Dengan cara naratif, tiap institusi mempunyai


kebijakan sendiri dalam sistem pencatatan.
Petunjuk pencatatan naratif :
a. Gunakan istilah umum sehingga dapat di mengerti tim kesehatan.
b. Masukan data tentang pengkajian yaitu antara lain identifikasi
masalah.
c. Rencana tindakan.
d. Implementasi untuk di jadikan evaluasif.
e. Catat refisi yang sesuaikan dengan perkembangan pasien.
f. Masukan data secara periodik tentang keadaan fisik emosional pasien
dan kebutuhan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan komunitas adalah merupakan bagian integral
darisystem pelayanan kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan
ibu, anakdan Keluarga Berencana.Sasaran kebidanan komunitas adalah ibu
dan anak balita yang beradadalam keluarga dan masyarakat. Pelayanan
kebidanan komunitas dilakukandiluar rumah sakit. Kebidanan komunitas
dapat juga merupakan bagian ataukelanjutan pelayanan kebidanan yang
diberikan di rumah sakit. Pelayanankesehatan ibu dan anak di lingkungan
keluarga merupakan kegiatankebidanan komunitas.Kelompok komunitas
terkecil adalah keluarga individu yang dilayaniadalah bagian dari keluarga
atau komunitas.

B. Saran
Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan saran dan
keritiknya, untuk pembuatan makalah kami kepadanya agar menjadi lebih
baik lagi kami harap maakalah yang kami buat ini dapat memberikan
manfaat bagi para penbaca yakni dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas mengenai asuhan kebidanan komunitas.

36
DAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus, dan Ian, Robert. 1998. Kapita Selekta Kedokteran UI Jilid
I. Jakarta : Media Aesculapis.
Depkes RI. 1998. Keluarga Dalam Masyarakat. Jakarta : Depkes RI.
Varney H, Varneys Midwifery, Jones & Bartlet Publisher, London S:1997
(BA-1).
Depkes RI, 1999. Bidan di Masyrakat, Jakarta (BA-3).
Handajani, Dewi. 2006. Makanan Pendamping ASI. 12-25 Juli 2006. Jakarta :
Ayah Bunda.
Hardinge. 2002. Kiat Keluarga Sehat. Bandung : ISBN.
Meilani, Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Fitramaya. Yogyakarta.
Salvician, Ceilis. 1989. Keluarga dan Komponennya. Jakarta : Pustaka Ilmu.
Syahlan, J.H, 1996. Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya
Kesehatan, Jakarta.
Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. EGC. Jakarta.
Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. EGC. Jakarta

37

Anda mungkin juga menyukai