Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL BOOK REPORT

MK. EKOLOGI TUMBUHAN & HEWAN

PRODI PENDIDIKAN IPA

SKOR NILAI :

“EKOLOGI HEWAN DAN DASAR-DASAR EKOLOGI”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : HASRI INDAH ASIAH (4173351008)

INDAH CAHYANI (4173351009)

JESIKA APRILIYANI (4173351010)

PRODI : PENDIDIKAN IPA

MATA KULIAH : EKOLOGI TUMBUHAN DAN HEWAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN, 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI PENTINGNYA CRITICAL BOOK REPORT

Melakukan Critical Book Report pada suatu buku dengan membandingkannya dengan
buku lain sangat penting dilakukan. Kegiatan CBR menuntut kita untuk mengkritik, mengulas
suatu buku dan membandingkannya dengan buku lainnya. Selain itu dari kegiatan tersebut kita
bisa menemukan kekurangan dan kelebihan dari buku yang dibandingkan. Kemudian setelah
kita bisa menemukan kelebihan dan kekurangan tersebut maka dapat memperoleh suatu
informasi yang kompeten pada buku tersebut dengan cara menggabungkan beberapa informasi
dari buku pembandingnya.

B. Tujuan CBR
 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Tumbuhan dan Hewan
 Mencari kelebihan dan kekurangan buku
 Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang di berikan oleh setiap
materi yang ada dalam sebuah buku

C. Manfaat CBR
 Menambah wawasan
 Memperkuat ilmu yang belum diketahui sebelumnya
 Menjadikan diri lebih sadar akan hak dan kewajiban dalam membangun bangsa negara
Indonesia.

D. Identitas Buku yang direview


1. Buku pertama :

Judul : Ekologi Hewan


Edisi : Revisi
Pengarang / (Editor, jika ada) : Agus Dharmawan, dkk
Penerbit : JICA
Kota terbit : Malang
Tahun terbit : 2004

2. Identitas Buku Kedua


Judul : dasar dasar ekologi
Edisi :-
Pengarang : wirakusumah, sambas
Penerbit : Universitas Indonesia,
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2003
ISBN : 9789794562499
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

1. Ringkasan Isi Buku Pertama


A. Habitat
Setiap makhluk hidup menempati habitat atau biotope tertentu, habitat suatu populasi
hewan pada dasarnya menunjukkan totalitas dari corak lingkungan yang ditempati
populasi itu, termasuk faktor-faktor abiotic berupa ruang, tipe substratum atau
medium yang ditempati, cuaca dan iklamnya serta vegetasinya. Secara garis besar
dikenal empat tipe habitat utama, yakni : daratan, lperairan tawar, perairan payau dan
estuaria seta perairan bahari/laut. Masing-masing katagori utama itu dapat dipilah-
pilah lagi tergantung corak kepentingannya, mengenai aspek yang ingin diketahui.
Berdasarkan variasi habitat menurut waktu, dapat dikenal4 macam habitat.
1) Habitat yang konstan, yaitu semua habitat yang kondisinya terus menerus relative
baik atau kurang baik.
2) Habitat yang berisfat memusim, yaitu suatu habitat yang kondisinya secara
relative teratur berganti-ganti antara baik dan kurang baik.
3) Habitat yang tidak menentu, yaitu suatu habitat yang mengalami suatu perioda
dengan kondisi baik lamanya bervariasi, diselang-selangi oleh peioda dengan
kondisi kurang baik yang lamanya juga bervariasi, sehingga kondisinya tidak
dapat diramalkan.
4) Habitat yang ephemeral,yaitu suatu habitat yang mengalami perioda baik yang
berlangsung relatife singkat, diikuti oleh suatu perioda dengan kondisi yang
kurang baik yang berlangsung relatife lama sekali.

B. Mikrohabitat
Habitat-habitat di alam ini yang bersifat heterogen, denag area-area tertentu dalam
habitat itu yang berbeda vegetasinya. Populasi-populasi hewan yang mendiami
habitat itu akan berkonsentrasi di tempat-tempat dengan kondisi yang paling cocok
bagi pemenuhan persyaratan hidupnya masing-masing. Bagian dari habitat yang
merupakan lingkungan yang kondisinya paling cocok dan paling akrab berhubungan
dengan hewan dinamakan microhabitat. Sehubungan dengan bagaimana kisaran-
kisaran toleransinya terhadap berbagai faktor lingkungannya, maka berbagai spesies
hewan yang berkonsentrasi dalam habitat yang sama (berkohabitasi) akan menempati
mikrohabitatnya masing-masing.
Batas antara mikrohabitat yang satu dengan yang lainnya acapkali tidak
nyata/jelas. Namun demikian mikrohabitat memgang peranan penting dalam
menentukan keanekaragaman spesies yang menempati habitat itu. Tiap spesies akn
berkonsentrasi pada mikrohabitat yang paling sesuai baginya.contohnya, dalam suatu
habitat perairan tawar yang mengalir (sungai) secara umum dapat dibedakan menjadi
bagian riam dan lubuk.

C. Relung Ekiologi (Ecological Niche)


Berbeda dengan istilah habitat yang sekarang sudah digunakan secara luas, istilah
relung ekologi diluar bidang ekologi praktus tak dikenal. Salah satu penyebabnya
ialah karenma konsep relung ekologi relatife baru, bahkan dalam 30 tahun pertama
sejak istilah tersebut diperkenalkan pengertiannya masih kabur. Sampai saat ini di
kalangan guru-guru biologi sekolah menengah juga masih kabur. Secara umum dapat
dikatakan bahwa relung ekologi merupakan suatu konsep abstrak mengenai
keseluruhan persyaratan hidup dan interaksi organisme dalam habitatnya. Dalam hal
ini habitat merupakan penyedia berbagai kondisi dan sumberdaya yang dapat
dipergunakan oleh organisme sesuai dengan persyaratan hidupnya.
Sebagaimana defenisi-defenisi pada umumnya, defenisi relung ekologi pun juga
bermacam-macam. Menurut Kendeigh (1980), relung ekologi suatu populasi hewan
adalah status fungsional hewan itu dalam habitat yang ditempatinya berkaitan dengan
adaptasi-adaptasi fisiologi, structural/morfologi, dari polaperilaku hewan itu. Seperti
telah dijelaskan pada bab sebalumnya bahwa tidak ada hewan (makhluk hidup) yang
dapat hidup pula pada sembarang kondisi lingkungan. Artinya,bahwa hewan
termasuk organisme-organisme yang lain, hanya dapat lulus hidup, tmbuh dan
berkembangbiak, dalam batas-batas kisaran tolenransinya terhadap berbagai kondisi
faktor-faktor abiotic dalam batas-batas kisaran toleransinya terhadap berbagai kondisi
lingkungan tersebut. Perangkat kemampuan hewan untuk menghadapi kondisi
lingkungan tersebut. Perangkat kemampuan tersebut ditentukan oleh adaptasi-
adaptasi fisiologi, struktural, dan perilaku.
Konsep relung ekologi sering kali digunakan sebagai dasar acuan penting untung
memahami kelimpahan dan penyebaran hewan dilingkungan alaminya. Masalah
ekologi pada dasarnya merupakan masalah interaksi, saling pengaruh dan saling
ketergantungan hewan dengan lingkungannya.

D. Asas Ekslusi Persaingan dan Pemisahan relung


Dengan adanya ineraksi persaingan antara dua spesies atau lebih yang memiliki
relung ekologi yang sangat mirip maka mungkin saja spesies-spesies tersebut tidak
berkoeksistensi dalam habitat yang sama secara terus-menerus. Hal ini menunjukkan
bahwa suatu relung ekologi tidak dapat ditempati secara simultan dan sempurna oleh
populasi stabil lebih dari satu spesies.
Dari uraian terebut diatas tampak bahwa aspek relung ekologi yang menyangkal
dimensi sumberdaya, khususnya yang vital untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan, dan beberapa spesies harus berbeda (terpisah) agar dapat
bekoeksistensi dalam habitat yang sama. Perbedaan atau pemisahan relung itu juga
mencakup aspek waktu aktif.

E. Ekivalen Ekologi
Jika memperhatikan tentang kehidupan berbagai jenis hewan di berbagai tempat
sering ditemukan spesies-spesies hewan serupa yang hidup didaerah gegrafi yang
berbeda. Kita dapat menemukan cacing tanah dimana saja, misalnya di Indonesia, di
Amerika, Eropa, Autralia, dan tempay lainnya. Cacing-cacing tanah tersebut secara
morfologi sama, namun sebenarnya mereka berbeda spesies. Cacing tanah di Jawa
(Pheretima javanica) serupa dengan cacing tanah di Amerika. Kedua cacing tersebut
menempati habitat tanah lembab dengan relung ekolgi yang serupa. Jenis-jenis hewan
yang menempati relung ekologi yang sama (ekivalen) dalam habitat yang serupa
didaerah zoogeografi yang berbeda disebut ekivalen-ekivalen ekologi.
F. Pergeseran Ciri
Spesies-spesies hewan yang berkerabat dekat, Satu marga atau genus misalnya,
dapat ditemukan pada habitat atau daerah penyebaran yang sama (simpatrik) atau
ditemukan pada daerah penyebaran yang berada (alopatrik). Jika spesies-spesies
hewan yang berkerabat dekat (kogenerik) ditemukan dalam keadaan simpatrik,
seleksi alam akan menghasilkan ciri-ciri tubuh yang semakin mencolok perbedaannya
diantara spesies-spesies itu atau dikatakan mengalami evolusi divergen. Sebalinya,
apabila dalam keadaan alopatrtik seleksi alami akan menghasilkan evolusi konvergen
sehingga perbedaan ciri-ciri itu makin kabur. Fenomena tersebut diatas dikenal
sebagai pergeseran ciri.

2. Isi buku Kedua


A. Pengertian Relung
Relung menurut Resosoedarmo (1992) adalah profesi (status suatu organisme) dalam
suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat adaptasi struktural,
fungsional serta perilaku spesifik organisme itu. Berdasarkan uraian diatas relung
ekologi merupakan istilah lebih inklusif yang meliputi tidak saja ruang secara fisik
yang didiami oleh suatu makhluk, tetapi juga peranan fungsional dalam komunitas
serta kedudukan makhluk itu di dalam kondisi lingkungan yang berbeda Relung
ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor fisik (mikrohabitat) dan kaitan
biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk aktivitas hidup dan eksistensi
yang berkesinambungan dalam komunitas .
Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan Inggris,
dengan pengertian relung adalah “status fungsional suatu organisme dalam komunitas
tertentu”. Dalam penelaahan suatu organisme, kita harus mengetahui kegiatannya,
terutama mengenai sumber nutrisi dan energi, kecepatan metabolisme dan
tumbuhnya, pengaruh terhadap organisme lain bila berdampingan atau bersentuhan,
dan sampai seberapa jauh organisme yang kita selidiki itu mempengaruhi atau
mampu mengubah berbagai proses dalam ekosistem.
B. Pengertian Kesintasan
Kesintasan adalah istilah ilmiah yang menujukkan tingkat kelulusan hidup ( survival)
dari suatu populasi dalam jangka waktu tertentu.Istilah ini biasanya dipakai dalam
konteks populasi individu muda yang harus bertahan hidup hingga siap untuk
berkembangbiak.

C. Jenis-jenis kompetisi
Ada dua bentuk persaingan yang ditakrifkan menurut Birch (1957) yaitu :
1) Persaingan sumber daya (resource competition) terjadi bila sejumlah mahluk (
yang sama atau berbeda spesies) menggunakan sumber daya bersama yang
ketersediaanya sedikit.
2) Persaingan saling merugikan (interference competition) terjadi bilamana mahluk
dalam mencari sumber daya akan saling merugikan walaupun sumber daya
tersebut ketersediaanya tidak sedikit. Perlu diingat bahwa persaingan tersebut
dapat interspesifik (antara dua atau lebih spesies) atau intraspesifik (antara
anggota spesies yang sama).

D. Pengertian Habitat.
Habitat dapat di defenisikan sebagai lingkungan tempat hidup, tempat hidup, tempat
tumbuh suatu hewan atau tempat dimana suatu hewan atau populasi hewan dapat di
peroleh. Dalam bentuk yang lebih sederhana, disebut sebagai alamat, address, atau
tempat tinggal. Secara garis besar, dapat dikenal empat macam habitat utama, yaitu:
Habitat perairan tawar, habitat lautan, habitat perairan payau (estuari) dan habitat
daratan. Apakah yang menjadi ciri keempat habitat utama tersebut, faktor apa saja
yang menjadi faktor pembatasnya, bagaimana bentuk kehidupan atau kebiasaan hidup
hewan yang terdapat didalamnya.

E. Mikrohabitat
Mikrohabitat adalah seperangkat kondisi lokal atau lingkungan yang paling cocok dan
yang langsung berhubungan dengan hewan. Misalnya : Lubang Rodentia, sebatang
kayu membusuk dan lain-lain. Di suayu lantai hutan misalnya dapat di jumpai
berjenis-jenis Diplopoda yang menempati microhabitat tertentu.

F. Klasifikasi habitat
Pembagian habitat terutama didasarkan pada segi waktu. Menurut waktu, yakni dari
sudut pandang makhluk hidup, suatu habitat terdapat :
- Konstan (panggah), yaitu kondisinya bersifat terus menerus dan relative baik atau
relative buruk.
- Bersifat musiman , yakni kondisi habitat berganti secara lebih kurang teratur baik
dan buruk (layak dan tidak layak)
- Tidak menentu (tidak dapat diperkirakan), yaitu perioda dengan kondisi baik
lamanya bervariasi di selingi dengan perioda dengan kondisi tidak baik lamanya
juga bervariasi.
- Efemeral, yakni perioda berkondisi baik yang berlangsung singkat, diikuti
kemudian oleh perioda berkondisi tidak baik yang berlangsung lama sekali.
Kelebihan Dan Kekurangan buku

1. Kelebihan buku pertama dan kedua


- Buku pertama lebih banyak menggunakan teori daru beberapa ahli
- Teori yang digunakan juga mudah dipahami
- Penulisan dalan kedua buku juga jelas dan baik
- Kata-kata yang digunakan juga mudah dipahami
- Teori yang digunakan dalam kedua buku juga cukup menarik
- Penjelasan yang diberikan juga bagus

2. Kekurangan kedua buku


- Kurang nya contoh pada kedua buku
- Penjelasan nya terlalu monoton pada buku kedua
- Terlalu banyak tulisan dibandingkan dengan gambar atau contoh-contoh yang
menarik, sehingga menimbulkan bosan pada pembaca
- Pada buku dua terdapat teori yang sangat singkat
- Kurangnya contoh dalam buku kedua
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
- Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu hidup, atau tempat kemana
seseorang harus pergi untuk menemukan organisme tersebut. Istilah habitat banyak
digunakan , tidak saja dalam ekologi tetapi dimana saja. Tetapi pada umumnya istilah
ini diartikan sebagai tempat hidup suatu makhluk hidup. Contohnya Habitat ikan mas
(Cyprinus carpio) adalah di perairan tawar.
- Relungekologi adalah cara hidup organisme dalam suatu habitat dan Komunitas
serta ekosistem. Dua spesies hewan atau lebih yang hidup bersama dalam satu habitat
disebut berkohabitasi atau berkoeksistensi.
- Asas eksklusi persaingan atau Aturan Gause : suatu relung ekologi tidak dapat
ditempati secara simultan dan sempurna oleh populasi stabil lebih dari satu spesies.
- Jenis-jenis hewan yang menempati relung ekologi yang sama (ekivalen) dalam
habitat yang serupa di daerah zoogeografi yang berbeda disebut ekivalen-ekivalen
ekologi.
- Jika Spesies-spesies hewan yang berkerabat dekat (kogenerik) ditemukan dalam
keadaan simpatrik, seleksi alam akan menghasilkan ciri-ciri tubuh yang semakin
mencolok perbedaannya diantara Spesies-spesies itu atau dikatakan
mengalami evolusi divergen.Sebaliknya, apabila dalam keadaan alopitrik seleksi alam
akan menghasilkan evolusi konvergen sehingga perbedaan ciri-ciri itu makin kabur.
Fenomena tersebut di atas di kenal sebagai Pergeseran Ciri.

B. Rekomendasi
Dari kesimpulan diatas dapat diberi saran semoga teori relung dan habitat kedepannya
lebih baik dan peminat untuk mempelajari relung dan habitat ini semakin banyak. Dan
semakin baik dalam memberikan contoh-contoh dalam habitat dan juga relung. Agar
yang membaca tidak bosan dan mudah dipahaami.
DAFTAR PUSTAKA

- Dhermawan Agus,dkk.2004.Ekologi Hewan(edisi revisi), JICA, Malang


- Wirakusumah, Sambas (2003) Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta. Penerbit UI Press

Anda mungkin juga menyukai