Anda di halaman 1dari 5

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

(Bagian 1)

Oleh : Royke Lantupa Kumowal, M.Th

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 15 April 2019, Majelis Wilayah
Sulutgomau membuat pertemuan antar Pekerja Gereja di Gereja Alkitab Anugerah
Kadoudan, Airmadidi. Dalam pertemuan tersebut dibuatlah kegiatan dalam bentuk ibadah
dan diskusi. Ada 2 materi menarik yang didiskusikan dalamkegiatan tersebut yaitu tentang
Kepemimpinan Kristen oleh Pdt. Dr. Audy Ngantung, M.Th., dan Etika Hamba Tuhan oleh
Pdt. Piet H. Sambur,S.Th., M.Pd.K. Dan hal tersebut jugalah yang membuat Penulis terpacu
untuk membuat artikel tentang Pemimpin dan Kepemimpinan. Dan artikel ini akan ditulis
dalam beberapa bagian. 1) Kepemimpinan secara umum; 2} Kepemimpinan Kristen; 3) Etika
Pemimpin. Dan pada saat ini kita berbicara tentang kepemimpinan secara umum.

Artikel ini tidak akan dimulai dari pengertian apa itu pemimpin maupun juga arti
kepemimpinan dari berbagai tokoh terkenal, tetapi artikel ini akan dimulai dari sebuah
ungkapan bijak yang mengatakan bahwa "Sistem yang buruk akan menghancurkan
orang-orang yang baik, orang-orang yang buruk akan menghancurkan sistem yang
baik".

Penulis sangat setuju dengan ungkapan di atas, pimpinan yang buruk akan bisa
menghacurkan sistem yang baik, bahkan bukan hanya sistem yang hancur tetapi juga orang-
orang yang ada dibawahnya pun akan bisa hancur juga, apabila bawahannya tidak mampu
mengenali dan mengatasi pimpinan yang buruk itu. Pimpinan yang buruk pasti akan
mencemari lingkungan kerjanya.

Dalam banyak situasi, perilaku buruk seorang pemimpin dapat terjadi tanpa disadari
atau juga disadari bahkan bisa jadi karena sudah menjadi kebiasaan. Namun, harus disadari
juga bahwa ada pimpinan yang melakukan secara sadar dan terencana, bahkan merasa sangat
bangga dengan perilaku buruk itu menjadi instrumennya meraih kesuksesan di tempat
kerjanya. Kendati demikian, perlu sungguh-sungguh disadari bahwa perilaku buruk seorang
pimpinan dapat merusak perusahaan atau organisasi yang dipimpinnya sehingga
karyawannya tidak pernah akan berhasil dengan baik, dan sebaliknya karyawan bisa menjadi
tertekan, frustrasi yang berkepanjangan.

Seorang karyawan yang baik dan profesional harus terus mengembangkan sikap kritis
di tempat kerjanya agar tidak menjadi korban dari perilaku buruk seorang pimpinan.
Walaupun tidak terhindari bahwa sikap kritis yang dimiliki seorang karyawan seringkali oleh
beberapa orang pemimpin dianggap sebagai sikap tidak loyal terhadap pimpinan dan
pencetus konflik yaitu bagi mereka yang merasa tidak pernah salah atau tidak suka menerima
masukan.
Kalau sudah begitu dan merasa tidak mampu menghadapinya dan akan menderita
terus menerus, maka tidak ada pilihan lain, “mungkin lebih baik” harus pergi dan keluar dari
lingkungan kerja yang tercemar itu.

Tidak mudah mengidentifikasi pimpinan yang memiliki perangai dan perilaku buruk
terhadap bawahannya. Bisa jadi karena sudah sangat lama bekerja di suatu jabatan maka
dianggapnya biasa-biasa saja, padahal sesungguhnya sangat mematikan secara langsung.

Penulis sangat setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Pakar Emosional Inteligen,
Travis Bradberry, mengidentifikasi ada beberapa macam pimpinan yang berperilaku buruk di
tempat kerja yang harus diwaspadai:

1. Kawan yang Tidak Pantas


Bila ada pimpinan yang terlalu baik bahkan terlalu ramah, berhati-hati. Dia
terus-menerus mengundang Anda untuk nongkrong di luar kantor dan terlibat dalam
gosip kantor yang tidak bermanfaat. Tidak segan-segan untuk menggunakan
pengaruhnya mendapatkan teman dengan mengorbankan pekerjaannya dan
karyawannya.
Cenderung memilih favorit orang-orang tertentu dan menciptakan perpecahan
di antara karyawan, yang menjadi frustrasi oleh ketidakseimbangan dalam
memberikan perhatian.

2. Micromanager
Ini jenis perilaku pimpinan yang membuat Anda merasa seolah-olah berada di
bawah pengawasan yang sangat ketat. Kesalahan sedikit yang terjadi akan
mememerintahkan bawahannya untuk mengulangi lagi dari awal.
Jenis perilaku pimpinan yang micromanager terlalu memperhatikan detail
kecil, dan pengawasan yang berlebihan akan membuat karyawan merasa putus asa,
frustrasi, dan bahkan tidak nyaman. Tipe perilaku pimpinan seperti ini tidak akan
pernah berhenti mencari sesuatu untuk dianalisis secara berlebihan.

3. Tiran
Jenis perilaku buruk yang ketiga adalah tiran atau the tyrant, yang
mencerminkan keinginan yang berlebihan dan terus-menerus membuat keputusan
untuk memberi makan egonya sendiri. Perhatian utamanya mempertahankan
kekuasaan, dan akan memaksa dan mengintimidasi orang lain untuk melakukannya.
Sang tiran menganggap para pegawainya sebagai geng kriminal di atas
kapalnya. Pemimpin seperti ini akan mengklasifikasikan orang-orang dalam
pikirannya dan memperlakukan mereka dengan menganggap orang berprestasi tinggi
yang menantang pemikirannya diperlakukan sebagai pemberontak.
Karyawan yang mendukung dengan gerakan kesetiaan akan di posisi pertama,
dan karyawan yang berperforma buruk terjebak membersihkan “kakus dan menyeka
geladak saja” atau tidak dianggapnya penting.
4. Incompetent
Seorang pimpinan yang buruk kelakukannya sangat mungkin terjadi karena
saat ditempatkan sebagai pimpinan ternyata tidak sesuai dan tidak memiliki
kompetensi, atau karena promosi yang didapatkannya sangat tergesa-gesa atau titipan
ambisi dari orang-orang tertentu yang menginginkannya menjadi pemimpin, sehingga
tuntutan tugas dan tanggung jawabnya sangat jauh dari kemampuan yang dimilikinya.
Hal ini akan sangat berbahaya bagi kemajuan organisasi dan karyawannya.

5. Robot
Jenis kelima ini disebut jenis pemimpian berperilaku robot, ya robot! Dalam
pikiran robot, Anda itu karyawan nomor 72 dengan hasil produksi 84 persen dan
tingkat pengalaman 91. Pimpinan jenis ini membuat keputusan berdasarkan angka-
angka, dan ketika dia dipaksa mencapai kesimpulan tanpa data yang tepat, dia
merusak dirinya sendiri.
Sang robot membuat sedikit atau tidak ada usaha untuk berhubungan dengan
karyawannya dan sebagai gantinya, hanya melihat ke nomor untuk memutuskan siapa
yang tak ternilai dan siapa yang harus pergi. Kepemimpinan seperti ini tidak akan
pernah dapat melihat permasalahan dengan jelas.

6. Visionary
Jenis perilaku pemimpinan visioner ini, kekuatannya terletak pada ide dan
inovasinya. Namun, pendekatan kewirausahaan ini menjadi berbahaya ketika sebuah
rencana atau solusi perlu diterapkan, dan dia tidak dapat memaksa dirinya untuk fokus
pada tugas yang ada. Pemimpin visioner hanya berkutat saja dari visi ke visi dan
biasanya lemah di bagian implementasinya. Bawahannya akan capek sendiri untuk
urusan implementasi ketimbang mendapatkan arahan dari sang pemimpin visioner.

7. Burung Camar (Seagull)


Inilah contoh perilaku jenis burung camar yang sangat menyakitkan dalam
memimpin karyawannnya. Karyawan semua sudah ada di sana, duduk di bawah
bayang-bayang manajer burung camar yang memutuskan sudah waktunya untuk
menyingsingkan lengan bajunya, menukik, dan mengoceh.
Alih-alih meluangkan waktu untuk mendapatkan fakta-fakta yang lurus dan
bekerja bersama tim untuk mewujudkan solusi yang layak, malah burung camar
menyisihkan tumpukan saran formulasi dan kemudian tiba-tiba lepas landas,
meninggalkan orang lain di belakang untuk membersihkan kekacauan yang dibuatnya.
Dan cuci tangan terhadap masalah yang ada supaya terlihat tidak terlibat masalah
apapun atau kata lainnya “cari aman”.
Seagull atau burung camar baru akan berinteraksi dengan karyawan mereka
hanya ketika ada api yang dipadamkan. Bahkan kemudian, mereka bergerak masuk
tetapi keluar dengan tergesa-gesa, dan hanya sedikit memikirkan solusi mereka.
Mereka membuat situasi buruk menjadi lebih buruk dengan membuat frustrasi dan
menjauhkan mereka yang paling membutuhkannya.
Itulah beberapa macam pemimpin yang buruk yang diidentifikasi oleh Travis
Bradberry.

Siapapun karyawan tidak pernah berharap mendapatkan seorang pimpinan yang


berperilaku buruk, bahkan buruk sekali sampai merusak. Gaya kepemimpinan dari seorang
pemimpin sangat memberi peran yang vital dalam sebuah organisasi.

Wijaya Supardo, dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Dasar-Dasar Dan


Pengembangannya”, mengungkapkan bahwa : “Gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan
proses kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk mencapai suatu
misi, tugas atau suatu sasaran dan mengarahkan organisasi dengan cara yang lebih masuk
akal”. Maka dari itu, seorang pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan yang baik,
sehingga dapat memotivasi para karyawan yang ada dalam suatu perusahaan atau organisasi
tersebut.

Berdasarkan penjelasan dari Travis Bradberry dan Wijaya Supardo, Penulis


menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki 3 pola dasar, yaitu:

1. Mementingkan pelaksanaan tugas


2. Mementingkan hubungan kerjasama
3. Mementingkan hasil yang dicapai

Ketiga hal ini bagaikan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan, apabila salah satu
dari 3 pola dasar tersebut tidak dilakukan maka akan terjadi masalah atau kepincangan dalam
organisasi yang dipimpinnya. Dan masalah atau kepincangan itu pada umumnya akan muncul
apabila :

1. Pemimpin yang memilik sifat memerintah akan lebih suka untuk memerintah dari
pada mengayomi atau melayani karyawan yang dibawahnya.
2. Pemimpin yang tidak memiliki kompetensi atau pemimpin yang sebenarnya belum
layak menjadi seorang pemimpin.
3. Pemimpin yang memiliki target yang tinggi akan kesuksesan yang membuatnya
memerintah karyawan sesuai kehendaknya saja.
4. Pemimpin yang hanya ingin menjadi sukses sendiri tanpa memikirkan orang lain dan
mengorbankan orang lain.
5. Kurangnya komunikasi yang baik seorang pemimpin kepada karyawannya bisa
membuat banyak salah paham.

Pernyataan di atas dikuatkan dengan apa yang dikatakan oleh Hanz Finzel, dalam
bukunya “The Top Ten Mistake Leader Make”, menyatakan ada 10 kesalahan yang kerap
dilakukan pemimpin:
1. Sikap Top down (Memerintah).
2. Mendahulukan pekerjaan administratif ketimbang urusan sumber daya manusia.
3. Tak adanya penegasan.
4. Tak ada tempat bagi orang yang lain daripada yang lain selain dirinya sendiri.
5. Kediktatoran dalam pengambilan keputusan.
6. Pendelegasian yang disesali.
7. Kekacauan komunikasi
8. Tidak tahu apa-apa tentang budaya organisasi.
9. Sukses tanpa pengganti
10. Tidak fokus ke masa depan.

Penyakit yang kerap menyerang pemimpin ialah : Angkuh, Iri, Dengki, Serakah.

Oleh karena itu, jadilah karyawan yang smart, professional dan sukses tentunya.
Orang-orang sukses tahu bagaimana memanfaatkan situasi yang buruk. Pimpinan yang buruk
tidak menghalangi keberhasilannya karena sangat memahami bahwa kesuksesan hanyalah
produk dari seberapa baik dapat memainkan peran yang telah Anda tangani. Be smart
employee, professional employee, and success employee !

Anda mungkin juga menyukai