Anda di halaman 1dari 10

GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

MUHAMMAD ABDUH

KEPERAWATAN/ 4A3

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK

 LIA NOVITA SARI


 MUTIA INTAN MEIRIZA
 NAILA PITRIANI

DOSEN PEMBIMBING :

ABDI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2011
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Abduh

Syekh Muhamad Abduh bernama lengkap Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah.
Beliau dilahirkan di desa Mahallat Nashr di Kabupaten al-Buhairah, Mesir pada 1850 M/1266 H,
berasal dari keluarga yang tidak tergolong kaya dan bukan pula keturunan bangsawan.

Muhammad Abduh hidup dalam lingkungan keluarga petani di pedesaan. Namun


demikian, ayahnya dikenal sebagai orang terhormat yang suka memberi pertolongan. Semua
saudaranya membantu ayahnya mengelola usaha pertanian, kecuali Muhammad Abduh yang
oleh ayahnya ditugaskan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Pilihan ini bisa jadi hanya suatu
kebetulan atau mungkin juga karena ia sangat dicintai oleh ayah dan ibunya. Hal tersebut
terbukti dengan sikap ibunya yang tidak sabar ketika ditinggal oleh Muhammad Abduh ke desa
lain, baru dua minggu sejak kepergiannya, ibunya sudah datang menjenguk. Beliau dikawinkan
dalam usia yang sangat muda yaitu pada tahun 1865, saat ia baru berusia 16 tahun.

Ketika menjadi mahasiswa di Al-Azhar ,pada tahun 1869 Muhammad Abduh bertemu
dengan seorang ulama besar yang disebut-sebut sebagai pembaharu dalam islam,yaitu
Jamalluddin Al-Afghany,dirinya bertemu dengan Al-Afgany dalam sebuah diskusi.Sejak itulah
Abduh tertarik kepada Jamalluddin Al-Afgany dan banyak belajar darinya.Al-Afgany adalah
seorang pemikir yang modern yang memiliki semangat tinggi untuk membuat fradikma yaitu
memutuskan rantai pemikiran umat islam yang ortodok dan cara berpikir yang fanatik.

Nuansa baru yang disebarkan oleh Al-Afgany, berkembang pesat di mesir terutama
dikalangan mahasiswa Al-Azhar yang langsung dipelopori oleh Muhammad Abduh. Karena cara
berpikir Muhammad Abduh yang lebih maju dan sering sejalan dengan kaum rasionalisme islam
atau Mutazilah maka bnayak yang menuduh dirinya telah meninggalkan madzhab Asy’ariyah
terhadap tuduhan itu ia menjawab :

“jika ia saya dengan jelas meninggalkan taklid kepada kepada Asy’ariyah. Maka
mengapa saya harus bertaklid kepada Muktazilah? Saya akan meninggalkan taklid kepada siapa
pun dan hanya berpegang kepada dahlil yang ada”

Setelah Abduh menyelesaikan studynya di Al-azhar pada tahun 1877, atas usaha
perdana menteri, Riyadi pAsha dia diangkat menjadi dosen pada universitas Darul Ulum dan
Universitas Al-azhar. Dalam memangku jabatan itu, beliau terus mengadakan perubahan yang
radikal. Dia merubah model lama dalam bidang pengajaran dan dalam memahami dasar-dasar
keagamaan seperti yang dialaminya sesuatu belajar di Masjid Al-mahdi dan di Al-Azhar.Ia
menghendaki adanya system pendidikan yang mendorong tumbuhnya kebebasan berfikir sebagai
murid Jamalludin Al-Afghany,maka pemikiran politiknya pun sangat dekat dengan Al-Afghany
yaitu berfikir secara revolusioner dengan serius memandang penting bangkitnya bangsa-bangsa
Timur (usyruqiyyah) guna melawan dominasi barat.

Pada tahun1879,pemerintahan Mesir berganti seiring dengan turunnya Chedive Ismail


dan digantikan putranya Taufiq Pasha.Pemerintahan yang baru ini sangat kolot dan
monoton,sehingga memicu Muhammad Abduh untuk mengkritis pemerintahan Al-Afgany dari
Mesir,tetapi pada tahun berikutnya Muhammad Abduh kembali mendapatkan tugas dari
pemerintahan untuk memimpin penerbitan mjalah Al-wakay al-mishriyah .Kesempatan
dimanfaatkan oleh Muhammad Abduh untuk menuangkan pendapat dalam bentuk artikel untuk
mengkritis pemerintah tentang nasib rakyat,pendidikan dan pengajaran di Mesir pada tahun 1882
Muhammad Abduh di buang ke Syria (Beirut) karena di anggap andil dalam pemberontakan
yang terjadi di Mesir pada saat itu.Disini ia mendapatkan kesempatan untuk ,mengajar di
Universitas Sultan selama kurang lebih 1 tahun.

Pada tahun 1884 Muhammad Abduh pergi ke Paris atas panggilan Al-Afghany yang
saat itu telah berda di sana. Bersama Al-Afghany disusun sebuah gerakan untuk memberikan
kesadaran kepada seluruh umat islam yang bernama Al-Urwatul Wustqa.Untuk mencapa cita-
cita gerakan tersebut diterbitkanlah pula sebuah majalah yang juga diberi nama Al-Urwatul
Wustqa.Untuk mencpai cita-cita gerakan tersebut diterbitkanlah pula sebuah majalah yang juga
diberi nama Al-Urwatul Wustqa.Suara kebebasan berpendapat yang digulirkan Al-Afghany dan
Muhammad Abduh melalui majalah ini menyebar kesluruh dunia dan memberikan pengaruh
asing kaum imperelis merasa khuatir atas gerakan ini dan akhirya pemerintah inggris melarang
majalah tersebut masuk kewilayah mesir dan india.

Akhir tahun 1884 setelah majalah tersebut tertib pada edisi ke-18, pemerintah perancis
melarang ditertibkanya kembali majalah Urwatul wustqu. Kemudian Muhamad Abduh
diperbolehkan kembali ke Mesir dan Al-Afghanny melanjutkan pengembaraan eropa. Setelah
kembali kemesir Muhammad Abduh kembali kejabatan penting oleh pemerintah mesir. Ia juga
membuat beberapa pebaikan di universitas Al-azhar, puncaknya pada tanggal 3 Juni 1899,
Muhammad Abduh mendapat kepercayaan dari pemerintah mesir untuk menduduki sebagai
jabatan Mufhti Mesir kesempatan ini di manfaatkan Muhammad Abduh untuk kembali berjuang
menyebarkan pengaruh perubahan dan kebangkitan umat islam.

Pada tahun 1905, Muhammad Abduh mencetuskan ide pembentukan Universitas Mesir. Ide ini
mendapat respon yang begitu antusias dari pemerintah maupun masyarakat, terbukti dengan
disediakannya sebidang tanah untuk maksud tersebut. Namun sayang, universitas yang dicita-
citakan ini baru berdiri setelah Muhammad Abduh berpulang ke Rahmatullah dan universitas
inilah yang kemudian menjadi "Universitas Kairo".

Pada tanggal 11 Juli 1905, saat masa puncak aktivitasnya membina umat, Muhammad
Abduh meninggal dunia di Kairo, Mesir. Yang menangisi kepergiannya bukan hanya umat
Islam, tetapi ikut pula berduka di antaranya sekian banyak tokoh non-Muslim.

Selain yang telah disebutkan di atas, selama hidupnya beliau juga melahirkan beberapa karya
lain, yaitu:

1. Tafsir al-Qur’an al-Hakim (belum sempurna, kemudian dirampungkan oleh Rasyid Ridha);

2. Khasyiah ‘Ala Syarh ad-Diwani li al-‘Aqaid adh-‘Adhudhiyat;

3. Al-Islam wa an-Nashraniyat ma’a al-‘Ilm wa al-Madaniyat.

Syekh Muhammad Abduh menggerakkan dan mempelopori kebangkitan intelektual pada


paruh kedua abad ke–9. Kebangkitan dan reformasi dipusatkan pada gerakan kebangkitan,
kesadaran, dan pemahaman Islam secara komprehensif, serta penyembuhan agama dari berbagai
problem yang muncul di tengah-tengah masyarakat modern.

B. Pembaharuan Muhammad Abduh

Dalam pembaharuan yang dilakukan Muhammad Abduh ada 2 persoalan pokok yang
menjadi pemikirannya yaitu :
1) Membebaskan akal pikiran dari belenggu taklid yang menghambat perkembangan
pengetahuan agama sebagai halnya “ salaf-u I-ummah” (ulama sebelum abad ke-3
hijriyah) sebelum timbulnya perpecahan yakni memahami langsun dari sumber pokoknya
dari yaitu Al-quran
2) Memperbaiki gaya bahasa arab, baik yang digunakan dalma percakapan persmi dkantor-
kantor pemerintah, maupun dalam tulisan-tulisan di media massa, penerjemah atau
korespodensi

Sementara itu para pengamat, setelah memperhatikan karya-karya tulis dari sikap
Muhammad Abduh menyatakan bahwa dibalik kedua hal yang di sebutkannya itu terdapat hal-
hal lain yang menjadi tujuan utama pemikiran-pemikiran, antara lain :
a) Menjelaskan hakikat ajaran yang murni
b) Menghubungkan ajaran-ajaran islam (menyesuaikan penafsirannya) dengan kehidupan
masa kini
Pengamat lain menilai bahwa apa yang di ungkapkan oleh Muhammad Abduh tersebut
pada hakikat bertujuan untuk memperkokoh segi-segi mental spiritual kaum muslimin dengan
jalan menghilangkan kcemasan yang meliputi pikiran mereka pada saat-saat perubahan social
yang dialami oleh masyarakat pada abad ke-19. Terlepas dari apapun yang menjadi rujuannya
Muhammad Abduh tidzk pernah berpikir apalagi berusaha untuk mengambil alih secara utuh
Segala apa yang dating darei dunia Barat. Karena disamping hal itu hanya akan mengubah taklid
yang lama kepada taklid yang baru juga karena tidak ada gunanya, mengingat adanya perbedaan-
perbedaan pemikiran dan struktur social masyarakat masing-masing daerah.

Berikut ini aspek bidang garap Muhammad Abduh dalam upaya pencerahan islam,
sebagai symbol kebangkitan umat islam dari keterbelakangan :
a) Tafsir Al-quran

Semangat dalam pembaharuan islam adalah upaya repitalitas peran islam dalam
transformasi social. Muhammad Abduh yang merasa melaksanakan tugas besar dalam
memperbaharuhi pandangan dunia islam yang dominan pada jaman, maka kajian tentang rencana
dalam pembaharuan politik dan social dengan menyajikan reinterpretasi Al-quran untuk dunia
modern sangat penting dan menraik. Ia merasa bahwa islam harus dapat memerankan peranan
sentral dalam mengangkat masyyrakat, memperbaharui kondisi umat dan menyodorkan peranan
islam modern. Dengan demikian ia dapat menafsirkan islamsebagai agama mendominasi
kemajuan dan pembangunan.

Prinsip bahwa islam Al-quran adalah risalah yang besifat universal dan meliputi segala sesuatu
yang berlaku sepanjang masa bagi seluruh umat manusia, maka gerakan kembali pada Al-quran
yang menjadi konsep Muhammad Abduh menjadi penting. Sebagai aktualisasinya banyak
menekankan hal-hal berikut :

 Maksud utama Al-quran adalah menegaskan tauhid, yaitu Keesaan Allah dan segenap
dokrin dan mengakui tindakan Allah, menurunkan wahyu, dan mengutus wahyu
rehabilitas kebangkitan serta balasan bagi manusia.
 Al-quran merupakan wahyu yang lengkap kaum mukmin tak boleh memilih bagian yang
disukai saja
 Al-quran merupakan sumber utama untuk membuat undang-undang bagi umat manusia.
Kalau Muhammad Abduh mendukung pembangunan akala dan ilmu dalam memahami
Nash, dia sebenarnya menekannkanbahwa kehidupan social harus ditata dengan ajaran
Al-quran
 Kaum muslim tidak boleh menerima begitu saja leluhur dalam mereka menafsirkan
alquran namun harus otentik serta dengan pemahaman mereka sendiri.
 Akal sehat harus digunakan dalam menafsirkan Alquran. Muhammad Abduh melihat
bahwa alquran mendorong manusia untuk meneliti dan memikirkan wahyu dan juga
untuk mengetahui hokum serta prinsip yang mengatur alam semesta. Alquran patut
disebut kitab kebebasan berpikir yang menghormati nalar dan menghormati pembentukan
individu melalui penelitian, pengetahuan nalar serta perenungan.

Muhammad Abdu menolak tafsir yang lazim pada zamanya yang fokus adalah
menafsirkan nash yang berbelit-belit. Bagi kebutuhan yang mendesak adalah menciptakan tafir
fungsional atas Al-qur’an untuk membantu memahami aturan, dokrit,etika dan prinsipnya
sehingga menerik dan mendorong untuk beramal. Muhammad Abduh menilai kitab-kitab tafsir
pada masanya dan masa-masa sebelumnya tidak lain kecuali pemamparan selain pendapat ulama
yang saling berbeda dan pada akhrirnya jauh dari Al-quran. Sebgai dari kitab-kitab tersebut
demikian gersang dan kaku karena penafsiran hanya mengarah perhatian kepada pengertian kata-
kata aatau kedudukan kalimatnya dari I’rab dan penjelasan lain menyangkut segi-segi teknis
kebahasaan, buka kitab tafsir yang sesungguhnya. Meskipun demikian terdapat beberapa kitab
tafsir yang dikecualikannya misalnya tafsir-u i-zamkhsyari. Tafsir tersebut dinilai Muhammad
Abduh sebgai kitab terbaik untuk para pelajar dan mahasiswa, karena telah di uraikannya.
Penilaian tersebut disampaikan kepada murid Rasdyid ridha ketika dinta tentang tafsir yang
terbaik. Sementara dalam kesempatan lain, Muhammad Abduh juga menyebut tafsir-tafsir Al-
tabahari, Abi Muslim Al-asfahani dan Al-qurthubi, sebagai kitab-kitab terpeercaya dikalangn
penuntun ilmu, karena pengarang-pengarangnya telah melepaskan diri dari keluarga “taqlid” dan
berusaha untuk menjelaskan ajaran-ajaran islam dengan demikian telah berpartisipasi dalam
menciptakan iklim ilmiah ditengah-tengah masyarakat
Sedangkan dalam bidang penafsiran, Nampak Muhammad Abduh mengawasi bahwa
dialog Alquran dengan masyarakat Arab “awam” bukan berarti ayat-ayat hanya bertuju kepada
mereka semata-mata, tetapi berlaku umum untuk semua orang pandai atau sebab itu, menjadi
kewajiban setiap orang pandai atau bodoh (awam) untuk memahami ayat-ayat Alquran sesuai
dengan kemampuan masing-masing
b) Pendidikan
Al-azhar mulai dikenal pada masa dinasti Fatimiyah menguasai mesir, pada parao kedua
abad ke-10. Tepatnya pada tahun 359H/970M, Khalifah Al-Muiz Lidinilah (341-365H/953-
975M) memerintahkan panglima Jauhar Al-kahtib Al-siqli agar meletakkan batu pertama bagi
pembangunan masjid jami’ Al-azhar yang selesai pembanguannya pada tahun
361H/971M.semula ide para penguasa daulah fatimiah untuk mengadakan kegiatan belajar
mengajar di Al-azhar adalah karena dorongan kepentinganmadzhab. Namun gagasan ini
kemudian berkembang sehingga lembaga pendidikannya berubah menjadi sebuah perguruan
tinggi.
Pada tahun 365H/971M untuk pertama kalinya dimulai kegiatan ilmiah yang sederhana
materinya adalah frinsip-frinsip fiqih syiah yang terkandung dalam buku Al-ikhitisar atau AL-
iqsar yang ditulis oleh orang tua Abu hasan An-Nu’man. Kemudian atas usulan menteri Ya’kub
bin killis (Ibnu killis) perkuliahan itu dilaksanakan secara kontinyu. Jabatan Syekh Al-azhar
dibentuk pada tahun 925H/1517M. sejak itu, syekh Al-azhar lah orang yang pertama yang
berhak memberikan penilaian atas reputasi ilmiyah bagi tenaga pengajar, mufti dan hakim.
Sedangkan system pengajaran dipakai di Al-azhar adalah system halaqah (kelompok study dalam
bentuk lingkaran dalam masjid) yang menggunakan syarah nikasish (diskusi) dan hiwar (dialog)
Pada bulan februari 1872 M, mulai ada pengembangan di Al-azhar, yaitu pada masa
kepemimpinan syekh Muhammad Abbasi Al-mahdi Al-hanafi syekh (rector) Al-azhar ke-21, ia
memasukan system ujian untuk mendapat ijazah Al-azhar. Selanjutnya seiring perkembangan
Zaman Al-azhar mengalami perkembangan-perkembangan termasuk pada kepemimpinan syekh
Muhammad Abduh. Karir Muhammad Abduh sendiri dimulai Abduh menamatkan kuliahnya
pada tahun 1877, atas usaha perdana menteri Riyadi Pasha dia diangkat menjadi dosen
universitas Darul Ulum, disamping itu menjadi dosen pula pada universitas Al-azhar, ia terus
mengadakan perubahan-perubahan yang radikal sesuai dengan cita-citanya, yaitu memasukkan
udara baru yang segar pada perguruan-perguruan tinggi islam itu, menghidupkan islam dengan
metode-metode baru sesuai dengan kemajuan zaman, perkembangkan kesuastraaan arab
sehingga ia merupakan bahasa yang hidup dan kaya raya, serta melenyapakan cara lama yang
kolot dan fanatic. Tidak itu saja ia mengkritik poltik pemerintahan pada umumnya, terutama
sekali politik pengajaran yang menyebabkan para mahasiswa. Mesir tidak mempunyai roh
kebangsaaan yang hidup sehingga rela dipermainkan oleh politik penjajah asing.

Di Al-azhar sendiri ia mengajar Logika, teologi dan filsafat, etika dan sejarah. Untuk
etika dipilihnya buku tazhib al-akhlaq (pembinnaan akhlak) karangan ibu Maskawi dan sejarah
peradaban eropa karangan F.Guizot untuk pelajaran sejarah dalam mengajarkan Abduh
menekankan kepada mahasiswanya untuk berpikiran kritis dan rasional dan tidak harus terikaat
kepada satu pendapat dan menajuhi paham patalisme karena paham ini harus dirubah dengan
paham kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan, ini lah yang akan menimbulkan
ummat islam kembali. Ketidak kirisan patalisme umat islam menyebabkan kemunduran umat,
kelemahan umat ,stagnasi pemikiran umat ,absennya jihad umat,absennya kemajuan kultur umat
dan tercabutnya umat dari norma-norma dasar pendidikan Islam.

Poin-poin tersebut diatas pada dasarnya menunjukan krisis intelektual dalam Islam yang
berlarut-larut .Krisis tersebut penyebabnya adalah salah satunya dikarenakan adanya dikotomi
ilmu pengetahuan pada saat itu,sehingga umat islam jauh tertinggal secara cultural dan
peradaban.Kondisi tersebut diatas yang menimpa umat islam secar keseluruhan pada abad ke-12
juga menimpa al-Azhar, dimana al-Azhar dikuasai oleh ulama-ulama konservativ yang
membawa al-Azhar terjebak dalam dikotomi ilmu pengetahuan, dimana mereka lebih puas pada
pedalaman ilmu agama dengan suvemasi fiqih tanpa diimbangi dengan cabang –cabang ilmu
lain.

Kondisi al-Azhar tersebut ,menggugah Muhammad Abduh untuk mengadakan


perubahan-perubahan. Dia yakin bahwa apabila Al-Azhar diperbaiki, kondisi umat islam akan
baik.Menurutnya,apabila al-Azhar ingin diperbaiki,pembenahan administrasi dan pendidikan
didalamnyapun harus dibenahi,kurikulumnya diperluas,mencakup ilmu-ilmu modern, sehingga
al-Azhar dapat berdiri sejajar dengan Universitas-universitas lain di Eropa serta menjadi
mercususar dan pelita bagi kaum muslim.Untuk mewujudkan cita-citanya untuk mewujudkan
kemajuan al-Azhar, Muhammad Abduh berusaha menceri dukungan ulama-ulama al-Azhar dan
tokoh-totkoh lain termasuk Al- Khudaywi untuk ,merestui rencananya itu,namun dia
gagal.Ketika Abbas Hilmi naik ke pentas kekuasaan, dia mengeluarkan keputusan untuk
membentuk sebuah panitia yang mengatur al-Azhar.Dalam kepanitiaan itu Muhammad Abduh
mewakili pemerintah dan menjadi pemerkasanya. Kesempatan ini digunakan Muhammad Abduh
dengan sebaik-baiknya untuk mereformasi kondisi al-Azhar,usahanya ini didukung oleh Syekh
an-Nawawi yang merupakan teman akrabnya.

Adapun pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan Muhammad Abduh untuk kemajuan


al-Azhar adalah :

1) Menaikan gaji guru-guru atau dosen-dosen yang miskin.


2) Membangun Ruaq al-Azhar yaitu kebutuhan pemondokan bagi dosen-dosen dan
mahasiswanya.
3) Mendirikan dewan administrasi al-Azhar (idarah al-Azhar ).
4) Memperbaiki kondisi perpustakan yang sangat menyedihkan.
5) Mengangkat beberapa orang sekretaris untuk membantu kelancaran tugas Syekh al-
Azhar.
6) Mengatur hari libur,dimana libur lebih pendek dan masa belajar lebih panjang.
7) Uraian pelajaran yang bertele-tele yang dikenal Syara al-Hawasyi diusahakan
dihilangkan dan digantikan dengan metode pengajaran yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
8) Menambahkan mata pelajaran berhitung ,aljabar,sejarah islam,bahasa dan sastra dan
prinsip-prinsip geometrid an geografi kedalam kurikulum al-Azhar.

Usaha pembaharuan Muhammad Abduh mengalami kegagalan terutama usahanya


menghilangkan dikotomi pendidikan,setelah Al-Khudwi Abbas berbalik menolak upaya
perbaikan trehadap al-Azhar dan mendukung oramng-orang yang kontra dengan Muhammad
Abduh.Syekh Muhammad Abduh akhirnya dipecat dari kepanitiaan tersebut dan al-Azhar pun
kembali kepada keadaan semula dengan kurikulum lamanya.Walaupun Muhammad Abduh pada
saat itu belum berhasil memperbaiki kondisi al-Azhar karena banyak penentangan dari ulama-
ulama al-Azhar yang konservatif tetapi usah pembaharuanya sangat berpengaruh pada dunia
islam hingga sekarang.

3. Politik
Kondisi perpolitikan secara umum didunia islam sangat memperhatikan.Muhammad
Abduh menilai bahwa kondisi pemerintah otoriter yang terjadi pada bangsa-bangsa
muslim,sesungguhnya diakibatkan oleh kebodohan para fiqih dan para penguasa.Ia menganggap
berslah sehingga penguasa tak mempertanggung jawabkan kebijakanya.Disatu pihak penguasa
bukan saja tak tahu bagaimana memerintah dan menegakkan keadilan,mereka juga merusak
faqih dan memanfaatkanya untuk kepentingan sendiri dengan cara mendesaknya mengeluarkan
fatwa yang mempertahankan kebijakan pemerintah .
Menurut Muhammad Abduh yang sangat penting bagi umat adalah persatuan politik dan
keadilan .Hal ini tidak terjadi sebagai akibat ketidak pedulian pemimpin. Semua keurukan yang
menimpa umat islam merupakan akibat adnya perpecahan. Pemimpin muslim menyandang gelar
tinggi seperti pangeran dan sultan hidup mewah dan berupaya mencari perlindungan kepada
pemerintah asing non muslim untuk memperkuat dirinya dalam menghadapi rakyatnya sendiri.
Pemimpin seperti ini menjarah kekayaan rakyat demi kesenangan pribadi, dan mengeluapkan
keadilan, tidak merujuk kepada kitab Allah dan sunnah rasul. Dengan demikian pemimpin
seperti ini telah menjadi penyebab rusaknya akhlak umat islam. Islam telah menbentangkan jalan
yang menunjukan batas-batas dan mengidentifikasi hak-hak. Jika tidak ada kekuasaan untuk
melaksanakan keadilan dan keputusan qidih, berarti tak ada kearifan dalam perundang-undangan.
Otoritas ini ada pada khalifah dan sultan dan ia bukan lah orang yang maksum. Khalifah tidak
menerima wahyu tak berhak menafsirkan alquran karena tak memenuhi syarat. Khalifah akan
selalu di taati umat selama ia berpegangan teguh kepada Al-Qu’ran dan Al-sunnah.Umatlah yang
memiliki otoritas dan mengangkat seseorang khalifah.dan jika salah akan mereka perbaiki dan
jika merugikan umat maka ia akan diganti oleh mereka. Karena itu khalifa dan sultan merupakan
penguasa sifil dan wilayahnya buknlah teokrasi, karena ia tidak menerima hokum dari allah,
seperti para nabi dan rosul.
Selanjutnya Muhammad Abduh memberikan ketegasan, bahwa kaum muslimin tak perlu
risih dengan pendapatnyabahwa islam memaduhkan unsure dunia dan akhirat. Justru orang
eropalah yang bermuka dua dalam hal ini. Misalnya perancistelah mengusir kaum yesuit dari
perancis, agar mereka tidak dapat merebut otoritas atas soal-soal Negara. Pada saat yang sama
perancis memberikan hukuman militer dan keuangan untuk kerja mereka di lebanon
sepertimenyebarkan Kristen. Karena eropa mengiginkan tanah-tanah umat islam, maka eropa
mengatakan bahwa agar masyarakat dapat maju agama harus ditinggalkan. Menanggapi kritik
barat atas bersatunya politik dan agama dalam islam, Muhammad Abdu berkata bahwa perancis
menyebut dirinya pelindung khatolik ditumur. Ratu inggris mentebut namanya ratu prostetan.
Khaisar rusia adalah raja sekaligus pemimpin gereja lantas kenapa kalau sultan Abdu I’-Hamid
disebut khalifa aatau amir ‘I-mu’minin tidak diperbolehkan? Sesunguhnya tuntunan Muhammad
Abduh tentang perlunya menegakan keadilan dan syarah dalam kehidupan bernegara, merupakan
cemin dari konsepnyatentang pentingnya integrasi agama dan negarajuga pluralism sosial
budaya.
4.Sosial
Merupakan Muhammad Abduh, pembaharuan social penting karena itu ia menterupai
supaya syariat direvisi agar lebih sesuai dengan tuntunan dunia moderen.bagi Muhammad Abdu
pembangunan bansa yang kuat harus dimulai dengan memperkuat bangunan keluarga, sebagai
unit masyarakat terkecil. Agar bangsa kembali lebih bersemangat,maka diperlukan pembaharuan
atas adaptasi yang berkaitan dengan setatus peranan wanita. Menangapi kritik barat bahwa dalam
isalam ada persamaan gender. Peria dan wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Muhammat Abduh mengigatkan bahwa Al-quran (2:228) menjelaskan, kalau pria punya
derajat diatas wanita. Perbedaan tersebut diperlukan untuk menghindari fitnah. Karena keluarga
merupekan lembaga sosial, mala setiap unit social memerlukan pemimpin. Menurut hokum
suami bertangung jawab melindungi dan menapkahi istrinya, sebaliknya istri menaati suami.
Naamun ini tak berarti bahwa wanita dadapat dipaksa. Wanita dan pria mempunyai fungsi
komplementer. Muhammad Abduh juga percaya jika mereka memang punya kualitas pemimpin
dan kualitas membuat keputusan maka keungulan pria tidak berlaku lagi.
Disamping itu, Muhammad Abduh juga berpendapatbahwa penyebab pemecahan atau
fitnah dalam masyarakat adalah karena peria mengumbar bahwa nafsu. Tak seperti penulis
konteporer lainya, ia tak mengatakan bahwa penyebabnya adalah karena wanita atau karena
kapasitas wanita untuk membangkitkan gaira seks pria. Ada orang yang mengatakan bahwa
wanita lebih kuat nafsunya ketimbang peria. Menyatan ini tak ada dasarnya.s

Anda mungkin juga menyukai