Dosen Pengampu :
Desak Nyoman Sithi, S.Kp, MARS
Disusun Oleh :
Chandra Ningtyas Prabandari 1610713066
Syafira Annisa Ferdiani 1610713067
Riantatua Resima 1610713070
Annisa Lifiyana 1610713077
Betari Noverika 1610713081
Kelas 6B Epidemiologi-Biostatistika
S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang ”Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada
Ibu Desak Nyoman Sithi, SKp, MARS selaku dosen mata kuliah Kesehatan Matra
UPN “Veteran” Jakarta yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kesehatan matra terkait dengan
kesehatan pelayaran dan lepas pantai. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun
ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
KESIMPULAN ..................................................................................................... 23
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Matra adalah dimensi lingkungan/wahana/media tempat seseorang atau
sekelompok orang melangsungkan hidup serta melaksanakan kegiatan. Kondisi
Matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada matra yang serba berubah dan
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaan kegiatan manusia
yang hidup dalam lingkungan tersebut. Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan
dalam bentuk khusus yan diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik
dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah
secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara.
Salah satu dimensi dari kesehatan matra adalah kesehatan kelautan dan
bawah air. Kesehatan Kelautan dan Bawah Air adalah kesehatan matra yang
berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di laut dan berhubungan dengan
keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi (hiperbarik). Kesehatan Kelautan dan
Bawah Air memiliki beberapa sub bagian yang salah satunya akan dibahas dalam
makalah ini yaitu Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai.
Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai terdiri dari dua bagian yaitu
kesehatan pada kegiatan pelayaran dan kesehatan pada kegiatan di lokasi lepas
pantai. Masing-masing bagian memiliki penjelasan yang akan menambah
wawasan dalam kesehatan matra terutama Kesehatan Kelautan dan Bawah Air.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kesehatan pelayaran dan lepas pantai.
2. Untuk mengetahui tentang kesehatan pada kegiatan pelayaran.
3. Untuk mengetahui tentang kesehatan pada kegiatan di lokasi lepas pantai.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya istilah matra memiliki makna yang sangat konstruktif serta
dapat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang atau kelompok. Ancaman
lingkungan yang ada bisa berasal dari darat, laut, serta udara. Beberapa
penyelenggaraan matra yang berhubungan dengan kelautan. Misalnya saja
saat melakukan penyelaman, pelayaran, perjalanan wisata, kegiatan bawah air
dan masih banyak lagi.
Kesehatan kelautan dan bawah air meliputi Kesehatan pelayaran dan lepas
pantai yang merupakan suatu bentuk Kesehatan Matra yang dilakukan
terhadap penumpang, awak kapal, dan/atau pekerja lepas pantai yang
meliputi:
Tujuan dari upaya kesehatan pelayaran dan lepas pantai adalah untuk
mewujudkan kesehatan yang optimal bagi para penumpang, awak kapal, dan
4
pekerja lepas pantai sebagai sasaran. Adapun maksud pelaksanaan kesehatan
matra disebabkan karena beberapa risiko serta ancaman lingkungan yang
dapat memengaruhi kesehatan seperti manifestasi pengaruh lingkungan
pelayaran, aspek mental atau pengaruh neuropsikologis, serta masalah
kesehatan lainnya yang dapat terjadi saat pelayaran dan di lokasi lepas pantai.
Hipoksia adalah suatu keadaan dimana darah berkurang kadar zat asam
atau oksigennya sehingga berakibat sel-sel dalam tubuh juga
kekurangan oksigen sehingga fungsinya terganggu dan menurun.
5
Kecepatan kapal berlayar dapat mengubah dan mengganggu jam
biologis seseorang sehingga perlu diperhatikan berbagai akibat yang
ditimbulkannya. Terutama yang berkaitan dengan berkurangnya
efisiensi kerja dan penurunan daya tahan tubuh karena kelelahan atau
kurang tidur.
Adanya goncangan dan bising dalam kapal
Menyebabkan penumpang mengalami kurangnya nafsu makan
sehingga terjadi dehidrasi dan perut mual/kembung. Hal ini
menyebabkan ketidaknyamanan penumpang dan secara psikologis
akan terganggu seperti penumpang akan sulit untuk berpikir, mudah
tersinggung, gelisah, sulit untuk beristirahat, dll.
Kelelahan
Hal ini mengakibatkan efisiensi kerja menurun secara progresif disertai
perasaan tidak enak badan, penurunan daya tahan tubuh, dan efisiensi
jasmani dan daya pikir. Kelelahan muncul antara lain karena perjalan
yang panjang, menunggu, persiapan yang kurang,dll.
Penurunan daya tahan tubuh dan sakit berat
Dapat berdampak pada timbulnya banyak penyakit yang dialami oleh
penumpangseperti ISPA, gejala dari bronkopnemonia (batuk pilek
berat, sakit kepala, demam tinggi, tidak nafsu makan dan minum,lemah
serta mudah diare).
6
Terjadinya penularan penyakit
Perjalanan yang cukup jauh, area yang terbatas, sanitasi lingkungan
yang buruk/ kotor mendukung terjadinya penularan penyakit dari orang
ke orang/ hewan ke orang. Seperti penyakit Influensa, kolera, dll.
Rasa Takut dan Cemas
Banyak orang mempunyai rasa takut atau cemas dengan perjalanan
laut karena berbagai alas an terutama waktu perjalan yang akan
ditempuh dengan cukup lama. Hal ini menyebabkan penumpang
mudah untuk mengalami stress dan tidak menikmati perjalanan.
7
Buku Kesehatan Pelaut yaitu buku yang berisi catatan mengenai
status kesehatan Pelaut serta Sertifikat Kesehatan Pelaut yaitu bukti
tertulis yang berisi keterangan kelaikan untuk kerja yang
dikeluarkan oleh Fasilitas Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan
Pelaut.
Kesiapan surat keterangan kesehatan bagi penumpang berisiko
tinggi yang melakukan pelayaran
Sama halnya dengan surat keterangan kesehatan bagi yang
melakukan pelarayan, surat keteranan didapatkan dari hasil
pemeriksaan di fasilitas pelayanan kesehatan yang membuktikan
bahwa penumpang dapat melakukan pelayaran dan tidak memiliki
risiko tinggi untuk menimbulkan masalah-masalah yang dapat
mengganggu kesehatan dan membahayakan keselamatan
penumpang.
Pemahaman situasi dan kondisi pelayaran
Pemahaman situasi dan kondisi pelayaran sangat penting bagi yang
melakukan pelayaran. Suatu keadaan darurat biasanya terjadi
sebagai akibat tidak bekerja normalnya suatu sistem secara
prosedural ataupun karena gangguan alam. Gangguan pelayaran
pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung diatasi,
bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau
gangguan yang mengakibatkan Nakhoda dan seluruh anak buah
kapal harus terlibat baik untuk mengatasi gangguan tersebut atau
untuk hares meninggalkan kapal. Tanda untuk mengingatkan anak
buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya
adalah dengan kode bahaya.
Keterampilan dan kemampuan teknis keselamatan.
Pengembangan sumber daya manusia dalam bidang pelayaran
dilaksanakan dengan tujuan agar tercipta tenaga kerja yang
profesional. Sehingga dapat memiliki keterampilan dan
kemampuan teknis kesalamatan khususnya. Pekerja yang berada di
dunia maritim wajib memiliki kemampuan Basic Safety Training.
8
Basic Safety Training (BST) adalah sebuah pelatihan paling
basic tentang dasar dasar keamanan di laut, sebagai contoh
bagaimana mengenal beberapa macam alat pemadam kebakaran,
cara penggunaannnya, teknik penggunaan pemadam tersebut,
mendeteksi jenis kebakaran, cara membuka life raft,
menggunakan life raft, dan sebagainya. BST juga dilengkapi
dengan beberapa keterampilan dan kemampuan lain seperti
Elementary First Aids (EFA), materi Personal Survival Technic
(PST), materi Personal Safety Social Responsibility (PSSR) dan
materi Fire Fighting (FF).
9
2. Pelampung Penolong Wujud Cincin (Ring Life Buoys)
Gunanya untuk mengapungkan orang yang menggunakannya
diatas air. Life buoys ini berbentuk seperti ban mobil.
Pelampung ini bakal dilempar ke laut apabila ada satu orang
penumpang yg jatuh ke laut
3. Life jacket (Jaket penolong)
Jaket penolong ini dimanfaatkan penumpang biar gampang
terapung di laut diwaktu berlangsung kondisi darurat. Jaket ini
mesti di lengkapi bersama peluit yg dikaitkan bersama tali utk
menarik perhatian penolong.
4. Rakit Penolong Kembung (Inflatable Liferaft)
Sampel rakit penolong kembung, Rakit penolong terdiri dari 2
type, adalah rakit kaku & rakit yg dikembangkan. Ke-2 rakit ini
dipakai jikalau tidak berhasil menurunkan sekoci. Sementara
rakit yg dikembangkan berbentuk seperti kapsul dengan
kapasitas besar & di lengkapi bersama tali pembuka yg
panjang. Penggunaannya tinggal dilemparkan ke laut & ditarik
talinya
5. Pelempar Tali Penolong (Line Throwing Apparatus)
Gunanya yg adalah alat penghubung perdana antara kapal yang
ditolong dgn yang mempermudah yang seterusnya dipakai utk
kepentingan lainnya.
6. Survival suit dan Immersion suit
Gunanya juga sebagai pelindung/pencegah suhu tubuh yang
hilang akibat dinginnya air laut
7. Media pelindung panas (Thermal Protective Aid)
Gunanya serta yang merupakan pelindung tubuh, mengurangi
hilangnya panas badan
8. Isyarat visual (Pyrotechnis)
Gunanya juga sebagai isyarat tanda bahaya bilamana
penyelamat menyaksikan ada kapal penolong, isyarat ini hanya
dapat diliihat oleh mata pada siang hari dipakai isyarat asap
10
apung (bouyant smoke signal). Kepada tengah tengah malam
hari dapat digunakan obor tangan (red hand flare) atau obor
parasut (parachute signal).
9. Pesawat luput (survival craft)
Gunanya buat menolong/mempertahankan jiwa orang-orang
yang berada dalam bahaya dari sejak orang tersebut
meninggalkan kapal.
Petugas pengawas dan pendamping
Sesuai dengan Pasal 219 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008,
untuk melakukan kegiatan pelayaran setiap angkutan laut (kapal)
memerlukan Surat Persetujuan Berlayar/Berlabuh (SPB) yang di
keluarkan oleh syahbandar agar dapat berlayar ataupun berlabuh.
Syahbandar, panglima pangkalan atau kepala pelabuhan adalah
seorang petugas yang bertanggung jawab sebagai penadbir atau
memiliki kantor dan tata usahanya yang kegunaannya yakni
menjadi tempat untuk memberlakukan peraturan di
suatu pelabuhan atau pangkalan laut guna dapat memberikan rasa
aman akan adanya keselamatan pelayaran, keamanan suasana di
sekitar pelabuhan dan cara kinerja/pengayaan sarana-sarana
berkemudahan yang dijalankan secara baik dan tepat. tanggung
jawab syahbandar dalam keamanan dan keselamatan pelayaran
berdasarkan hukum Indonesia adalah, memastikan sebuah kapal
layak untuk berlayar dan meminimalisir kemungkinan terjadinya
kecelakaan kapal akibat tidak laiklautnya kapal, menanggulangi
pencemaran laut dan melakukan upaya untuk mencegah
pencemaran laut terjadi, dan ikut serta dalam pencarian dan
penyelamatan korban apabila terjadi kecelakaan kapal ataupun saat
ada gangguan dalam pelayaran.
Sistem rujukan kesehatan
Rujukan adalah tindakan pemindahan penderita atau beberapa
penderita atas dasar indikasi medik dari instalasi poliklinik dan
instalasi isolasi, maupun di lapangan serta yang berasal dari
11
kejadian kecelakaan, keracunan, atau kedaruratan di lingkungan
pelabuhan, bandara, dan lintas batas darat negara ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat, baik pada saat rutin maupun pada
kondisi matra.
Sistem komunikasi dan informasi kesehatan
Sistem komunikasi yang ada harus dapat diterima dengan baik oleh
setiap orang yang terlibat dalam pelayaran. Sistem komunikasi dan
informasi kesehatan diperlukan untuk menunjang pengetahuan
mengenai kesehatan dan juga keselamatan di dalam suatu
pelayaran.
Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) adalah sarana
yang harus disediakan di tiap rumah dan mobil. Sesuai namanya,
tujuan dari pengadaan kotak P3K adalah sebagai langkah
mengantisipasi dan penanganan dini cedera atau luka. Cedera
atau luka bisa terjadi secara tiba-tiba dan penanganannya pun harus
cepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
12
Salah satu pemeriksaan kesehatan yang dapat dilakukan oleh
pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan kesehatan pelaut.
Kegiatan pemeriksaan kesehatan pelaut adalah pemeriksaan dan
penilaian terhadap kesehatan siswa Pelaut, calon Pelaut, atau
Pelaut, yang akan bekerja sebagai awak Kapal berupa pemeriksaan
fisik, jiwa, laboratorium, radiologi, dan pemeriksaan penunjang
lainnya (PMK Nomor 1 Tahun 2018). Pemeriksaan Kesehatan
Pelaut terdiri atas:
- Pemeriksaan prakerja yang dilakukan pada saat akan bekerja
pertama kali di Kapal.
- Pemeriksaan kesehatan rutin/berkala yaitu pemeriksaan yang
dilakukan paling lama 2 (dua) tahun sekali untuk perpanjangan
Sertifikat Kesehatan Pelaut.
- Pemeriksaan kesehatan untuk kepentingan pendidikan,
pelatihan, penugasan khusus, atau peningkatan jabatan yang
lebih tinggi
- Pemeriksaan kesehatan banding yaitu pemeriksaan yang
dilakukan berdasarkan keberatan atas hasil pemeriksaan
kesehatan tidak laik kerja yang dikeluarkan Fasilitas Pelayanan
Pemeriksaan Kesehatan Pelaut.
- Pemeriksaan kesehatan untuk kembali kerja. Dilaksanakan
setelah Pelaut selesai menjalani pengobatan dan dinyatakan
sembuh oleh tenaga kesehatan yang berwenang.
Penyediaan peralatan dan perbekalan kesehatan
Peralatan dan perbekalan kesehatan diperlukan di dalam kapal
antara lain seperti obat-obatan ataupun alat kesehatan lainnya.
Perbekalan kesehatan biasanya tersedia di dalam ruang kesehatan
di kapal.
Pelayanan kesehatan di pelabuhan embarkasi dan debarkasi
Pelayanan kesehatan di pelabuhan di laksanakan oleh KKP (Kantor
Kesehatan Pelabuhan) yang ada di masing-masing pelabuhan.
Sistem rujukan kesehatan
13
Sistem rujukan kesehatan diperlukan untuk memindahkan korban
ataupun orang yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang
lebih mumpuni.
Inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi di
sarana pelayaran
Kegiatan inspeksi sarana air bersih merupakan kegiatan
pengamatan keadaan fisik sarana, lingkungan dan perilaku
masyarakat pelayaran yang diperkirakan dapat mempengaruhi
kualitas air dari sarana yang diinspeksi dengan menggunakan
formulir yang telah ditetapkan. Berdasarkan inspeksi sanitasi
tersebut, ditetapkan risiko pencemaran dari sarana ke dalam 4
kategori, yaitu rendah, sedang, tingggi dan amat tinggi.
Berbeda dengan pemeriksaan laboratorium yang akurasinya tinggi,
ispeksi sanitasi hanya dapat memperkirakan kualitas air dari sarana
yang ada. Perkiraan kualitas air (terutama mikrobiologi)
berdasarkan inspeksi sanitasi bertolak dari asumsi bahwa tingkat
risiko pencemaran suatu sarana berpengaruh pada kualitas airnya.
Perencanaan kontinjensi kedaruratan kesehatan pelayaran
Rencana kontinjensi adalah dokumen dinamis yang membutuhkan
penyesuaian dan adaptasi yang berlanjut, para perencana
diwajibkan untuk mendorong semua lembaga yang terkait dan para
wakil mereka, yang harus menyetujui dan/atau menerapkan
komponen rencana, untuk menyumbangkan masukan, memberikan
kritik, diskusi, dan saran. Semua hasil dan putusan mereka yang
relevan perlu disebarkan dan disampaikan kepada publik
(Vidiarina, 2010).
Perencanaan kontinjensi harus mencakup proses pengaturan awal
sehingga bisa membuat perencanaan atau menyusun strategi dan
prosedur dalam menanggapi potensi krisis atau kedaruratan yang
akan terjadi. Ini termasuk mengembangkan skenario (untuk
mengantisipasi krisis), menentukan tanggung jawab semua pelaku
yang akan terlibat mengidentifikasikan peran dan sumber daya,
14
proses pendataan dan penyebaran informasi, dan pengaturan setiap
pelaku sehingga siap pada saat dibutuhkan, dan menentukan
kebutuhan agar tujuan tercapai (Vidiarina, 2010).
Simulasi kedaruratan kesehatan pelayaran.
Simulasi adalah suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata
beserta keadaan sekelilingnya (state of affairs). Aksi melakukan
simulasi ini secara umum menggambarkan sifat-sifat karakteristik
kunci dari kelakuan sistem fisik kedaruratan kesehatan pelayaran
atau sistem kedaruratan kesehatan pelayaran.
15
Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi pemeriksaan
fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin)
dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu
(Permen, 1980).
c. Penemuan kasus
Penemuan khasus biasanya digunakan untuk mengatasi wabah.
Tujuan case finding adalah menemukan sumber penularan dan atau
mencari ada atau tidak ada penderita baru di masyarakat pelayaran. Proses
penemuan penderita (case finding) tidaklah sesederhana sebagaimana
kelihatannya. Melalui berbagai tahapan harus dijalani sampai
ditemukannya satu orang penderita, mulai dari jenis gejala yang timbul
sampai ke mana penderita pergi berobat untuk mengatasi gejala tersebut.
d. Pelayanan kesehatan jiwa
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya
disingkat ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental,
sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga
memiliki risiko mengalami gangguan jiwa (UU no. 18/2014).
Upaya kesehatan jiwa bertujuan menjamin setiap orang dapat
mencapai kualitas hidup yang baik, menikrnati kehidupan kejiwaan yang
sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat
mengganggu Kesehatan Jiwa. Upaya kesehatan jiwa dilakukan melalui
kegiatan promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif (UU no. 18/2014).
e. Pelayanan kesehatan primer
Pelayanan kesehatan primer merupakan pelayanan kesehatan
essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu
dan keluarga didalam masyarakat.
f. Surveilans Kesehatan
16
Surveilans Kesehatan yaitu pengumpulan, analisis, dan analisis
data secara terus- menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam
pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya yang dalam hal ini
mengenai bidang kesehatan pelayaran.
17
e. nondiskriminatif;
f. kepentingan umum;
g. keterpaduan;kesadaran hukum; dan
h. kedaulatan negara.
c. Pelayanan kesehatan jiwa.
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya (UU no. 18/2014).
Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk
mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu,
keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/ atau
masyarakat yang dalam hal ini berkaitan dengan kesehatan pelayaran (UU
no. 18/2014).
Aspek kesehatan matra pada kegiatan di lokasi lepas pantai ini meliputi:
a. Persiapan sebelum kegiatan; dan
b. Selama kegiatan operasional di lepas pantai.
18
Aspek kesehatan bagi masyarakat yang bekerja di lepas pantai
sangatlah penting. Aspek kesehatan fisik antara lain berupa status
kesehatan penyakit menular, ketajaman pendengaran, penglihatan dan
kemampuan fisik. Selain itu kesehatan mental juga sangat penting
karena bekerja di kapal bukanlah hal yang mudah dan akan memiliki
tekanan berat yang dapat mengganggu kesehatan mental apabila tidak
disiapkan dengan baik.
19
terjadi keadaan bahaya. Sedangkan penyuluhan dan pelatihan K3
adalah termasuk materi kesehatan dan keselamatan kerja non fisik.
20
f. jejaring keselamatan dan kesehatan;
Jejaring keselamatan dan kesehatan di kegiatan lepas pantai
merupakan media yang digunakan untuk mengumpulkan dan
menyebarkan informasi, penelitian dan pelatihan untuk
meningkatkan lingkungan dan kondisi kerja dalam kegiatan lepas
pantai.
21
2.3.2. Selama Kegiatan Operasional di Lepas Pantai
a) pemberian informasi keselamatan dan kesehatan bagi pekerja;
b) penemuan kasus;
c) pelayanan kesehatan bagi pekerja; dan
d) surveilans kesehatan.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
http://www.dishubinkom.baliprov.go.id/id/Penyuluhan-Keselamatan--Pelayaran-
bagi--Masyarakat-Maritim
http://www.seputarkapal.com/2016/05/alat-keselamatan-diatas-kapal.html
https://media.neliti.com/media/publications/59543-ID-tugas-dan-tanggung-jawab-
syahbandar-dala.pdf
http://bkkp.dephub.go.id/index.php/news/read/pertanyaan-pertanyaan-yang-
sering-muncul-ketika-harus-periksa-kesehatan-pelaut
24