Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa
adanya ransangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi
seluruh pengibdraan. Halusinasi merupakan salah satu gejalah gangguan
jiwa yang mengalami perubahan sensori persepsi yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan ataupun penciuman, pasien
mengalami stimulus yan sebenarnya tidak ada (Yusuf dkk, 2015).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupan suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.
Pasien seakan stimulus yang sebenarnya tidak ada, (Keliat tahun 1999
dalam Nurarif , 2015).
Halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera
tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca
indera terjadi pada saat kesadaran individu penuh atau baik, (Depkes 2000
dalam Dermawan & Rusdi, 2013)
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak
nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar, (Stuart 2009 dalam Azizah
Lilik, 2016).

2. Tanda dan Gejala


Menurut Varcarolis 2006 dalam Yosep, 2014, tanda dan gejala
halusinasi penting perlu diketahui oleh perawat agar dapat menetapkan
masalah halusinasi antara lain:
a. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.

1
b. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara .
c. Melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak
ada bayangan tersebut.
d. Membaui bau- bauan padahal orang lain tidak merasakan sensasi
serupa
e. Merasakan mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun.
f. Merasakan sensasi rabaaan padahal tidak ada apapun dalam
permukaan kulit

3. Etiologi
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat meliputi kelima indera, tetapi yang paling
sering ditemukan adalah halusinasi pendengar, halusinasi dapat
ditimbulkan dari beberapa kondisi seperti kelelahan yang luar biasa.
Pengguna obat-obatan, demam tinggi hingga terjadi delirium
intoksikasi, alkohol dan kesulitan-kesulitan untuk tidur dan dalam
jangka waktu yang lama.
b. Dimensi emosional
Terjadinya halusinasi karena ada perasaan cemas yang berlebih
yang tidak dapat diatasi. Isi halusinasi berupa perintah memaksa dan
menakutkan yang tidak dapat dikontrol dan menentang, sehingga
menyebabkan klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi intelektual
Penunjukkan penurunan fungsi ego. Awalnya halusinasi
merupakan usaha ego sendiri melawan implus yang menekan dan
menimbulkan kewaspadaan mengontrol perilaku dan mengambil
seluruh perhatian klien.
d. Dimensi sosial
Halusinasi dapat disebabkan oleh hubungan interpersonal yang
tidak memuaskan sehingga koping yang digunakan untuk menurunkan
kecemasan akibat hilangnya kontrol terhadap diri, harga diri, maupun

2
interaksi sosial dalam dunia nyata sehingga klien cenderung
menyendiri dan hanya bertuju pada diri sendiri.
e. Dimensi spiritual
Klien yang mengalami halusinasi yang merupakan makhluk
sosial, mengalami ketidakharmonisan berinteraksi. Penurunan
kemampuan untuk menghadapi stress dan kecemasan serta
menurunnya kualitas untuk menilai keadaan sekitarnya. Akibat saat
halusinasi menguasai dirinya, klien akan kehilangan kontrol terhadap
kehidupanya, Rawlins & Heacock (1988 dalam Dermawan & Rusdi,
2013)
Sedangkan menurut Mc. Forlano & Thomas (dalam Dermawan & Rusdi,
2013) mengemukakan beberapa teori sebagai etiologi dari halusinasi,
yaitu:
a. Teori psikofisiologi
Terjadi akibat ada fungsi kognitik yang menurun karena terganggunya
fungsi luhur otak, oleh karena kelelahan, karacunan dan penyakit.
b. Teori psikodinamik
Terjadi karena ada isi alam sadar dan akan tidak sadar yang
masuk dalam alam tak sadar merupakan sesuatu atau respon terhadap
konflik psikologi dan kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga
halusinasi adalah gambaran atau proyeksi dari rangsangan keinginan
dan kebutuhan yang dialami oleh klien.
c. Teori interpersonal
Teori ini menyatakan seseorang yang mengalami kecemasan
berat dalam situasi yang penuh dengan stress akan berusaha untuk
menurunkan kecemasan dengan menggunakan koping yang biasa
digunakan.

4. Proses terjadinya halusinasi


a. Teori Psikodinamika
Proses terjadinya halusinasi dapat disebabkan oleh fungsi biologi ,
antara lain dopamine dan neurotransmitter yang berlebihan , fungsi

3
psikologis seperti keturunan.Respon metabolic terhadap stress yang
mengakibatkan pelepasan zat halusinogen pada system limbik otak,
atau terganggunya keseimbangan neurotransmitter di otak.
Proses terjadinya halusinasi secara teori psikodinamika berfaktor atau
mengarah pada factor prediposisi yaitu dimana proses gangguan
sensori persepsi disebabkan oleh masa perkembangan yang terganggu
misalnya rendah control dan kehangatan keluarga menyebabkan klien
tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi hilangnya percaya
diri, dan lebih rentan terhadap stress. Seseorang yang tidak diterima
lingkungannya sejak sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian,
dan tidak percaya pada lingkungannya yang dimana hal ini ini
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa, adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimetytranferase. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktifitasnya neurotransmitter otak.
Sehingga tipe kepribadian yang lemah bisa menyebabkan terjadinya
gangguan sensori persepsi.
b. Teori Psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan
dari luar yang di tekan yang kemungkinan mengancam untuk
timbulnya halusinas
Pathofisiograf

Isolasi Sosial

Ketidakmampuan
mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang di
terima melalui panca indera

Gangguan presepsi sensori


halusinasi
4
5. Rentan Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Kadang – kadang Waham / gangguan


proses pikir tidak proses pikir
terganggu

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Emosi tidak stabil Kerusakan proses


dengan pengalaman emosi
Perilaku cocok Perilaku tidak Perilaku tidak
biasa terorganisasi
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial
harmonis

Yusuf dkk (2015)


Keterangan Gambar :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut.
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
4) Perilaku cocok individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
umum yang belaku.
5) Perilaku sosial/ hubungan sosial harmonis adalah sikap dan tingkah
laku yang masih dalam batas kewajaran.

5
b. Respon Psikologis meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Illusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (Objek nyata) karena
rangsangan panca indera.
3) Emosiberlebihan atau berkurang yaitu menisfatasi perasaan atau
afek keluar berlebihan atau kurang.
4) Perilaku yang tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran .
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
c. Respon Maladaptif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi :
1) Kelainan Pikiran/Waham adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam.

6
6. Fase Terjandinya Halusinasi
Menurut Azizah Lilik, 2016 ada 4 (empat) Tahapan/ Fase-fase halusinasi
yaitu :
a. Fase I : Sleep Disorder
Adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul halusinasi.
1) Karakteristik
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan,
takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah
makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi dan
support system yang kurang dan persepsi terhadap masalah sangat
buruk. Contohnya misalnya : kekasih hamil, terlibat narkoba,
dihianiti kekasih, PHK ditempat kerja, penyakit, utang, dll.
2) Perilaku Klien
Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga terbiasa
menghayal, dan menganggap menghayal awal sebagai pemecah
masalah.
b. Fase II : Comforting Moderate level of anxiety
Pada fase ini halusinasi secara umum mulai diterima sebagai sesuatu
yang lami
1) Karakteristik
Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan
cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba
memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan. Klien
beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia
control bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada
kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
2) Perilaku Klien
a) Tersenyum, tertawa yang tidak sesuai
b) Menggerakkan bibir tanpa suara
c) Pergerakan mata yang cepat
d) Respon verbal yang lambat
e) Diam, dipenuhi rasa yang mengasyikan

7
c. Fase III : Condemning Severe level of Anxiety
Pada fase ini secara umum halusinasi sering mendatangi klien.
1) Karakteristik
Pengalaman sensori klien menjadi sering dating dan mengalami
bias.Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan
mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan obyek yang
dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang dengan
intensitas waktu yang lama.
2) Perilaku Klien
a) Meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat
ansietas (Nadi, RR, TD) meningkat
b) Penyempitan kemampuan untuk konsentrasi
c) Asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan membedakan halusinasi dan realita
d. Fase IV : Controlling Severe level of Anxiety
Pada fase ini fungsi sensorimenjadi tidak relevan dengan kenyataan.
1) Karakteristik
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal yang
dating.Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasi
berakhir.Dari sinilah dimulai fase gangguan Psychotic.
2) Perilaku Klien
a) Lebih cenderung mengikuti petunjuk halusinasinya
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c) Rentang perhatian hanya dalam beberapa menit atau detik
d) Gejala fisik, ansietas berat, berkeringat, tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk
e. Fase V : Conquering Panic level of Anxiety
Pada fase ini klien mengalami gangguan dalam menilai
lingkungannya.
1) Karakteristik
Pengalaman sensori terganggu, klien mulai merasa terancam
dengan datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat

8
menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya.
Halusinasi dapat berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian
bila klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi
gangguan psikotik berat.
2) Perilaku Klien
a) Perilaku terror akibat panic
b) Potensi suicide atau hocide
c) Aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti kekerasan,
agitasi, menarik diri, katatonia
d) Tidak mampu merespon > 1 orang.

7. Jenis – Jenis Halusinasi


a. Haluinasi pendengaran (audiktif, akustik)
Paling sering dijumpai berupa bunyi mendenging atau bising
yang tidak mempunyai arti, teta[pi lebih sering mendengar kata atau
kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditunjukkan oleh
penderita sehingga penderita tidak jarang bertengkar dan berdebat
dengan suara-suara tersebut.
Suara tersebut bisa terdengar menyenangkan, menyuruh
berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki,
atau bahkan menakutkan dan kadang mendesak atau memerintah
untuk berbuat sesuatu seperti merusak atau membunuh.
b. Halusinasi penglihatan (visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik),
biasanya muncul bersamaan pada penurunan kesadaran, menimbulkan
rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan atau tidak
menyenangkan.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Halusinasi biasanya mencium sesuatu bau tertentu dan
merasakan tidak enak, melambungkan rasa bersalah pada penderita.
Bau ditambahkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita
sebagai suatu kombinasi moral.

9
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gustorik
lebih jarang terjadi ketimbang halusinasi gustatorik.
e. Halusinai raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau merasa ada yang bergerak
diubawah kulit, terutama dalam keadaan delirium toksis dan
sklizofrenia, Yusuf dkk (2015)

8. Perilaku Halusinasi
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa
curiga,ketakutan, rasa tidak aman,gelisah,bingung,perilaku memuat diri,
kurang pengetahuan,tidak mampu mengambil,tidak membedakan yang
nyata dan yang tidak nyata. Klien yang mengalami halusinasi sering
kecewa karena mendapatkan respon negatif ketika mencoba menceritakan
halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan
dengan orang lain. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat
tergantung pada jenis halusinasinya.

9. Mekanisme Koping
Biasanya klien dengan halusinasi cenderung berperilaku
maladaptif, seperti menciderai diri sendiri dan orang lain di sekitarnya.
Malas beraktivitas, perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain, mempercayai orang lain
dan asyik dengan stimulus internal.

10. Penatalaksanaan Medis


Halusinsi termasuk kedalam kelompok penyakit skizofrenia maka jenis
penatalaksanaan medis yang biasa di lakukan adalah:
a. Psikofarmako
Psikofarmako adalah terapi dengan menggunakan
obat,tujuannya untuk mengurangi/menghilangkan gejala gangguan

10
jiwa.Berdasarkan khasiat obat yang tergolong dalam pengobatan
psikofarmako antara lain:
1) Clorpomazine (CPZ) adalah obat yang termasuk golongan
antipsikotik fenotiazina yang bekerja dengan menstabilkan
senyawa alami otak. Obat ini dapat digunakan untuk menangani
berbagai gangguan mental, seperti skizofrenia dan gangguan
psikosis yang lainnya, perilaku agresif yang membahayakan
pasien atau orang lain, kecemasan dan kegelisahan yang parah,
serta autisme pada anak-anak.
a) Aturan pakai
Aturan pakai : 3 x 100 mg/ hari
b) Indikasi :
Untuk menangani berbagai gangguan mental, seperti
skizofrenia dan gangguan psikosis yang lainnya, perilaku
agresif yang membahayakan pasien atau orang lain,
kecemasan dan kegelisahan yang parah, serta autisme pada
anak-anak.
c) Efek samping
Yang dapat terjadi pada pemakaian CPZ meliputi efek sedasi,
pusing, pingsan, hipotensi orthostatik, palpitasi, takikardi,
sindroma pada mulut, kemerahan pada mukosa, vesikel lidah
kotor, gigi tanggal, pandangan kabur, konstipasi, retensi
urine, ejakulasi tertahan. CPZ juga menyebabkan efek
samping ekstra pyramidal yang meliputai parkinsonisme,
dystonia, diskinesia.Gangguan hormonal dapat terjadi yaitu
menstruasi tidak teratur, gynecomastia, penurunan libido,
peningkatan nafsu makan, berat badan meningkat, edema,
glikosuria, hiperglikemia atau hipoglikemia. Reaksi
hipersensitif pada beberapa orang menimbulkan efek/ gejala-
gejala jaundice, gatal-gatal pada kulit, ptechiae dermatitis,
fotosensitis, dan reaksi anafilaksit.

11
2) Haloperidol adalah obat golongan anti psikotik yang berfungsi
untuk meredakan gejala skizofrenia dan masalah perilaku, atau
emosional, serta masalah kejiwaan lainnya. Haloperidol untuk
mengatasi skizofrenia biasanya akan diberikan untuk jangka
waktu panjang, kecuali ada efek yang merugikan atau
berlawanan. Sedangkan jika untuk meredakan gangguan
kecemasan atau agitation, haloperidol hanya dikonsumsi hingga
gejala mereda.
a) Aturan Pakai :
Aturan Pakai : 3 x 5 mg/ hari
b) Indikasi :
Meredakan gejala skizofrenia dan masalah perilaku, atau
emosional, serta masalah kejiwaan lainnya.
c) Efek samping
Haloperidol serupa dengan efek samping CPZ.Perbedaannya
terletak pada efek samping hipothensiorthostatik lebih ringan,
sedang efek samping reaksi ekstra lebih berat.Efek samping
pada SSP meliputi parkinsonisme, gelisah, akatisia,
hiperefleksi, tortikolis, dan tardive diskinesia. Efek otonomi
dapat terjadi ; mulut kering (atau hipersalivasi). Konstipasi
(atau diare ), reaksi urine deaporesi (dosis berlebihan ). Pada
darah ; leukopenia, leukositosis, enemia. Pada saluran napas ;
laringospasme, bronkhospasme, peningkatan kedalaman
napas, brokopneumonia, depresi pernafasan. Pada endokrin ;
menstruasi tidak teratur, payudara nyeri, gynecomastia,
impotensi. Pada kulit ; kemerahan, fotosintesis, rambut
rontok, lain-lain ; anoreksia, mual, muntah, jaundice,
penurunan, kadar kolesterol darah.
3) Trihexyphenidil (THP) adalah obat yang sering dipakai sebagai
penyerta pemberian obat anti psikotik jenis fenotiazin dan
butirofenon karena khasiatnya merelaksasi otot polos dan anti
spasmodik

12
a) Aturan Pakai :
Aturan pakai : 3 x 2 mg/ hari
b) Indikasi :
Merelaksasi otot polos dan anti spasmodik
c) Efek Samping
Efek samping yang umum terjadi ; mulut kering, pusing,
pandangan kabur, midrasis, fotofobia, mual, nervous,
konstipasi, mengantuk, retensi urine. Pada SSP dapat terjadi ;
bingung, gitasi, delirium, manifestasi psikotik, euphoria.
Reaksi hipersensitif ; Glaucoma parotitis.

13
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Pengkajian data focus
1) Persepsi Sensori
 Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang
didengar, apa yang dikatakan suara itu, jika halusinasi
audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika
halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi
penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi
pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika
halusinasi perabaan.
 Waktu munculnya halusinasi
Dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan halusinasi
muncul : apakah pagi hari, sore hari atau malam hari.
Informasi ini sangat penting untuk menentukan bilamana
perlu perhatian saat klien mengalami halusinasi.
 Frekuensi halusinasi
Dikaji dengan menanyakan kepada klien seberapa sering
klien mengalami halusinasi : apakah terus menerus, kadang-
kadang, jarang atau sudah tidak muncul lagi.
 Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul : Apakah ketika klien sendiri atau setelah
terjadinya kejadian tertentu. Selain itu perawat juga bias
mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya
halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
 Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah
mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa yang dilakukan
oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah

14
klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau
sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.
2) Pembicaraan : Klien dengan halusinasi cemderung suka bicara
sendiri, tidak focus ketika diajak berbicara, dan yang dibicarakan
sering tidak masuk akal.
3) Aktivitas Motorik : Klien dengan halusinasi tampak gelisah,
tegang, agitasi, sering menutup telinga, sering menunjuk kerah
tertentu, menggaruk-garuk permukaan kulit, sering meludah,
sering menutup hidung.
4) Afek emosi : Labil. Pada klien dengan halusinasi tingkat emosi
lebih tinggi dan cenderung berperilaku agresif.
5) Tingkat kesadaran : pada klien dengan halusinasi sering
mengalami Apatis atau acuh tak acuh.

2. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


a. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
b. Isolasi sosial : Menarik diri
c. Resiko Perilaku Kekerasan

3. Analisa data

NO DATA MASALAH
1. 1. Data Subjektif Gangguan sensori persepsi
 Klien mengatakan sering halusinasi : pendengaran
mendengar suara suara aneh
di sekitarnya.
2. Data Objektif
 Klien nampak sering mondar
mandir .
 Klien sering menutup telinga
 Klien nampak sering
berbicara sendiri.
 Klien sering berbicara tidak
jelas
2. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
 Klien mengatakan sering halusinasi :penglihatan
melihat sesuatu
2. Data objektif

15
NO DATA MASALAH
 Klien nampak focus melihat
sesuatu
 Klien nampak sering
menunjuk sesuatu pada arah
tertentu
 Klien nampak sering
menutup mata dengan
tangan
 Ekspresi wajah sering
menunjukkan ketakutan.
3. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
 Klien mengatakan sering halusinasi penghidu
mencium sesuatu bau yang
khas dan busuk .
2. Data objektif
 Klien nampak sering
menutup hidungnya
4. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
 Klien mengatakan sering halusinasi: pengecapan
mengecap rasa tidak enak
pada mulutnya
2. Data objektif
 Klien nampak sering
mengecap pada mulutnya
 Klien nampak sering
meludah dan muntah
5. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
 Klien mengatakan badannya halusinasi perabaan
sering terasa seperti di
setrum.
 Klien mengatakan
merasakan sesuatu pada
permukaaan kulitnya
 Klien mengatakan badannya
seperti di tusuk tusuk dengan
jarum
 Klien mengatakan tubuhnya
sering di hinggapi serangga
2. Data objektif
 Badan klien nampak sering
bergetar dan tegang
 Klien nampak sering
mengusap badannya.
 Klien nampak sering
menggaruk garuk tubuhnya

16
NO DATA MASALAH
6. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
 Klien mengatakan dapat halusinasi viseeral
merasakan pergerakan
makanan dalam ususnya
2. Data objektif
 Klien sering diam
 Klien sering bicara tidak
jelas
 Klien nampak gelisah.
7. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
 Klien mengatakan badannya halusinasi kinestetik
terasa seperti bergerak
sendiri pada saat berdiri.
 Klien mengatakan badannya
terasa melayang diatas bumi.
 Klien mengatakan badannya
terasa diam dan kaku saat
tubuhnya ingin di gerakkan
 Klien mengatakan merasa
anggota tubuhnya akan
terlepas dari tubuhnya
2. Data objektif
 Sikap tubuh klien nampak
kaku.
 Klien nampak sulit
mengikuti perintah
8. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
 Klien mengatakan ada halusinasi perintah
seseorang yang
menyuruhnya melakukan
sesuatu seperti : memukul,
membunuh, dan merusak
barang
2. Data objektif
 Klien nampak bingung
 Perilaku agitasi
 Klien nampak tidak mampu
mengenal orang , waktu dan
tempat.
 Tingkah laku klien nampak
agresif

17
NO DATA MASALAH
9. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
 Klien mengatakan halusinasi histerik
membenci seseorang atau
sesuatu benda
2. Data objektif
 Klien nampak tegang
 Afek emosi labil
 Klien sering berteriak-
berteriak keras
10. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
 Klien merasa melihat dan halusinasi hipnogogik
berbicara pada seseorang
ketika akan tidur.
2. Data objektif .
 Nampak bibir klien
bergerak tanpa suara
11. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
 Klien mengatakan masih halusinasi hipnopompik
bermimpi
2. Data objektif
 Klien nampak bingung
kurang konsentrasi
 Pembicaraan tidak jelas
 Disorientasi

4. Pohon masalah
Effect Resiko perilaku kekerasan

Core Problem Gangguan Persepsi Sensori :


Halusinasi

Cause Isolasi Sosial

18
5. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori :halusinasi
6. Intervensi

NO SP I P SP I K
1. Identifikasi halusinasi : isi, 1. Diskusikan masalah yang
frekuensi, waktu terjadinya, factor dirasakan dalam merawat klien
pencetus, respon saat halusinasi.
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi 2. Jelaskan pengertian tanda,
: yaitu dengan cara menghardik gejala proses terjadinya
halusinasi. halusinasi
3. Latih cara mengontrol halusinasi 3. Latih cara menghardik
dengan menghardik. halusinasi
4. Menganjurkan klien memasukkan 4. Ajarkan klien sesuai jadwal dan
cara menghardik halusinasi dalam memberi pujian
kegiatan harian.

NO SP II P SP II K
1. Evaluasi kegiatan menghardikdan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
beri pujian. dalam merawat/ melatih pasien
dalam menghardik dan beri
pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi 2. Jelaskan cara memberikan obat
dengan minum obat : dengan kepada keluarga dengan prinsip
prinsip 6 benar yaitu : (Jelaskan 6 benar
jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat)
3. Masukan pada jadwal kegiatan 3. Latih cara memberikan /
untuk latihan menghardik dan membimbing minum obat
minum obat 4. Anjurkan pasien sesuai jadwal
dan memberi pujian

19
NO SP III P SP III K
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
menghardik dan minum obat dan dalam merawat/ melatih klien
beri pujian. menghardik dan memberikan
obat dan beri pujian.
2. Latihan cara mengontrol halusinasi 2. Jelaskan cara bercakap-cakap
dengan bercakap-cakap saat terjadi dan melakukan kegiatan
halusinasi. untuk mengontrol halusinasi
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk 3. Latih dan sediakan waktu
latihan menghardik, minum obat dan untuk bercakap-cakap dengan
bercakap-cakap. klien terutama saat halusinasi
4. Anjurkan membantu klien
sesuai jadwal berikutnya.

NO SP IV P SP IV K
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik minum obat, dan merawat / melatih klien
bercakap-cakap, beri pujian. menghardik, memberikan obat,
bercakap-cakap dan beri pujian.

2. Latih cara mengontrol halusinasi 2. Anjurkan membantu klien sesuai


dalam jadwal dan berikan pujian
melakukan kegiatan harian.
3. Memasukakan pada jadwal 3. Jelaskan follow up ke Puskesmas,
kegiatan untuk latihan RSJ,
menghardik, minum obat, tanda kambuh dan rujukan
bercakap-cakap dan kegiatan 4. Anjurkan membantu klien sesuai
harian. jadwal dan berikan pujian

20
NO SP V P SP V K
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik, obat, becakap-cakap, merawat / melatih klien
kegiatan harian, berikan pujian. menghardik, memberikan obat,
bercakap-cakap, melakukan
kegiatan harian dan follow up,
beri pujian
2. Latih kegiatan harian 2. Nilai kemampuan keluarga
merawat klien
3. Nilai kemampuan yang telah 3. Nilai kemampuan keluarga
mandiri melakukan kontrol ke RSJ/
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol Puskesmas

7. Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat , tindakan keperawatan dibuat dan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi klien saat ini, perawat bekerja sama dengan
klien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya dalam melakukan tindakan
keperawatan, Stuart, (2013).
Sebelum melakukan tindakan perawat perlu memvalidasi apakah
rencana tindakan keperawatan masih di butuhkan dan sesuai dengan kondisi
klien saat ini. Selain itu perawat juga harus menilai kondisi dirinya, apakah
sudah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan tekhnikal
sesuai dengan tindakan yang akan di laksanakan , dinilai kembali apakah
aman bagi klien, setelah semua tidak ada hambatan, maka tindakan
keperawatan boleh di laksanakan. Setelah itu kontrak dengan klien dan
menjelaskan apa yang akan di lakukan serta mendokumentasikan semua
tindakan yang telah dilakukan beserta respon klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan, hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

21
SP 1 Pasien :
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, dengan cara : Menghardik halusinasi
SP 2 Pasien :
Melatih Pasien mengontrol halusinasi dengan cara : : minum obat secara
teratur dengan prinsip 6 benar yaitu : Jenis, guna, dosis, frekuensi, cara dan
kontinuitas minum obat.
SP 3 Pasien :
Melatih Pasien mengontrol halusinasi dengan cara :bercakap-cakap dengan
orang lain
SP 4 Pasien :
Melatih Pasien mengontrol halusinasi dengan cara: melakukan aktivitas
terjadwal
SP 5 Pasien
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara : latih kegiatan harian
SP 1 Keluarga
Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien
halusinasi
SP 2 Keluarga
Melatih Keluarga kegiatan untuk mengontrol halusinasi
SP 3 Keluarga
Menganjurkan keluarga membantu pasien sesuai jadwal
SP 4 Keluarga
Menilai kemampuan keluarga dalam merawat pasien
SP 5 Keluarga
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
8. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian yang berkesinambungan tentang pengaruh
intervensi keperawatan dan program pengobatan terhadap suatu kesehatan
klien dan hasil kesehtan yang diharapkan, Stuart, (2013)

22
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunskan pendekatan SOAP menjadi
pola piker
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan
O : Respon objektif klien terhadap keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : Aanalisa terhadap data subjektif objektif untuk mengumpulkan
apakah masalah masih ada atau sudah teratasi atau muncul
masalah baru
P : Perencanaan tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa respon
klien

9. Hasil yang diharapkan


a. Klien dapat mengenal halusinasi
b. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan orang lain untuk mengontrol
halusinasi
d. Klien mampu mengontrol dengan cara melakukan patuh minum obat
e. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.

10. Pendokumentasian keperawatan


No Implementasi Evaluasi
1.  Tanda dan gejala S : klien mengatakan sering
a. Klien mengatakan sering mendengar suara – suara / berbisik
mendengar suara –suara/ bisik di telinganya.
bisikan di telinganya. O :-Klien nampak sering menutup
b. Klien nampak sering telinga
berbicara sendiri -klien nampak sering berbicara
c. Klien sering gelisah sendiri
d. Klien sering mondar – -Klien sering mondar mandir
mandir -klien sering gelisah

23
 Tindak lanjut A : Halusinasi pendengaran ( + )
 Strategi pelaksanaan 1 P : Latihan cara menghardik
pasien halusinasi sebanyak minimal 4
(SP 1P) kali/ setiap ada waktu luang klien
Membantu pasien mengenal dengan tahapan tindakan meliputi
halusinasi, menjelaskan cara – :
cara mengontrol halusinasi , 1. Jelaskan cara menghardik
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
halusinasi dengan cara pertama : 2. Peragakan cara menghardik
menghardik halusinasi 3. Minta klien memperagakan
 Rencana tindak lanjut SP 2 ulang
P 4. Pantau penerapan cara ini dan
beri penguatann perilaku klien
5. Masukkan dalam jadwal
kegiatan sehari hari.

11. Terapi Aktivitas kelompok yang sesuai


Terapi aktivitas yang cocok adalah terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi (TAKSP) mengontrol halusinasi, dengan terapi tersebut
klien yang mengalami halusinasi dapat mengontrol halusinasinya.
Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi perasaan melalui
gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. TAK Stimulasi Persepsi membantu
klien yang mengalami kemunduran orientasi dalam upaya memotivasi
proses pikir serta mengurangi perilaku maladapatif. TAKSP mengontrol
halusinasi dibagi menjadi 5 sesi, yaitu :
1) Sesi I : Klien mengenal Halusinasi
2) Sesi II : Mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik
3) Sesi III : Mengontrol Halusinasi dengan cara minum obat secara teratur
4) Sesi IV : Mengontrol Halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain saat halusinasi
5) Sesi V : Mengontrol Halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal, Azizah Lilik, (2016)

24
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nur Arif & Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Askep Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Edisi 2.Jogjakarta : Media Action.
Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishin
Lilik M, Azizah, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa -Teori dan
Aplikasi Praktik Klinik. Yokyakarta : Indomedia Pustaka
Maramis w.f. 2014. Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa.Surabaya : Erlangga
Stuart g.w. 2014. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta :EGC
Yusuf,Ah, Fitryani, R dan Nihayati, H.E (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakaerta: Salemba Medika

25

Anda mungkin juga menyukai