Askep Hiv Anak
Askep Hiv Anak
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS ?
b. Bagaimana etiologi dari HIV pada anak ?
c. Bagaimana patofisiologi dari HIV pada anak ?
d. Bagaimana manifestasi klinis dari HIV ?
e. Bagaimana pathways HIV pada anak ?
f. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan HIV ?
1.3 Tujuan
2
BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia
yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka
waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS
sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara
kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
a. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma
yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa
adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
terjadinya defisiensi tersebut sepertii keganasan, obat-obat supresi
imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (
Rampengan & Laurentz ,1997 : 171).
b. AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999 : 09).
c. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh (dr. JH. Syahlan, SKM. dkk, 1997 : 17).
Infeksi pada kehamilan adalah penyebab morbiditas ibu dan
neonatal yang sudah diketahui. Banyak kasus dapat dicegah, dan dalam
makalah ini akan dibahas mengenai penyakit infeksi yang sering ditemukan
yang dapat terjadi dalam kehamilan.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam
kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem
kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan
seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.
HIV teridentifikasi ada dalam kolostrum dan ASI, menyebabkan infeksi
3
kronis pada bayi dan anak. Infeksi yang ditularkan ibu ini akan mengganggu
sistem kekebalan tubuh sehingga anak mudah terkena infeksi berulang,
seperti infeksi saluran cerna, infeksi jamur, infeksi tuberkulosis, dsb
sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu.
AIDS disebabkan oleh virus HIV tipe 1 yang melekat dan memasuki
Limfosit T helper CD4, yang juga ditemukan dalam jumlah yang lebih
rendah pada monosit dan makrofag.
HIV-1 merupakan virus RNA dan merupakan parasit obligat
intrasel. Dalam bentuk yang asli ia merupakan partikel yang inert tidak
dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel host (sel target).
2.3 PATOFISIOLOGI
Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
termasuk dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki limfosit T
helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik
lain dan akan mengalami destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang
memperkuat dan mengulang respons imunologik, dan bila sel-sel tersebut
berkurang dan rusak, maka fungsi imunologik lain terganggu.
4
yang paling sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. Virus AIDS
diliputi oleh suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap sel.
Khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat
mengakibatkan kematian sel otak.
Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat berperan penting dalam
fungsi system immune normal, mengenai antigen dan sel yang terinfeksi, dan
mengaktifkan sel B untuk memproduksi antibody. Juga dalam aktivitas langsung
pada cell-mediated cell immune (immune sel bermedia) dan mempengaruhi
aktivitas langsung pada sel kongetitis duplikasi.
5
3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya
rusak akan menderita AIDS. Pada tahap ini penderita sering di
serang penyakit berbahaya seperti kelainan otak, meningitis, kanker
kulit, luka bertukak, infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru
(TBC), diare kronik, candidiasis mulut dan pnemonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang
didapat pada masa perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai
timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan. Manifestasi
klinisnya antara lain :
1. Berat badan lahir rendah
2. Gagal tumbuh
3. Limfadenopati umum
4. Hepatosplenomegali
5. Sinusitis
6. Infeksi saluran pernafasan atas berulang
7. Parotitis
8. Diare kronik atau kambuhan
9. Infeksi bakteri dan virus kambuhan
10. Sariawan orofaring
Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya
yang memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif,
perkembangan yang terhambat, atau hilangnya perkembangan
motoris.
a. Penularan
6
c. Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi
(postpartum)
d. Bayi tertular melalui pemberian ASI
Sebagian besar (90%), infeksi HIV pada bayi disebabkan penularan dari ibu,
hanya sekitar 10% yang terjadi karena proses tranfusi.
3. Transfusi
4. Jarum suntik
7
b. Pencegahan
Oleh karena kebanyakan AIDS pada anak adalah disebabkan oleh
orang penularan dari orang tuanya, maka pencegahan AIDS pada orang
dewasa denngan sendirinya akan menurunkan morbiditas AIDS pada
anak
Langkah-langkah untuk mencegah penyebaran AIDS adalah
sebagai berikut:
1. Menghindari hubungan kelamin dengan penderita AIDS atau
tersangka menderita AIDS.
2. Mencegah hubungan kelamin dengan partner banyak atau dengan
orang yang mempunyai banyak partner.
3. Menghindari hubungan kelamin dengan pecandu narkotik dengan
obat suntik.
4. Orang-orang dari kelompok risiko tinggi dicegah menjadi donor
darah.
5. Pemberian transfusi darah hanya untuk pasien yang benar-benar
perlu.
6. Pada setiap suntikan harus terjamin sterilitas alat suntiknya.
Karena penularan pada bayi dan anak dapat terjadi pada waktu hamil,
melahirkan maupun post partum, maka sebaiknya wanita dengan risiko tinggi
AIDS janganlah hamil dan jangan melahirkan. Tetapi jika sudah terlanjur
penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui:
1. Saat hamil
Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital
load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh
kurang efektif untuk menularkan HIV.
2. Saat melahirkan
Penggunaan antiretroviral (Nevirapine) saat persalinan dan bayi
baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio
caesar karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.
8
3. Setelah lahir
Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI.
Untuk mengurangi resiko penularan, ibu dengan HIV positif bisa
memberikan susu formula pengganti ASI, kepada bayinya. Namun,
pemberian susu formula harus sesuai dengan persyaratan AFASS dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu Acceptable = mudah diterima,
Feasible = mudah dilakukan, Affordable = harga terjangkau, Sustainable =
berkelanjutan, dan Safe = aman penggunaannya
9
2.5 Pathways
10
2.6 ASUHAN KEPERAWATAN
2.6.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan factor resiko yang
potensial, termasuk praktek seksual, dan penggunaan obat bius (IV). Status
fisik dan psikologi klien harus dinilai. Fokus pengkajian meliputi status
nutrisi, kulit dan membran mukosa, status respiratorius, status cairan dan
elektrolit, dan tingkat pengetahuan, interaksi social
1. Keluhan Utama
a) Demam dan diare berkepanjanan
b) Takhipnea, batuk, sesak nafas dan hipoxia→keadaan yang
gawat
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a) Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
b) Diare lebih dari 1 bulan
c) Demam yang berkepanjangan (lebih dari 1 bulan )
d) Mulut dan faring di jumpai bercak-bercak putih
e) Limphodenophati yang menyeluruh
f) infeksi berulang (otitis media,pharingitis)
g) Batuk yang menetap (lebih dari 1 bulan)
h) Dermatitis yang menyeluruh
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a) Riwayat pemberian transfusi antara tahun 1978-1985
4. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
a) Orang tua yang terinfeksi HIV
b) Penyalagunaan zat
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a) Ibu selama hamil terinfeksi HIV→50% tertular untuk
anaknya.
b) Penularan dapat terjadi pada minggu ke9-20 dan kehamilan
c) Penularan pada proses melahirkan ,terjadi kontak darah ibu
dan bayi
11
d) Penularan setelah lahir dapat terjadi melalui air susu ibu
6. Riwayat Makanan
a) Anoreksia
b) Mual
c) Muntah
7. Riwayat Imunisasi
12
a. Pemeriksaan
1. Sistem Pengindraan
Mata
a. Cotton wool spot ( bercak katun wool pada retina)
Sytomegalovirus retinius dan toxoplasma choroiditis,
perivasculitis pada retina.
b. Infeksi pada tepi kelopak mata, mata merah, perih gatal,
banyak secret serta berkerak.
c. Lesi pada retina dengangambaran bercak eksudat
kekurangan, tunggal/multiple, pada satu/kedua mata →
toxoplasma goundii.
Mulut
Oral thrush akibat jamur, stomatitis gangrenesa, peridontitis,
sarcoma kaposi pada mulut di mulai sebagai bercak merah datar
kemudian menjadi biru, sering pada palatum.
Telinga
Otitis media, nyeri, kehilangan pendengaran.
2. Sistem Pernapasan
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak nafas, tachipneu ,
hipoxia, nyeri dada, nafas pendek waktu istirahat gagal nafas.
3. Sistem Pencernaan
BB menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak
putih, kekuningan pada mukosa oral, pharingitis, candidiasis
esophagus, candidiasis mulut, selaput lendir kering, pembesaran
hati, mual, muntah, colitis akibat diare kronik, pembesaran limpha.
4. Sistem Kardiovaskuler
a. Suhu tubuh meningkat
b. Nadi cepat , tekanan dara meningkat
c. Gejala congestive heard failure sekunder akibat
kardiomiopati karena HIV
13
5. Sistem Integumen
a. Variccla : Lesi sagat luas vasikule yang benar, hemorragie
menjadi nekrosis timbul ulsera.
b. Herpes zoster : vasikule menggerombol , nyeri, panas, serta
malaie
c. Evzemetoid skin ras, pydodernia, scabies
d. Pyodermia gangrenosum dan scabbies sering di jumpai
6. Sistem Perkemihan
a. Seni kurang anurie
b. Proteinurea
7. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjar parotis , limphadenophti, pembesaran
kelenjar yang menyeluruh.
8. Sistem Neurologi
a. Sakit kepala, somnolence, sukar konsentrasi, perubahan
perilaku
b. Nyeri otot, kejang-kejang enselophati, gangguan psikomotor
c. Penurunan kesadaran, delirium, delirium
d. Serangan CNS : meningitis
e. Keterlambatan perkembangan
9. Sistem Muskuloskeletal
Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia).
10. Psikososial
a. Orang tua merasa bersalah
b. Orang tua merasa malu
c. Menarik diri dari lingkungan
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium didapatkan adanya
anemia, leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel T4 menurun bila T4
dibawah 200, fase AIDS normal 1000-2000 permikrositer, tes anti body
14
anti-HIV ( tes Ellisa ) menunjukan terinfeksi HIV atau tidak, atau dengan
menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, Lateks,
Agglutination,dan western blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang
terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan positif harus dibuktikan dengan
tes western blot.
Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24
(dengan polymerase chain reaction - PCR). Kulit dideteksi dengan tes
antibody (biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu terjangkit HIV).
Uji Laboratorium dan Diagnostik
2.6.2. Diagnosa
15
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
infeksi
Kriterias hasil :
Rencana Intervensi :
Kriteria hasil:
16
Intervensi :
Kriteria hasil:
Intervensi :
Menyediakan makanan yang anak-anak lebih suka mendorong
makan makanan fortifikasi dengan suplemen gizi (mis., susu
bubuk, suplemen komersial) untuk memaksimalkan kualitas
asupan. Menyediakan makanan ketika anak paling mungkin
makan dengan baik. Gunakan kreativitas untuk mendorong anak
untuk makan. Pantau berat badan dan pertumbuhan anak sehingga
intervensi nutrisi tambahan dapat diterapkan jika pertumbuhan
17
mulai melambat atau penurunan berat badan Berikan obat
antijamur seperti yang diperintahkan untuk mengobati
kandidiasis oral. Anak mengkonsumsi nutrisi dalam jumlah yang
cukup.
2.6.4 Evaluasi
1. Diagnosa I : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyebab penyakit AIDS adalah HIV, yaitu virus yang masuk dalam
kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem
kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan
seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan pada masa
perinatal. Komplikasi oral lesi karena kandida herpes simplek, sarcoma
kaposi, HPV oral, gingivitis peridonitis HIV, leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
3.2 Saran
Setelah tersusunnya makalah ini diharapkan kita sebagai tenaga
kesehatan mengetahui tanda dan gejala anak dengan penyakit AIDS,
sehingga bisa dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya atau
memberikan asuhan keperawatan yang benar dan sesuai prosedur
penanganan anak dengan AIDS dan juga kita bisa melakukan pencegahan
agar anak tidak mengalami AIDS.
19
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik edisi 5. Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. EGC. Jakarta.
20