Anda di halaman 1dari 31

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisik I dengan judul percobaan “Diagram


Biner” disusun oleh :
Nama : Nurul Fadhillah Mutia
NIM : 1613142007
Kelas : Kimia Sains
Kelompok : VII (tujuh)
telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka dinyatakan diterima.

Makassar, Mei 2018


Koordinator Asisten, Asisten,

Nur Anita Sari Suwanti


NIM. 1413140001 NIM. 1413140008

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Mohammad Wijaya M. S.Si., M. Si


NIP. 19730927 199903 1 001
A. JUDUL PERCOBAAN
Diagram Biner
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menetapkan (mencari) suhu kelarutan kritis (titik konsulat) sistem biner air-
phenol
C. LANDASAN TEORI
Kelarutan didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang akan
melarut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Untuk kebanyakan zat
suhu mempengaruhi kelarutan. Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut
yang akan melarut dalam pelarut pada suhu tertentu. Ungkapan “yang sejenis
melarutkan yang sejenis” membantu kita memprediksi kelarutan zat dalam pelarut.
Ungkapan ini menyatakan bahwa dua zat dengan jenis dan bedas gaya antarmolekul
yang sama akan cenderung saling melarutkan. Bila dua cairan saling melarutkan
dengan sempurna dalam segala perbandingan maka keduanya disebut mampu
bercampur (miscible) (Chang, 2005: 5-9).
Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem yang dapat dipisahkan
secara mekanik. Serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifa-sifat fisika. Jadi
suatu sistem yang mengandung cairan dan uap masing-masing mempunyai bagian
daerah yang sama. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama dibagian uap tersebut,
tetapi nilai kerapatan berbeda dengan uap yang di fasa uap. Sistem yang hanya
terdiri atas campuran wujud gas saja hanya ada satu fasa pada kesetimbangan, sebab
gas selalu bercampur secara homogen. Dalam sistem yang hanya terdiri atas wujud
cairan-cairan pada kesetimbangan biasa terdapat satu fasa atau lebih, tergantung
pada kelarutannya. Padatan biasanya mempunyai kelarutan yang lebih teratas dan
pada suatu sistem padat yang setimbang biasa terdapat fasa padat yang berbeda
(Rohman dan Mulyani, 2004: 162).
Perubahan fase (phase changes) adalah peralihan dari satu fase ke fase lain,
terjadi bila energi (biasanya dalam bentuk kalor) ditambahkan atau dilepaskan.
Perubahan fasa merupakan perubahan fisis yang dicirikan dengan perubahan dalam
keteraturan molekul; molekul-molekul dalam wujud padat memiliki keteraturan
tertinggi, dan molekul-molekul dalam fase gas memiliki keacakan yang tertinggi.
Harap diingat bahwa hubungan antara perubahan energi dan kenaikan atau
penurunan keteraturan molekul akan membantu kita untuk memahami sifat
perubahan fasa (Chang, 2004: 385).
Fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen
diantara keadaan submakroskopisnya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian
sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua
cairan yang tidak dapat membentuk fase terpisah, sedangkan campuran gas-gas
adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol untuk jumlah fase adalah
P. Jumlah komponen-komponen dalam suatu sistem didefinisikan sebagai jumlah
minimum dari “variabel bebas pilih” yang dibutuhkan untuk menggambarkan
komposisi tiap fase suatu sistem (Dogra dan Dogra, 1990: 454).
Menentukan jumlah komponen adalah dengan menentukan jumlah total spesi
kimia dala sistem dikurangi jumlah reaksi-reaksi kesetimbangan yang berbeda yang
dapat terjadi antara zat-zat yang ada dalam sistem tersebut. Sebagai contoh kita
tinjau sistem yang terdiri dari tiga spesi yakni PCl5, PCl3 dan Cl2. Sistem ini terdiri
dari tiga spesi, tetapi hanya ada dua komponen karena adanya kesetimbangan ynag
terjadi pada sistem tersebut:
PCl5 PCl3 + Cl2
(Rohman dan Mulyani, 2004: 162).
Hubungan keseluruhan diantara fasa padat, cair dan gas disajikan paling baik
dalam satu grafik yang dikenal sebagai diagram fasa. Diagram fasa meringkaskan
kondisi suatu zat berada dalam wujud padat, cair atau gas. Sebagai contoh kurva
antara fasa cair dan fasa uap menunjukkan variasi tekanan uap terhadap suhu.
Serupa dengan itu, kedua kurva yang lain menandai kondisi untuk kesetimbangan,
antara es dan air, cair dan anatra es dan uap air (perhatikan bahwa garis batas padat-
cair memiliki kemiringan negatif). Titik dimana ketiga kurva bertemu disebut titik
triple. Untuk air titik ini terdapat di 0,01°C dan 0,006 atm. Ini merupakan satu-
satunya suhu dan tekanan saat ketiga fasa dapat berada dalam kesetimbangan satu
sama lain (Chang, 2005: 393).
Sistem dua komponen, biasa disebut sistem biner, memilki jumlah komponen
dua ( C = 2 ), sehingga aturan fasanya (f = C-p + 2 ) menjadi f = 4 – p. untuk sistem
satu fasa (p = 1 ) derajat kebebasannya ( f ) sama dengan tiga. Jadi ada 3 variabel
intensif independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan sistem tersebut,
yakni T, P dan fraksi mol. Biasanya, satu dari ketiga variabel tersebut yang dibuat
tetap, sehingga pada dua variabel sisanya ini juga dapat digambarkan dalam
diagram fasa yang memiliki dua dimensi. Variabel yang biasanya dipilih tetap
adalah p atau f (Rahman dan Mulyani, 2004: 170).
Pemampatan, jarak rata-rata anatar molekul diturunkan sehingga meolkul-
molekul itu terikat melalui saling tarik-menarik antara sesamanya. Proses pencairan
dalam industri menggabungkan kedua cara ini. Setiap zat memiliki suhu kritis
(critical temperature) (Tc), yang diatas suhu ini membentuk gas tidak dapat dibuat-
buat menjadi cair, seberapa besar pun tekanan yang diberikan. Suhu kritis juga
merupakan suhu tertinggi dimana suatu zat dapat berada dalam keadaan cair.
Tekanan minimum yang harus diberikan untuk menyebabkan pencairan pada suhu
kritis tersebut tekanan kritis (critical pressure) (Pc). Keadaan suhu kritis dapat
dijelaskan untuk zat tertentu (Chang, 2004: 390).
Diagram fasa yaitu keadaan setimbang dari sistem yang merupakan fungsi
dari suhu dan komposisi. Suatu campuran akan berpisah fasa pada suhu rendah,
namun akan membentuk fasa yang tunggal pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini
untuk mengharapkan bahwa fasa tunggal yang lebih tidak teratur daripada fasa
terpisah (Raja, 2012: 302-303).
Besarnya jumlah fenol yang teradsorpsi pada proses ini menunjukkan bahwa
karbon aktif merupakan adsorben yang sangat kuat terhadap fenol. Hal ini juga
membuktikaan bahwa karbon aktif memang sesuai dipakai sebagai adsorben untuk
pemisahan polutanpolutan organik. Pada proses adsorpsi dengan karbon aktif, juga
terjadi selektivitas adsorpsi. Di dalam air karbon aktif lebih memilih molekul-
molekul organik dan substansi-substansi yang nonpolar. Seperti diketahui bahwa
air lebih tinggi polaritasnya daripada fenol, momen dipol air ialah sebesar 1,84 D
[12] sedangkan Fenol sebesar 1,2 D [13], sehingga dapat dipastikan bahwa karbon
aktif akan lebih menyukai fenol dibanding air. Fenomena inilah yang membuat
suatu karbon aktif yang mempunyai kemampuan yang kuat untuk menyerap suatu
fenol (Slamet; dkk, 2006: 307).
Sistem air-phenol ditambahkan larutan NaCl maka NaCl hanya larut dalam air
dan tidak larut dalam fenol. Akibatnya kelarutan phenol dalam air akan bergeser
(berkurang), titik c akan bergeser ke kiri dan titik b akan bergeser ke kanan,
kelarutan air dalam phenol juga berkurang. Apabila campuran ini dipanaskan, pada
suhu saat kedua lapisan zat cair ini akan membentuk satu fase, ditandai dengan
larutam menjadi jernih yang diperoleh dengan membaca termometer pada
percobaannya (Tim Dosen Kimia Fisik, 2018: 9).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Rak tabung reaksi 1 buah
b. Tabung reaksi 10 buah
c. Sumbat gabus 10 buah
d. Termometer 110oC 8 buah
e. Termometer 360oC 8 buah
f. Kompor gas dan kasa asbes 1 pasang
g. Spatula 1 buah
h. Penjepit tabung reaksi 2 buah
i. Botol semprot 1 buah
j. Gelas kimia 1000 ml 1 buah
k. Gelas ukur 10 ml 1 buah
l. Gelas kimia 50 ml 1 buah
m. Neraca Analitik 1 buah
n. Lap kain kasar 1 buah
o. Lap kain halus 1 buah
2. Bahan
a. Metanol (CH3OH)
b. Fenol (C6H5OH)
c. Aquades (H2O)
d. Natrium klorida (NaCl) 1%
e. Aluminium foil
f. Tissue
E. PROSEDUR KERJA
1. Sebanyak 8 tabung reaksi besar disiapkan dengan komposisi campuran air dan
phenol masing-masing sebagai berikut :
No. tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
Phenol (g) 4 4 4 4 4 2 2 2
Air (mL) 4 5 6 8 10 6,5 8,5 10
2. Tiap campuran dipanaskan, mulai tabung 1-5 dan seterusnya dalam gelas kimia
di atas kompor.
3. Tabung reaksi dikocok perlahan-lahan dan dicatat suhu pada saat campuran
berubah dari keruh menjadi jernih.
4. Tabung reaksi dikeluarkan dari dalam gelas kimia dan dibiarkan pada suhu
kamar.
5. Suhu pada saat larutan menjadi keruh lagi dicatat.
6. Untuk mengetahui pengaruh penambahan larutan NaCl atau penambahan
CH3OH pada temperatur kelarutan kritis (titik konsulat), dilakukan hal berikut:
a. Tabung reaksi besar yang telah berisi 4 gram penol, 6 mL air dan 6 mL larutan
NaCl 1% dipanaskan dan dicatat suhu pada saat campuran menjadi jernih.
b. Tabung reaksi dikeluarkan dari dalam gelas kimia dan dibiarkan pada suhu
kamar.
c. Suhu pada saat larutan menjadi keruh lagi dicatat.
d. Tabung reaksi besar yang telah berisi 4 gram penol, 6 mL air dan 6 mL larutan
CH3OH 1% dipanaskan dan dicatat suhu pada saat campuran menjadi jernih.
e. Tabung reaksi dikeluarkan dari dalam gelas kimia dan dibiarkan pada suhu
kamar.
f. Suhu pada saat larutan menjadi keruh lagi dicatat.
F. HASIL PENGAMATAN
Aktifitas 4:4 4:5 4:6 4:8 4:10 2:6,5 2:8,5 2:10
T saat jernih 83°C 101°C 94°C 92°C 102°C 82°C 97°C 99°C
T saat keruh 43°C 68°C 67°C 63°C 69°C 60°C 51°C 67°C
T rata-rata 63°C 84,5°C 80,5°C 77,5°C 85,5°C 71°C 74°C 83°C
Aktifitas NaCl CH3OH
T saat jernih 97°C 95°C
T saat keruh 72°C 59°C
T rata-rata 84,5°C 77°C

G. ANALISIS DATA
a. Tabung 1 (4 gram phenol : 4 gram air)
Dik : m air = 4 gram
m fenol = 4 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,222 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,22 𝑚𝑜𝑙 + 0,04 𝑚𝑜𝑙
= 0,264 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,222 𝑚𝑜𝑙
=
0,264 𝑚𝑜𝑙
= 0,841
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,264 𝑚𝑜𝑙
= 0,159
b. Tabung 2 (4 gram phenol : 5 gram air)
Dik : m air = 5 gram
m fenol = 4 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,277 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,277 𝑚𝑜𝑙 + 0,042 𝑚𝑜𝑙
= 0,319 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,277 𝑚𝑜𝑙
=
0,319 𝑚𝑜𝑙
= 0,869
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,319 𝑚𝑜𝑙
= 0,131
c. Tabung 3 (4 gram phenol : 6 gram air)
Dik : m air = 6 gram
m fenol = 4 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,333 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,333 𝑚𝑜𝑙 + 0,042 𝑚𝑜𝑙
= 0,375 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,333𝑚𝑜𝑙
=
0,375 𝑚𝑜𝑙
= 0,888
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,375 𝑚𝑜𝑙
= 0,112
d. Tabung 4 (4 gram phenol : 8 gram air)
Dik : m air = 8 gram
m fenol = 4 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
8 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,444 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,44 𝑚𝑜𝑙 + 0,04 𝑚𝑜𝑙
= 0,486 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,444 𝑚𝑜𝑙
=
0,486 𝑚𝑜𝑙
= 0,914
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,486 𝑚𝑜𝑙
= 0,086
e. Tabung 5 (4 gram phenol : 10 gram air)
Dik : m air = 10 gram
m fenol = 4 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,556 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,556 𝑚𝑜𝑙 + 0,042 𝑚𝑜𝑙
= 0,598 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,556 𝑚𝑜𝑙
=
0,598 𝑚𝑜𝑙
= 0,930
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,598 𝑚𝑜𝑙
= 0,070
f. Tabung 6 (2 gram phenol : 6,5 gram air)
Dik : m air = 6,5 gram
m fenol = 2 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
6,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,361 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
2 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,021 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,361 𝑚𝑜𝑙 + 0,021 𝑚𝑜𝑙
= 0,382 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,361 𝑚𝑜𝑙
=
0,382 𝑚𝑜𝑙
= 0,946
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,021 𝑚𝑜𝑙
=
0,382 𝑚𝑜𝑙
= 0,054
g. Tabung 7 (2 gram phenol : 8,5 gram air)
Dik : m air = 8,5 gram
m fenol = 2 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
8,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,472 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
2 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,021 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,472 𝑚𝑜𝑙 + 0,021 𝑚𝑜𝑙
= 0,493 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,472 𝑚𝑜𝑙
=
0,493 𝑚𝑜𝑙
= 0,957
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,021 𝑚𝑜𝑙
=
0,493 𝑚𝑜𝑙
= 0,043
h. Tabung 8 (2 gram phenol : 10 gram air)
Dik : m air = 10 gram
m fenol = 2 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,556 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
2 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,021 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,556 𝑚𝑜𝑙 + 0,021 𝑚𝑜𝑙
= 0,577 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,556 𝑚𝑜𝑙
=
0,577 𝑚𝑜𝑙
= 0,964
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,021 𝑚𝑜𝑙
=
0,577 𝑚𝑜𝑙
= 0,036
i. Tabung 9
Perbandingan phenol, air dan NaCl (4 : 6 : 6)
Diketahui : m fenol = 4 gram
m air = 6 gram
m NaCl =xV
= 2,16 g/ml x 6 ml
= 12,96 gram
Mr fenol = 94 g/mol
Mr air = 18 g/mol
Mr NaCl = 58,4 g/mol
Ditanyakan : x air, x phenol dan x NaCl ?
Penyelesaian :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,333 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑁𝑎𝐶𝑙 =
𝑀𝑟
12,96 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
58,4 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,221 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 + n NaCl
= 0,333 𝑚𝑜𝑙 + 0,042 𝑚𝑜𝑙 + 0,221 mol
= 0,596 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,333 𝑚𝑜𝑙
=
0,596 𝑚𝑜𝑙
= 0,558
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,596 𝑚𝑜𝑙
= 0,070
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝐶𝑙
𝑥 𝑁𝑎𝐶𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,221 𝑚𝑜𝑙
=
0,596 𝑚𝑜𝑙
= 0,37
j. Tabung 10
Perbandingan phenol, air dan metanol (4 : 6 : 6)
Diketahui : m fenol = 4 gram
m air = 6 gram
m CH3OH =  x V
= 0,792 g/ml x 6 ml
= 4,752 gram
Mr fenol = 94 g/mol
Mr air = 18 g/mol
Mr NaCl = 32 g/mol
Ditanyakan : x air, x phenol dan x NaCl ?
Penyelesaian :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,333 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 CH3OH =
𝑀𝑟
4,752 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
32 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,1485 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 + n metanol
= 0,333 𝑚𝑜𝑙 + 0,042 𝑚𝑜𝑙 + 0,1485 mol
= 0,5244 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,333 𝑚𝑜𝑙
=
0,5244 𝑚𝑜𝑙
= 0,6355
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,5244 𝑚𝑜𝑙
= 0,0812
𝑚𝑜𝑙 CH3OH
𝑥 metanol =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,1485 𝑚𝑜𝑙
=
0,5244 𝑚𝑜𝑙
= 0,2832
Grafik antara hubungan suhu dengan fraksi mol
NaCL
100
90 Fenol
80 CH3O
70 H
60
Suhu

50
40
30
20
10
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18
Fraksi Mol

H. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menetapkan (mencari) suhu kelarutan kritis
(titik konsulat) sistem biner air- phenol yang ditandai dengan larutan menjadi jernih
atau menjadi satu fasa. Sistem biner atau biasa disebut sistem dua komponen adalah
sistem yang memiliki jumlah komponen dua (C = 2) sehingga aturan fasanya (f =
C-p=2) menjadi f = 4-p (Rohman, 2004 : 170). Adapun menurut teori (Chang, 2004:
390) bahwa suhu kritis atau titik kritis konsulat merupakan suhu tertinggi dimana
suatu zat dapat berada dalam keadaan cair.
Prinsip dasar percobaan ini adalah penentuan suhu kelarutan kritis melalui
kurva hubungan antara suhu dan fraksi mol dalam suatu diagram fasa yang ditandai
dengan larutan menjadi jernih. Prinsip kerja percobaan ini adalah penimbangan,
pencampuran, pengocokan, pemanasan, pendinginan dan pengukuran suhu
(penentuan suhu kelarutan kritis).
Percobaan ini dilakukan dengan
mencampurkan fenol dan air dalam tabung
reaksi dengan perbandingan massa yang
berbeda-beda. Perbandingan ini bertujuan
untuk mengetahui pada perbandingan massa
yang mana diperoleh suhu kelarutan kritis air-
fenol. Pada pencampuran air dan fenol
terbentuk dua lapisan, di mana lapisan atas merupakan air dan lapisan bawah
merupakan fenol. Hal ini terjadi karena perbedaan massa jenis dari kedua larutan,
dimana massa jenis air sebesar 1g/mL (MSDS) sedangkan massa jenis dari phenol
sebesar 1,07 g/mL (MSDS) sehingga campuran tidak saling bercampur yang
menandakan kedua campuran berada dalam keadaan dua fasa. Hal yang
mempengaruhi keadaan dua fasa ini karena kedua campuran ini memiliki perbedaan
kepolaran, dimana air bersifat polar dan phenol bersifat non polar. Adapun menurut
teori dari (Chang, 2005) bahwa air bersifat polar karena adanya dua pasang elektron
menyendiribermuatan negatif terkonsentrasi pada atom oksigen dan ikatan O-H
bersifat polar karena daerah bermuatan negatif berpusat pada atom oksigen yang
menyebabkan molekul air mempunyai momen dipol yang kuat. Sedangkan fenol
bersifat non-polar karena merupakan senyawa aromatik yang memiliki gugus
hidroksil.
Campuran dalam tabung reaksi dipanaskan diimana
sebelumnya dilakukan pengocokan terlebih dahulu agar air
dan phenol dapat bercampur sempurna . kemudian
dilakukan pembacaan skala termometer ketika larutan
menjadi jernihatau satu fasa. Perubahan larutan menjadi
jernih ini karena kelarutan masing-masing komponennya
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu sehingga
menyebabkan daerah dua fasa menjadi semakin sempit dan akhirnya bertemu dalam
satu titik yang disebut titik kritis. Larutan
menjadi jernih kemudian didinginkan pada
suhu kamar hingga larutan keruh kembali
dan terbentuknya dua fasa yang kemudian
dibaca skala termometer. Berdasarkan hasil
pengamatan diperoleh suhu yang bervariasi.
Ini dikarenakan perbandingan komposisi air
dan phenol berbeda-beda. Temperatur pada saat air-phenol larut dalam satu fasa
disebut titik konsulat/titik kritis. Untuk mengetahui temperatur pelarutan digunakan
termometer yang telah dilengkapi dengan sumbat gabus, dimana sumbat gabus
berfungsi agar uap larutan tidak mempengaruhi fraksi mol dalam larutan.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh suhu campuran air dan phenol rata-ratanya
secara berurutan adalah 63°C, 84,5°C, 80°C, 77,5°C, 85,5°C, 71°C, 74°C dan 83°C.
Suhu campuran kritis dari air phenol yaitu sebesar 85,5°C pada komposisi 4 gram
phenol : 10 mL air. Hal ini dikarenakan suhu maksimum kelarutan fenol-air yakni
63°C. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut (Soebagio, 2003) yang mengatakan
bahwa titik konsulat air-phenol adalah 65,85.
Percobaan selanjutnya adalah untuk mengetahui
pengaruh kelarutan terhadap penambahan NaCl dan
CH3OH. Perbandingan komposisi air-phenol sama dengan
tabing 3 yaitu perbandingan 4 gram phenol dan 6 mL air.
Masing-masing campuran fenol-air-NaCl dan fenol-air-
CH3OH di panaskan hingga larutan menjadi jernih (satu
fasa). Campuran kemudian didinginkan hingga larutan menjadi keruh. Hasil
pengamatan menunjukkan suhu larutan ketika menjadi jernih pada penambahan
NaCl sebesar 97°C dan penambahan CH3OH sebesar 95°C dan suhu rata-rata
menunjukkan 84°C dan 77°C. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang
mengatakan penambahan NaCl dapat menaikkan suhu kritis camputan air-phenol,
hal ini disebabkan oleh NaCl yang larut dalam air dan tidak larut dalam phenol,
sedangkan CH3OH ini bersifat semi polar yakni CH3OH ini dapat larut dalam air
dan dapat pula larut dalam phenol. Akibatnay kelarutan phenol dalam air bertambah
sehingga suhu yang diperlukan agar sistem biner air-phenol menjadi satu fasa tidak
terlalu tinggi. Berdasarkan percobaan ini diperoleh bahwa semakin tinggi suhu,
persentase volume air semakin air semakin meningkat, karena apabila temperatur
ditingkatkan, kelarutan juga akan berubah.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa titik konsulat
(suhu kelarutan kritis) pada sistem biner air-phenil adalah 85,5oC pada kompisisi 4
gram phenol dan 10 mL air pada penambahan NaCl titik konsulatnya yaitu 84,5 oC
dan pada penambahan metanol titik konsulatnya yaitu 72 oC .
2. Saran
Kepada praktikum selanjutnya untuk lebih memperhatikan termometer pada
tabung dimana termometer harus menyentuh campuran agar suhu yang diperoleh
lebih telitih.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.

Dogra dan Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: Universitas Indonesia.

Raja, Krisna L. 2012. Tinjauan tentang Dekomposisi Spinodal pada Campuran


Biner Polimer. Jurnal Kimia Keemasan, Vol. 34, No. 2.

Rohman, Ijang dan Sri M. 2004. Kimia Fisika I. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.

Slamet., Setijo Bismo., Rita Arbianti dan Zulaina Sari. 2006. Penyisihan fenol
dengan Kombinasi Proses Adsorpsi dan Fotokatalisis Menggunakan Karbon
Aktif dan TiO2. Jurnal Teknologi. Edisi No. 4.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar:
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar.
Jawaban Pertanyaan

1. Fraksi fenol dari setiap campuran Air-Phenol

e. Tabung 1 (4 gram phenol : 4 gram air)


Dik : m air = 4 gram
m fenol = 4 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,222 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,22 𝑚𝑜𝑙 + 0,04 𝑚𝑜𝑙
= 0,264 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,222 𝑚𝑜𝑙
=
0,264 𝑚𝑜𝑙
= 0,841
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,264 𝑚𝑜𝑙
= 0,159
f. Tabung 2 (4 gram phenol : 5 gram air)
Dik : m air = 5 gram
m fenol = 4 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,277 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,277 𝑚𝑜𝑙 + 0,042 𝑚𝑜𝑙
= 0,319 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,277 𝑚𝑜𝑙
=
0,319 𝑚𝑜𝑙
= 0,869
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,319 𝑚𝑜𝑙
= 0,131
g. Tabung 3 (4 gram phenol : 6 gram air)
Dik : m air = 6 gram
m fenol = 4 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,333 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,333 𝑚𝑜𝑙 + 0,042 𝑚𝑜𝑙
= 0,375 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,333𝑚𝑜𝑙
=
0,375 𝑚𝑜𝑙
= 0,888
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,375 𝑚𝑜𝑙
= 0,112
h. Tabung 4 (4 gram phenol : 8 gram air)
Dik : m air = 8 gram
m fenol = 4 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
8 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,444 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,44 𝑚𝑜𝑙 + 0,04 𝑚𝑜𝑙
= 0,486 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,444 𝑚𝑜𝑙
=
0,486 𝑚𝑜𝑙
= 0,914
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,486 𝑚𝑜𝑙
= 0,086
k. Tabung 5 (4 gram phenol : 10 gram air)
Dik : m air = 10 gram
m fenol = 4 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,556 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,556 𝑚𝑜𝑙 + 0,042 𝑚𝑜𝑙
= 0,598 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,556 𝑚𝑜𝑙
=
0,598 𝑚𝑜𝑙
= 0,930
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,598 𝑚𝑜𝑙
= 0,070
l. Tabung 6 (2 gram phenol : 6,5 gram air)
Dik : m air = 6,5 gram
m fenol = 2 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
6,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,361 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
2 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,021 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,361 𝑚𝑜𝑙 + 0,021 𝑚𝑜𝑙
= 0,382 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,361 𝑚𝑜𝑙
=
0,382 𝑚𝑜𝑙
= 0,946
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,021 𝑚𝑜𝑙
=
0,382 𝑚𝑜𝑙
= 0,054
m. Tabung 7 (2 gram phenol : 8,5 gram air)
Dik : m air = 8,5 gram
m fenol = 2 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
8,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,472 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
2 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,021 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,472 𝑚𝑜𝑙 + 0,021 𝑚𝑜𝑙
= 0,493 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,472 𝑚𝑜𝑙
=
0,493 𝑚𝑜𝑙
= 0,957
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,021 𝑚𝑜𝑙
=
0,493 𝑚𝑜𝑙
= 0,043
n. Tabung 8 (2 gram phenol : 10 gram air)
Dik : m air = 10 gram
m fenol = 2 gram
Mr air = 18 g/mol
Mr fenol = 94 g/mol
Dit : x air dan x fenol = …… ?
Peny :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,556 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
2 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,021 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
= 0,556 𝑚𝑜𝑙 + 0,021 𝑚𝑜𝑙
= 0,577 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,556 𝑚𝑜𝑙
=
0,577 𝑚𝑜𝑙
= 0,964
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,021 𝑚𝑜𝑙
=
0,577 𝑚𝑜𝑙
= 0,036
o. Tabung 9
Perbandingan phenol, air dan NaCl (4 : 6 : 6)
Diketahui : m fenol = 4 gram
m air = 6 gram
m NaCl =xV
= 2,16 g/ml x 6 ml
= 12,96 gram
Mr fenol = 94 g/mol
Mr air = 18 g/mol
Mr NaCl = 58,4 g/mol
Ditanyakan : x air, x phenol dan x NaCl ?
Penyelesaian :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,333 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑁𝑎𝐶𝑙 =
𝑀𝑟
12,96 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
58,4 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,221 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 + n NaCl
= 0,333 𝑚𝑜𝑙 + 0,042 𝑚𝑜𝑙 + 0,221 mol
= 0,596 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,333 𝑚𝑜𝑙
=
0,596 𝑚𝑜𝑙
= 0,558
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,596 𝑚𝑜𝑙
= 0,070
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝐶𝑙
𝑥 𝑁𝑎𝐶𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,221 𝑚𝑜𝑙
=
0,596 𝑚𝑜𝑙
= 0,37
p. Tabung 10
Perbandingan phenol, air dan metanol (4 : 6 : 6)
Diketahui : m fenol = 4 gram
m air = 6 gram
m CH3OH =  x V
= 0,792 g/ml x 6 ml
= 4,752 gram
Mr fenol = 94 g/mol
Mr air = 18 g/mol
Mr NaCl = 32 g/mol
Ditanyakan : x air, x phenol dan x NaCl ?
Penyelesaian :
𝑚
𝑛 𝑎𝑖𝑟 =
𝑀𝑟
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,333 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
94 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,042 𝑚𝑜𝑙
𝑚
𝑛 CH3OH =
𝑀𝑟
4,752 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
32 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,1485 𝑚𝑜𝑙
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑎𝑖𝑟 + 𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 + n metanol
= 0,333 𝑚𝑜𝑙 + 0,042 𝑚𝑜𝑙 + 0,1485 mol
= 0,5244 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
𝑥 𝑎𝑖𝑟 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,333 𝑚𝑜𝑙
=
0,5244 𝑚𝑜𝑙
= 0,6355
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑥 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,042 𝑚𝑜𝑙
=
0,5244 𝑚𝑜𝑙
= 0,0812
𝑚𝑜𝑙 CH3OH
𝑥 metanol =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,1485 𝑚𝑜𝑙
=
0,5244 𝑚𝑜𝑙
= 0,2832
2. Temperature rata-rata
Misal T1 = T saat jernih
T2 = T saat keruh
T3 = T rata-rata
a. Tabung 1
T1 = 83 OC, T2 = 43 OC
𝑇1+𝑇2 83+43
T3 = = = 63 OC
2 2

b. Tabung 2
T1 = 101 OC, T2 = 68 OC
𝑇1+𝑇2 101+68
T3 = = = 84,5 OC
2 2

c. Tabung 3
T1 = 94 OC, T2 = 67 OC
𝑇1+𝑇2 94+67
T3 = = = 80,5OC
2 2

d. Tabung 4
T1 = 92 OC, T2 = 63 OC
𝑇1+𝑇2 92+63
T3 = = = 77 OC
2 2

e. Tabung 5
T1 = 102 OC, T2 = 69 OC
𝑇1+𝑇2 102+69
T3 = = = 85,5OC
2 2

f. Tabung 6
T1 = 82 OC, T2 = 60 OC
𝑇1+𝑇2 82+60
T3 = = = 71OC
2 2

g. Tabung 7
T1 = 97 OC, T2 = 51 OC
𝑇1+𝑇2 97+51
T3 = = = 74OC
2 2

h. Tabung 8
T1 = 99 OC, T2 = 67 OC
𝑇1+𝑇2 99+67
T3 = = = 83 OC
2 2

Grafik antara hubungan suhu dengan fraksi mol


100
NaCL
90
80 Fenol
70 CH3O
60 H
Suhu

50
40
30
20
10
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18
Fraksi Mol

Anda mungkin juga menyukai