Anda di halaman 1dari 9

A.

Media Berbasis Visual


Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada
siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar/ilustrasi,
sketsa/gambar garis, grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih.
Foto menghadirkan ilustrasi melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari
sesuatu objek atau situasi. Sementara itu, grafik merupakan representasi simbolis dan
artistik sesuatu objek atau situasi.
Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan
efektivitas bahan-bahan visual dan grafik itu. ini hanya dapat dicapai dengan
mengatur dan mengorganisas gagasan-gagasan yang timbul, merencanakannya
dengan seksai dan menggunakan teknik-teknik dasar visualisasi objek, konse
informasi, atau situasi. Meskipun perancang media pembelajaran bukan seorang
pelukis dengan latar belakang profesional, ia sebaiknya mengetahui beberapa prinsip
dasar dan penuntun dalam rangka memenuhi kebutuhan penggunaan medía berbasis
visual.
Jika mengamati bahan-bahan grafis, gambar, dan lain- lain. yang ada di sekitar
kita, seperti majalah, iklan-iklan papan informasi, kita akan menemukan banyak
gagasan untuk merancang bahan visual yang menyangkut penataan elemen- elemen
visual yang akan ditampilkan. Tataan elemen-elemen itu harus dapat menampilkan
visual yang dapat dimengerti, terang/ dapat dibaca, dan dapat menarik perhatian
sehingga ia mampu menyampaikan pesan yang diinginkan oleh penggunaannya.
Dalam proses penataan itu harus diperhatikan prinsip-prinsip desain tertentu,
antara lain prinsip kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, dan keseimbangan.
Unsur-unsur visual yang selanjutnya perlu dipertimbangkan adalah bentuk, garis,
ruang, tekstur, dan warna. (Azhar Arsyad, 2015: 103)

Kesederhanaan
Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang
terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa
menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi
yang panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan visual yang
mudah dibaca dan mudah dipahami, demikian pula teks yang menyertai bahan visual
harus dibatasi (misalnya antara 15 sampai dengan 20 kata). Kata-kata harus memakai
huruf yang sederhana dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan tidak terlalu ragam
dalam satu tampilan ataupun serangkaian tampilan visual. Kalimat-kalimatnya juga
harus ringkas tetapi padat, dan mudah dimengerti.

Keterpaduan
Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat & antara elemen-
elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-
elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga
visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat
membantu pemahaman pesan dan informasi yang di kandungnya.
Penekanan

Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep


yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan
menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan
perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting.

Keseimbangan

Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang memberikan


persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris. Keseimbangan yang
keseluruhannya simetris disebut keseimbangan formal. Keseimbangan seperti ini
menampakkan dua bayangan visual yang sama dan sebangun. Oleh karena itu,
keseimbangan formal cenderung tampak statis. Sebaliknya,keseimbangan informal-
tidak keseluruhannya simetris- memberikan kesan dinamis dan dapat menarik
perhatian.

Pengembangan visual dengan keseimbangan informal memerlukan daya


imajinasi yang lebih tinggi dan keinginan bereksperimen dari perancang visual.

Bentuk

Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan
perhatian.yang aneh Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam
penyajian pesan, informasi atau isi pelajaran perlu diperhatikan.

Garis

Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat


menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus.

Tekstur

Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halus.
Tekstur dapat digunakan untuk penekanan suatu unsur seperti halnya warna.

Warna

Warna merupakan unsur visual yang penting, tetapi ia harus digunakan


dengan hati-hati untuk memperoleh dampak yang baik. Warna digunakan untuk
memberi kesan pemisahan atau penekanan, atau untuk membangun keterpaduan. Di
samping itu, warna dapat mempertinggi tingkat realisme objek atau situasi yang
digambarkan, menunjukkan persamaan dan perbedaan, dan menciptakan respons
emosional tertentu. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan ketika menggunakan
warna, yaitu:

(1) pemilihan warna khusus (merah, biru, kuning, dan sebagainya),


(2) nilai warna (tingkat ketebalan dan ketipisan warna itu dibandingkan dengan unsur
lain dalam visual tersebut), dan

(3) intensitas atau kekuatan warna itu untuk memberikan dampak yang diinginkan.

a. Gambar

Gambar yang dimaksudkan di sini termasuk foto, lukisan/ gambar, dan sketsa
(gambar garis). Tujuan utama penampilan berbagai jenis gambar ini adalah untuk
memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa.

Gambar Jadi

Materi pelajaran yang memerlukan visualisasi dalam bentuk ilustrasi yang


dapat diperoleh dari sumber yang ada. Gambar-gambar dari majalah, booklet, brosur,
selebaran, dan lain-lain mungkin dapat memenuhi kebutuhan kita. Jika pada saat ini
belum memiliki clipping gambar, sebaiknya kita mulai mengumpulkan gambar dari
berbagai disiplin ilmu. Dari berbagai sumber tersebut diatas, diharapkan tersedia
gambar yang sesuai dengan isi pelajaran. Dengan gabungan dari potongan dua
gambar atau lebih, kebutuhan terhadap gambar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran akan dapat terpenuhi. Hal penting yang harus selalu diperhatikan adalah
hak cipta atas gambar yang akan digunakan Jika gambar-gambar yang akan
digunakan itu memiliki hak cipta, kita perlu meminta izin kepada pemegang hak cipta
itu.

Gambar yang dikumpulkan dan dipilih untuk digunakan dalam penyampaian


materi pelajaran sebaiknya difoto kopi. Gambar-gambar itu kemudian digabung
dengan label judul dengan huruf-huruf lekat (misalnya, rugos). Hasilnya dapat
difotokopi atau difoto kemudian dicetak di atas kertas fotografi yang baik dengan
ukuran yang diinginkan.
Gambar Garis (sketsa atau stick figure)

Meskipun tidak memiliki latar belakang pendidikan kesenian atau melukis,


kita dapat membuat gambar sederhana yang merupakan sketsa atau gambar garis
(stick figure). Gambar garis, kendatipun amat sederhana, dapat menunjukkan aksi
atau sikap dengan dampak yang cukup baik. Dengan gambar garis kita dapat
menyampaikan cerita atau pesan-pesan penting. Di samping gambar garis dapat
dibuat langsung pada papan tulis ketika berada di kelas, gambar juga dapat
dipersiapkan lebih dahulu pada lembaran karton atau kertas yang sesuai.

Dalam membuat gambar garis ciri utama objek, aksi, atau situasi yang ingin
dilukiskan harus tetap ada. Wajah yang ceria dapat dibedakan dari wajah yang
cemberut dengan garis-garis Lekung pada wajah (misalnya mulut dan alis).

Aksi atau kegiatan yang sedang berlangsung dapat dilukiskan dengan baik
dengan gambar garis. Misalnya orang yang sedang berlari atau sedang menarik
seekor anjing.

Bentuk sesuatu objek yang sederhana dapat dilukiskan dengan gambar garis
tanpa mengkhawatirkan penafsiran yang keliru dari siswa. Misalnya gambar rumah
atau tas, seperti gambar berikut dapat digunakan untuk pengajaran bahasa Arab atau
bahasa Inggris, khususnya untuk pengenalan kosa kata.

Pengenalan kosa kata awal seperti di atas merupakan pendukung untuk


pelajaran selanjutnya, misalnya pelajaran mengenai kata sifat "ukuran" disusul
dengan bentuk-bentuk perbandingan. Jadi, sesuatu gambar garis dapat dibuat dalam
beberapa ukuran besar, panjang, tinggi, dan lain-lain. (rumah besar, rumah kecil, lebih
tinggi, lebih pendek, dan seterusnya). Tentu saja gerakan yang mudah dilakukan
dalam kelas tidak perlu digambarkan, apabila tersedia ruang yang cukup. Sementara
itu, gerakan-gerakan seperti "berlari, memanjat tebing, bersepeda, bermain voli, dan
lain-lain. Akan lebih menyenangkan bila pertontonkan dengan gambar- gambar garis.
Di samping itu, dengan alat bantu gambar, siswa-siswa akan lebih mudah dan leluasa
untuk memperbincangkannya daripada mereka harus melakukannya.

Dalam pengajaran bahasa asing, gambar garis dapat pula digunakan untuk
mendorong dan menstimulasi pengungkapan gagasan siswa, baik secara lisan maupun
secara tertulis. Gambar yang merupakan rangkaian kegiatan atau cerita disajikan
secara berurutan. Siswa berlatih mengungkapkan adegan kegiatan-kegiatan tersebut
yang apabila dirangkaikan menjadi suatu cerita.Gambar cerita ini akan lebih menarik
lagi jika didasarkan kepada cerita rakyat atau dongeng-dongeng popular bagi
masyarakat dan siswa pada khususnya. Misalnya, "Ayo, Kita Memancing" merupakan
kegiatan liburan yang menyenangkan bagi siswa secara umum. Atau cerita "Sang
Kura-kura dan Sang kelinci” yang berlomba dan kura – kura memenangkan
perlombaan itu.

Gambar garis dapat digunakan pada media flashcard (kartu kecil yang berisi
gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada
sesuatu yang berhubungan dengan card biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat
disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Kartu abjad, misalnya, dapat
digunakan untuk latihan mengeja lancer (dalam bahasa Arab atau bahasa Inggris).
Kartu yang berisi gambar-gambar (benda-benda, binatang, dan sebagainya) dapat
digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosa Kartu-kartu tersebut
menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respons yang
diinginkan. Misalnya, memperlancar bacaan-bacaan shalat, gambar setiap gerakan
dalam shalat dibuat di atas flashcard.

Strip Story merupakan potongan-potongan kertas yang seringndigunakan


dalam pengajaran bahasa asing. Di samping murah dan amat mudah untuk dibuat,
teknik strip story sederhana dan tidak memerlukan keterampilan khusus untuk
menggunakannya. Berikut ini salah satu contoh pembuatan dan penggunaan strip
story untuk membuat siswa menghafal dan membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an tanpa
terkesan membosankan dan terpaksa.

I. Guru memilih ayat-ayat Al-Qur'an yang bersambung dengan rapih, yang kira-
kira dapat dibagi rata ayat-ayatnya kepada siswa.

2 Ayat-ayat tersebut ditulis atau diketik Arab dengan jelas (di atas kertas atau
karton yang agak tebal) dengan mengosongkan ruang ekstra antara satu ayat
dengan ayat lainnya (satu ayat dapat dibagi ke dalam dua atau lebih).

3. Lembaran ayat-ayat itu dipotong-potong menjadi satu kepingan kertas/karton


untuk satu ayat (atau sebagian dari satu ayat). Catatan: Apabila jumlah siswa
banyak, ayat-ayat itu dapat ditulis beberapa kali (atau difotokopi) dan
kemudian siswa dibagi per firgah. Setiap satu firqah dapat dipotong-potong
yang materinya sama dengan firgah lainnya.

4. Potongan-potongan kertas/karton yang berisi ayat-ayat itu dibagikan secara


acak kepada siswa.

5. Guru meminta siswa menghafal di luar kepala ayat-ayatnya dalam sekejab


(satu-dua menit). Siswa-siswa dilarang menulis apa-apa atau memperlihatkan
kepada siswa lainnya

6. Guru meminta siswa agar kertas/karton mereka dikumpul kembali. (Ini


dimaksudkan agar setiap siswa dapat berpartisipasi aktif untuk menghasilkan
suatu sambungan ayat yang teratur dan benar sesuai dengan Al-Qur'an).

7. Guru duduk dan tetap diam (kelas diharapkan jadi tenang + 1 -2 menit).

8. Guru meminta siswa untuk berdiri dari tempat duduknya. (Untuk kelas besar,
murid dapat dibagi ke dalam kelompok kecil). Kelompok ini dapat dibentuk
dengan berdasarkan kepada "kesamaan (potongan) ayat yang telah diperoleh",
atau "berdasarkan urutan kesatuan ayat-ayat yang membentuk satu surah
dalam Al-Qur'an"

9. Setelah menentukan cara atau dasar pengelompokan, siswa akan berusaha


mencari siswa yang akan bergabung dalam kelompoknya. Apabila memilih
cara yang pertama (berdasarkan kesamaan ayat yang diperoleh) maka langkah
berikutnya adalah menggabungkan seorang siswa dari masingmasing
kelompok ke dalam satu kelompok baru Dengan demikian, kelompok baru
tersebut telah memiliki semua potongan surat (ayat-ayat) Al-Qur'an yang akan
disusun.

10. Dengan bergabungnya siswa dalam kelompok itu, mereka sudah dapat mulai
menyusun ayat-ayat itu secara berurutan. Siswa secara bergiliran akan
menyebut ayat yang dihafalnya. Dengan demikian, mereka dapat
mengidentifikasi mufradat dan memahami ayat itu. Guru dapat mengamati
keterlibatan aktif setiap siswa dalam menyempurnakan urutan ayat-ayat itu

11. Setelah setiap kelompok menemukan urutan ayat yang benar dan disetujui
oleh masing-masing anggota kelompoknya, guru dapat menugaskan
kelompok-kelompok itu agar masing-masing individu anggota kelompok
secara berurutan menyebut ayat yang dihafalnya sehingga berbentuk
rangkaian ayat yang teratur. Jika waktu mengizinkan, siswa dapat ditugaskan
untuk menulis ayat-ayat itu di dalam buku catatan mereka dengan jalan saling
mendiktekan ayat-ayat yang dihafalnya.

12. Setelah tugas-tugas itu dilakukan oleh siswa, guru sebaiknya memperlihatkan
ayat-ayat yang utuh melalui OHP atau pada karton yang agak lebar.
Strip story dapat digunakan untuk mata pelajaran hadis, isah-kisah nabi, imlah
Qur'an, bacaan dalam shalat; mahfudhat, dan lain-lain. Di bawah ini salah satu contoh
surat yang dapat dikeping menjadi beberapa potong.

Teknik strip story mempermahir siswa menyusun kalimat atau ayat – ayat menjadi
satu untaian surah. Untuk mempermahir menyusun kata – kata ke dalam satu kalimat
dapat pula digunakan teknik yang serupa dengan menggunakan kartu-kartu yang
berisi kata kata. Kartu-kartu kata itu disusun secara acak (tidak beraturan), dan siswa
ditugaskan untuk membaca cepat kata - kata pada kartu-kartu itu dengan urutan yang
benar. Latihan ini mempermahir keterampilan siswa membaca cepat.

Kata-kata yang diletakkan secara tidak beraturan itu ke bawah harus dibaca
dengan benar oleh siswa. Di balik setiap kartu kata dapat dituliskan arti kata itu,
sehingga latihan siswa dapat dilanjutkan dengan memahami arti.

Pada prinsipnya, kartu kata untuk latihan membaca cepat ini dapat pula
digunakan pada papan flanel atau papan kantong Kartu-kartu itu diletakkan dalam
kantong-kantong pada papan tersebut, sehingga bila disusun urutan kartu diubah
maka kalimat yang disusun di papan itu pun berubah.

Anda mungkin juga menyukai