Media Visual
Media Visual
Kesederhanaan
Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang
terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa
menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi
yang panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan visual yang
mudah dibaca dan mudah dipahami, demikian pula teks yang menyertai bahan visual
harus dibatasi (misalnya antara 15 sampai dengan 20 kata). Kata-kata harus memakai
huruf yang sederhana dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan tidak terlalu ragam
dalam satu tampilan ataupun serangkaian tampilan visual. Kalimat-kalimatnya juga
harus ringkas tetapi padat, dan mudah dimengerti.
Keterpaduan
Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat & antara elemen-
elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-
elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga
visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat
membantu pemahaman pesan dan informasi yang di kandungnya.
Penekanan
Keseimbangan
Bentuk
Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan
perhatian.yang aneh Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam
penyajian pesan, informasi atau isi pelajaran perlu diperhatikan.
Garis
Tekstur
Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halus.
Tekstur dapat digunakan untuk penekanan suatu unsur seperti halnya warna.
Warna
(3) intensitas atau kekuatan warna itu untuk memberikan dampak yang diinginkan.
a. Gambar
Gambar yang dimaksudkan di sini termasuk foto, lukisan/ gambar, dan sketsa
(gambar garis). Tujuan utama penampilan berbagai jenis gambar ini adalah untuk
memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa.
Gambar Jadi
Dalam membuat gambar garis ciri utama objek, aksi, atau situasi yang ingin
dilukiskan harus tetap ada. Wajah yang ceria dapat dibedakan dari wajah yang
cemberut dengan garis-garis Lekung pada wajah (misalnya mulut dan alis).
Aksi atau kegiatan yang sedang berlangsung dapat dilukiskan dengan baik
dengan gambar garis. Misalnya orang yang sedang berlari atau sedang menarik
seekor anjing.
Bentuk sesuatu objek yang sederhana dapat dilukiskan dengan gambar garis
tanpa mengkhawatirkan penafsiran yang keliru dari siswa. Misalnya gambar rumah
atau tas, seperti gambar berikut dapat digunakan untuk pengajaran bahasa Arab atau
bahasa Inggris, khususnya untuk pengenalan kosa kata.
Dalam pengajaran bahasa asing, gambar garis dapat pula digunakan untuk
mendorong dan menstimulasi pengungkapan gagasan siswa, baik secara lisan maupun
secara tertulis. Gambar yang merupakan rangkaian kegiatan atau cerita disajikan
secara berurutan. Siswa berlatih mengungkapkan adegan kegiatan-kegiatan tersebut
yang apabila dirangkaikan menjadi suatu cerita.Gambar cerita ini akan lebih menarik
lagi jika didasarkan kepada cerita rakyat atau dongeng-dongeng popular bagi
masyarakat dan siswa pada khususnya. Misalnya, "Ayo, Kita Memancing" merupakan
kegiatan liburan yang menyenangkan bagi siswa secara umum. Atau cerita "Sang
Kura-kura dan Sang kelinci” yang berlomba dan kura – kura memenangkan
perlombaan itu.
Gambar garis dapat digunakan pada media flashcard (kartu kecil yang berisi
gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada
sesuatu yang berhubungan dengan card biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat
disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Kartu abjad, misalnya, dapat
digunakan untuk latihan mengeja lancer (dalam bahasa Arab atau bahasa Inggris).
Kartu yang berisi gambar-gambar (benda-benda, binatang, dan sebagainya) dapat
digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosa Kartu-kartu tersebut
menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respons yang
diinginkan. Misalnya, memperlancar bacaan-bacaan shalat, gambar setiap gerakan
dalam shalat dibuat di atas flashcard.
I. Guru memilih ayat-ayat Al-Qur'an yang bersambung dengan rapih, yang kira-
kira dapat dibagi rata ayat-ayatnya kepada siswa.
2 Ayat-ayat tersebut ditulis atau diketik Arab dengan jelas (di atas kertas atau
karton yang agak tebal) dengan mengosongkan ruang ekstra antara satu ayat
dengan ayat lainnya (satu ayat dapat dibagi ke dalam dua atau lebih).
7. Guru duduk dan tetap diam (kelas diharapkan jadi tenang + 1 -2 menit).
8. Guru meminta siswa untuk berdiri dari tempat duduknya. (Untuk kelas besar,
murid dapat dibagi ke dalam kelompok kecil). Kelompok ini dapat dibentuk
dengan berdasarkan kepada "kesamaan (potongan) ayat yang telah diperoleh",
atau "berdasarkan urutan kesatuan ayat-ayat yang membentuk satu surah
dalam Al-Qur'an"
10. Dengan bergabungnya siswa dalam kelompok itu, mereka sudah dapat mulai
menyusun ayat-ayat itu secara berurutan. Siswa secara bergiliran akan
menyebut ayat yang dihafalnya. Dengan demikian, mereka dapat
mengidentifikasi mufradat dan memahami ayat itu. Guru dapat mengamati
keterlibatan aktif setiap siswa dalam menyempurnakan urutan ayat-ayat itu
11. Setelah setiap kelompok menemukan urutan ayat yang benar dan disetujui
oleh masing-masing anggota kelompoknya, guru dapat menugaskan
kelompok-kelompok itu agar masing-masing individu anggota kelompok
secara berurutan menyebut ayat yang dihafalnya sehingga berbentuk
rangkaian ayat yang teratur. Jika waktu mengizinkan, siswa dapat ditugaskan
untuk menulis ayat-ayat itu di dalam buku catatan mereka dengan jalan saling
mendiktekan ayat-ayat yang dihafalnya.
12. Setelah tugas-tugas itu dilakukan oleh siswa, guru sebaiknya memperlihatkan
ayat-ayat yang utuh melalui OHP atau pada karton yang agak lebar.
Strip story dapat digunakan untuk mata pelajaran hadis, isah-kisah nabi, imlah
Qur'an, bacaan dalam shalat; mahfudhat, dan lain-lain. Di bawah ini salah satu contoh
surat yang dapat dikeping menjadi beberapa potong.
Teknik strip story mempermahir siswa menyusun kalimat atau ayat – ayat menjadi
satu untaian surah. Untuk mempermahir menyusun kata – kata ke dalam satu kalimat
dapat pula digunakan teknik yang serupa dengan menggunakan kartu-kartu yang
berisi kata kata. Kartu-kartu kata itu disusun secara acak (tidak beraturan), dan siswa
ditugaskan untuk membaca cepat kata - kata pada kartu-kartu itu dengan urutan yang
benar. Latihan ini mempermahir keterampilan siswa membaca cepat.
Kata-kata yang diletakkan secara tidak beraturan itu ke bawah harus dibaca
dengan benar oleh siswa. Di balik setiap kartu kata dapat dituliskan arti kata itu,
sehingga latihan siswa dapat dilanjutkan dengan memahami arti.
Pada prinsipnya, kartu kata untuk latihan membaca cepat ini dapat pula
digunakan pada papan flanel atau papan kantong Kartu-kartu itu diletakkan dalam
kantong-kantong pada papan tersebut, sehingga bila disusun urutan kartu diubah
maka kalimat yang disusun di papan itu pun berubah.