SKRIPSI
Disusun Oleh
NIM : 131224035
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Saya benci setiap menit latihan, namun saya berkata ‘jangan menyerah’.
Menderitalah dahulu, lalu jalani hidup anda sebagai seorang juara.
( Muhammad Ali)
Sekuat apapun perasaanmu pada satu nama, pada akhirnya akan tetap
kalah dengan ketetapannya.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Allah SWT yang telah menjadikan saya sebagai manusia yang senantiasa berpikir,
berilmu, beriman, dan bersabar dalam menyelesaikan karya ini.
Kedua orang tua tercinta Bapak Sugiyanto dan Ibu Tukinah yang tiada pernah
hentinya selama ini memberikan semangat, doa, dorongan, nasehat, dan kasih
sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan sehingga saya selalu kuat
menghadapi setiap rintangan yang ada. Adikku tersayang Dwi Andika Dimas
Candy Satrio yang senantiasa memberikan motivasi, semangat, dan doa untuk
saya agar dapat menyelesaikan karya ini dengan baik.
Keluarga besar Wiryo Suwito dan Arjo Utomo yang telah mendukung saya untuk
menyelesaikan karya ini dengan baik.
Sahabat terbaikku Kiki, Siska, Anin, Natali, Indah, Winda, Riska, Timo, Lukas,
Sam, dan Andreas yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam
mengerjakan skripsi. Sahabat yang telah melewati suka duka bersama dan saling
mendoakan untuk sebuah kelancaran dalam proses pencapaian gelar S.Pd.
Teman-teman sejawat terbaik di PBSI 2013 kelas A dan B serta keluarga besar
PBSI.
Tidak lupa juga skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang selalu
bertanya „kapan lulus?‟. Pertanyaan itu saya jadikan sebagai cambuk agar saya
mampu bangkit dan lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan karya ini,
terima kasih kalian luar biasa.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang wujud Campur Kode (CK) dan tujuan
terjadinya campur kode dalam acara dialog interaktif. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan, menjelaskan wujud campur kode dan penyebab terjadinya
CK dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club (ILC).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian
ini berisi tuturan yang mengandung CK. Subjek penelitian ini adalah tokoh-tokoh
yang ada dalam acara dialog interaktif ILC. Penelitian ini juga memaparkan
tujuan terjadinya CK dalam acara dialog interaktif ILC. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode rekam, metode simak, dan metode catat.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kontekstual. Metode
kontekstual ini terperinci pada konteks Sosiolinguistik. Sebuah konteks yang
membahas dimensi-dimensi konteks sosial seperti percakapan sehari-hari dalam
masyarakat, penggunaan ragam baku, serta dialek-dialek kedaerahan yang
digunakan sebagai media mengidentifikasi data, klasifikasi data, dan
menginterpretasi data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wujud campur kode terdiri atas 30
tuturan campur kode internal, 54 tuturan campur kode eksternal, dan 5 tuturan
campur kode untuk unsur tercampur. Adapun tujuan terjadinya campur kode
dalam acara dialog interaktif ILC yaitu untuk memberitahukan sesuatu, untuk
mempertegas, menjelaskan, menghormati lawan tutur, sekadar bergengsi,
membangkitkan rasa humor, dan untuk menunjukkan kedekatan penutur dengan
mitra tutur.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Maharani, Faradhita Dian. 2018. Analysis Code-Mixing in the Interactive
Dialogue Program Indonesia Lawyers Club in TvOne Period August-
September 2018. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesia Language
and Literature Education Study Program. Departement of Languages and
Arts Education, Faculty of Teacher Training and Education. Sanata
Dharma University.
This research discuss about the form of code-mixing and its purpose in
interactive dialogue. This research is aimed to describe and explain the forms and
purpose of code-mixing in the event of interactive dialogue program ILC.
This research is a qualitative descriptive research since this research
contains speeches which contain code mixing. Subjects of this research are
debaters in ILC. This research is also explaining the purposes of each code-mixing
in ILC. Methodology used in this research is record method, listen method, and
note-taking method. Method used in analyzing data in this research is contextual
method, which is detailed in the context of sosiolinguistics. A context that takes
into account social contextual dimensions such as dalily conversation in society,
the us of standart variation, as well as regional dialects is used as a medium for
identifying, classifying, and interpreting data.
The result of this research shows that there are 3 code-mixing form found,
they are consists of internal code-mixing (30 speeches), external code-mixing (54
speeches), and mixed element code-mixing (5 speeches). There are also purposes
code-mixing appear in the program. The purposes are to inform, to emphasize, to
explain something, to show respect toward each others, to merely show prestige,
to bring the humorous atmosphere, and to show the intimacy toward each others.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah
skripsi yang berjudul “Analisis Campur Kode Dalam Dialog Interaktif Indonesia
dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
penulis.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan banyak masukan yang sangat berharga bagi penulis dari awal
9. Sahabat yang selalu mendukung Kiki, Natali, Sisca, Indah, Riska, Winda,
Anin, Lukas, Timo, Andreas, Sam dan semua sahabat PBSI angkatan 2013
10. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 5
1.5 Batasan Istilah .............................................................................................................. 6
1.6 Sistematika Penelitian .................................................................................................. 7
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ....................................................................................................................... 67
5.2 Saran .............................................................................................................................. 69
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
oleh komunikan.
tuturnya.
bahasa nasional, bahasa daerah, dan bahasa asing. Keberagaman ini bukan
menjadi tembok raksasa yang menghadapi setiap suku bangsa untuk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setiap bahasa memiliki frase yaitu gabungan dua kata atau lebih yang
tidak dapat dipisahkan dan melampaui batas fungsi. Bahasa juga memiliki
kalimat yaitu satuan bahasa secara gramatis terdiri satu atau lebih klausa
yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu
bahasa mempunyai tipologi atau pola kalimat, baik itu bahasa indonesia,
bahasa sebagai pengaruh bahasa yang satu kepada bahasa yang lain, baik
bergantian.
akan terjadi campur kode tuturan. Peristiwa yang terjadi dalam dialog
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penutur, relasi penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada
(Rahardi, 2010:25).
bahasa daerah atau asing (Appel dalam Chaer dan Agustina, 2010:107).
Tingkat pendidikan, status sosial atau profesi merupakan hal yang sangat
lain. Hal inilah yang dapat dicermati dalam acara dialog interaktif
Lawyers Club adalah salah satu acara dialog interaktif yang menampilkan
dan dipandu oleh Karni Ilyas. Acara dialog interaktif Indonesia Lawyers
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk mengkaji dan mengangkat masalah ini ke dalam bentuk karya tulis
rumusan masalah utama yaitu campur kode apa sajakah yang terjadi dalam
1. Wujud campur kode apa sajakah yang terjadi dalam dialog interaktif
ILC?
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
interaktif ILC.
interaktif ILC.
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Teoretis
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peneliti-peneliti selanjutnya.
1. Sosiolinguistik
2. Kedwibahasaan
3. Kode
relasi penutur dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada (
Rahardi 2001:22).
4. Interferensi
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Campur Kode
mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa
metodologi penelitian. Bab ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan metode
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam penelitian ini, yaitu jenis penelitian,sumber data dan data penelitian,
triangulasi.
Bab IV berisi hasil penelitian. Bab ini berisi hasil analisis data dan
disajikan hasil pembahasan dari hasil analisis data sesuai dengan rumusan
masalah yang telah ditentukan yakni tentang campur kode yang meliputi
bentuk dan tujuan penyebab terjadinya campur kode. Bab V adalah penutup.
Bab ini berisi kesimpulan penelitian, implikasi hasil penelitian yang meliputi
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian yang pernah dilakukan terdapat
beberapa bentuk dan faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode.
Campur Kode dalam Iklan Majalah Hai. Dalam penelitian ini, Sinung mengambil
data berupa kalimat-kalimat di dalam iklan majalah hai yang mengandung gejala
campur kode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) wujud satuan lingual yang
bercampur dibagi menjadi dua, campur kode ke dalam berupa penggunaan unsur-
unsur bahasa Jawa ke dalam kalimat berbahasa Indonesia dan campur kode ke
luar berupa penggunaan bahasa Inggris ke dalam kalimat bahasa Indonesia, (2)
faktor penyebab campur kode meliputi tidak ada ungkapan yang tepat, style, gaya,
dan istilah. (3) gejala campur kode yang ditemukan di dalam penelitian ini
meliputi tiga tataran, yaitu: tataran kata, frasa, dan klausa. (Sinung, 2010: vii).
Campur Kode Tuturan Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas I, II,
penelitian ini, data yang diperoleh oleh peneliti dianalisis berdasarkan dua
kategori yaitu asal bahasa dan satuan lingual. Berdasakan asal bahasa ditemukan
campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Tataran satuan lingual yang
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
paling banyak ditemukan peneliti dalam penelitian ini adalah kata dan yang paling
dalam Novel Belantik Karya Ahmad Tohari. Dalam penelitian tersebut, Ekaristi
satuan lingual yang bercampur bahasa asing dan bahasa daerah, (2) bahasa yang
bercampur berupa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Jawa dan
campur kode keluar berasal dari bahasa Inggris, (3) semua satuan lingual yang
Penelitian alih kode dan campur kode yang akan dilakukan mempunyai
kesamaan dan perbedaan tema dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinung
Lebda Wisesa, Yemi Eka Putranto, dan Ekaristi, yaitu tentang alih kode dan
campur kode. Penelitian yang dilakukan sekarang berjudul Wujud Campur Kode
September 2017 masih relevan dengan penelitian terdahulu. Hasil penelitian yang
pedoman atau landasan dalam menganalisis data penelitian dan diharapkan dapat
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Campur Kode; Jenis Campur Kode; Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode,
2.2.1 Sosiolinguistik
bidang bawahan atau cabang. Demikian pula ilmu linguistik juga lazimnya dibagi
antropologis, yaitu cara menyelidiki linguistik yang dimanfaatkan oleh para ahli
hal sosial dalam golongan penutur tertentu. Akan tetapi, bidang-bidang bawahan
Adapun bidang-bidang dalam ilmu linguistik yakni struktur kata yang disebut
morfologis, strukturr antar kata dalam kalimat yang disebut sintaksis dan
kata sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah
mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wujud dan tujuan campur kode dalam dialog interaktif Indonesia Lawyers Club di
dimaksudkan adalah berupa tuturan yang mengandung campur kode serta tuturan
2.2.2 Kode
mengatakan bahwa kode ialah sistem tutur yang penerapannya unsur ciri khas
sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan lawan bicara dan
situasi yang ada. Kode dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang
penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang
penutur, relasi penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada. Kode
anggota suatu masyarakat bahasa (Poedjosoedarmo, 1978: 30). Suwito (1983: 67)
juga mengemukakan bahwa kode adalah salah satu varian di daalam hierarki
bahasa dapat terkandung beberapa buah kode yang merupakan varian bahasa itu.
Kode biasanya berbentuk varian-varian bahasa yang secara nyata dipakai dalam
berkomunikasi dan berinteraksi anatara orang satu dengan orang lain. Bagi
masyarakat yang monolingual, kode terjadi dari varian-varian satu bahasa, tetapi
bagi masyarakat multilingual kode terjadi dar varian satu bahasa atau lebih dari
dua bahasa. Menurut Suwito (1985: 67) Kode adalah untuk menyebutkan salah
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
satu varian didalam hierarki kebahasaan, misalnya varian regional, kelas sosial,
bahwa kode itu memiliki sifat netral. Dikatakan netral karena kode itu tidak
juga mengatakan bahwa kode adalah semacam sistem yang dipakai oleh dua
dari bahasanya yang satu. Akan tetapi, bagi masyarakat yang dwibahasa atau
aneka bahasa (multilingual), inventarisasi kode itu menjadi lebih luas dan
mencakup carian dua bahasa atau lebih. Kode itu dengan sendirinya mengandung
2.2.3 Bahasa
dengan suatu kejadian. Di dalam suatu proses komunikasi, bahasa dan konteks
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penuturnya.
yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya (Chaer
dan Agustina, 1995: 21). Fungsi dari bahasa adalah sebagai alat ekspresi diri, alat
komunikasi, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, serta sebagai
kontrol sosial (Keraf, 1984: 3). Menyadari fungsi bahasa sangat penting dapat
dikatakan bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan
kehidupan.
pembicara, lawan bicara, dan orang orang yang dibicarakan serta medium
pembicaraan (KBBI, 2003: 920). Sebuah bahasa telah memiliki sistem dan
subsistem yang dapat dipahami secara sama oleh para penutur bahasa tersebut.
Meskipun penutur itu berada dalam masyarakat tutur yang sma, tidak merupakan
kumpulan manusia homogen, wujud bahasa yang konkret menjadi tidak seragam
atau bervariasi. Keragaman dan kevariasian bahasa ini tidak hanya terjadi karena
para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga kegiatan dan interaksi sosial
Pada variasi bahasa ini, terdapat dua pandangan. Pertama, variasi atau
ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada
untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang
beraneka ragam. Variasi bahasa dibedakan menjadi empat, yaitu variasi bahasa
dari segi penutur, pemakaian, keformalan, dan sarana (Chaer dan Agustina, 2010:
62).
a. Idiolek
Variasi idiolek ini berkenaan dengan warna suara pilihan kata, gaya
b. Dialek
dalam satu tempat wilayah atau area tertentu. Halliday (1972: 14)
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Kronolek
dengan huruf “d” dan “j”. Variasi bahasa yang digunakan pada tahun
sintaksis.
d. Sosiolek
golongan, dan kelas sosial penuturnya (Chaer dan Agustina 2010: 62).
mereka gunakan.
berkenaan dengan bahasa itu digunakan oleh siapa di mana dan kapan
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kegiatan apa.
atas lima macam yaitu ragam beku (frozen) ragam resmi (formal), ragam
usaha (konsultatif) ragam santai (casual) dan ragam akrab (Martin Joos
boleh diubah.
ini pada dasarnya sama dengan ragam bahasa beku atau standar
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keluarga atau teman karib (Chaer dan Agustina 2010: 71). Ragam
e. Ragam Akrab
Variasi inimeliputi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini
dapat disebut adannya ragam lisan atau ragam tulis atau juga ragam
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur bahasa yang
satu ke dalam bahasa lain secara konsisten. Campur kode merupakan pemakaian
dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu
ke dalam bahasa yang menyisip di dalam bahasa lain (Rokhman 2013: 39). Suatu
keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau
ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam
situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu sendiri itulah yang
suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur
bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti
menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena
(linguistic convergence).
campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun
frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing-
masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Nababan
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1984) mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin
diucapkan merupakan kata yang tidak baku atau tidak tepat pengucapannya.
Kemudian Fasold (dalam Chaer dan Agustina 2010: 115) yang mengatakan bahwa
campur kode terjadi apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu
bahasa.
Campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara penutur,
bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Artinya, penutur yang mempunyai latar
Contoh campur kode yang diambil dari buku Chaer dan Agustina (2010:
Nah karena saya sudah kadhung apik sama dia ya saya tanda tangan saja.
(Nah, karena saya sudah benar-benar baik dengan dia, maka saya tanda
tangan saja)
terdapat serpihan-serpihan dari bahasa Inggris dan bahasa Jawa yang berupa kata
dan frasa. Ciri yang menonjol dala campur kode ini adalah kesantaian atau situasi
informal. Dalam situasi berbahasa formal jarang terjadi campur kode kalaupun
terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu
memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing (Nababan.
pisau analisis data. Seperti apa yang dikatakan Fasold bahwa batasan dari campur
kode itu sendiri adalah kata dan frasa di luar gramatika tersebut sudah bukan
campur kode ke dalam (inner code mixing), campur kode keluar (outer code
mixing) dan campur kode Campuran. Campur kode ke dalam adalah jenis kode
campur kode pada peristiwa tuturan bahasa Indonesia terdapat di dalamnya unsur-
unsur bahasa daerah seperti bahasa Sumbawa, Lombok, Bima, bahasa Jawa, dan
sebagainya. Campur kode ke luar adalah campur kode yang menyerap unsur-
unsur bahasa asing (Jendre, 2001:132). Misalnya, dalam peristiwa campur kode
pada pemakaian bahasa Indonesia terdapat sisipan dari bahasa asing seperti
bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jepang, bahasa Cina, dan lain sebagainya.
Sedangkan campur kode campuran adalah campur kode yang di dalam (mungkin
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(bahasa daerah) dan bahasa asing (Jendra, 1991:132). Selanjutnya Jendra telah
tegas mengatakan bahwa campur kode campuran merupakan unsur serapan yang
diterima oleh bahasa penyerap dengan pembagian menjadi dua bagian seperti
(inner dan outer code mixing) telah pula dilakukan. Misalnya, “seorang
sebuah kalimat yang bercampur kode campuran. Jika kita melihat kata eling yang
berasal dari bahasa daerah yaitu bahasa Bali, kalimat tersebut merupakan campur
kode ke dalam. Namun jika kita melihat kata established yang berasal daribahasa
asing (bahasa Inggris) maka kalimat diatas merupakan kalimat yang bercampur
kode ke luar. Jadi secara keseluruhan kalimat di atas dimasukkan dalam kalimat
Campur kode ke dalam dan campur kode keluar dapat berupa peyisipan
sangat penting peranannya dalam tata bahasa, yang dimaksud kata adalah
satuan bahasa yang berdiri sendiri, terdiri dari morfem tunggal dan
kategori yaitu :
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Kata Dasar
b. Kata Berimbuhan
kata dasar. Indiks adalah morfem yang diselipkan di tengah kata dasar.
c. Kata ulang
Pengulangan kata dapat dibagi menjadi empat yaitu (1) kata ulang
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Kata Majemuk
gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Kata yang
terjadi gabungan dua kata itu lazim dengan kata majemuk. Misalnya
disimpulkan bahwa kata majemuk yaitu kata yang terdiri dari dua kata
sebagai unsurnya.
bahasa asing atau bahasa daerah yang masuk ke dalam tuturan yang
ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi klausa. Unsur klausa yang terdiri dari dua atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik
dsb (Kridalaksana, 2008: 193). Kata ulang atau reduplikasi adalah satuan
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Ramlan, 1981: 63). Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan
Campur kode tidak muncul karena tuntutan situasi, tetapi ada hal lain yang
menjadi faktor terjadinya campur kode itu. Suwito (1983) memaparkan beberapa
faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode yaitu sebagai berikut.
1) Faktor Peran
2) Faktor Ragam
waktu melakukan campur kode, yang akan menempat pada hirarki status
sosial.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(speech event) yang mungkin terjadi atas beberapa tindak tutur (speech act) akan
melibatkan unsur: pembicara dan pembicara lainnya (penutur dan mitra tutur),
media bahasa yang digunakan, dan tujuan pembicaraan”. Lebih lanjut, Jendra
(1991) menjelaskan bahwa ketiga faktor penyebab itu dapat dibagi lagi menjadi
penutur, sedangkan dua faktor yang lain (faktor media bahasa yang digunakan dan
1) Faktor Penutur
2) Faktor Bahasa
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.5 Tuturan
Tuturan adalah hasil komunikasi yang berupa ucapan atau ujaran (Chaer
dan Agustina 2004: 47). Komunikasi dalam bentuk tuturan dapat terjadi dalam
acara diskusi rapat, sidang, serta proses pembelajaran di kelas antara guru dengan
siswa, dan lain sebagainya. Komunikasi ini berupa ucapan atau ujaran
secara langsung. Dengan ini dapat dikatakan bahwa tuturan merupakan suatu
peristiwa yang terjadi atau sedang berlangsung interaksi linguistik dalam suatu
bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur
yang melibatkan suatu waktu tempat, dan situasi tertentu untuk saling tukar
informasi.
tuturan, yaitu penutur lawan tutur, pokok pembicaraan tempat dan suasana. Faktor
ini menentukan terjadinya suatu kontak bahasa. Kontak bahasa yang dapat
dijumpai pada peristiwa persentuhan bahasa antara beberapa bahasa yang dikuasai
penutur dan mitra tutur. Hal ini dapat berakibat pada munculnya kemungkinan
pergantian pemakaian bahasa oleh penutur dlam konteks sosialnya. Peristiwa atau
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.6 Interferensi
bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa, yang dianggap sebagai suatu
kesalahan karena menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan.
persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh
kebiasaan ujaran atau dialek ibu ke dalam bahasa keseharian yang dipakai.
2.2.7 Kedwibahasaan
pengertian yang relatif, oleh karena batasan seorang untuk dapat disebut
dwibahasawan itu bersifat arbitrer dan hampir tidak dapat ditentukan secara pasti
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya
ketika kita melihat seseorang memakai dua bahasa dalam pergaulan dengan orang
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain, dia berdwibahasa dalam arti dia melaksanakan kedwibahasaan yang kita akan
yang terbuka, artinya yang mempunyai hubungan dengan masyarakat tutur lain,
tentu akan mengalami apa yang disebut kontak bahasa dengan segala peristiwa-
memungkinkan terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa itu adalah apa yang
mengacu pada pendapat Pranowo karena definisi yang diberikan memiliki batasan
yang jelas yaitu a) pemakaian dua bahasa b) dapat sma baiknya atau salah satunya
yang lebih baik, c) pemakaian dapat produktif maupun reseptif, dan dapat oleh
menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu
(pertama bahasa ibunya [B1] dan yang kedua bahasa lain yang menjadi bahasa ke
dua [B2]), orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penggunaan dua bahasa secara bergantian itulah yang disebut biliungal atau
bahasa kedua apalagi bahasa asing tidak dengan sendirinya akan memberi
kemampuan bahasa asing atau B2-nya akan selalu berada pada posisi di bawah
peneliti mengacu pada pendapat Chaer dan Agustina yang mengatakan “untuk
bahasa itu (pertama bahasa ibunya [B1] dan yang kedua bahasa lain yang menjadi
bahasa kedua [B2] ), orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut
tutur lain karena tidak mau berhubungan dengan masyarakat tutur lain, akan tetap
menjadi masyarakat tutur yang statis dan tetap menjadi masyarakat yang
hubungan dengan masyarakat tutur lain akan mengalami kontak bahasa dengan
antara lain adalag interferensi, integrasi alih kodedan campur kode (Chaer dan
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.8 Konteks
hubungannya dengan suatu kejadian. Dalam setiap peristiwa tutur, konteks sangat
tuturan formal. Namun dalam penelitian ini, konteks dalam tuturan tokoh di acara
bahwa menurut pengamatannya situasi tutur adalah situasi ketika tuturan dapat
dilakukan dan dapat pula tidak dilakukan, situasi tidak murni komunikatif dan
tidak mengatur adanya aturan berbicara, tetapi mengacu pada konteks yang
menghasilkan aturan berbicara. Sebuah peristiwa tutur terjadi dalam satu situasi
tutur dan peristiwa tutur itu mengandung satu atau lebih tindak tutur.
tuturan tidak lepas dari konteks yang saling mempengaruhi terhadap tindak
dasar teori dan pemikiran dari seluruh proses penelitian yang akan dilakukan.
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tujuan dari adanya kerangka berpikir ini adalah untuk memudahkan peneliti
dalam menjelaskan alur penelitian campur kode dalam dialog interaktif Indonesia
permasalahan yang diangkat, yakni wujud campur kode dan faktor apa saja yang
dijelaskan dengan konsep, teori, dan metode yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini adalah campur kode dalam tuturan
tokoh, maka peneliti berpikir bahwa teori sosiolinguistik sangat tepat digunakan
sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Komponen penting dalam teori
kualitatif yang hasil datanya berupa data deskriptif dalam bentuk lisan maupun
peneliti. Data yang telah terkumpul dari sumber data akan diproses melalui
diperoleh peneliti. Proses analisis daya dimulai dengan menelaah seluruh data
yang telah didapatkan dari sumber data. Analisis data merupakan cara peneliti
untuk mengolah data yang sudah terkumpul guna menjawab permasalahan dalam
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penelitian. Dari hasil kegiatan pengumpulan data dan analisis data, peneliti
sasaran yang ingin dicapai dalam penelitiannya. Dalam hasil penelitian, peneliti
Kerangka Berpikir
DIALOG
INTERAKTIF
SOSIOLINGUISTK
KODE
KODE
KODE
CAMPUR KODE
TUJUAN
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini termasuk deskriptif kualitatif karena hasil penelitian berupa kata-
informasi mengenai gejala yang ada dan mementingkan proses daripada hasil.
dalam tuturan dialog interaktif ILC. Penelitian ini menyajikan dengan sebenar-
benarnya kenyataan mengenai gejala campur kode dalam tuturan dialog interaktif
ILC.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu pendekatan
berupa bentuk-bentuk verbal bahasa yang berwujud tuturan pada ILC. Pendekatan
yang diteliti berupa ujaran yang terdapat pada ILC yang difokuskan pada bentuk
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sumber data penelitian ini adalah tuturan percakapan atau dialog interaktif
Lawyers Club (ILC) mulai awal tahun 2017 tayang setiap hari Selasa pukul 19.30
WIB.
kode dalam acara Talkshow “Indonesia Lawyers Club” di Tvone. Tidak semua
dijadikan sebagai data penelitian, sehingga harus dianalisis terlebih dahulu untuk
catat. Teknik rekam yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara
diteliti. Teknik rekam digunakan dengan pertimbangan bahwa data yang diteliti
berupa data lisan. Teknik ini dilakukan dengan berencana, dan sitematis.Teknik
simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak
dengan cara menyimak percakapan dalam acara dialog interaktif ILC yang di
dalamnya terdapat campur kode. Teknik berikutnya adalah teknik catat. Teknik
catat dilakukan dengan menggunakan alat tulis tertentu. Teknik catat ini dilakukan
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan cara mencatat tuturan percakapan yang ada pada ILC ke dalam kolom
tabel data yang telah disiapkan. Di bawah ini contoh tabel data campur kode.
Tabel data Campur Kode Keluar dalam Acara Dialog Interaktif Indonesia
Lawyers Club
No Data : 01/30-09-17
Keterangan :
Ttr : Tuturan
01 : Nomor Data
30-09-17 : Tanggal menyimak
data yang dilakukan oleh peneliti akan dibantu dengan catatan yang telah dibuat
yakni kegiatan yang dilakukan dengan cara membandingkan verbal yang ada
dalam acara dialog interaktif ILC yang kemudian diubah kedalam tulisan baik itu
frasa, klausa atau kalimat. Peneliti akan melakukan katagorisasi yang dilakukan
dengan cara mengelompokkan data yang sesuai dengan ciri-ciri tertentu. Analisis
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
data tentang tuturan yang dicurigai mengandung campur kode ini bermaksud
rumusan masalah penelitian. Pada teknik pengolahan data ini pun akan dijelaskan
mengolah data yang sudah diperoleh melalui teknik pengumpulan data. Adapun
teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
3.6 Trianggulasi
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada (Sugiyono). Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini guna
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terkumpul dengan para ahli agar memiliki kesamaan pandangan, pendapat, dan
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
menjadi beberapa dialog untuk dianalisis dan dikategorikan ke dalam wujud kode
yang termasuk campur kode ke dalam dan ke luar beserta penyebab, sehingga
dikategorikan ke dalam jenis kode yang termasuk campur kode ke dalam dan
campur kode ke luar beserta faktor penyebabnya, sehingga data tersebut terbagi
dalam 30 data campur kode ke dalam dan 54 data campur kode ke luar. Dari
keseluruhan data campur kode baik ke dalam maupun ke luar terdapat 5 data yang
pada masing-masing tuturannya termasuk dalam jenis campur kode ke dalam dan
ke luar.
Campur kode (code mixing) adalah pemakaian dua bahasa atau lebih
dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa lain secara
konsisten (Pranowo, 1996: 12). Suatu keadaan berubah ketika seorang penutur
mencampur dua atau lebih ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech
act) tanpa ada sesuatu berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu
sendiri itulah yang disebut campur kode (Nababan dalam Suandi, 2014: 139).
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fasold (dalam Chaer dan Agustina 2010: 115) mengatakan bahwa campur kode
terjadi apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu bahasa.
Suwito (1983: 76) membedakan campur kode menjadi dua golongan. Yaitu
campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Campur kode ke dalam adalah
campur kode yang menggunakan bahasa asli dengan segala variasinya. Campur
kode ke dalam terbagi menjadi tiga jenis bentuk penyisipan bahasa dalam
dalam.
Penyisipan kata yang dimaksud dalam campur kode ini adalah penyisipan
yang menggunakan kata tidak baku, kata yang bercampur dialek, dan kata
yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penyisipan kata
ini digunakan agar mitra tutur mengerti maksud dari apa yang diinginkan
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan “tapi betapapun juga ada konspirasi, tapi
kezaliman, kebiadaban itu ndak boleh berlangsung dong, kita punya sila ke dua
to” Dalam tuturan tersebut terdapat penyisipan kata ragam tidak baku “ndak”
yang dalam bentuk baku “tidak”. Data nomor 2 merupakan contoh tuturan campur
kode penyisipan kata yang dapat dilihat pada tuturan “Ini yang kita lihat teman-
teman di DPR ini sekarang membuat lembaga DPR ini perkoncoan tidak lagi dia
“konco” yang dalam bahasa Indonesia berarti “teman”. Data nomor 3 merupakan
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
contoh tuturan campur kode penyisipan kata yang dapat dilihat pada tuturan
Dalam tuturan tersebut terdapat penyisipan kata “alot” yang dalam bahasa
tuturan campur kode penyisipan kata yang dapat dilihat pada tuturan “bahwa
semua itu tidak menghitung ngawur, saya itu bermitra dengan Gapoktan.
Sehingga kalau jualpun itu akhirnya akan dibeli orang yang merasa dibelikan itu
bisa dikatakan pahlawan, kalau lagi musim rendeng untuk mendapatkan itu tidak
semua orang”. Dalam tuturan itu terdapat penyisipan kata “ngawur” yang dapat
yang berasal dari bahasa Jawa, dalam bahasa Indonesia berarti musim hujan.
Hal ini sejalan dengan pendapat (Nababan dalam Suandi, 2014: 139)Suatu
keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau
ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam
Ramlan (1987: 151) mengatakan bahwa frasa isalah satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa.
tuturan campur kode dalm Indonesia Lawyers Club. Pada penelitian ini,
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
frasa. Pada data tersebut, penutur menggunakan frasa dalam bahasa jawa. Penutur
menggunakan frasa “wong ndeso” yang berarti “orang desa”. Data nomor 6
merupakan contoh tuturan campur kode ke dalam penyisipan frasa. Pada data
seperti pendapat Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 115) yang menjelaskan
kriteria gramatika campur kode yaitu apabila seseorang menggunakan satu kata
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kata ulang atau reduplikasi adalah satuan gramatik, baik sebagian atau
seluruhnya, baik fonem maupun tidak (Ramlan, 1981: 63). Hasil pengulangan
itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk
adanya pengulangan kata pada tuturan tokoh dalam acara dialog interaktif
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
campur kode pengulangan kata. Pengulangan kata yang digunakan dalam tuturan
tersebut adalah pengulangan kata dalam bahasa Jawa. Kata yang diulang yaitu 7)
“gēdé- gēdé” yang dalam bahasa Indonesia berarti “besar-besar”. Maksud penutur
menyampaikan atau memberitahukan sesuatu kepada mitra tutur. Hal ini sejalan
dengan pendapat (Ramlan, 1981: 63) kata ulang atau reduplikasi adalah satuan
gramatik, baik sebagian atau seluruhnya, baik fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan
bentuk dasarnya.
Suatu keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua atau lebih
bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act) tanpa ada
sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu sendiri
itulah yang disebut campur kode (Nababan dalam Suandi, 2014: 139). Campur
kode ini biasanya terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa
secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsure bahasa lainnya.
formal maupun informal. Campur kode ke luar terbagi menjadi empat jenis bentuk
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penyisipan kata, penyisipan frasa, dan pengulangan kata, dan penyisipan Klausa.
Penyisipan kata yang dimaksud dalam campur kode ini adalah penyisipan
yang menggunakan kata tidak baku, kata yang bercampur dialek, dan kata yang
tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penyisipan kata ini
digunakan agar mitra tutur mengerti maksud dari apa yang diinginkan penutur.
Pada penelitian ini, peneliti menemukan 34 data campur kode penyisipan kata,
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14. SG : “kalau untuk medium bias kita lihat bahwa dari warna,
bijipun sudah kelihatan, warna agak lebih hitam terus kalau yang
medium dia tingkat brokennya lebih tinggi”. (CK/ILC/77/300917)
kata dalam bahasa inggis kemudian salah satu dari data tersebut menggunakan
yaitu kata 10) “applause” yang dalam bahasa Indonesia “tepuk tangan”, KI
bermaksud mengajak audiensi, bintang tamu, dan semua orang di dalam studio
untuk mengapresiasi Tata Janeta yang telah membuka acara dengan sebuah lagu.
belum adanya persiapan ketika peristiwa terjadi. 12) “join” yang dalam bahasa
sesuatukepada mitra tuturnya. 14) “broken” dalam bahasa Indonesia yang berarti
“patah”. Dari beberapa data tuturan campur kode diatas, sejalan dengan pendapat
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Nababan dalam Suandi, 2014: 139) Suatu keadaan berubah ketika seorang
penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi klausa (Ramlan, 1987: 151). Dalam penelitian campur
kode keluar, peneliti menemukan penyisipan frasa pada tuturan tokoh. Pada
penelitian ini, peneliti menemukan 13 data campur kode penyisipan frasa, yaitu
sebagai berikut.
16. DAS : “Faktanya selama ini tetap ada double loyality yang
terjadi, misalnya penyidik-penyidik dari kepolisian biasanya lebih
patuh kepada atasannya di kepolisian”. (CK/ ILC/59/300917)
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam bahasa Inggris, yaitu 15) “Over promotion” dalam bahasa Indonesia yang
berarti “promosi berlebih”. 16) “double loyality” dalam bahasa Indonesia yang
berarti “ loyalitas ganda”. 17) “next time” dalam bahasa Indonesia yang berarti
“lain waktu”. 18) “well inform” dalam bahasa Indonesia yang berarti
“berpengetahuan luas”. 19) “rice bowl” dalam bahasa Indonesia berarti “mangkuk
padi” atau dapat juga diartikan sebagai “lumbung padi”. Dari masing-masing
contoh tuturan tersebut, penutur melakukan penyisipan frasa dalam bahasa asing
bermaksud untuk memberitahukan sesuatu kepada lawan tuturnya. Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Fasold (dalam Chaer dan Agustina. 2010:115), menjelaskan
kriteria gramatika campur kode yaitu apabila seseorang menggunakan satu kata
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
reduplikasi yang berarti bahwa dalam kalimat tersebut terdapat kata-kata yang
diulang. Berdasarkan proses terjadinya, kata ulang bias terjadi menjadi beberapa
kata berimbuhan, dan pengulangan sebagian kata. Menurut (Ramlah, 1981: 63)
kata ulang atau reduplikasi adalah satuan gramatik, baik sebagian atau seluruhnya,
baik fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan
satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya. Dalam penelitaian ini peneliti
kata yang ditemukan oleh peneliti dalam acara dialog interaktif Indonesia
Lawyers Club. Kata yang diulang yaitu 20) “treatment-treatment”, yang dalam
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan menjelaskan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Ramlan, 1981: 63) kata ulang atau reduplikasi adalah satuan gramatik, baik
sebagian atau seluruhnya, baik fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu
disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya.
Selain bentuk campur kode ke dalam dan campur kode keluar, di dalam
penelitian ini juga ditemukan adanya suatu bentuk campur kode yang bahasa
tercampurnya berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Temuan jenis campur
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24. RR : “Saya ingat dulu ada mantan presiden kité yang doktor
pertanian. Saya pikir tadinya mau all out dalam bidang pertanian,
ternyata tidak.” (CK/ ILC/35/300917)
tercampurnya berasal dari dua bahasa yang ditemukan oleh peneliti pada tuturan
tokoh yang ada dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club.data nomor
22) terdapat kata ”dryer” dan ”boro-boro”, kata “dryer” berasal dari bahasa
Jawa sedangkan kata “boro-boro” berasal dari bahasa Jawa. 23) terdapat kata
“mendhem” berasal dari bahasa Jawa, “ujug-ujug” berasal dari bahasa Jawa, dan
“over exposed” yang berasal dari bahasa Inggris. 24) “kite” berasal dari bahasa
Indonesia dialek Jakarta/Betawi, “all out” berasal dari bahasa Inggris. 25)
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“mandhék” berasal dari bahasa Jawa, “stop” berasal dari bahasa Inggris, dan data
26) “monggo” berasal ari bahasa Jawa, “statement” berasal dari bahasa Inggris.
di atas yang berasal dari dua bahasa yang berbeda sebagai unsur tercampur dalam
tuturnya.
yang ingin disampaikan dalam suatu tuturan. Penutur tidak asal bertutur dalam
yang ditemukan oleh peneliti mengenai tujuan yang ingin disampaikan oleh
penutur.
mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut percampuran bahasa itu sendiri (Nababan dalam Suandi, 2014: 139).
dalam tuturannya. Berikut adalah beberapa data yang ditemukan oleh peneliti
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lebih, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Pada data di bawah
ini dialog terjadi dalam suasana tutur informal. Hal ini dapat dilihat pada
28. RIK : “yang jelas pada penyiraman tidak ada saksi yang
melihat, jadi yang dimaksud ini adalah sebelum kejadian, kurang
lebih kalau di ancer-ancer waktu kejadian 5 menit setelah kejadian
penyiraman”. (CK/ILC/10/300917)
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
salah satu faktor penyebab terjadinya campur kode ke dalam adalah tujuan untuk
memberitahukan sesuatu. Hal tersebut dapat dilihat dari ketiga tuturan tokoh,
pengulangan kata yang dilakukan oleh RIK, yang dalam bahasa Indonesia berarti
dalam bahasa Indonesia berarti “tua atau tua-tua”. Dalam suasana informal dan
santai, campur kode yang digunakan ketiga tokoh diatas bermaksud ingin
memberitahukan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
pencampuran dua bahasa atau lebih dalam suatu tindak bahasa tanpa ada situasi
disebabkan oleh kesantaian atau kebiasaan yang dimiliki oleh pembicara dan
faktor penutur ingin mempertegas sesuatu. campur kode yang terjadi pada
kepada mitra tuturnya. Hal itu dapat dilihat pada data di bawah ini.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kode di atas terjadi dalam suasana serius. Hal ini sejalan dengan pendapat
pencampuran dua bahasa atau lebih dalam suatu tindak bahasa tanpa ada situasi
mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut percampuran bahasa itu sendiri itulah yang disebut campur kode.
Pada peristiwa tutur dibawah ini, peneliti menemukan salah satu faktor
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah contoh data campur kode ke dalam dengan faktor penyebab untuk
dalam bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat pada tuturan “datang dari ndeso bawa
sekian banyak” dan “selamat wong ndeso”. Penyisipan kata “ndeso” dan
penyisipan frasa “wong ndeso” yang dalam bahasa Indonesia berarti “desa” dan
maksud untuk membangkitkan rasa humor. Hal ini sejalan dengan pendapat
pencampuran dua bahasa atau lebih dalam suatu tindak bahasa tanpa ada situasi
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku dalam tuturannya. Hal ini
penyisipan kata ragam tidak baku. SS menggunakan kata ragam tidak baku
“diem” yang dalam bentuk baku “diam”. Maksud dari penggunaan kata ragam
tidak baku tersebut adalah untuk menunjukkan kedekatan penutur dengan mitra
tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Nababan (1984), yang mengatakan
tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan merupakan kata yang tidak
penyisipan kata dalam bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat pada data di
bawah ini.
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kata dalam bahasa Jawa “ngawur” yang dalam bahasa Indonesia berarti
“penghujan”. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2010) bahwa campur kode
dapat terjadi karena penutur ingin menafsirkan atau menjelaskan sesuatu kepada
mitra tutur.
mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut percampuran bahasa itu sendiri (Nababan dalam Suandi, 2014: 139).
tuturnya. Dalam penelitian ini, penelii menemukan salah satu contoh data
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Nababan dalam Suandi, 2014: 139) bahwa suatu keadaan berubah ketika seorang
penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
mana orang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
bahasa dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran itu. Pada data
campur kode di bawah ini terjadi karena faktor penyebab penutur ingin
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berarti “sangat kuat”. Penyisipan kata dalam bahasa Inggris tersebut dimaksudkan
(1984) yang mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin
tutur menyisipkan bahasa asing atau ragam bahasa yang tidak baku dalam
campur kode adalah suatu keadaan di mana orang mencampur dua bahasa
atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa dalam situasi berbahasa
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36. DAS : “Faktanya selama ini tetap ada double loyality yang
terjadi, misalnya penyidik-penyidik dari kepolisian biasanya lebih
patuh kepada atasannya di kepolisian”. (CK/ ILC/59/300917)
loyality” yang berarti “loyalitas ganda”. Penyisipan frasa dalam bahasa asing
(1984) yang mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin
kode penyisipan kata dalam bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat pada data
di bawah ini.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang mengandung penyisipan kata dalam bahasa Inggris “airport” dalam bahasa
Campur kode keluar ini sejalan dengan pendapat dari (Nababan dalam Suandi,
2014: 139) bahwa suatu keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua
atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act)
tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa
itu sendiri.
Pada data di bawah ini, tuturan yang ditemukan oleh peneliti dalam
gaya bahasa anak remaja atau selebritis. Campur kode dapat terjadi apabila
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penyisipan kata untuk sekedar bergengsi. Hal tersebut dapat dilihat pada
bergengsi pada mitra tuturnya. Penggunaan kata “you” menunjukkan bahwa hal
tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nababan, (1984) yang
mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin menunjukkan
keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan tidak baku
4.5 Pembahasaan
One, peneliti menemukan campur kode. Pada acara tersebut peneliti banyak
sedang dibicarakan, pro dan kontra dalam suatu kasus di Indonesia dan lain
sebagainya. Data campur kode ke dalam berjumlah 30 data, campur kode keluar
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
beberapa tujuan terjadinya campur kode. Terdapat 23 data campur kode keluar
kedekatan penutur dengan mitra tutur, dan 9 data dengan tujuan menjelaskan
acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club peneliti menggunakan teori dari
yang ada di TV One. Indonesia Lawyers Club mulai pertengahan tahun 2017
episodenya. Tema yang diangkat dalam Indonesia Lawyers Club ini selalu topik
dan isu yang sedang hangat diperbincangkan dikalangan masyarakat. Topik yang
diangkat dalam ILC ini tidak lepas dari masalah-masalah yang ada di Indonesia,
tidak lepas dari konteks. Konteks adalah latar belakang pengetahuan yang sama-
sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yang memungkinkan mitra tutur untuk
memperhitungkan tuturan dan memaknai arti tuturan dari si penutur (Grice dalam
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rusminto, 2015: 50). Dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club,
untuk memahami setiap tututran tokoh dalam acara tersebut, setiap tokoh harus
Menurut Fasold (dalam Chaer dan Agustina 2010: 115) yang mengatakan
bahwa campur kode terjadi apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa
dari satu bahasa. Selain itu, Suwito (1983:76) membedakan campur kode menjadi
dua golongan, yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode
keluar (outer code mixing). Campur kode ke dalam adalah campur kode yang
menggunakan bahasa asli dengan segala variasinya, dan campur kode keluar
(1984) mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin
diucapkan merupakan kata yang tidak baku atau tidak tepat pengucapannya.
menemukan tujuan terjadinya campur kode yang dibagi menjadi tujuan campur
kode ke dalam dan tujuan campur kode keluar. Pada campur kode kedalam,
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Wujud campur kode pada tuturan tokoh dalam acara dialog interaktif
jenis yaitu campur kode kedalam, campur kode keluar dan temuan
tambahan yakni campur kode campuran. Dalam penelitian ini campur kode
ke dalam dan campur kode keluar terbagi menjadi tiga jenis bentuk
dalam acara Indonesia Lawyers Club. Temuan itu sebanyak tujuh tujuan
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan gambaran lebih banyak tentang berbagai tujuan campur kode, serta
Keberagaman jenis campur kode dapat dilihat melalui analisis data berupa
analisis menunjukkan bahwa wujud campur kode berdasarkan teori dari Pranowo,
Nababan, Fasold, Abdul Chaer, dan Suwito dapat ditemukan melalui dialog
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.2 Saran
yang belum banyak diteliti dalam acara dialog interaktif tersebut, karena peneliti
hanya terfokus meneliti campur kode dalam acara tersebut yaitu mengenai bentuk
campur kode dan penyebab terjadinya campur kode. Peneliti menyarankan agar :
1. Peneliti lanjutan dapat meneliti mengenai ciri alih kode, tujuan alih
kode dan pola interaksi alih kode atau fenomena campur kode, prinsip
kesantunan, prinsip kerjasama, dan yang lainnya yang ada dalam acara
bahasa tercampurnya berasal dari dua bahasa yaitu bahasa Jawa dan
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, Astuti. 2016. Alih Kode dan Campur Kode dalam Acara
dalam Acara Talk Show Just Alvin Di Metro TV dan
Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
Alwasilah, Chaedar. 1985. Sosiologi bahasa. Bandung: Angkasa.
Aslinda & Syafyaha, Leni. 2007. Pengantar Sosiolinguistik.
Bandung: PT Refika Aditama.
Aslinda & Syafyaha, Leni. 2010. Sosiolinguitisk. Bandung: Refika
Aditama.
Chaer, Abdul dan Agustina Leoni. 2004. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Chaer, Abdul dan Agustina Leoni. 2010. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Ekaristi, Nur Vicincia. 2004. Campur Kode dalam Novel Belantik
Karya Ahmad Tohari. (Skripsi). Yogyakarta: Sanata Dharma.
Keraf, Gorys. 1984. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.
Ende: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta:
Gramedis Pustaka Utama.
Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Nababan, PWJ. 1984. Sosiolinguistik;suatu pengantar. Jakarta: PT
Gramedia.
Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa
Bandung.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Analisis
Campur Kode Dalam Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club TV One Periode
Agustus-September 2017.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS CAMPUR KODE DALAM DIALOG INTERAKTIF INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE
Triangulator dimohon untuk memeriksa kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data. Triangulator yang
dipercaya untuk memeriksa data penelitian adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang sosiolinguistik.
Petunjuk pengisian :
1. Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang (√ ) pada kolom setuju atau tidak setuju berdasarkan jenis dan faktor penyebab
2. Triangulator dimohon untuk memberikan kritik dan saran pada kolom komentar.
Keterangan :
CK : Campur Kode
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No No. Data Tuturan Perubahan Jenis Faktor Indikator Konteks Triangul Komentar
Kode Campur Penyebab Situasi a-tor
Kode dan
I E Tujuan S TS
Campur Kode
1. CK/ILC/ KI : “sebelumnya Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
01/30091 saya minta kata memberitahukan tersebut, tokoh tentang topik
7 applause dulu sesuatu. menggunakan pembicaraan
untuk Tata Janeta bahasa Inggris dengan
yang sudah untuk suasana
membawakan mengapresiasi santai.
lagu Negeri Tata Janeta
Diatas Awan”. yang sudah
menyanyikan
lagu berjudul
Negeri diatas
Awan.
2 CK/ILC/ KI : “malam ini Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
02/30091 terpaksa saya Kata menegaskan tersebut, tokoh tentang topik
7 jelaskan karena sesuatu. menegaskan pembicaraan
banyak banget sesuatu yang dengan
yang bertanya, dalam suasana
bahwa yang tuturannya santai.
benar, terdapat
narasumber untuk bahasa
beras tersebut asingnya.
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang udah
conform sampai
hari minggu
kemarin pada
senin pagi
mengatakan
bahwa persoalan
sudah selesai”.
3 CK//ILC/ KI : Penyisipan √ Untuk Dalam tuturan Membahas √
03/30091 “pemirsa kita pengulanga memberitahukan Buya Safii suatu topik
7 lanjutkan diskusi n kata sesuatu. Maarif pembicaraan
kita, harusnya ke menggunakan dengan
juru bicara KPK pengulangan suasana
Febri Diansyah, kata dalam santai.
tapi karena Buya bahasa jawa
Safii Maarif yaitu
sudah siap di “sampun-
Jogja, kami sampun” yang
bergabung dulu menunjukkan
dengan pendiri munculnya
Maarif Institute campur kode.
Buya Safii
Maarif”.
BSM :
“sampun-
sampun, sudah
siap saya bung
Karni”.
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebagainya
akhirnya kita
makin
mendapatkan
gambaran jelas
tentang peristiwa
yang ada”.
9 CK/ RIK : “ini kita Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/09/3 sampaikan, Kata memberitahukan tersebut, tokoh tentang topik
00917 memang dalam sesuatu. memberitahuk pembicaraan
proses penyidikan an sesuatu dalam
itu kita urut dengan suasana
timelinenya menggunakan santai.
seolah-olah bahasa asing.
tanggal 1 kita
melakukan apa, 2
melakukan apa, 3
melakukan apa,
terus ada terus
tidak”.
10 CK/ RIK : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/10/3 “yang jelas pada Pengulanga memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 penyiraman tidak n Kata sesuatu. memberitahuk pembicaraan
ada saksi yang an sesuatu dalam situasi
melihat, jadi yang menggunakan santai tapi
dimaksud ini pengulangan serius.
adalah sebelum kata dalam
kejadian kurang bahasa Jawa.
lebih kalau di
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ancer-ancer
waktu kejadian 5
menit sebelum
kejadian
penyiraman”.
11 CK/ AY : “kita gelar Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/11/3 kembali kita Kata mempertegas tersebut, tokoh topik
00917 lakukan kembali, sesuatu. mempertegas pembicaraan
jadi kita tidak ada sesuatu dengan dalam
bosennya kita menggunakan suasana
menerima bahasa Jawa. santai.
informasi dari
msayarakat
karena kita buka
semua apa yang
kita lakukan”.
12 CK/ RM : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahasa
ILC/12/3 “Alhamdulillah Pengulanga menjelaskan tersebut, tokoh topik
00917 itu setelah n Kata sesuatu. menjelaskan pembicaraan
diketahui segera sesuatu dalam
ditangani dan itu menggunakan suasana
sudah tidak ada pegulangan santai.
problem- kata dalam
problem lagi bahasa Inggis.
yang terhirup
ditenggorokan
dan di paru-paru
sudah tidak ada
lagi”.
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyerahkan
pamen Densus
Mabes Polri”.
15 CK/ DM : “kemudian Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/15/3 kami juga tindak Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 lanjuti dengan sesuatu. menjelaskan pembicaraan
kemudian datang sesuatu dengan dalam
ke TKP dan menggunakan suasana
dibackup oleh bahasa Inggris. santai.
senior-senior
kami dan teman-
teman kami dari
wilayah maupun
Bareskrim dan
Mabespolri”.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jawa dalan
tuturannya.
20 CK/ DA : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/20/3 “perkembangan Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 kesehatannya sesuatu. memberitahuk pembicaraan
justru an sesuatu dalam
menunjukkan dengan suasana
trend yang sangat menggunakan santai.
positif. Karena bahasa Inggris.
itulah ada
penjagaan secara
intens di
lingkungan
tempat tinggal
Novel”.
21 CK/ FY : “Kapolri Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas
ILC/21/3 sudah membuka Kata mempertegas tersebut, tokoh suatu topik
00917 diri, silahkan sesuatu. menjelaskan pembicaraan
KPK dalam hal sesuatu dengan dalam
ini join dalam tim menggunakan suasana
meskipun dia bahasa Inggris. santai tapi
dalam hal umum serius.
tidak mempunyai
wewenang”.
22 CK/ SS : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/22/3 “sementara di Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 tingkat midleman sesuatu. menjelaskan pembicaraan
itu mendapat sesuatu dengan dalam
sampai 330 juta menggunakan suasana
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk membuat
kukis dan lain
sebagainya. Tapi
saya lihat dari sisi
gizinya next slide
saja, itukan
didalam tabel gizi
ada informasi
nilai gizi”.
34 CK/ RR : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/34/3 “Pejabat bulognya Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 kagak tahu, sesuatu. memberitahuk pembicaraan
menterinya kagak an sesuatu dalam
tahu, 2-3 tahun dengan suasana
yang lalu”. menyisipkan santai tapi
kata ragam serius.
tidak baku.
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
frasa dalam
bahasa Inggris.
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyarakat”. menggunakan
bahasa Jawa.
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berangkatkan
supaya nanti bisa
dapat customer
yang lebih banyak
lagi”.
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahasa Inggris.
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
somethinglah.
Dia keep uang
saya. Kita bagi
tugas.
Saya by phone
rumah sakit yang
ada picunya. Saya
minta tolong ke
teman-teman saya
untu bantu saya,
karena ini
memang urgent.
pada saat saya
menghubungi
teman-teman
saya, tiba-tiba ada
suster yang lari-
lari sepertiorang
panik masuk
ruangan anak
saya. Perasaan
saya tidak enak
ini ada something
ini sepertinya.”
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orang
menjenguk”.
72 CK/ILC/ RW : “saya tadi Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √
72/30091 hanya Kata menunjukkan tersebut, tokoh suatu topik
7 menyampaikan kedekatan menyisipkan pembicaraan
bahwa” penutur dan kata tidak baku dalam
SS : “sebentar- mitra tutur. dalam suasana
sebentar Bro, tuturannya. serius tapi
giliran saya santai.
ngomong kamu
diem dulu. abang
ngomong kamu
diem”.
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
progres KPK
dalam
menangani
kasus yang
menimpa
Novel
Baswedan.
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dimana bahasa
Sunda itu
meru;pakan
bahasa Ibu dari
tokoh yang
bersangkutan.
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119