Anda di halaman 1dari 134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM DIALOG INTERAKTIF


INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE
PERIODE AGUSTUS-SEPTEMBER 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun Oleh

Faradhita Dian Maharani

NIM : 131224035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikan mereka.

( H. R.At-thabrani dan khatib )

Saya benci setiap menit latihan, namun saya berkata ‘jangan menyerah’.
Menderitalah dahulu, lalu jalani hidup anda sebagai seorang juara.

( Muhammad Ali)

Sekuat apapun perasaanmu pada satu nama, pada akhirnya akan tetap
kalah dengan ketetapannya.

(Faradhita Dian Maharani)

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada :

Allah SWT yang telah menjadikan saya sebagai manusia yang senantiasa berpikir,
berilmu, beriman, dan bersabar dalam menyelesaikan karya ini.

Kedua orang tua tercinta Bapak Sugiyanto dan Ibu Tukinah yang tiada pernah
hentinya selama ini memberikan semangat, doa, dorongan, nasehat, dan kasih
sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan sehingga saya selalu kuat
menghadapi setiap rintangan yang ada. Adikku tersayang Dwi Andika Dimas
Candy Satrio yang senantiasa memberikan motivasi, semangat, dan doa untuk
saya agar dapat menyelesaikan karya ini dengan baik.

Keluarga besar Wiryo Suwito dan Arjo Utomo yang telah mendukung saya untuk
menyelesaikan karya ini dengan baik.

Sahabat terbaikku Kiki, Siska, Anin, Natali, Indah, Winda, Riska, Timo, Lukas,
Sam, dan Andreas yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam
mengerjakan skripsi. Sahabat yang telah melewati suka duka bersama dan saling
mendoakan untuk sebuah kelancaran dalam proses pencapaian gelar S.Pd.

Teman-teman sejawat terbaik di PBSI 2013 kelas A dan B serta keluarga besar
PBSI.

Tidak lupa juga skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang selalu
bertanya „kapan lulus?‟. Pertanyaan itu saya jadikan sebagai cambuk agar saya
mampu bangkit dan lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan karya ini,
terima kasih kalian luar biasa.

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Maharani, Faradhita Dian. 2018. Analisis Campur Kode dalam Dialog


Interaktif Indonesia Lawyers Club di TvOne Periode Agustus-September
2017. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas tentang wujud Campur Kode (CK) dan tujuan
terjadinya campur kode dalam acara dialog interaktif. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan, menjelaskan wujud campur kode dan penyebab terjadinya
CK dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club (ILC).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian
ini berisi tuturan yang mengandung CK. Subjek penelitian ini adalah tokoh-tokoh
yang ada dalam acara dialog interaktif ILC. Penelitian ini juga memaparkan
tujuan terjadinya CK dalam acara dialog interaktif ILC. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode rekam, metode simak, dan metode catat.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kontekstual. Metode
kontekstual ini terperinci pada konteks Sosiolinguistik. Sebuah konteks yang
membahas dimensi-dimensi konteks sosial seperti percakapan sehari-hari dalam
masyarakat, penggunaan ragam baku, serta dialek-dialek kedaerahan yang
digunakan sebagai media mengidentifikasi data, klasifikasi data, dan
menginterpretasi data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wujud campur kode terdiri atas 30
tuturan campur kode internal, 54 tuturan campur kode eksternal, dan 5 tuturan
campur kode untuk unsur tercampur. Adapun tujuan terjadinya campur kode
dalam acara dialog interaktif ILC yaitu untuk memberitahukan sesuatu, untuk
mempertegas, menjelaskan, menghormati lawan tutur, sekadar bergengsi,
membangkitkan rasa humor, dan untuk menunjukkan kedekatan penutur dengan
mitra tutur.

Kata kunci : campur kode, tujuan

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Maharani, Faradhita Dian. 2018. Analysis Code-Mixing in the Interactive
Dialogue Program Indonesia Lawyers Club in TvOne Period August-
September 2018. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesia Language
and Literature Education Study Program. Departement of Languages and
Arts Education, Faculty of Teacher Training and Education. Sanata
Dharma University.

This research discuss about the form of code-mixing and its purpose in
interactive dialogue. This research is aimed to describe and explain the forms and
purpose of code-mixing in the event of interactive dialogue program ILC.
This research is a qualitative descriptive research since this research
contains speeches which contain code mixing. Subjects of this research are
debaters in ILC. This research is also explaining the purposes of each code-mixing
in ILC. Methodology used in this research is record method, listen method, and
note-taking method. Method used in analyzing data in this research is contextual
method, which is detailed in the context of sosiolinguistics. A context that takes
into account social contextual dimensions such as dalily conversation in society,
the us of standart variation, as well as regional dialects is used as a medium for
identifying, classifying, and interpreting data.
The result of this research shows that there are 3 code-mixing form found,
they are consists of internal code-mixing (30 speeches), external code-mixing (54
speeches), and mixed element code-mixing (5 speeches). There are also purposes
code-mixing appear in the program. The purposes are to inform, to emphasize, to
explain something, to show respect toward each others, to merely show prestige,
to bring the humorous atmosphere, and to show the intimacy toward each others.

Keyword: code-mixing, purpose

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmad dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Campur Kode Dalam Dialog Interaktif Indonesia

Lawyers Club di TvOne Periode Agustus-September 2017. Skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dalam kurikulum Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia ( PBSI ), Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Seni ( JPBS ), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( FKIP ), Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan

dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak

dukungan, pendampingan, dan saran selama penulis menempuh

pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia ( PBSI ),

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Danang Satria Nugraha, M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu dan mendukung

penulis.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Prof. Dr.Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan setia,

penuh perhatian, dan sabar membimbing, memotivasi, mengarahkan, dan

memberikan banyak masukan yang sangat berharga bagi penulis dari awal

hingga akhir penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Program Studi Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata

Dharma yang dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing,

mengarahkan, dan memberikan bantuan kepada penulis dari awal

perkuliahan sampai selesai.

6. Segenap karyawan sekretariat Program Studi PBSI yang dengan sabar

memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan

berbagai urusan administrasi.

7. Bapak Sugiyanto dan Ibu Tukinah yang selalu mendampingi, memberi

dukungan dan doa yang tiada habisnya.

8. Adik tersayang Dwi Andika Dimas Candy Satrio yang senantiasa

memberikan motivasi, semangat, dan doa untuk saya agar dapat

menyelesaikan karya ini dengan baik.

9. Sahabat yang selalu mendukung Kiki, Natali, Sisca, Indah, Riska, Winda,

Anin, Lukas, Timo, Andreas, Sam dan semua sahabat PBSI angkatan 2013

yang telah berjuang bersama selama menjalani perkuliahan di PBSI.

10. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih

untuk bantuan dan dukungannya selama ini.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 5
1.5 Batasan Istilah .............................................................................................................. 6
1.6 Sistematika Penelitian .................................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penelitian Relevan ........................................................................................................ 9
2.1 Landasan Teori .............................................................................................................. 10
2.1.1 Sosiolinguistik ....................................................................................................... 11
2.1.2 Kode ...................................................................................................................... 12

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.1.3 Bahasa ................................................................................................................... 13


2.1.3.1 Variasi Bahasa ............................................................................................. 14
2.1.4 Campur Kode ........................................................................................................ 19
2.1.4.1 Jenis Campur Kode ..................................................................................... 21
2.1.4.2 Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode ................................................ 25
2.1.5 Tuturan .................................................................................................................. 27
2.1.6 Interferensi............................................................................................................. 27
2.1.7 Kedwibahasaan ...................................................................................................... 28
2.1.7.1 Bentuk Kedwibahasaan ............................................................................... 29
2.1.8 Konteks .................................................................................................................. 30
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................................. 34
3.2 Sumber Datadan Data Penelitian .................................................................................. 35
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................ 35
3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................................................... 36
3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................................................... 36
3.6 Triangulasi..................................................................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Data .............................................................................................................. 39
4.2 Hasil Analisis ................................................................................................................ 39
4.2.1 Wujud Campur Kode ke Dalam ( Inner Code-Mixing) ......................................... 39
4.2.1.1 Penyisispan Kata ......................................................................................... 40
4.2.1.2 Penyisipan Frasa .......................................................................................... 42
4.2.1.3 Pengulangan Kata ........................................................................................ 43

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.2 Wujud Campur Kode ke Luar (Outer Code-Mixing) ............................................ 45


4.2.2.1 Penyisipan Kata ........................................................................................... 46
4.2.2.2 Penyisipan Frasa .......................................................................................... 48
4.2.2.3 Pengulangan Kata ........................................................................................ 50
4.3 Temuan Tambahan ................................................................................................... 51
4.4 Tujuan Campur Kode ............................................................................................... 53
4.4.4.1 Tujuan Campur Kode ke Dalam .................................................................. 53
4.4.4.2 Tujuan Campur Kode ke Luar ..................................................................... 59
4.5 Pembahasan ................................................................................................................... 64

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ....................................................................................................................... 67
5.2 Saran .............................................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 70


BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................................... 72
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 73

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa berperan penting dalam aktifitas

komunikasi. Untuk menunjukkansuatu maksud, komunikator (pengirim

pesan) berusaha menyampaikan informasi kepada komunikan (penerima

pesan) agar dapat dimengerti oleh komunikan. Untuk dapat di mengerti,

komunikator harus menggunakan bahasa yang baik dan mudah dipahami

oleh komunikan.

Dalam suatu masyarakat, manusia tidak mungkin dapat berkomunikasi

apabila anggota masyarakat tersebut tidak menggunakan bahasa sebagai

media atau sarananya. Manusia bukan makhluk individu, melainkan

makhluk sosial yang di dalam kesehariannya membutuhkan yang namanya

bahasa. Tanpa adanya bahasa, manusia belum bisa dikatakan sebagai

makhluk sosial (Nababan, 1986: 46). Lebih singkatnya, bahasa adalah

bentuk alat komunikasi paling utama yang dimiliki manusia untuk

menyampaikan sebuah pesan, ide, gagasan, ataupun konsep pada lawan

tuturnya.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman baik suku,

budaya, dan bahasa Indonesia memiliki tiga kelompok bahasa, yaitu

bahasa nasional, bahasa daerah, dan bahasa asing. Keberagaman ini bukan

menjadi tembok raksasa yang menghadapi setiap suku bangsa untuk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berinteraksi melainkan sebagai salah satu faktor pemersatu setiap orang

Indonesai dalam berkomunikasi. Kenyataan tersebut mengakibatkan

adanya variasi kode-kode yang telah dikuasai masyarakat menjadikan

masyarakat yang multilingual, yaitu menguasai banyak bahasa dan

masyarakat yang bilingual, yaitu menguasai dua bahasa.

Setiap bahasa memiliki frase yaitu gabungan dua kata atau lebih yang

tidak dapat dipisahkan dan melampaui batas fungsi. Bahasa juga memiliki

kalimat yaitu satuan bahasa secara gramatis terdiri satu atau lebih klausa

yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu

kalimat. Kalimat sebagaimana kita ketahui, dibentuk dari kata atau

kelompok kata. Di dalam pembentukan atau penyusunan kalimat, setiap

bahasa mempunyai tipologi atau pola kalimat, baik itu bahasa indonesia,

bahasa daerah, dan bahasa asing, kemungkinan terjadinya kontak bahasa

sangatlah besar. Mackey (Suwito, 1983) memberikan pengertian kontak

bahasa sebagai pengaruh bahasa yang satu kepada bahasa yang lain, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Kontak bahasa terjadi apabila

seorang penutur yang menguasai dua bahasa yang dikuasainya secara

bergantian.

Akibat kontak bahasa dan kedwibahasaan dapat menimbulkan saling

pengaruh antara dua bahasa yang bersangkutan. Peristiwa kontak bahasa

akan terjadi campur kode tuturan. Peristiwa yang terjadi dalam dialog

interaktif Indonesia Lawyers Club, penulis menemukan tuturan yang

digunakan baik pembawa acara maupun tokoh narasumber dalam dialog

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tersebut menggunakan campur kode bahasa Indonesia dengan bahasa

Daerah, bahasa Indonesia dengan bahasa Asing, dan bahasa Indonesia

dengan bahasa Daerah dan bahasa Asing.

Kode dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang penerapan

unsur bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang

penutur, relasi penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada

(Rahardi, 2010:25).

Campur kode adalah gejala penutur menyelipkan serpihan-serpihan

bahasa daerah atau asing (Appel dalam Chaer dan Agustina, 2010:107).

Tingkat pendidikan, status sosial atau profesi merupakan hal yang sangat

berperan terhadap gejala pencampuran kode bahasa satu dengan bahasa

lain. Hal inilah yang dapat dicermati dalam acara dialog interaktif

Indonesia Lawyers Club di Tvone.

Indonesia Lawyers Club atau yang sebelumnya bernama Jakarta

Lawyers Club adalah salah satu acara dialog interaktif yang menampilkan

dialog-dialog mengenai masalah hukum, kriminalitas, selama 210 menit

dan dipandu oleh Karni Ilyas. Acara dialog interaktif Indonesia Lawyers

Club selalu menghadirkan narasumber dari latar belakang yang berbeda-

beda sehingga bahasa yang muncul pada interaksi sangat berbeda.

Terkadang pada saat acara berlangsung Karni Ilyas melakukan campur

bahasa. Seperti percampuran bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau

bahasa Indonesia ke bahasa Daerah pada saat-saat tertentu. Tentunya

peristiwa ini didasari oleh faktor-faktor tertentu.

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dewasa ini, perkembangan masyarakat dalam hal penguasaan bahasa

sudah sangat banyak, menjadikan mereka untuk saling bersaing di dalam

dunia bahasa, sehingga tidak jarang kita temui masyarakat yang

menggunakan pergantian penggunaan bahasa satu dengan bahasa yang lain

dalam proses komunikasi. Hal tersebut sangat menarik untuk dikaji.

Dengan demikian berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik

untuk mengkaji dan mengangkat masalah ini ke dalam bentuk karya tulis

yang berbentuk skripsi guna memperdalam pemahaman tentang

penggunaan campur kode dengan judul skripsi yang diangkat yaitu

“Analisis Campur Kode Dalam Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club

Tv One Periode Agustus-September 2017”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat diambil

rumusan masalah utama yaitu campur kode apa sajakah yang terjadi dalam

acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club?

Berdasarkan rumusan masalah utama tersebut dapa disusun sub

masalah sebagai berikut :

1. Wujud campur kode apa sajakah yang terjadi dalam dialog interaktif

ILC?

2. Tujuan apa saja yang menyebabkan terjadinya campur kode dalam

dialog interaktif ILC?

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini

bertujuan sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode dalam acara dialog

interaktif ILC.

2. Mendeskripsikan tujuan terjadinya campur kode dalam acara dialog

interaktif ILC.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu manfaat praktis

dan manfat teoritis.

1. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi pembaca mengenai penggunaan campur kode dalam

acara Indonesia Lawyers Club. Penelitian ini adalah sebagai bentuk

aplikasi pemahaman penulis terhadap teori kebahasaan, khususnya

tetang teori campur kode dalam pemahaman bahasa Indonesia

berdasarkan kajian sosiolinguistik. Di samping itu, hasil penelitian

ini dapat memberi masukan bagi pembaca mengenai proses

interaksi campur kode berserta hal-hal yang melingkupinya.

2. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan acuan

yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan teori atau kajian

sosiolinguistik, khususnya mengenai campur kode. Selain itu,

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi

peneliti-peneliti selanjutnya.

1.5 Batasan Istilah

1. Sosiolinguistik

Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat

interdisipliner dengan ilmu sosiologi dengan objek penelitian

hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial didalam suatu

masyarakat tutur (Chaer dan Agustina, 2010: 4).

2. Kedwibahasaan

Kedwibahasaan adalah the alternative use of two more

languages by the same individual (kebiasaan menggunakan dua

bahasa atau lebih oleh seseorang) Mackey (dalam Aslinda dan

Leni, 2007: 24). Kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa

seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara

bergantian (Nababan, 1988: 2).

3. Kode

Kode adalah suatu sistem tutur yang penerapan unsur

bahasanya mempunyai ciri khas dengan latar belakang penutur,

relasi penutur dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada (

Rahardi 2001:22).

4. Interferensi

Interfersi adalah penyimpangan-penyimpangan dari norma-

norma salah satu bahasa yang terjadi dalam tuturan para

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dwibahasawan sebagai akibat dari pengenalan mereka lebih dari

satu bahasa yaitu sebagai hasil dari kontak bahasa (Weinrich

1953:1 dalam Aslinda dan Leni, 2007: 66). Interfernsi dapat

dikatakan sebagai perubahan dari suatu bahasa ke bahasa lain

dengan adanya sentuhan lain dari penutur yang bilingual.

5. Campur Kode

Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa dimana orang

mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa

tanpa sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran

itu (Nababan, 1991: 32).

1.6 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini akan dipaparkan dalam 5 bab, yaitu bab I

pendahuluan, bab II landasan teori, bab III metodologi penelitian,bab IV hasil

penelitian, dan bab V penutup.

Bab I adalah Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan

sistematika penyajian. Bab II adalah landasan teori.bab ini berisi penelitian

terdahulu, kerangka berpikir dan landasan teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Adapun teori yang digunakan ialah a) Sosiolinguistik, b) Kode,

c) Bahasa; Variasi Bahasa, d) Campur Kode; Jenis Campur Kode; Faktor

Penyebab Terjadinya Campur Kode, e) Tuturan, f) Interverensi, g)

Kedwibahasaan; Bentuk Kedwibahasaan, dan h) Konteks. Bab III memuat

metodologi penelitian. Bab ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan metode

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam penelitian ini, yaitu jenis penelitian,sumber data dan data penelitian,

metode pengumpulan data,instrumen penelitian, teknik analisis data, dan

triangulasi.

Bab IV berisi hasil penelitian. Bab ini berisi hasil analisis data dan

pembahasan. Pada bab ini pertama-tama disajikan deskripsi data, kemudian

disajikan hasil pembahasan dari hasil analisis data sesuai dengan rumusan

masalah yang telah ditentukan yakni tentang campur kode yang meliputi

bentuk dan tujuan penyebab terjadinya campur kode. Bab V adalah penutup.

Bab ini berisi kesimpulan penelitian, implikasi hasil penelitian yang meliputi

aspek fonologi, morfologi, dan sintaksis.

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian dalam kajian sosiolinguistik yang menjadi acuan

dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian yang pernah dilakukan terdapat

beberapa bentuk dan faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode.

Penelitian yang dilakukan oleh Sinung Lebda Wisesa (2010) berjudul

Campur Kode dalam Iklan Majalah Hai. Dalam penelitian ini, Sinung mengambil

data berupa kalimat-kalimat di dalam iklan majalah hai yang mengandung gejala

campur kode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) wujud satuan lingual yang

bercampur dibagi menjadi dua, campur kode ke dalam berupa penggunaan unsur-

unsur bahasa Jawa ke dalam kalimat berbahasa Indonesia dan campur kode ke

luar berupa penggunaan bahasa Inggris ke dalam kalimat bahasa Indonesia, (2)

faktor penyebab campur kode meliputi tidak ada ungkapan yang tepat, style, gaya,

dan istilah. (3) gejala campur kode yang ditemukan di dalam penelitian ini

meliputi tiga tataran, yaitu: tataran kata, frasa, dan klausa. (Sinung, 2010: vii).

Penelitian yang dilakukn oleh Yemi Eka Putranto (2005) berjudul

Campur Kode Tuturan Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas I, II,

III SD Negeri Banyuraden, Gamping, Sleman Tahun Ajaran 2010/2011. Dalam

penelitian ini, data yang diperoleh oleh peneliti dianalisis berdasarkan dua

kategori yaitu asal bahasa dan satuan lingual. Berdasakan asal bahasa ditemukan

campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Tataran satuan lingual yang

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

paling banyak ditemukan peneliti dalam penelitian ini adalah kata dan yang paling

sedikit adalah klausa.

Ekaristi (2004) pernah melakukan penelitian yang berjudul Campur Kode

dalam Novel Belantik Karya Ahmad Tohari. Dalam penelitian tersebut, Ekaristi

mengambil data berupa tuturan-tuturan dan kalimat-kalimat yang diangapnya

mengandung gejala campur kode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

satuan lingual yang bercampur bahasa asing dan bahasa daerah, (2) bahasa yang

bercampur berupa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Jawa dan

campur kode keluar berasal dari bahasa Inggris, (3) semua satuan lingual yang

tercampur mempunyai makna denotatif, (4) faktor penyebab campur kode

meliputi partisipan, kunci, situasi, tujuan, instrumen, dan norma.

Penelitian alih kode dan campur kode yang akan dilakukan mempunyai

kesamaan dan perbedaan tema dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinung

Lebda Wisesa, Yemi Eka Putranto, dan Ekaristi, yaitu tentang alih kode dan

campur kode. Penelitian yang dilakukan sekarang berjudul Wujud Campur Kode

Dalam Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club di TvOne Periode Agustus-

September 2017 masih relevan dengan penelitian terdahulu. Hasil penelitian yang

dilakukan diharapkan dapat menambah penelitian tentang dan campur kode.

2.2 Landasan Teori

Peneliti akan memaparkan beberapa materi yang terkait dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti. Materi tersebut digunakan untuk

pedoman atau landasan dalam menganalisis data penelitian dan diharapkan dapat

memperkuat keakuratan data yang diperoleh. Teori yang digunakan dalam

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penelitian ini yaitu: a) Sosiolinguistik, b) Kode, c) Bahasa; Variasi Bahasa, d)

Campur Kode; Jenis Campur Kode; Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode,

e) Tuturan, f) Interverensi, g) Kedwibahasaan; Bentuk Kedwibahasaan, dan h)

Konteks. Adapun uraian selanjutnya disampaikan pada paparan sebagai berikut.

2.2.1 Sosiolinguistik

Pada dasarnya setiap ilmu pengetahuan lazimnya dibagi atas bidang-

bidang bawahan atau cabang. Demikian pula ilmu linguistik juga lazimnya dibagi

menjadi bidang bawahan yang bermacam-macam. Misalnya, ada linguistik

antropologis, yaitu cara menyelidiki linguistik yang dimanfaatkan oleh para ahli

antropologis budaya; ada juga linguistik sosiologis, atau sering disebut

sosiolinguistik, untuk meneliti bagaimanakah dalam bahasa itu dicerminkan hal-

hal sosial dalam golongan penutur tertentu. Akan tetapi, bidang-bidang bawahan

tadi semuanya mengandaikan adanya pengetahuan linguistik yang mendasarinya.

Adapun bidang-bidang dalam ilmu linguistik yakni struktur kata yang disebut

morfologis, strukturr antar kata dalam kalimat yang disebut sintaksis dan

masaalah makna yang disebut dengan semantik (Verhaar, 2004:9).

Salah satu kajian ekstralinguistik adalah sosiolinguistik yang berasal dari

kata sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah

mengenai manusia di dalam masyarakat. Linguistik adalah bidang ilmu yang

mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek

kajiannya (Chaer, 2010: 2). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam kaitannya

dengan penggunaan bahasa itu sendiri dalam masyarakat.

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam penelitian ini peristiwa kebahasaan yang akan dibahas adalah

wujud dan tujuan campur kode dalam dialog interaktif Indonesia Lawyers Club di

TvOne periode Agustus-September 2017. Peristiwa campur kode yang

dimaksudkan adalah berupa tuturan yang mengandung campur kode serta tuturan

tokoh yang menyebabkan campur kode.

2.2.2 Kode

Sehubungan dengan pengertian kode, Syamsudin, dkk (1997: 123)

mengatakan bahwa kode ialah sistem tutur yang penerapannya unsur ciri khas

sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan lawan bicara dan

situasi yang ada. Kode dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang

penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang

penutur, relasi penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada. Kode

biasanya berbentuk varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi

anggota suatu masyarakat bahasa (Poedjosoedarmo, 1978: 30). Suwito (1983: 67)

juga mengemukakan bahwa kode adalah salah satu varian di daalam hierarki

kebahasaan yang dipakai dalam komunikasi. Dengan demikian dalam sebuah

bahasa dapat terkandung beberapa buah kode yang merupakan varian bahasa itu.

Kode biasanya berbentuk varian-varian bahasa yang secara nyata dipakai dalam

berkomunikasi dan berinteraksi anatara orang satu dengan orang lain. Bagi

masyarakat yang monolingual, kode terjadi dari varian-varian satu bahasa, tetapi

bagi masyarakat multilingual kode terjadi dar varian satu bahasa atau lebih dari

dua bahasa. Menurut Suwito (1985: 67) Kode adalah untuk menyebutkan salah

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

satu varian didalam hierarki kebahasaan, misalnya varian regional, kelas sosial,

raga, gaya, kegunaan, dan sebagainya.

Selanjutnya Wardhaugh (dalam Kunjana, 2001: 22) mengemukakan

bahwa kode itu memiliki sifat netral. Dikatakan netral karena kode itu tidak

memiliki kecenderungan interpretasi yang menimbulkan emosi. Lebih lanjut dia

juga mengatakan bahwa kode adalah semacam sistem yang dipakai oleh dua

orang atau lebih untuk berkomunikasi.

Bagi suatu masyarakat ekabahasa (monolingual), kode merupakan varian

dari bahasanya yang satu. Akan tetapi, bagi masyarakat yang dwibahasa atau

aneka bahasa (multilingual), inventarisasi kode itu menjadi lebih luas dan

mencakup carian dua bahasa atau lebih. Kode itu dengan sendirinya mengandung

makna yang sifatnya menyerupai makna unsur-unsur bahasa yang lain.

2.2.3 Bahasa

Menurut KBBI (2007), bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang

arbitrer (manasuka), yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk

melakukan kerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Selanjutnya KBBI

(2007) memberikan definisi konteks sebagai situasi yang ada hubungannya

dengan suatu kejadian. Di dalam suatu proses komunikasi, bahasa dan konteks

tentunya saling mempengaruhi. Individu dapat saja melakukan komunikasi

dengan menggunakan bahasa tersebut apabila konteksnya tertentu pula.

Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk menyesuaikan

dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai alat komunikasi yang utama,

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahasa harus mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan

penuturnya.

Bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa

yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya (Chaer

dan Agustina, 1995: 21). Fungsi dari bahasa adalah sebagai alat ekspresi diri, alat

komunikasi, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, serta sebagai

kontrol sosial (Keraf, 1984: 3). Menyadari fungsi bahasa sangat penting dapat

dikatakan bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan

lumpuh tanpa bahasa. Bahasa dipergunakan manusia dalam segala aktivitas

kehidupan.

2.1.3.1 Variasi Bahasa

Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut

pemakainya, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, hubungan

pembicara, lawan bicara, dan orang orang yang dibicarakan serta medium

pembicaraan (KBBI, 2003: 920). Sebuah bahasa telah memiliki sistem dan

subsistem yang dapat dipahami secara sama oleh para penutur bahasa tersebut.

Meskipun penutur itu berada dalam masyarakat tutur yang sma, tidak merupakan

kumpulan manusia homogen, wujud bahasa yang konkret menjadi tidak seragam

atau bervariasi. Keragaman dan kevariasian bahasa ini tidak hanya terjadi karena

para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga kegiatan dan interaksi sosial

yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer dan Agustina, 2010:61).

Pada variasi bahasa ini, terdapat dua pandangan. Pertama, variasi atau

ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada

untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang

beraneka ragam. Variasi bahasa dibedakan menjadi empat, yaitu variasi bahasa

dari segi penutur, pemakaian, keformalan, dan sarana (Chaer dan Agustina, 2010:

62).

1) Variasi Bahasa dari Segi Penutur

Variasi bahasa dapat dilihat dari segi penuturnya mempunyai

beberapa macam keragaman di dalamnya. Setidaknya ada empat

keragaman dari segi penutur yaitu

a. Idiolek

Idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan

karena setiaporang mempunyai variasi bahasanya masing-masing.

Variasi idiolek ini berkenaan dengan warna suara pilihan kata, gaya

bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Namun secara garis besar

yang paling dominan adalah “warna” suara, jika kita cukup

akrabdengan seseorang maka kita akan mengenalinya meskipun kita

hanya mendengar suaranya tanpa melihat orangnya.

b. Dialek

Variasi bahasa yang kedua ialah dialek. Dialek adalah variasi

bahasa dari kelompok penutur yang jumlahnya relatif yang berada

dalam satu tempat wilayah atau area tertentu. Halliday (1972: 14)

menyebut dialek sebagai the variety acconding to users, bahwa dialek

adalah variasi bahasa yang ditentukan menurut pengguna bahasa.

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Kronolek

Kronolek ialah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok

sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada

tahun lima puluhan yang cenderung menggunakan penulisan kata

dengan huruf “d” dan “j”. Variasi bahasa yang digunakan pada tahun

itu cenderung kearah perbedaan lafal, ejaan, morfologi, maupun

sintaksis.

d. Sosiolek

Sosiolek merupakan variasi bahasa yang berkenaan dengan status,

golongan, dan kelas sosial penuturnya (Chaer dan Agustina 2010: 62).

Pekerjaan, profesi, jabatan, lingkungan adalah salah satu perbedaan

dari para penutur yang dapat menyebabkan adanya variasi sosial.

Perbedaan variasi bahasa itu tampak pada bidang kosakata yang

mereka gunakan.

2) Variasi dari Segi Pemakaian

Variasi bahasa berkenaan dengan penguasaannya, pemakaiannya

atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam atau register. Variasi bahasa

berdasarkan pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan

untuk keperluan dan bidang apa. Misalnya bidang pendidikan, keilmuan

perekonomian pelayaran, pertanian, militer, jurnalistik, dan sastra.

Variasi bahasa berdasarkan fungsi ini lazim disebut register.

Pengertian register ini biasanya berhubungan dengan masalah. Dialek

berkenaan dengan bahasa itu digunakan oleh siapa di mana dan kapan

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

maka register berkenaan dengan masalah bahasa itu digunakan untuk

kegiatan apa.

3) Variasi dari Segi Keformalan

Berdasarkan tingkat keformalannya variasi atau ragam bahasa ini

atas lima macam yaitu ragam beku (frozen) ragam resmi (formal), ragam

usaha (konsultatif) ragam santai (casual) dan ragam akrab (Martin Joos

dalam Chaer dan Agustina 2010: 70).

a. Ragam Beku (Frozen)

Ragam beku adalah ragam bahasa yang digunakan dalam

situasi-situasi khidmat atau upacara-upacara kenegaraan khotbah di

masjid, dan tata cara pengambilan sumpah. Disebut ragam beku

karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap tidak

boleh diubah.

b. Ragam Resmi ( Formal)

Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang

digunakan dalam pidato kenegaraan rapat dians buku-buku

pelajaran dan sebagainya. Kaidah dalam ragam resmi ini sudah

ditetapkan secara mantap dan sebagai suatu standar. Ragam resmi

ini pada dasarnya sama dengan ragam bahasa beku atau standar

yang digunakan dalam situasi resmi.

c. Ragam Usaha (Konsultatif)

Ragam usaha adalah variasi bahasa yang digunakan dalam

pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang berorientasi pada hasil produksi. Ragam usaha ini adalah

ragam yang paling operasional karena ragam ini berada diantara

ragam formal dan informal.

d. Ragam Santai (Casual)

Ragam santai atau casual yakni variasi bahasayang digunakan

oleh penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti anggota

keluarga atau teman karib (Chaer dan Agustina 2010: 71). Ragam

santai ini banyak menggunakan alegro yakni bentuk kata atau

ujaran yang dipendekkan. Kosakatanya banyak dipenuhi unsur

leksikal dialek dan unsur bahasa daerah.

e. Ragam Akrab

Ragam akrab ini hampir seperti ragam santai tetapi variasi

baha4sa ini biasanya digunakan penutur yang hubungannya sudah

akrab seperti anggota keluarga atau antar teman yang sudah

menjalin pertemanan lama. Ragam ini ditandai dengan penggunaan

bahasa yang tidak lengkap pendek-pendek dan dengan artikulasi

yang seringkali tidak jelas.

4) Variasi dari Segi Sarana

Variasi inimeliputi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini

dapat disebut adannya ragam lisan atau ragam tulis atau juga ragam

berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu misalnya

menggunakan surat telepon atau telegram.

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.4 Campur Kode

Pranowo (1996: 12) mengungkapkan campur kode (code mixing) adalah

pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur bahasa yang

satu ke dalam bahasa lain secara konsisten. Campur kode merupakan pemakaian

dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu

ke dalam bahasa yang menyisip di dalam bahasa lain (Rokhman 2013: 39). Suatu

keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau

ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam

situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu sendiri itulah yang

disebut campur kode (Nababan dalam Suandi, 2014: 139).

Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan

suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur

bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti

latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri

menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena

keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya,

sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya

mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan

(linguistic convergence).

Thelander (dalam Chaer dan Agustina 2010: 115) mengatakan bahwa

campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun

frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing-

masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Nababan

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(1984) mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin

menunjukkan keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang

diucapkan merupakan kata yang tidak baku atau tidak tepat pengucapannya.

Kemudian Fasold (dalam Chaer dan Agustina 2010: 115) yang mengatakan bahwa

campur kode terjadi apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu

bahasa.

Campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara penutur,

bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Artinya, penutur yang mempunyai latar

belakang tertentu cenderung memilih campur kode untuk mendukung fungsi-

fungsi tertentu. Pemilihan bentuk campur kode demikian dimaksudkan untuk

mewujudkan status sosial dan identitasnya dalam masyarakat.

Contoh campur kode yang diambil dari buku Chaer dan Agustina (2010:

124), dapat dikemukakan sebagai berikut :

Mereka akan merried bulan depan.

(Mereka akan menikah bulan depan)

Nah karena saya sudah kadhung apik sama dia ya saya tanda tangan saja.

(Nah, karena saya sudah benar-benar baik dengan dia, maka saya tanda

tangan saja)

Contoh di atas adalah kalimat-kalimat bahasa Indonesia yang di dalamnya

terdapat serpihan-serpihan dari bahasa Inggris dan bahasa Jawa yang berupa kata

dan frasa. Ciri yang menonjol dala campur kode ini adalah kesantaian atau situasi

informal. Dalam situasi berbahasa formal jarang terjadi campur kode kalaupun

terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu

memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing (Nababan.

1986: 32). Seorang penutur misalnya, dalam berbahasa Indonesia banyak

menyelipkan bahasa daerahnya, maka penutur itu dapat dikatakan telah

melakukan campur kode (Aslinda dan Syafyahya, 2010: 87).

2.2.1.4 Wujud dan Faktor Campur Kode

Peneliti membahas wujud-wujud campurkode untuk mempertajam

pisau analisis data. Seperti apa yang dikatakan Fasold bahwa batasan dari campur

kode itu sendiri adalah kata dan frasa di luar gramatika tersebut sudah bukan

campur kode itu sendiri melainkan alih kode.

2.2.1.5 Jenis-jenis Campur Kode

Jendre (2001) membedakan campur kode menjadi tiga golongan, yaitu

campur kode ke dalam (inner code mixing), campur kode keluar (outer code

mixing) dan campur kode Campuran. Campur kode ke dalam adalah jenis kode

yang menyerap unsur-unsur bahasa daerah yang sekerabat. Umpamanya gejala

campur kode pada peristiwa tuturan bahasa Indonesia terdapat di dalamnya unsur-

unsur bahasa daerah seperti bahasa Sumbawa, Lombok, Bima, bahasa Jawa, dan

sebagainya. Campur kode ke luar adalah campur kode yang menyerap unsur-

unsur bahasa asing (Jendre, 2001:132). Misalnya, dalam peristiwa campur kode

pada pemakaian bahasa Indonesia terdapat sisipan dari bahasa asing seperti

bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jepang, bahasa Cina, dan lain sebagainya.

Sedangkan campur kode campuran adalah campur kode yang di dalam (mungkin

klausa atau kalimat) telah menyerap unsur bahasa Sumbawa/Lombok/Jawa

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(bahasa daerah) dan bahasa asing (Jendra, 1991:132). Selanjutnya Jendra telah

tegas mengatakan bahwa campur kode campuran merupakan unsur serapan yang

diterima oleh bahasa penyerap dengan pembagian menjadi dua bagian seperti

(inner dan outer code mixing) telah pula dilakukan. Misalnya, “seorang

mahasiswa hendaknya bisa eling dan established”. Kalimat tersebut menunjukkan

sebuah kalimat yang bercampur kode campuran. Jika kita melihat kata eling yang

berasal dari bahasa daerah yaitu bahasa Bali, kalimat tersebut merupakan campur

kode ke dalam. Namun jika kita melihat kata established yang berasal daribahasa

asing (bahasa Inggris) maka kalimat diatas merupakan kalimat yang bercampur

kode ke luar. Jadi secara keseluruhan kalimat di atas dimasukkan dalam kalimat

yang bercampur dengan kode campuran karena dalamkalimat di atas terdapat

unsur bahasa daerah(bahasa Bali) dan bahasa asing (bahasa Inggris).

Campur kode ke dalam dan campur kode keluar dapat berupa peyisipan

kata, frasa, klausa, ungkapan, reduplikasi, daan baster. Sehingga berdasarkan

unsur-unsur kebahasaannya Suwito (1993: 92) membedakan wujud campur kode

menjadi beberapa macam antara lain :

1) Penyisipan unsur-unsur yag berwujud kata.

Kata merupakan unsur terkecil dalam pembentukan kalimat yang

sangat penting peranannya dalam tata bahasa, yang dimaksud kata adalah

satuan bahasa yang berdiri sendiri, terdiri dari morfem tunggal dan

gabungan morfem. Menurut bentuknya, kata dapat dibagi menjadi 4

kategori yaitu :

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Kata Dasar

Kata dasar adalah satuan terkecil yang mendasari pembentukan

kata yang lebih kompleks (Tarigan 1985: 9). Contohnya adalah

“sepeda” dalam kata “bersepeda” kata dasar “tidur” memperoleh

afiks-an menjadi “tiduran”.

b. Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses

pengimbuhan atau (afiksasi) baik di awal (prefiks), di tengah (infiks),

di akhir (sufiks). Prefiks adalah suatu unsur yang diletakkan di depan

kata dasar. Indiks adalah morfem yang diselipkan di tengah kata dasar.

Sufiks adalah morfem terikat yang diletakkan di belakang kata dasar.

c. Kata ulang

Kata ulang adalah pengulangan satuan gramatik baik seluruhnya

maupun sebagian, baik fonem maupun tidak (Ramlan, 1981: 83).

Pengulangan kata dapat dibagi menjadi empat yaitu (1) kata ulang

seluruh yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar seperti buku-buku,

rumah-rumah, dan sebagainya; (2) kata ulang sebagian yaitu

pengulangan sebgaian dari bentuk dasarnya, seperti melambai-lambai,

membaca-baca; (3) kata ulang berkombinasi dengan afiks yaitu kata

ulang dasar yang dikombinasikan dengan afiks seperti, mobil-

mobilan, kuda-kudaan; (4) kata ulang perubahan fonem, seperti bolak-

balik, gerak-gerik, dan sebagainya.

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Kata Majemuk

Ramlan (2009: 76) mengatakan bahwa kata majemuk adalah

gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Kata yang

terjadi gabungan dua kata itu lazim dengan kata majemuk. Misalnya

rumah sakit, meja makan, panjang tangan dan sebagainya. Dapat

disimpulkan bahwa kata majemuk yaitu kata yang terdiri dari dua kata

sebagai unsurnya.

2) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa

Penyisipan frasa adalah penyisipan unsur frasa yang berasal dari

bahasa asing atau bahasa daerah yang masuk ke dalam tuturan yang

menggunakan suatu bahasa pokok tertentu. (Ramlan, 1987: 151) frasa

ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak

melampaui batas fungsi klausa. Unsur klausa yang terdiri dari dua atau

lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik

yang disebut frasa. Fasold (dalam Chaer dan Agustina. 2010:115),

menjelaskan kriteria gramatika campur kode yaitu apabila seseorang

menggunakan satu kata atau frasa dari suatu bahasa.

3) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan

Perulangan adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa

sebagai alat fonologis atau gramatikal, misalnya rumah-rumah, lari-lari,

dsb (Kridalaksana, 2008: 193). Kata ulang atau reduplikasi adalah satuan

gramatik, baik sebagian atau seluruhnya, baik fonem maupun tidak

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Ramlan, 1981: 63). Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan

satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 2001: 64).

4) Penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom

Ungkapan adalah konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih,

masing-masing anggota memiliki makna yang ada bersama yang lain

(Kridalaksana, 2001: 81). Ungkapan dapat berfungsi untuk

menghidupkan dan mendorong perkembangan bahasa dan akan

menciptakan keindahan bahasa agar tidak membosankan.

5) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.

Harimukti (2001:110) mendefinisikan klausa adalah satuan

gramatikal yang berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terduru

dari subjek dan predikat serta berpotensi untuk menjadi kalimat.

2.2.4.1 Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode

Campur kode tidak muncul karena tuntutan situasi, tetapi ada hal lain yang

menjadi faktor terjadinya campur kode itu. Suwito (1983) memaparkan beberapa

faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode yaitu sebagai berikut.

1) Faktor Peran

Peran adalah status sosial, pendidikan, serta golongan dari peserta

bicara atau penutur bahasa tersebut.

2) Faktor Ragam

Ragam ditentukan oleh bahasa uang digunakan oleh penutur pada

waktu melakukan campur kode, yang akan menempat pada hirarki status

sosial.

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3) Faktor keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan

Faktor ini adalah tampak pada peristiwa campur kode yang

menandai sikap dan hubungan penutur terhadap orang lain, dan

hubungan orang lain terhadapnya.

Jendra (1991: 134-135) mengatakan bahwa “setiap peristiwa wicara

(speech event) yang mungkin terjadi atas beberapa tindak tutur (speech act) akan

melibatkan unsur: pembicara dan pembicara lainnya (penutur dan mitra tutur),

media bahasa yang digunakan, dan tujuan pembicaraan”. Lebih lanjut, Jendra

(1991) menjelaskan bahwa ketiga faktor penyebab itu dapat dibagi lagi menjadi

dua bagian pokok, umpamanya peserta pembicaraan dapat disempitkan menjadi

penutur, sedangkan dua faktor yang lain (faktor media bahasa yang digunakan dan

faktor tujuan pembicaraan) dapat dipersempit lagi menjadi faktor kebahasaan:

1) Faktor Penutur

Pembicara kadang-kadang sengaja bercampur kode terhadap mitra

bahasa karena dia mempunyai maksud dan tujuan. Pembicara kadang-

kadang melakukan campur kode antara bahasa yang satu ke bahasa

yang lain karena kebiasaan dan kesantaian.

2) Faktor Bahasa

Dalam proses belajar mengajar media yang digunakan dalam

berkomunikasi adalah bahasa lisan. Penutur dalam pemakaian

bahasanya sering mencampurkan bahasanya dengan bahasa lain

sehingga terjadi campur kode. Umpamanya hal itu ditemput dengan

jalan menjelaskan atau mengamati istilah-istilah (kata-kata) yang sulit

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dipahami dengan istilah—istilah atau kata-kata dari bahasa daerah

maupun bahasa Asing sehingga dapat lebih mudah dipahami.

2.2.5 Tuturan

Tuturan adalah hasil komunikasi yang berupa ucapan atau ujaran (Chaer

dan Agustina 2004: 47). Komunikasi dalam bentuk tuturan dapat terjadi dalam

acara diskusi rapat, sidang, serta proses pembelajaran di kelas antara guru dengan

siswa, dan lain sebagainya. Komunikasi ini berupa ucapan atau ujaran

menyampaikan informasi berupa pikiran gagasan maksdu perasaan maupun emosi

secara langsung. Dengan ini dapat dikatakan bahwa tuturan merupakan suatu

peristiwa yang terjadi atau sedang berlangsung interaksi linguistik dalam suatu

bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur

yang melibatkan suatu waktu tempat, dan situasi tertentu untuk saling tukar

informasi.

Suwito (1983: 30) menyebutkan lima faktor yang menentukan suatu

tuturan, yaitu penutur lawan tutur, pokok pembicaraan tempat dan suasana. Faktor

ini menentukan terjadinya suatu kontak bahasa. Kontak bahasa yang dapat

dijumpai pada peristiwa persentuhan bahasa antara beberapa bahasa yang dikuasai

penutur dan mitra tutur. Hal ini dapat berakibat pada munculnya kemungkinan

pergantian pemakaian bahasa oleh penutur dlam konteks sosialnya. Peristiwa atau

gejala semacam ini terlihat dala wujud kedwibahasaan.

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.6 Interferensi

Chaer dan Agustina (2010: 120) interferensi adalah digunakannya unsur

bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa, yang dianggap sebagai suatu

kesalahan karena menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan.

Jendra (1995 : 187) menyatakan bahwa interferensi sebagai gejala penyusupan

sistem suatu bahasa kedalam bahasa lain.

Weinreich (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 120) mengemukakan bahwa

interferensi adalah perubahan sistem atau bahasa sehubungan dengan adanya

persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh

penutur bilingual. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

interferensi adalah kekeliruan atau kesalahan yang menyimpang akibat kebiasaan-

kebiasaan ujaran atau dialek ibu ke dalam bahasa keseharian yang dipakai.

2.2.7 Kedwibahasaan

Istilah kedwibahasaan oleh para ahli bahasa dianggap mengandung

pengertian yang relatif, oleh karena batasan seorang untuk dapat disebut

dwibahasawan itu bersifat arbitrer dan hampir tidak dapat ditentukan secara pasti

(Anwar, 2006: 11).Kedwibahasaan atau bilingualisme merupakan kebiasaan

menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang

lain.menurut Bloomfield (dalam Suwito, 1985: 40) mula-mula kedwibahasaan

diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya

oleh seorang penutur.

Nababan (1991: 27) mengemukakan tentang kedwibahasaan yaitu

ketika kita melihat seseorang memakai dua bahasa dalam pergaulan dengan orang

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lain, dia berdwibahasa dalam arti dia melaksanakan kedwibahasaan yang kita akan

sebut bilingualisme. Jadi bilingualisme ialah kebiasaan menggunakan dua bahasa

dalam interaksi dengan orang lain.

Abdul Chaer dan Agustina (2004: 84) berpendapat masyarakat tutur

yang terbuka, artinya yang mempunyai hubungan dengan masyarakat tutur lain,

tentu akan mengalami apa yang disebut kontak bahasa dengan segala peristiwa-

peristiwa kebahasaan sebagai akibatnya. Peristiwa-peristiwa kebahasaan yang

memungkinkan terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa itu adalah apa yang

disebut kedwibahasaan. Sementara itu, Pranowo (1996: 9) menyatakan bahwa

kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara

produktif maupun reseptif oleh seorang individu atau masyarakat.

Berdasarkan beberapa definisi kedwibahasaan di atas, peneliti

mengacu pada pendapat Pranowo karena definisi yang diberikan memiliki batasan

yang jelas yaitu a) pemakaian dua bahasa b) dapat sma baiknya atau salah satunya

yang lebih baik, c) pemakaian dapat produktif maupun reseptif, dan dapat oleh

individu maupun oleh masyarakat.

2.2.7.1 Bentuk Kedwibahasaan

Orang yang memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa dengan

sama baiknya disebut kedwibahasawan (Pranowo, 1996: 8). Untuk dapat

menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu

(pertama bahasa ibunya [B1] dan yang kedua bahasa lain yang menjadi bahasa ke

dua [B2]), orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang

bilingual (kdwibahasawan), (Chaer dan Agustina, 2010: 84).

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dwibahasawan adalah pembicara yang memakai dua bahasa secara

bergantian dalam sistem komunikasi. Seseorang yang terlibat dalam praktik

penggunaan dua bahasa secara bergantian itulah yang disebut biliungal atau

dwibahasawan (Weinrich dalam Aslinda dan Syafyahya 2010: 26). Mempelajari

bahasa kedua apalagi bahasa asing tidak dengan sendirinya akan memberi

pengaruh terhadap bahasa aslinya. Seorang yang mempelajari bahasa asing

kemampuan bahasa asing atau B2-nya akan selalu berada pada posisi di bawah

penutur asli bahasa tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai dwibahasawan di atas

peneliti mengacu pada pendapat Chaer dan Agustina yang mengatakan “untuk

dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua

bahasa itu (pertama bahasa ibunya [B1] dan yang kedua bahasa lain yang menjadi

bahasa kedua [B2] ), orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut

orang yang bilingual (dwibahasawan)”.

Masyarakat tutur yang tertutup yang tidak tersentuh oleh masyarakat

tutur lain karena tidak mau berhubungan dengan masyarakat tutur lain, akan tetap

menjadi masyarakat tutur yang statis dan tetap menjadi masyarakat yang

monolingual. Sebaliknya masyarakat tutur yang terbuka yang mempunyai

hubungan dengan masyarakat tutur lain akan mengalami kontak bahasa dengan

segala peristiwa kebahasaan. Peristiwa-peristiwa kebahasaan yang dapat terjadi

antara lain adalag interferensi, integrasi alih kodedan campur kode (Chaer dan

Agustina 2010: 84). Berdasarkan beberapa akibat kedwibahasaan di atas, dalam

penelitian ini peneliti membatasi pada peristiwa campur kode.

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.8 Konteks

Konteks menurut KBBI (2007), konteks sebagai situasi yang ada

hubungannya dengan suatu kejadian. Dalam setiap peristiwa tutur, konteks sangat

diperlakukan untuk menafsirkan maksud dari tuturan penutur. Sebagai deskripsi

konteks, penutur akan cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam suasana

tuturan formal. Namun dalam penelitian ini, konteks dalam tuturan tokoh di acara

dialog interaktif Indonesia Lawyers Club dapat terjadi dengan menggunakan

bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.

Menurut Hymes (dalam Aslinda dan Syafahya, 2007: 34), menyatakan

bahwa menurut pengamatannya situasi tutur adalah situasi ketika tuturan dapat

dilakukan dan dapat pula tidak dilakukan, situasi tidak murni komunikatif dan

tidak mengatur adanya aturan berbicara, tetapi mengacu pada konteks yang

menghasilkan aturan berbicara. Sebuah peristiwa tutur terjadi dalam satu situasi

tutur dan peristiwa tutur itu mengandung satu atau lebih tindak tutur.

Dari pendapat diatas, dapat diketahui bahwa dalam suatu komunikasi,

tuturan tidak lepas dari konteks yang saling mempengaruhi terhadap tindak

komunikasi. Poedjosoedarmo (dalam Rahardi, 2001), menyatakan konsep tuturan

yang sebetulnya merupakan pengembangan dari konsep tuturan yang disampaikan

oleh Hymes di atas.

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian mengenai campur kode dalam dialog interaktif Indonesia

Lawyers Club memiliki kerangka berpikir. Kerangka berpikir digunakan sebagai

dasar teori dan pemikiran dari seluruh proses penelitian yang akan dilakukan.

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tujuan dari adanya kerangka berpikir ini adalah untuk memudahkan peneliti

dalam menjelaskan alur penelitian campur kode dalam dialog interaktif Indonesia

Lawyers Club. Dalam kerangka berpikir ini, peneliti berusaha membahas

permasalahan yang diangkat, yakni wujud campur kode dan faktor apa saja yang

menyebabkan terjadinya campur kode. Pembahasan masalah tersebut akan

dijelaskan dengan konsep, teori, dan metode yang berhubungan dengan masalah

penelitian.

Peneliti menggunakan teori sosiolinguistik sebagai pisau analisis dalam

penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini adalah campur kode dalam tuturan

tokoh, maka peneliti berpikir bahwa teori sosiolinguistik sangat tepat digunakan

sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Komponen penting dalam teori

sosiolinguistik yang menjadi fokus peneliti adalah tuturan yang mengandung

campur kode. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif yang hasil datanya berupa data deskriptif dalam bentuk lisan maupun

tuturan. Peneliti memberi gambaran menyeluruh mengenai data penelitian

berdasarkan proses pengumpulan data dan analisis data.

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi

mengumpulkan data-data untuk menjawab permasalahan yang diangkat oleh

peneliti. Data yang telah terkumpul dari sumber data akan diproses melalui

analisis data. Analisis data merupakan penelusuran melalui temuan-temuan yang

diperoleh peneliti. Proses analisis daya dimulai dengan menelaah seluruh data

yang telah didapatkan dari sumber data. Analisis data merupakan cara peneliti

untuk mengolah data yang sudah terkumpul guna menjawab permasalahan dalam

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penelitian. Dari hasil kegiatan pengumpulan data dan analisis data, peneliti

berupaya untuk menuliskan hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian merupakan

sasaran yang ingin dicapai dalam penelitiannya. Dalam hasil penelitian, peneliti

menguraikan secara runtut proses penelitian yang kemudian mendeskripsikan

secara singkat dalam poin-poin yang lebih spesifik.

Kerangka Berpikir

DIALOG
INTERAKTIF

SOSIOLINGUISTK

KODE

KODE

KODE
CAMPUR KODE

CAMPUR KODE CAMPUR KODE


KE DALAM KELUAR

TUJUAN

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan

dan Taylor (1975:5) dalam Moelong (2010:4) mendefinisikan metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini termasuk deskriptif kualitatif karena hasil penelitian berupa kata-

kata atau tulisan yang dimaksudkan untuk menggambarkan sejelas-jelasnya

informasi mengenai gejala yang ada dan mementingkan proses daripada hasil.

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud menemukan gejala campur kode

dalam tuturan dialog interaktif ILC. Penelitian ini menyajikan dengan sebenar-

benarnya kenyataan mengenai gejala campur kode dalam tuturan dialog interaktif

ILC.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu pendekatan

metodologis dan pendekatan teoritis. Pendekatan metodologis yang digunakan

berupa bentuk-bentuk verbal bahasa yang berwujud tuturan pada ILC. Pendekatan

teoritis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik karena data

yang diteliti berupa ujaran yang terdapat pada ILC yang difokuskan pada bentuk

dan tujuan yang menyebabkan terjadinya campur kode.

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah tuturan percakapan atau dialog interaktif

yang terdapat dalam acara Talkshow “Indonesia Lawyers Club” di Tvone.

Sumber data diperoleh dengan merekam percakapan dalam Talkshow “Indonesia

Lawyers Club” periode Agustus-September 2017. Dialog interaktif Indonesia

Lawyers Club (ILC) mulai awal tahun 2017 tayang setiap hari Selasa pukul 19.30

WIB.

Data penelitian ini berupa penggalan tuturan yang mengandung campur

kode dalam acara Talkshow “Indonesia Lawyers Club” di Tvone. Tidak semua

percakapan dalam acara Talkshow “Indonesia Lawyers Club”di Tvone dapat

dijadikan sebagai data penelitian, sehingga harus dianalisis terlebih dahulu untuk

menentukan data yang tepat.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data rekam, simak dan

catat. Teknik rekam yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara

merekam percakapan informan, terutama yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti. Teknik rekam digunakan dengan pertimbangan bahwa data yang diteliti

berupa data lisan. Teknik ini dilakukan dengan berencana, dan sitematis.Teknik

simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak

penggunaan bahasa (Mahsun, 2012:92). Teknik simak dalam penelitian dilakukan

dengan cara menyimak percakapan dalam acara dialog interaktif ILC yang di

dalamnya terdapat campur kode. Teknik berikutnya adalah teknik catat. Teknik

catat dilakukan dengan menggunakan alat tulis tertentu. Teknik catat ini dilakukan

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan cara mencatat tuturan percakapan yang ada pada ILC ke dalam kolom

tabel data yang telah disiapkan. Di bawah ini contoh tabel data campur kode.

Tabel data Campur Kode Keluar dalam Acara Dialog Interaktif Indonesia

Lawyers Club

No Data : 01/30-09-17

Ttr : KI : “Sebelumnya saya minta applause dulu


untuk Tata Janeta untuk Negeri Diatas
Awan”

Gambar 1. Tabel Data

Keterangan :

Ttr : Tuturan
01 : Nomor Data
30-09-17 : Tanggal menyimak

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpul data adalah peneliti sendiri. Pengumpulan

data yang dilakukan oleh peneliti akan dibantu dengan catatan yang telah dibuat

sebelumnya oleh peneliti tentang kajian sosiolinguistik. Peneliti memiliki peranan

penting dalam perencanaan dan pelaksanaan pengumpulan data.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data tersebut berhubungan dengan perbandingan data,

yakni kegiatan yang dilakukan dengan cara membandingkan verbal yang ada

dalam acara dialog interaktif ILC yang kemudian diubah kedalam tulisan baik itu

frasa, klausa atau kalimat. Peneliti akan melakukan katagorisasi yang dilakukan

dengan cara mengelompokkan data yang sesuai dengan ciri-ciri tertentu. Analisis

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

data tentang tuturan yang dicurigai mengandung campur kode ini bermaksud

mengorganisasikan data sehingga mampu menjawab rumusan masalah yang

dikemukakan dan bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasinya sekaligus

bermanfaat untuk penelitian berikutnya.

Dalam teknik pengolahan data ini, peneliti dapat menjawab beberapa

rumusan masalah penelitian. Pada teknik pengolahan data ini pun akan dijelaskan

langkah-langkah secara rinci yang ditempuh peneliti dalam menganalisis atau

mengolah data yang sudah diperoleh melalui teknik pengumpulan data. Adapun

teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tuturan yang diduga mengandung campur kode pada

dialog interaktif Indonesia Lawyers Club.

2. Mengklasifikasi berdasarkan jenis campur kode ke dalam atau ke luar pada

dialog interaktif Indonesia Lawyers Club.

3. Menginterpretasi atau menafsirkan maksud dari tuturan yang ada pada

dialog interaktif Indonesia Lawyers Club yang mengandung campur kode.

4. Peneliti menyusun hasil penelitian.

3.6 Trianggulasi

Untuk menguji dengan benar derajat keabsahan penelitian data digunakan

trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada (Sugiyono). Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini guna

mencari kepercayaan dan keabsahan maka digunakan trianggulasi sumber, teknik.

Trianggulasi sumber digunakan untuk membandingkan data yang sudah

37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terkumpul dengan para ahli agar memiliki kesamaan pandangan, pendapat, dan

pemikiran. Trianggulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda.

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian ini berupa tuturan dialog interaktif Indonesia Lawyers

Club di TvOne periode Agustus-September 2017. Data setiap percakapan dibagi

menjadi beberapa dialog untuk dianalisis dan dikategorikan ke dalam wujud kode

yang termasuk campur kode ke dalam dan ke luar beserta penyebab, sehingga

didapatkan 89 data yang ditabulasikan. Data tersebut kemudian dianalisis dan

dikategorikan ke dalam jenis kode yang termasuk campur kode ke dalam dan

campur kode ke luar beserta faktor penyebabnya, sehingga data tersebut terbagi

dalam 30 data campur kode ke dalam dan 54 data campur kode ke luar. Dari

keseluruhan data campur kode baik ke dalam maupun ke luar terdapat 5 data yang

pada masing-masing tuturannya termasuk dalam jenis campur kode ke dalam dan

ke luar.

4.2 Hasil Analisis Data


4.2.1 Wujud Campur Kode ke Dalam (inner Code-Mixing)

Campur kode (code mixing) adalah pemakaian dua bahasa atau lebih

dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa lain secara

konsisten (Pranowo, 1996: 12). Suatu keadaan berubah ketika seorang penutur

mencampur dua atau lebih ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech

act) tanpa ada sesuatu berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu

sendiri itulah yang disebut campur kode (Nababan dalam Suandi, 2014: 139).

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Fasold (dalam Chaer dan Agustina 2010: 115) mengatakan bahwa campur kode

terjadi apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu bahasa.

Suwito (1983: 76) membedakan campur kode menjadi dua golongan. Yaitu

campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Campur kode ke dalam adalah

campur kode yang menggunakan bahasa asli dengan segala variasinya. Campur

kode ke dalam terbagi menjadi tiga jenis bentuk penyisipan bahasa dalam

komunikasi. Ketiga penyisipan tersebut adalah penyisipan kata, penyisipan frasa,

dan pengulangan kata. Dari ketiga penyisipan tersebut, masing-masing memiliki

faktor-faktor yang menyebabkan penutur harus menyisipkan kode-kode dalam

berkomunikasi. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 36 data campur kode ke

dalam.

4.2.1.1 Penyisipan Kata

Penyisipan kata yang dimaksud dalam campur kode ini adalah penyisipan

yang menggunakan kata tidak baku, kata yang bercampur dialek, dan kata

yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penyisipan kata

ini digunakan agar mitra tutur mengerti maksud dari apa yang diinginkan

penutur. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 24 data campur kode

penyisipan kata, yaitu sebagai berikut.

1. BSM : “tapi betapapun juga ada konspirasi, tapi kezaliman,


kebiadaban itu ndak boleh berlangsung dong, kita punya sila ke dua
to “Kemanusiaan yang adil dan beradab” jangan diubah menjadi
“Kemanusiaan yang dzholim dan biadab”. (CK/ILC/04/300917)

Konteks : Peristiwa tutur dilakukan oleh tokoh BSM dalam acara


Indonesia Lawyers Club yang tayang pada 1 Agustus 2017. Tokoh
menegaskan argumennya terkait dengan dasar negara Indonesia yang
terdiri dari lima sila. Pada sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang
adil dan beradab” bukan “kemanusiaan yang dzholim dan biadab”.

40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. SS : “Ini yang kita lihat teman-teman di DPR ini


sekarang membuat lembaga DPR ini perkoncoan tidak lagi dia peka
terhadap masyarakat”. (CK/ILC/44/300917)

Konteks : Peristiwa tutur dilakukan oleh tokoh SS dalam acara


Indonesia Lawyers Club yang tayang pada 5 September 2017. Dalam
argumennya tokoh menyindir tentang lembaga DPR yang lebih
mengutamakan pertemanan tanpa memperdulikan masyarakat.

3. HA : “tetapi juga menemukan tingkat kealotan dari masing-


masing peristiwa itu”. (CK/ILC/19/300917)

Konteks : Tokoh HA dalam tuturannya di Indonesia Lawyers Club


menjelaskan tentang tingkat kesusahan atau kerumitan dari masing-
masing peristiwa yang sedang terjadi.

4. NS : “bahwa semua itu tidak menghitung ngawur, saya itu


bermitra dengan Gapoktan. Sehingga kalau jualpun itu akhirnya akan
dibeli orang yang merasa dibelikan itu bisa dikatakan pahlawan, kalau
lagi musim rendeng untuk mendapatkan itu tidak semua orang”.
(CK/ILC/30/300917)

Konteks : Tokoh HA dalam tuturannya menjelaskan bahwa proses


menjual hasil panen dilakukan dengan perhitungan yang benar tidak
hanya asal-asalan dan tidak semua orang bias mendapatkan panenan
itu saat musim hujan.

Data nomor 1 merupakan contoh tuturan campur kode penyisipan kata.

Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan “tapi betapapun juga ada konspirasi, tapi

kezaliman, kebiadaban itu ndak boleh berlangsung dong, kita punya sila ke dua

to” Dalam tuturan tersebut terdapat penyisipan kata ragam tidak baku “ndak”

yang dalam bentuk baku “tidak”. Data nomor 2 merupakan contoh tuturan campur

kode penyisipan kata yang dapat dilihat pada tuturan “Ini yang kita lihat teman-

teman di DPR ini sekarang membuat lembaga DPR ini perkoncoan tidak lagi dia

peka terhadap masyarakat”. Dalam tuturan tersebut terdapat penyisipan kata

“konco” yang dalam bahasa Indonesia berarti “teman”. Data nomor 3 merupakan

41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

contoh tuturan campur kode penyisipan kata yang dapat dilihat pada tuturan

“tetapi juga menemukan tingkat kealotan dari masing-masing peristiwa itu”.

Dalam tuturan tersebut terdapat penyisipan kata “alot” yang dalam bahasa

Indonesia berarti “liat;tidak mudah putus”. Data nomor 4 merupakam contoh

tuturan campur kode penyisipan kata yang dapat dilihat pada tuturan “bahwa

semua itu tidak menghitung ngawur, saya itu bermitra dengan Gapoktan.

Sehingga kalau jualpun itu akhirnya akan dibeli orang yang merasa dibelikan itu

bisa dikatakan pahlawan, kalau lagi musim rendeng untuk mendapatkan itu tidak

semua orang”. Dalam tuturan itu terdapat penyisipan kata “ngawur” yang dapat

diartikan dalam bahasa Indonesia “asal-asalan” dan penyisipan kata “rendeng”

yang berasal dari bahasa Jawa, dalam bahasa Indonesia berarti musim hujan.

Hal ini sejalan dengan pendapat (Nababan dalam Suandi, 2014: 139)Suatu

keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau

ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam

situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu sendiri.

4.2.1.2 Penyisipan Frasa

Ramlan (1987: 151) mengatakan bahwa frasa isalah satuan gramatik yang

terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa.

Dalam campur kode ke dalam, peneliti menemukan penyisipan frasa di dalam

tuturan campur kode dalm Indonesia Lawyers Club. Pada penelitian ini,

peneliti menemukan 2 data campur kode penyisipan frasa, yaitu :

5. KI : “Sujiwo ini bikin cemburu semua laki-laki,


datang dari ndeso bawa sekian banyak, biasanya dia hanya bawa satu,

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sujiwo dan Eya Grimonia, selamat wong ndeso”. (CK/


ILC/37/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. KI mengatakan bahwa sosok Sujiwo Tedjo
yang datang dari desa biasanya hanya membawa satu teman, namun
kali ini membawa banyak teman.

6. ST : “apakah kalau tidak ada ya kita bergaul


memperbanyak teman kan itu tugasnya pembukaan undang-undang
dasar akeh e bolo-bolomu, lagipula secara beras kita sudah tidak
punya kebudayaan sekarang”. (CK/ILC/79/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. ST memaparkan argumennya mengenai
beras dengan menggunakan gaya dan bahasa yang berlatar belakang
sebagai seorang seniman.
Data nomor 5 merupakan contoh tuturan campur kode ke dalam penyisipan

frasa. Pada data tersebut, penutur menggunakan frasa dalam bahasa jawa. Penutur

menggunakan frasa “wong ndeso” yang berarti “orang desa”. Data nomor 6

merupakan contoh tuturan campur kode ke dalam penyisipan frasa. Pada data

nomor 6 penutur juga menggunakan frasa dalam bahasa Jawa. Penutur

menggunakan frasa “akeh e bolo-bolomu” yang berarti “banyaknya teman-

temanmu”. Penutur melakukan penyisipan frasa dalam bahasa Jawa karena

bermaksud untuk memberitahukan sesuatu terkait topik pembicaraan. Hal ini

seperti pendapat Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 115) yang menjelaskan

kriteria gramatika campur kode yaitu apabila seseorang menggunakan satu kata

atau frasa darisuatu bahasa.

43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.1.3 Pengulangan Kata

Kata ulang atau reduplikasi adalah satuan gramatik, baik sebagian atau

seluruhnya, baik fonem maupun tidak (Ramlan, 1981: 63). Hasil pengulangan

itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk

dasarnya (Ramlan, 2001: 64). Dalam penelitian ini, peneliti menemukan

adanya pengulangan kata pada tuturan tokoh dalam acara dialog interaktif

Indonesia Lawyers Club, pada penelitian ini, peneliti menemukan 6 data

campur kode pengulangan kata, yaitu :

7. KI : “pemirsa kita lanjutkan diskusi kita, harusnya


ke juru bicara KPK Febri Diansyah, tapi karena Buya Safii Maarif
sudah siap di Jogja, kami bergabung dulu dengan pendiri Maarif
Institute Buya Safii Maarif”
BSM : “sampun-sampun, sudah siap saya bung Karni”.
(CK/ILC/03/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. KI sebagai pembawa acara dalam dialog
tersebut menyapa salah seorang tokoh atau narasumber ILC yang
sudah siap menyampaikan argumennya melalui panggilan video
dikarenakan sedang berhalangan hadir langsung di studio.

8. RIK : “yang jelas pada penyiraman tidak ada saksi yang


melihat, jadi yang dimaksud ini adalah sebelum kejadian kurang lebih
kalau di ancer-ancer waktu kejadian 5 menit sebelum kejadian
mereka”. (CK/ILC/10/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. RIK menegaskan bahwa kurang lebih 5 menit
sebelum kejadian penyiraman tidak ada saksi yang melihat.

9. SR : “bahkan kalau kita lihat data dari asosiasi penggilingan


ada kurang lebih 120ribu penggilingan yang ada di indonesia itu
kurang lebih duaribu yang gēdé- gēdé”. (CK/ILC/24/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema

44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Maknyus Menuai Kasus. SR dalam tuturannya menjelaskan bahwa


ada kurang lebih 120 ribu penggilingan yang ada di Indonesia itu
kurang lebih dua ribu penggilingan yang besar.
Dari keempat data diatas yang ditemukan, peneliti menemukan adanya

campur kode pengulangan kata. Pengulangan kata yang digunakan dalam tuturan

tersebut adalah pengulangan kata dalam bahasa Jawa. Kata yang diulang yaitu 7)

“sampun-sampun” yang dalam bahasa Indonesia berarti “sudah-sudah”, 8)

“ancer-ancer” yang berarti dalam bahasa Indonesia berarti “kira-kira”, dan 9)

“gēdé- gēdé” yang dalam bahasa Indonesia berarti “besar-besar”. Maksud penutur

menggunakan pengulangan kata dalam tuturannya tersebut adalah untuk

menyampaikan atau memberitahukan sesuatu kepada mitra tutur. Hal ini sejalan

dengan pendapat (Ramlan, 1981: 63) kata ulang atau reduplikasi adalah satuan

gramatik, baik sebagian atau seluruhnya, baik fonem maupun tidak. Hasil

pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan

bentuk dasarnya.

4.2.2 Wujud Campur Kode ke Luar (Outer Code-Mixing)

Suatu keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua atau lebih

bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act) tanpa ada

sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu sendiri

itulah yang disebut campur kode (Nababan dalam Suandi, 2014: 139). Campur

kode ini biasanya terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa

secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsure bahasa lainnya.

Campur kode biasanya terjadi karena ketidaksengajaan dengan suasana baik

formal maupun informal. Campur kode ke luar terbagi menjadi empat jenis bentuk

45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penyisipan bahasa dalam komunikasi. Keempat penyisipan tersebut adalah

penyisipan kata, penyisipan frasa, dan pengulangan kata, dan penyisipan Klausa.

Pada penelitian ini, peneliti menemukan 58 data campur kode keluar.

4.2.2.1 Penyisipan Kata

Penyisipan kata yang dimaksud dalam campur kode ini adalah penyisipan

yang menggunakan kata tidak baku, kata yang bercampur dialek, dan kata yang

tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penyisipan kata ini

digunakan agar mitra tutur mengerti maksud dari apa yang diinginkan penutur.

Pada penelitian ini, peneliti menemukan 34 data campur kode penyisipan kata,

yaitu sebagai berikut.

10. KI : “sebelumnya saya minta applause dulu untuk Tata


Janeta yang sudah membawakan lagu Negeri Diatas Awan”.
(CK/ILC/01/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017. KI mengajak
para penonton beserta tokoh-tokoh yang sudah hadir di dalam studio
untuk mengapresiasi Tata Janeta yang sudah membuka acara dengan
menyanyikan lagu Negeri diatas Awan.

11. RM : “Belum ada persiapan karenakan masih sama baby terus


ketika saya sudah siap turun rumah saya sudah banyak orang, ada baju
gamis pak Novel yang sudah basah, ada cangkir atau apa yang sudah
terkena air keras terus saya disuruh segera menyusul pak Novel yang
sudah dibawa ke Rumah Sakit”. (CK/ ILC/13/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesai Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017. RM selaku
isteri dari Novel Baswedan menceritakan tentang peristiwa yang
dialami oleh suaminya setelah shalat subuh.

12. FY : “Kapolri sudah membuka diri, silahkan KPK dalam hal


ini join dalam tim meskipun dia dalam hal umum tidak mempunyai
wewenang”. (CK/ ILC/21/300917)

46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017. FY
menyarankan kepada KPK untuk bergabung dengan tim penyidik
meskipun tidak mempunyai wewenang dalam hal umum.

13. KZ : “kalau istilah orang-orang Romawi, orang-orang Yunani


namanya Rekonsiasi kita islah saja”. (CK/ILC/88/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 19 September 2017. KZ
memberitahukan istilah Rekonsiasi untuk orang-orang Romawi dan
Yunani.

14. SG : “kalau untuk medium bias kita lihat bahwa dari warna,
bijipun sudah kelihatan, warna agak lebih hitam terus kalau yang
medium dia tingkat brokennya lebih tinggi”. (CK/ILC/77/300917)

Konteks : dalam tuturannya tokoh SG bermaksud menjelaskan


tentang kualitas dari beras yang termasuk dalam ukuran sedang.
Dari kelima data di atas merupakan contoh tuturan campur kode keluar

penyisipan kata. Keempat data tersebut tiga diantaranya menggunakan penyisipan

kata dalam bahasa inggis kemudian salah satu dari data tersebut menggunakan

penyisipan kata dalam bahasa Arab.tuturan yang menggunakan bahasa Inggris

yaitu kata 10) “applause” yang dalam bahasa Indonesia “tepuk tangan”, KI

bermaksud mengajak audiensi, bintang tamu, dan semua orang di dalam studio

untuk mengapresiasi Tata Janeta yang telah membuka acara dengan sebuah lagu.

11) “baby” yang dalam bahasa Indonesia “bayi”, RM bermaksud menceritakan

belum adanya persiapan ketika peristiwa terjadi. 12) “join” yang dalam bahasa

Indonesia “ikut serta”, FY bermaksud memberitahukan sesuatu kepada KPK. 13)

“islah” dalam bahasa Indonesia “perdamaian”, KZ bermaksud memberitahukan

sesuatukepada mitra tuturnya. 14) “broken” dalam bahasa Indonesia yang berarti

“patah”. Dari beberapa data tuturan campur kode diatas, sejalan dengan pendapat

47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Nababan dalam Suandi, 2014: 139) Suatu keadaan berubah ketika seorang

penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak

berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang

menuntut percampuran bahasa itu sendiri.

4.2.2.2 Penyisipan Frasa

Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak

melampaui batas fungsi klausa (Ramlan, 1987: 151). Dalam penelitian campur

kode keluar, peneliti menemukan penyisipan frasa pada tuturan tokoh. Pada

penelitian ini, peneliti menemukan 13 data campur kode penyisipan frasa, yaitu

sebagai berikut.

15. NU : “ada semacam fenomena over promotion, promosi yang


sangat proaktif untuk mengajak umat kita untuk Haji, Umroh yang
sangat berlebihan”. (CK/ ILC/52/300917)

Konteks : peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 22 Agustus 2017 dengan tema
First Travel. NU menceritakan tentang agen biro jasa Haji yang sudah
menipunya.

16. DAS : “Faktanya selama ini tetap ada double loyality yang
terjadi, misalnya penyidik-penyidik dari kepolisian biasanya lebih
patuh kepada atasannya di kepolisian”. (CK/ ILC/59/300917)

Konteks : peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 5 September 2017. DAS
menjelaskan bahwa penyidik dari kepolisian lebih patuh kepada
atasannya.

17. AB : “Tetapi pastinya nanti next time kita akan lakukan


pemeriksaan terhadap yang bersangkutan”. (CK/ ILC/66/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesai Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017. AB
menjelaskan bahwa aka nada pemeriksaan terhadap yang
bersangkutan.

48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18. TA : “Konsumen yang membeli adalah konsumen yang well


inform dia mungkin melihat karena beberapa lebel beras yang
mengatakan beras cocok untuk diabet”. (CK/ILC/76/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesai Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. TA memberitahukan tentang konsumen yang
paham atau mengerti akan beras.

19. RR : “tiga juta hektar tambahan itu nanti akan membuat


Indonesia bias jadi rice bowlnya Asia Tenggara dan Asia Selatan.
(CK/ILC/78/300917)

Konteks : dalam tuturannya tokoh RR bermaksud memberitahu


keuntungan yang akan diraih oleh Indonesia berkat tiga juta hektar
tambahan tempat untuk menanam padi.

Dari keempat data diatas merupakan contoh campur kode keluar

penyisipan frasa. Pada masing-masing data tersebut, penutur menggunakan frasa

dalam bahasa Inggris, yaitu 15) “Over promotion” dalam bahasa Indonesia yang

berarti “promosi berlebih”. 16) “double loyality” dalam bahasa Indonesia yang

berarti “ loyalitas ganda”. 17) “next time” dalam bahasa Indonesia yang berarti

“lain waktu”. 18) “well inform” dalam bahasa Indonesia yang berarti

“berpengetahuan luas”. 19) “rice bowl” dalam bahasa Indonesia berarti “mangkuk

padi” atau dapat juga diartikan sebagai “lumbung padi”. Dari masing-masing

contoh tuturan tersebut, penutur melakukan penyisipan frasa dalam bahasa asing

bermaksud untuk memberitahukan sesuatu kepada lawan tuturnya. Hal ini sejalan

dengan pendapat dari Fasold (dalam Chaer dan Agustina. 2010:115), menjelaskan

kriteria gramatika campur kode yaitu apabila seseorang menggunakan satu kata

atau frasa dari suatu bahasa.

49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.2.3 Pengulangan Kata

Pengulangan kata adalah sekelompok kata dalam kalimat yang mengalami

reduplikasi yang berarti bahwa dalam kalimat tersebut terdapat kata-kata yang

diulang. Berdasarkan proses terjadinya, kata ulang bias terjadi menjadi beberapa

bentuk. Misalnya, pengulangan bunyi kata, pengulangan kata semu, pengulangan

kata berimbuhan, dan pengulangan sebagian kata. Menurut (Ramlah, 1981: 63)

kata ulang atau reduplikasi adalah satuan gramatik, baik sebagian atau seluruhnya,

baik fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan

satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya. Dalam penelitaian ini peneliti

menemukan 2 data campur kode keluar pengulangan kata.

20. HA : “Dokter memberikan treatment-treatment, kalau


bahasanya orang jakarta lebih bersosialita, lebih bergaul menikmati
udara keluar menikmti kota”. (CK/ ILC/16/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. HA memberitahukan mengenai penanganan
Dokter terhadap korban Novel Baswedan selama masa penyembuhan.

21. RM : “Alhamdulillah itu setelah diketahui segera ditangani dan


itu sudah tidak ada problem-problem lagi yang terhirup
ditenggorokan dan di paru-paru sudah tidak ada lagi”. (CK/
ILC/12/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. RM menceritakan perkembangan kesehatan
suaminya setelah melewati proses perawatan yang ditangani oleh
Dokter.
Dari dua data diatas merupakan data campur kode ke luar pengulangan

kata yang ditemukan oleh peneliti dalam acara dialog interaktif Indonesia

Lawyers Club. Kata yang diulang yaitu 20) “treatment-treatment”, yang dalam

50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahasa Indonesia berarti “perlakuan-perlakuan” dan 21) “problem-problem”

yang dalam bahasa Indonesia berarti “masalah-masalah”. Maksud penutur

menggunakan pengulangan kata dalam tuturannya adalah untuk memberitahukan

dan menjelaskan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat

(Ramlan, 1981: 63) kata ulang atau reduplikasi adalah satuan gramatik, baik

sebagian atau seluruhnya, baik fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu

disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya.

4.3 Temuan Tambahan

Selain bentuk campur kode ke dalam dan campur kode keluar, di dalam

penelitian ini juga ditemukan adanya suatu bentuk campur kode yang bahasa

tercampurnya berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Temuan jenis campur

kode ini jumlahnya sangat terbatas, yaitu 5 unsur tercampur.

22. NS : “Di Demak kalau panen raya tidak semua penggilingan


itu mempunyai dryer, itu kadang-kadang sudah panen. Pada saat
jemur boro-boro sinar matahari yang ada hujan”. (CK/
ILC/28/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. NS menceritakan kondisi penggilingan beras
yang tidak semuanya mempunyai fasilitas memadai.

23. SI : “jadi kalau ada harga sembilan ribu


kemudian harga limabelas ribu kan hanya orang mendhem yang
harga beras sembilan ribu dibeli limabelas ribu atau duapuluh ribu.
Kemudian kalau terjadi kartel itu siapa yang mempunyai
kewenangan? Menteri Pertanian ujug-ujug pergi kesana padahal
bukan tugasnya. Tolonglah kalau perkara itu belum jelas jangan over
exposed jangan bergembor-gembor di media karena itu sangat
menggangu”. (CK/ ILC/31/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema

51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Maknyus Menuai Kasus. SI menjelaskan tentang permasalahan yang


sedang terjadi di bidang pertanian.

24. RR : “Saya ingat dulu ada mantan presiden kité yang doktor
pertanian. Saya pikir tadinya mau all out dalam bidang pertanian,
ternyata tidak.” (CK/ ILC/35/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. RR menceritakan tentang salah seorang
Kepala Negara yang mempunyai gelar doctor pertanian.

25. RIK : “Kemudian berkaitan dengan masalah-masalah mereka


yang menanyakan sampai dimana sih progresnya kok sepertinya
mandhék, stag, Ini kita sampaikan”. (CK/ ILC/73/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. RIK memberitahukan tentang beberapa
elemen masyarakat yang menanyakan progres dari penyelidikan kasus
yang dialami Novel Baswedan.

26. SS : “Pak Rikwanto boleh mengklaim bahwa pekerjaannya


sudah sedemikian monggo. Ini saya ingat statement dari Kapolda
yang sebelumnya”. (CK/ ILC/75/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017. SS menegaskan
menegaskan argument dari pak Rikwanto.
Data di atas merupakan contoh data campur kode yang bahasa

tercampurnya berasal dari dua bahasa yang ditemukan oleh peneliti pada tuturan

tokoh yang ada dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club.data nomor

22) terdapat kata ”dryer” dan ”boro-boro”, kata “dryer” berasal dari bahasa

Jawa sedangkan kata “boro-boro” berasal dari bahasa Jawa. 23) terdapat kata

“mendhem” berasal dari bahasa Jawa, “ujug-ujug” berasal dari bahasa Jawa, dan

“over exposed” yang berasal dari bahasa Inggris. 24) “kite” berasal dari bahasa

Indonesia dialek Jakarta/Betawi, “all out” berasal dari bahasa Inggris. 25)

52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“mandhék” berasal dari bahasa Jawa, “stop” berasal dari bahasa Inggris, dan data

26) “monggo” berasal ari bahasa Jawa, “statement” berasal dari bahasa Inggris.

Maksud penutur menggunakan gabungan kata dalam masing-masing contoh data

di atas yang berasal dari dua bahasa yang berbeda sebagai unsur tercampur dalam

tuturannya adalah untuk memberitahukan dan menjelaskan sesuatu kepada mitra

tuturnya.

4.4 Tujuan Campur Kode

Campur kode dilakukan seseorang karena ada beberapa macam tujuan

yang ingin disampaikan dalam suatu tuturan. Penutur tidak asal bertutur dalam

melakukan percampuran bahasa yang digunakan. Berikut adalah beberapa data

yang ditemukan oleh peneliti mengenai tujuan yang ingin disampaikan oleh

penutur.

4.4.1 Tujuan Campur Kode ke Dalam

Campur kode adalah suatu keadaan berubah ketika seorang penutur

mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak

berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang

menuntut percampuran bahasa itu sendiri (Nababan dalam Suandi, 2014: 139).

Seorang penutur dalam suatu tindak berbahasa atau melakukan

komunikasi akan mengandun beberapa macam tujuan yang ingin disampaikan

dalam tuturannya. Berikut adalah beberapa data yang ditemukan oleh peneliti

mengenai tujuan yang ingin disampaikan oleh penutur berdasarkarkan wujud

campur kode ke dalam.

53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.4.1.1 Memberitahukan sesuatu

Campur kode rata-rata terjadi pada saat seseorang melakukan dialog

atau perbincangan dengan lawan tutur menggunakan dua bahasa atau

lebih, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Pada data di bawah

ini dialog terjadi dalam suasana tutur informal. Hal ini dapat dilihat pada

dialog di bawah ini.

27. KI : “pemirsa kita lanjutkan diskusi kita, harusnya


ke juru bicara KPK Febri Diansyah, tapi karena Buya Safii Maarif
sudah siap di Jogja, kami bergabung dulu dengan pendiri Maarif
Institute Buya Safii Maarif”.
BSM : “sampun-sampun, sudah siap saya bung Karni”.
(CK//ILC/03/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 1 Agustus 2017 dengan tema
Mencari Peneror Novel. KI sebagai pembawa acara dalam dialog
tersebut menyapa salah seorang tokoh atau narasumber ILC yang
sudah siap menyampaikan argumennya melalui panggilan video
dikarenakan sedang berhalangan hadir langsung di studio.

28. RIK : “yang jelas pada penyiraman tidak ada saksi yang
melihat, jadi yang dimaksud ini adalah sebelum kejadian, kurang
lebih kalau di ancer-ancer waktu kejadian 5 menit setelah kejadian
penyiraman”. (CK/ILC/10/300917)

Konteks : Dalam tuturannya RIK memberitahukan bahwa kejadian


penyiraman tersebut tidak ada saksi yang melihat tepat pada saat
penyiraman terjadi, baru kurang lebih 5 menit kemudian para warga
mengetahui jika ada kejadian penyiraman tersebut.

29. BU : “banyak bapak-bapak kami yang sêpuh-sêpuh tidak


boleh masuk”. (CK/ILC/64/300917)

Konteks : Dalam tuturannya tokoh memberitahu bahwa bapak-


bapak yang sudah tua atau sêpuh tidak boleh masuk kedalam ruangan
dimana sedang berlangsungnya suatu konferensi.

54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada data di atas, penutur menggunakan penyisipan pengulangan kata

yang menyebabkan terjadinya campur kode ke dalam. Data di atas menunjukan

salah satu faktor penyebab terjadinya campur kode ke dalam adalah tujuan untuk

memberitahukan sesuatu. Hal tersebut dapat dilihat dari ketiga tuturan tokoh,

BSM yang mengatakan, “sampun-sampun”, dalam tuturan tersebut BSM

menyisipkan pengulangan kata “sampun-sampun” yang dalam bahasa Indonesia

berarti “sudah atau sudah-sudah”. “Ancer-ancer” merupakan penyisipan

pengulangan kata yang dilakukan oleh RIK, yang dalam bahasa Indonesia berarti

“kira-kira atau perkiraan” dan tuturan BU yang mengatakan “sêpuh-sêpuh”

dalam bahasa Indonesia berarti “tua atau tua-tua”. Dalam suasana informal dan

santai, campur kode yang digunakan ketiga tokoh diatas bermaksud ingin

memberitahukan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat

Nababan (1992) memaparkan pengertian tentang campur kode sebagai

pencampuran dua bahasa atau lebih dalam suatu tindak bahasa tanpa ada situasi

yang menuntut percampuran itu. Ditambahkan pula, percampuran bahasa tersebut

disebabkan oleh kesantaian atau kebiasaan yang dimiliki oleh pembicara dan

biasanya terjadi dalam situasi informal.

4.4.1.2 Mempertegas Sesuatu

Peristiwa campur kode ke dalam di bawah ini disebabkan karena

faktor penutur ingin mempertegas sesuatu. campur kode yang terjadi pada

tuturan di bawah ini adalah campur kode penyisipan kata. Percampuran

kode tersebut dapat terjadi karena penutur ingin mempertegas sesuatu

kepada mitra tuturnya. Hal itu dapat dilihat pada data di bawah ini.

55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30. BSM : Tapi betapapun juga ada konspirasi, tapi kezaliman,


kebiadapan itu ndak boleh berlangsung dong, kita punya sila ke dua
to “Kemanusiaan yang adil dan beradab” jangan diubah menjadi
“Kemanusiaan yang dzholim dan biadab”. (CK/ILC/04/300917)

Konteks : Peristiwa tutur dilakukan oleh tokoh BSM dalam acara


Indonesia Lawyers Club yang tayang pada 1 Agustus 2017. Tokoh
menegaskan argumennya terkait dengan dasar negara Indonesia yang
terdiri dari lima sila. Pada sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang
adil dan beradab” bukan “kemanusiaan yang dzholim dan biadab”.
Data di atas merupakan peristiwa campur kode ke dalam dengan faktor

penyebab penutur ingin mempertegas sesuatu. Pada data di atas tokoh

menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku. Dalam tuturannya tokoh

menggunakan kata “ndak” yang seharusnya “tidak”. Penyisipan kata yang

digunakan tokoh bermaksud untuk mempertegas tuturannya. Peristiwa campur

kode di atas terjadi dalam suasana serius. Hal ini sejalan dengan pendapat

Nababan (1992) memaparkan pengertian tentang campur kode sebagai

pencampuran dua bahasa atau lebih dalam suatu tindak bahasa tanpa ada situasi

yang menuntut percampuran itu.

4.4.1.3 Membangkitkan Rasa Humor

Salah satu faktor penyebab terjadinya campur kode ke dalam

adalah untuk membangkitkan rasa humor. (Nababan dalam Suandi, 2014:

139) mengatakan bahwa suatu keadaan berubah ketika seorang penutur

mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak

berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang

menuntut percampuran bahasa itu sendiri itulah yang disebut campur kode.

Pada peristiwa tutur dibawah ini, peneliti menemukan salah satu faktor

penyebab campur kode adalah untuk membangkitkan rasa humor. Berikut

56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adalah contoh data campur kode ke dalam dengan faktor penyebab untuk

membangkitkan rasa humor.

31. KI : “Sujiwo ini bikin cemburu semua laki-laki, datang dari


ndeso bawa sekian banyak, biasanya dia hanya bawa satu, Sujiwo dan
Eya Grimonia, selamat wong ndeso”. (CK/ ILC/37/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. KI mengatakan bahwa sosok Sujiwo Tedjo
yang datang dari desa biasanya hanya membawa satu teman, namun
kali ini membawa banyak teman.
Pada peristiwa tutur di atas, merupakan salah satu contoh campur kode ke

dalam dengan faktor penyebab untuk membangkitkan rasa humor. Pada

tuturannya, KI menggunakan campur kode penyisipan kata dan penyisipan frasa

dalam bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat pada tuturan “datang dari ndeso bawa

sekian banyak” dan “selamat wong ndeso”. Penyisipan kata “ndeso” dan

penyisipan frasa “wong ndeso” yang dalam bahasa Indonesia berarti “desa” dan

”orang desa”. Dalam tuturannya penutur menggunakan ragam informal dengan

maksud untuk membangkitkan rasa humor. Hal ini sejalan dengan pendapat

Nababan (1992) memaparkan pengertian tentang campur kode sebagai

pencampuran dua bahasa atau lebih dalam suatu tindak bahasa tanpa ada situasi

yang menuntut percampuran itu.

4.4.1.4 Menunjukkan Kedekatan Penutur dan Mitra Tutur

Penelitian dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club

ini, peneliti menemukan data campur kode ke dalam dengan faktor

penyebab untuk menunjukkan kedekatan penutur dan mitra tutur. peristiwa

campur kode ini terjadi dalam suasana formal ke informal. Penutur

57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku dalam tuturannya. Hal ini

dapat dilihat pada tuturan di bawah ini.

32. RW : “saya tadi hanya menyampaikan bahwa”


SS :“sebentar-sebentar Bro, giliran saya ngomong
kamu diem dulu. Abang ngomong kamu diem”. (CK/ILC/72/300917)

Konteks : Peristiwa tutur dalam acara dialog interaktif Indonesia


Lawyers Club tayang pada 15 Agustus 2017. SS meminta RW
memberikan kesempatan dirinya untuk berbicara.
Data di atas, merupakan data campur kode ke dalam dengan menggunakan

penyisipan kata ragam tidak baku. SS menggunakan kata ragam tidak baku

“diem” yang dalam bentuk baku “diam”. Maksud dari penggunaan kata ragam

tidak baku tersebut adalah untuk menunjukkan kedekatan penutur dengan mitra

tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Nababan (1984), yang mengatakan

campur kode dapat terjadi karena penutur ingin menunjukkan keterpelajarannya,

tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan merupakan kata yang tidak

baku atau tidak tepat pengucapannya.

4.4.1.5 Menjelaskan Sesuatu

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode pada data di

bawah ini adalah tujuan untuk menjelaskan sesuatu. Dalam tuturannya,

tanpa disadari bahasa yang dipakai penutur mengalami campur kode

penyisipan kata dalam bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat pada data di

bawah ini.

33. NS : “bahwa semua itu tidak menghitung ngawur, saya itu


bermitra dengan Gapoktan. Sehingga kalau jualpun itu akhirnya akan
dibeli orang yang merasa dibelikan itu bisa dikatakan pahlawan, kalau
lagi musim rendheng untuk mendapatkn itu tidak semua orang”. (CK/
ILC/30/300917)

58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 8 Agustus 2017 dengan tema
Maknyus Menuai Kasus. NS menejlaskan bahwa perhitungan harga
jual tidak dilakukan secara sembarangan.
Pada data di atas, peneliti menemukan faktor tujuan untuk menjelaskan

sesuatu dalam tuturan tokoh. Tokon bercampur kode menggunakan penyisipan

kata dalam bahasa Jawa “ngawur” yang dalam bahasa Indonesia berarti

“sembarangan” dan “rendheng” yang dalam bahasa Indonesia berarti musim

“penghujan”. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2010) bahwa campur kode

dapat terjadi karena penutur ingin menafsirkan atau menjelaskan sesuatu kepada

mitra tutur.

4.4.2 Tujuan Campur Kode Keluar

Campur kode adalah suatu keadaan berubah ketika seorang penutur

mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak

berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang

menuntut percampuran bahasa itu sendiri (Nababan dalam Suandi, 2014: 139).

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan lima faktor penyebab terjadinya

campur kode keluar, yaitu sebagai berikut.

4.4.2.1 Memberitahukan Sesuatu

Menurut Chaer (2010) bahwa campur kode dapat terjadi karena

penutur ingin menafsirkan atau menjelaskan sesuatu kepada mitra

tuturnya. Dalam penelitian ini, penelii menemukan salah satu contoh data

yang mengandung faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu untuk

memberitahukan sesuatu. Pada tuturannya, tanpa disadari bahasa yang

59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dipakai penutur mengalami campur kode penyisipan kata dalam bahasa

Inggris. Hal ini dapat dilihat pada data di bawah ini.

34. SS : “Saya tadi sangat prihatin atas pernyataan


saudara Taufik Hadi menyangkut, menghantam personalitynya
saudara Febri dia tidak pantas katanya menjadi juru bicara dan lain-
lain”. (CK/ ILC/45/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 15 Agustus 2017. SS
memberitahukan bahwa beliau tidak setuju dengan pernyataan
saudara Taufik Hadi terhadap saudara Febri.
Pada data di atas, tuturan yang mengandung penyisipan kata dalam bahasa

Inggris “personality” yang dalam bahasa Indonesia berarti “kepribadian”.

Penutur menggunakan kata dalam bahasa Inggris karena bermaksud untuk

memberitahukan sesuatu kepada mitra tuturnya serta ingin menunjukkan

keterpelajarannya dalam menguasai bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat

(Nababan dalam Suandi, 2014: 139) bahwa suatu keadaan berubah ketika seorang

penutur mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak

berbahasa (speech act) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang

menuntut percampuran bahasa itu sendiri.

4.4.2.2 Menegaskan Sesuatu

Menurut Nababan (1991: 32) campur kode adalah suatu keadaan di

mana orang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak

bahasa dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran itu. Pada data

campur kode di bawah ini terjadi karena faktor penyebab penutur ingin

menegaskan sesuatu kepada mitra tutur.

60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35. NB : “yang dimaksud powerful itu apa, sehingga saya dapat


melihat apakah benar saya sebagaimana definisi itu”. (CK/
ILC/58/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 29 Agustus 2017. NB
menegaskan hal apa yang membuat mitra tutur mempunyai
pandangan tersendiri terhadap NB.
Pada tuturan di atas, tuturan terjadi dalam suasana informal. NB

menggunakan penyisipan kata dalam bahasa Inggris yaitu “powerful” yang

berarti “sangat kuat”. Penyisipan kata dalam bahasa Inggris tersebut dimaksudkan

oleh penutur untuk menegaskan sesuatur. Selain itu, penutur menggunakan

penyisipan kata dalam bahasa Inggris karena penutur ingin menunjukkan

keterpelajarannya dalam berbahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Nababan,

(1984) yang mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin

menunjukkan keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang

diucapkan tidak baku atau tidak tepat penggunaannya.

4.4.2.3 Menjelaskan Sesuatu

Penyebab campur kode muncul biasanya karena penutur dan mitra

tutur menyisipkan bahasa asing atau ragam bahasa yang tidak baku dalam

tuturannya. Seperti yang dikatakan oleh Nababan (1991: 32) bahwa

campur kode adalah suatu keadaan di mana orang mencampur dua bahasa

atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa dalam situasi berbahasa

yang menuntut percampuran itu. Pada percakapan di bawah ini, campur

kode terjadi karena faktor penyebab penutur ingin menjelaskan sesuatu

kepada mitra tutur.

61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36. DAS : “Faktanya selama ini tetap ada double loyality yang
terjadi, misalnya penyidik-penyidik dari kepolisian biasanya lebih
patuh kepada atasannya di kepolisian”. (CK/ ILC/59/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 5 September 2017. DAS
menjelaskan bahwa penyidik dari kepolisian lebih patuh kepada
atasannya.
Pada data di atas, tuturan terjadi dalam suasana informal ke formal.

Penutur menggunakan penyisipan frasa dalam bahasa Inggris yaitu “double

loyality” yang berarti “loyalitas ganda”. Penyisipan frasa dalam bahasa asing

tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan sesuatu yang ingin disampaikan

penutur. Penutur menggunakan frasa tersebut karena juga ingin menunjukkan

keterpelajarannya dalam berbahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Nababan,

(1984) yang mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin

menunjukkan keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang

diucapkan tidak baku atau tidak tepat penggunaannya.

4.4.2.4 Menghormati Lawan Tutur

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode pada data di

bawah ini adalah tujuan untuk meenghormati lawan tutur. Dalam

tuturannya, tanpa disadari bahasa yang dipakai penutur mengalami campur

kode penyisipan kata dalam bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat pada data

di bawah ini.

37. HA : “Saya minta maaf ke teman-teman penyidik, saya tahu


penyidik kerja udah tidak pulang barangkali dari airport langsung
verivikasi ke mana crosscheck dari saksi dan ke yang lain-lain”.
(CK/ILC/17/30092017)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lawyers Club tayang pada 15 Agustus 2017. HA meminta

62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

maaf terhadap teman-teman penyidik dan menghargai tanggung jawab


dan kerja keras penyidik dalam melakukan pekerjaannya.
Peristiwa tutur di atas terjadi dalam suasana informal ke formal. Tuturan

yang mengandung penyisipan kata dalam bahasa Inggris “airport” dalam bahasa

Indonesia berarti “lapangan terbang/bandara” dan “crosscheck” atau dalam

bahasa Indonesia berarti “pemeriksaan kembali”. Penutur menggunakan

penyisipan tersebut karena bermaksud untuk menghormati lawan tuturnya.

Campur kode keluar ini sejalan dengan pendapat dari (Nababan dalam Suandi,

2014: 139) bahwa suatu keadaan berubah ketika seorang penutur mencampur dua

atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act)

tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa

itu sendiri.

4.4.2.5 Sekadar Bergaya atau Bergengsi

Pada data di bawah ini, tuturan yang ditemukan oleh peneliti dalam

acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club menunjukkan sebagai

faktor sekedar bergengsi yang menyebabkan munculnya campur kode.

Walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik,dan faktor sosio-situasional

tidak mengahrapkan adanya campur kode atau terjadinya campur kode,

sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung dan

cenderung tidak komunikatif.gejala seperti ini banyak ditemukan pada

gaya bahasa anak remaja atau selebritis. Campur kode dapat terjadi apabila

penutur kesulitan menyampaikan kata yang ingin disampaikan pada mitra

tutur (Nababan, 1984). Pada data di bawah ini, penutur menggunakan

63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penyisipan kata untuk sekedar bergengsi. Hal tersebut dapat dilihat pada

data di bawah ini.

38. ES : “kalau tidak dicopot saya minta pertanggung


jawaban kepada klien saya, you harus tanggungjawab dimana uang
itu”. (CK/ ILC/50/300917)

Konteks : Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif


Indonesia Lwyers Club tayang pada 22 Agustus 2017. ES akan
meminta pertanggung jawaban dari kliennya dan akan meminta
uangnya kembali.
Data di atas merupakan contoh peristiwa tutur campur kode keluar dengan

faktor penyebab untuk sekedar bergengsi. Dalam suasana tuturan formal ke

informal. Maksud penutur menggunakan penyisipan kata tersebut untuk sekedar

bergengsi pada mitra tuturnya. Penggunaan kata “you” menunjukkan bahwa hal

tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nababan, (1984) yang

mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin menunjukkan

keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan tidak baku

atau tidak tepat penggunaannya.

4.5 Pembahasaan

Dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club yang tayang di TV

One, peneliti menemukan campur kode. Pada acara tersebut peneliti banyak

mendapatkan informasi baru, penejelasan mengenai suatu topik hangat yang

sedang dibicarakan, pro dan kontra dalam suatu kasus di Indonesia dan lain

sebagainya. Data campur kode ke dalam berjumlah 30 data, campur kode keluar

sebanyak 54 data, dan 5 data untuk unsur tercampur.

64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club, menemukan

beberapa tujuan terjadinya campur kode. Terdapat 23 data campur kode keluar

dengan tujuan untuk memberitahukan sesuatu, 8 data dengan tujuan mempertegas

sesuatu, 21 data dengan tujuan menjelaskan sesuatu, 1 data dengan tujuan

menghormati lawan tutur, dan 1 data dengan tujuan sekedar bergengsi.

Sedangkan dalam campur kode kedalam terdapat 14 data dengan tujuan

memberitahukan sesuatu. 5 data dengan tujuan mempertegas sesuatu, 1 data

dengan tujuan membangkitkan rasa humor, 1 data dengan tujuan menunjukkan

kedekatan penutur dengan mitra tutur, dan 9 data dengan tujuan menjelaskan

sesuatu. Untuk mengkaji tuturan-tuturan yang mengandung campur kode dalam

acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club peneliti menggunakan teori dari

Pranowo, Abdul Chaer, Suandi, Fasold, dan Nababan.

Dialog interaktif Indonesia Lawyers Club merupakan salah satu program

yang ada di TV One. Indonesia Lawyers Club mulai pertengahan tahun 2017

tayang seminggu sekali dengan menyuguhkan tema yang berbeda setiap

episodenya. Tema yang diangkat dalam Indonesia Lawyers Club ini selalu topik

dan isu yang sedang hangat diperbincangkan dikalangan masyarakat. Topik yang

diangkat dalam ILC ini tidak lepas dari masalah-masalah yang ada di Indonesia,

seperti kasus di bidang politik, hokum, ekonomi, dan lain sebagainya.

Campur kode merupakan salah satu ruang lingkup sosiolinguistik yang

tidak lepas dari konteks. Konteks adalah latar belakang pengetahuan yang sama-

sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yang memungkinkan mitra tutur untuk

memperhitungkan tuturan dan memaknai arti tuturan dari si penutur (Grice dalam

65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Rusminto, 2015: 50). Dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club,

untuk memahami setiap tututran tokoh dalam acara tersebut, setiap tokoh harus

memahami setiap konteks tuturan yang ada.

Menurut Fasold (dalam Chaer dan Agustina 2010: 115) yang mengatakan

bahwa campur kode terjadi apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa

dari satu bahasa. Selain itu, Suwito (1983:76) membedakan campur kode menjadi

dua golongan, yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode

keluar (outer code mixing). Campur kode ke dalam adalah campur kode yang

menggunakan bahasa asli dengan segala variasinya, dan campur kode keluar

adalah campur kode yang menggunakan bahasa asing. Kemudian, Nababan

(1984) mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin

menunjukkan keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang

diucapkan merupakan kata yang tidak baku atau tidak tepat pengucapannya.

Dalam acara dialog interaktif Indonesia Lawyers Club, peneliti

menemukan tujuan terjadinya campur kode yang dibagi menjadi tujuan campur

kode ke dalam dan tujuan campur kode keluar. Pada campur kode kedalam,

tujuan yang ditemukan peneliti dalam penelitiannya adalah tujuan untuk

memberitahukan sesuatu, mempertegas sesuatu, membangkitkan rasa humor,

menunjukkan kedekatan dengan mitra tutur, dan untuk menjelaskan sesuatu.

Kemudian tujuan terjadinya campur kode keluar adalah tujuan untuk

memberitahukan sesuatu, mempertegas sesuatu, menjelaskan sesuatu,

menghormati lawan tutur, dan untuk sekadar bergaya atau bergengsi.

66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian campur kode dalam dialog interaktif

Indonesia Lawyers Club periode Agustus-September 2017, maka dikemukakan

simpulan sebagai berikut.

1. Wujud campur kode pada tuturan tokoh dalam acara dialog interaktif

Indonesia Lawyers Club periode Agustus-September 2017 terbagi dalam 3

jenis yaitu campur kode kedalam, campur kode keluar dan temuan

tambahan yakni campur kode campuran. Dalam penelitian ini campur kode

ke dalam dan campur kode keluar terbagi menjadi tiga jenis bentuk

penyisipan bahasa dalam komunikasi. Penyisipan yang ditemukan berupa

penyisipan kata, penyisipan frasa, dan pengulangan kata. Dalam campur

kode campuran peneliti menemukan tiga jenis bentuk penyisipan bahasa

dalam komunikasi, yaitu penyisipan kata dan pengulangan kata,

penyisipan kata dan penyisipan frasa, kemudian penyisipan kata.

2. Campur kode memiliki fungsi terkait dengan tujuan berkomunikasi.

Dalam kegiatan komunikasi pada masyarakat multilingual, campur kode

pada umumnya dialkukan untuk suatu tujuan. Penelitian ini peneliti

menemukan beberapa tujuan terjadinya campur kode pada tuturan tokoh

dalam acara Indonesia Lawyers Club. Temuan itu sebanyak tujuh tujuan

terjadinya campur kode, diantaranya adalah untuk memberitahukan

67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sesuatu, mempertegas sesuatu, menjelaskan sesuatu, menghormati lawan

tutur, menunjukkan kedekatan dengan mitra tutur, membangkitkan rasa

humor, dan sekedar bergengsi.

Tujuan penggunaan campur kode yang dipaparkan diatas barulah

sebagian. Sebuah penelitian/kajian sosiolinguistik yang lebih khusus, dapat

memberikan gambaran lebih banyak tentang berbagai tujuan campur kode, serta

berbagai implikatur lainnya yang terkandung dalam sebuah peristiwa tutur.

Keberagaman jenis campur kode dapat dilihat melalui analisis data berupa

tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh dalam acara tersebut. Hasil

analisis menunjukkan bahwa wujud campur kode berdasarkan teori dari Pranowo,

Nababan, Fasold, Abdul Chaer, dan Suwito dapat ditemukan melalui dialog

interaktif Indonesia Lawyers Club. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa penggunaan campur kode dalam dialog interaktif Indonesia

Lawyers Club tersebut digunakan penutur untuk membahas topik permasalahan

atau mengemukakan pendapat yang diangkat dalam dialog tersebut.

68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian dengan judul

“Analisis Campur Kode Dalam Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club

TvOne Periode Agustus- September 2017”, masih banyak fenomena kebahasaan

yang belum banyak diteliti dalam acara dialog interaktif tersebut, karena peneliti

hanya terfokus meneliti campur kode dalam acara tersebut yaitu mengenai bentuk

campur kode dan penyebab terjadinya campur kode. Peneliti menyarankan agar :

1. Peneliti lanjutan dapat meneliti mengenai ciri alih kode, tujuan alih

kode dan pola interaksi alih kode atau fenomena campur kode, prinsip

kesantunan, prinsip kerjasama, dan yang lainnya yang ada dalam acara

dialog interaktif Indonesia Lawyers Club sesuai dengan kebutuhan

peneliti dan menunjang sebagai penelitian kajian sosiolinguistik.

2. Dalam penelitian ini peneliti menemukan data campur kode yang

bahasa tercampurnya berasal dari dua bahasa yaitu bahasa Jawa dan

bahasa Inggris. Diharapkan peneliti lanjutan dapat menemukan

temuan-temuan lain agar dapat menyempurnakan penelitian terdahulu.

69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, dan Alek Abdullah. 2013. Linguistik Umum. Jakarta:


Erlangga.

Alawiyah, Astuti. 2016. Alih Kode dan Campur Kode dalam Acara
dalam Acara Talk Show Just Alvin Di Metro TV dan
Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
Alwasilah, Chaedar. 1985. Sosiologi bahasa. Bandung: Angkasa.
Aslinda & Syafyaha, Leni. 2007. Pengantar Sosiolinguistik.
Bandung: PT Refika Aditama.
Aslinda & Syafyaha, Leni. 2010. Sosiolinguitisk. Bandung: Refika
Aditama.
Chaer, Abdul dan Agustina Leoni. 2004. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Chaer, Abdul dan Agustina Leoni. 2010. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Ekaristi, Nur Vicincia. 2004. Campur Kode dalam Novel Belantik
Karya Ahmad Tohari. (Skripsi). Yogyakarta: Sanata Dharma.
Keraf, Gorys. 1984. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.
Ende: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta:
Gramedis Pustaka Utama.
Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Nababan, PWJ. 1984. Sosiolinguistik;suatu pengantar. Jakarta: PT
Gramedia.
Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa
Bandung.

70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Poedjosoedarmo, Supomo. 1986. ”Kode dan Alih Kode”.


Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa.
Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Putranto, Eka Yemi. 2012. Campur Kode Tuturan Guru Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas I, II, III SD Negeri
Banyuraden, Gamping, Sleman Tahun Ajaran 2010/2011.
(Skripsi). Yogyakarta: Sanata Dharma.
Rahardi, Kunjana. 2010. Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan
Alih Kode. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Rusminto, Nurlaksana E. 2015. Analisis Wacana: Sebuah kajian
Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suandi, I Nengah. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik (Teori dan
Problem). Surakarta: Henary Offiset.
Wasesa, Sinung Lebda. 2010. Campur Kode Dalam Iklan Majalah
Hai. (Skripsi). Yogyakarta: Sanata Dharma.

71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Faradhita Dian Maharani lahir di Sleman, 23

Januari 1995 dari pasangan Bapak Sugiyanto dan Ibu

Tukinah. Beralamat di Sidorejo, Caturharjo, Sleman,

Yogyakarta. Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri Bintaos

pada tahun 2001-2006. Pada tahun 2007-2009, ia melanjutkan pendidikan

menengah pertama di SMP N 1 Tepus. Selanjutnya, pada tahun 2010-2012 ia

menempuh pendidikan menengah kejuruan di SMK N 3 Wonosari, Yogyakarta.

Pada tahun 2013, ia tercatat sebagai mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata

Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Analisis

Campur Kode Dalam Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club TV One Periode

Agustus-September 2017.

72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TRIANGULASI HASIL PENELITIAN

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM DIALOG INTERAKTIF INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE

PERIODE AGUSTUS-SEPTEMBER 2017

Triangulator dimohon untuk memeriksa kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data. Triangulator yang

dipercaya untuk memeriksa data penelitian adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang sosiolinguistik.

Petunjuk pengisian :

1. Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang (√ ) pada kolom setuju atau tidak setuju berdasarkan jenis dan faktor penyebab

campur kode dalam tuturan tokoh-tokohIndonesia Lawyers Club.

2. Triangulator dimohon untuk memberikan kritik dan saran pada kolom komentar.

Keterangan :

CK : Campur Kode

ILC : Indonesia Lawyers Club

73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TABULASI CAMPUR KODE

No No. Data Tuturan Perubahan Jenis Faktor Indikator Konteks Triangul Komentar
Kode Campur Penyebab Situasi a-tor
Kode dan
I E Tujuan S TS
Campur Kode
1. CK/ILC/ KI : “sebelumnya Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
01/30091 saya minta kata memberitahukan tersebut, tokoh tentang topik
7 applause dulu sesuatu. menggunakan pembicaraan
untuk Tata Janeta bahasa Inggris dengan
yang sudah untuk suasana
membawakan mengapresiasi santai.
lagu Negeri Tata Janeta
Diatas Awan”. yang sudah
menyanyikan
lagu berjudul
Negeri diatas
Awan.
2 CK/ILC/ KI : “malam ini Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
02/30091 terpaksa saya Kata menegaskan tersebut, tokoh tentang topik
7 jelaskan karena sesuatu. menegaskan pembicaraan
banyak banget sesuatu yang dengan
yang bertanya, dalam suasana
bahwa yang tuturannya santai.
benar, terdapat
narasumber untuk bahasa
beras tersebut asingnya.

74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang udah
conform sampai
hari minggu
kemarin pada
senin pagi
mengatakan
bahwa persoalan
sudah selesai”.
3 CK//ILC/ KI : Penyisipan √ Untuk Dalam tuturan Membahas √
03/30091 “pemirsa kita pengulanga memberitahukan Buya Safii suatu topik
7 lanjutkan diskusi n kata sesuatu. Maarif pembicaraan
kita, harusnya ke menggunakan dengan
juru bicara KPK pengulangan suasana
Febri Diansyah, kata dalam santai.
tapi karena Buya bahasa jawa
Safii Maarif yaitu
sudah siap di “sampun-
Jogja, kami sampun” yang
bergabung dulu menunjukkan
dengan pendiri munculnya
Maarif Institute campur kode.
Buya Safii
Maarif”.
BSM :
“sampun-
sampun, sudah
siap saya bung
Karni”.

75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4 CK/ILC/ BSM : “tapi Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


04/30091 betapapun juga Kata mempertegas tersebut, tokoh suatu topik
7 ada konspirasi, sesuatu menegaskan pembicaraan
tapi kezaliman, sesuatu dengan dalam
kebiadapan itu menggunakan suasana
ndak boleh kata dalam serius.
berlangsung bahasa tidak
dong, kita punya baku.
sila ke dua to
“Kemanusiaan
yang adil dan
beradab” jangan
diubah menjadi
“Kemanusiaan
yang dzholim dan
biadab”.
5 CK/ BSM : “pulihkan Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/05/3 kembali, Kata mempertegas tersebut, tokoh suatu topik
00917 walaupun sesuatu. menegaskan pembicaraan
kemarin kritik sesuatu dalam
luar biasa banyak menggunakan suasana
sekali, macam- kata ragam serius tapi
macam ada e-ktp, tidak baku. santai.
ada simulasi SIM,
apa ndak kapok-
kapoknya kita
berbuat jahat”.

76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6 CK/ FD : “ya Penyisipn √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/06/3 memang Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 kewenangan ada sesuatu menggunakan pembicaraan
di Polri saya kira, bahasa asing di dalam
namun kemarin tengah-tengah suasana
ketika presiden tuturannya. serius tapi
memanggil kalau santai.
memang ada
kebijakan-
kebijakan lain
sesuai dengan
peraturan UU
yang berlaku bagi
kami di KPK
tentu saja poin
yang paling
penting adalah
agar pelaku
penyerangan itu
memang bisa
diungkap segera
dan diproses
sehingga kita bisa
tahu sebenarnya
siapa
mastermeind
dari peristiwa
tersebut”.

77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7 CK/ KI : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/07/3 “hari-hari terakhir Kata mempertegas tersebut, tokoh suatu topik
00917 ada sesuatu menggunakan pembicaraan
perkembangan kata tidak baku dalam
bahwa Tito dan bahasa suasana
dipanggil ke asing dalam santai.
istana oleh tuturannya.
Presiden.
Mungkin pak
Rikwanto udah
dapat briefing
dari kapolri, apa
yang dibahas
dengan
Presiden?”.
8 CK/ RIK : “setelah Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/08/3 kembali penyidik Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 langsung mencari sesuatu menggunakan pembicaraan
siapa yang bahasa asing dalam
dimaksud saksi dan kata tidak suasana
kunci, dan baku dalam serius tapi
memang tuturannya. santai.
ditemukan, kita
melakukan
pemeriksaan
terhadap yang
bersangkutan, kita
melakukan
crosscheck dan

78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebagainya
akhirnya kita
makin
mendapatkan
gambaran jelas
tentang peristiwa
yang ada”.
9 CK/ RIK : “ini kita Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/09/3 sampaikan, Kata memberitahukan tersebut, tokoh tentang topik
00917 memang dalam sesuatu. memberitahuk pembicaraan
proses penyidikan an sesuatu dalam
itu kita urut dengan suasana
timelinenya menggunakan santai.
seolah-olah bahasa asing.
tanggal 1 kita
melakukan apa, 2
melakukan apa, 3
melakukan apa,
terus ada terus
tidak”.
10 CK/ RIK : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/10/3 “yang jelas pada Pengulanga memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 penyiraman tidak n Kata sesuatu. memberitahuk pembicaraan
ada saksi yang an sesuatu dalam situasi
melihat, jadi yang menggunakan santai tapi
dimaksud ini pengulangan serius.
adalah sebelum kata dalam
kejadian kurang bahasa Jawa.
lebih kalau di

79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ancer-ancer
waktu kejadian 5
menit sebelum
kejadian
penyiraman”.
11 CK/ AY : “kita gelar Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/11/3 kembali kita Kata mempertegas tersebut, tokoh topik
00917 lakukan kembali, sesuatu. mempertegas pembicaraan
jadi kita tidak ada sesuatu dengan dalam
bosennya kita menggunakan suasana
menerima bahasa Jawa. santai.
informasi dari
msayarakat
karena kita buka
semua apa yang
kita lakukan”.
12 CK/ RM : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahasa
ILC/12/3 “Alhamdulillah Pengulanga menjelaskan tersebut, tokoh topik
00917 itu setelah n Kata sesuatu. menjelaskan pembicaraan
diketahui segera sesuatu dalam
ditangani dan itu menggunakan suasana
sudah tidak ada pegulangan santai.
problem- kata dalam
problem lagi bahasa Inggis.
yang terhirup
ditenggorokan
dan di paru-paru
sudah tidak ada
lagi”.

80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13 CK/ RM : “belum ada Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/13/3 persiapan Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 dikarenakan sesuatu menjelaskan pembicaraan
masih sama baby sesuatu dengan dalam
terus ketika saya menggunakan suasana
sudah siap turun bahasa Inggris. santai.
rumah saya sudah
banyak orang, ada
baju gamis pak
Novel yang sudah
basah, ada
cangkir atau apa
yang sudah
terkena air keras
terus saya disuruh
segera menyusul
pak Novel yang
sudah dibawa ke
Rumah Sakit”.
14 CK/ DM : “Pak Novel Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/14/3 beberapa waktu Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 yang lalu di sesuatu. memberitahuk pembicaraan
media televisi an sesuatu dalam
ataupun secara dengan suasana
gamblang beliau menggunakan santai tapi
sampaikan bahwa bahasa Jawa. serius.
ada seorang
pamen dari
Mabes Polri yang

81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menyerahkan
pamen Densus
Mabes Polri”.
15 CK/ DM : “kemudian Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/15/3 kami juga tindak Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 lanjuti dengan sesuatu. menjelaskan pembicaraan
kemudian datang sesuatu dengan dalam
ke TKP dan menggunakan suasana
dibackup oleh bahasa Inggris. santai.
senior-senior
kami dan teman-
teman kami dari
wilayah maupun
Bareskrim dan
Mabespolri”.

16 CK/ HA : “Dokter Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/16/3 memberikan Pengulanga memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 treatment- n Kata sesuatu. menjelaskan pembicaraan
treatment, kalau sesuatu dengan dalam
bahasanya orang menggunakan suasana
jakarta lebih pengulangan santai.
bersosialita, lebih kata dalam
bergaul bahasa Inggris.
menikmati udara
keluar menikmti
kota”.

82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17 CK/ HA : “saya minta Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/17/3 maaf ke teman- Kata menghormati tersebut, tokoh suatu topik
00917 teman penyidik, lawan tutur. menggunakan pembicaraan
saya tahu bahasa Inggris dalam
penyidik kerja dalam suasana
udah tidak pulang tuturannya. santai tapi
barangkali dari serius.
airport langung
verikasi ke mana
crosscheck dari
saksi dan ke yang
lain-lain”.
18 CK/ HA : “saya Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/18/3 melihat langsung Frasa memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 kemarin press sesuatu. memberitahuk pembicaraan
conferencenya an sesuatu dalam
Kapolri setelah dengan suasana
selesai bertemu menggunakan santai.
dengan Presiden”. bahasa Inggris
di tengah-
tengah tuturan
dengan bahasa
Indonesianya.
19 CK/ HA : “tetapi juga Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/19/3 menemukan Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 tingkat kealotan sesuatu. menjelaskan pembicaraan
dari masing- sesuatu dengan dalam
masing peristiwa terdapatsisipan suasana
itu. kata bahasa santai.

83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jawa dalan
tuturannya.
20 CK/ DA : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/20/3 “perkembangan Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 kesehatannya sesuatu. memberitahuk pembicaraan
justru an sesuatu dalam
menunjukkan dengan suasana
trend yang sangat menggunakan santai.
positif. Karena bahasa Inggris.
itulah ada
penjagaan secara
intens di
lingkungan
tempat tinggal
Novel”.
21 CK/ FY : “Kapolri Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas
ILC/21/3 sudah membuka Kata mempertegas tersebut, tokoh suatu topik
00917 diri, silahkan sesuatu. menjelaskan pembicaraan
KPK dalam hal sesuatu dengan dalam
ini join dalam tim menggunakan suasana
meskipun dia bahasa Inggris. santai tapi
dalam hal umum serius.
tidak mempunyai
wewenang”.
22 CK/ SS : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/22/3 “sementara di Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 tingkat midleman sesuatu. menjelaskan pembicaraan
itu mendapat sesuatu dengan dalam
sampai 330 juta menggunakan suasana

84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

setahun. Memang bahasa Inggris santai.


ternyata ada juga di tengah-
fleksibilitas tengah
mereka di tuturannya
masing-masing yang
region itu tapi menggunakan
tetap saja harga bahasa
tidak bisa Indonesia.
kompetitif”.
23 CK/ SW : “kita Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/23/3 berharap kasus ini Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 menjadi sesuatu. menjelaskan pembicaraan
momentum untuk sesuatu dalam
kita bersama- menggunakan suasana
sama seluruh bahasa serius.
stake holder Indonesia
menata dengan
perberasan kita”. menyisipkan
kata dalam
bahasa Inggris.
24 CK/ SR : “bahkan Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC//24/ kalau kita lihat Pengulanga menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
300917 data dari asosiasi n Kata sesuatu. menjelaskan pembicaraan
penggilingan ada sesuatu dalam
kurang lebih menggunakan suasana
seratus duapuluh bahasa santai tapi
ribu penggilingan Indonesia serius.
yang ada di dengan
Indonesia itu menyisipkanpe

85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kurang lebih ngulangan kata


duaribu yang dalam bahasa
gēdé- gēdé”. Jawa.
25 CK/ SD : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/25/3 “harga penetapan Frasa memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 pemerintah itu sesuatu. memberikan pembicaraan
namanya sale suatu dalam
price flor price”. informasi suasana
tentang harga santai
penetapan
pemerintah
menggunakan
bahasa
Indonesia
dengan
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.

26 CK/ MD : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/26/3 “kalau Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 penggilingan pada sesuatu. menjelaskan pembicaraan
tradisional yang sesuatu dalam
kecil itu tingkat menggunakan suasana
pecahnya tinggi bahasa santai tapi
headnya itu Indonesia serius.
kurang lebih dengan
hanya 45%”. menyisipkan
MD : “untuk itu beberapa kata

86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penggilingan padi dalam bahasa


apapun dia tidak Inggris.
akan bisa
bersaing apapun
itu karena dilihat
dari technical
tadi teknologinya.
Untuk itu juga
agar mereka tetap
bisa survive
mungkin juga ada
solusi. Apakah
perlu mereka
diberikan subsidi
oleh pemerintah
agar penggilingan
padi itu bisa
survive yang
kecil khususnya”.

27 CK/ MD : “berikutnya Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/27/3 perlu dipikirkan Frasa dan menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 rice to rice, jadi Kata sesuatu. menjelaskan pembicaraan
mungkin sesuatu dalam
penggilingan pada menggunakan suasana
yang kecil itu bahasa santai tapi
cukup dia pecah Indonesia serius.
kulit. Selanjutnya dengan
untuk pecah kulit menyisipkan

87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menuju ke glossy beberapa frasa


sampai dengan dan kata dalam
beras itu bahasa Inggris.
kondisinya
mengkristal.
Sekarang sudah
jadi passion saya
itu ya”.
28 CK/ NS : “di Penyisipan √ √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/28/3 Demak kalau Kata dan memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 panen raya tidak Pengulanga sesuatu. memberikan pembicaraan
semua n Kata suatu dalam
penggilingan itu informasi suasana
mempunyai menggunakan santai.
dryer, itu bahasa
kadang-kadang Indonesia
sudah panen. dengan
Pada saat jemur menyisipkan
boro-boro sinar kata dalam
matahari yang ada bahasa Inggris
hujan”. dan
pengulangan
kata dalam
bahasa Jawa.
29 CK/ NS : “munafik Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/29/3 hadirnya, wong Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 ternyata memang sesuatu. menjelaskan pembicaraan
mohon maaf sesuatu dalam
sekali lagi, pabrik menggunakan suasana

88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

besar datang itu bahasa serius.


pasti ada ijinnya”. Indonesia
dengan
menyisipkan
kata dalam
bahasa Jawa.
30 CK/ NS : “bahwa Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/30/3 semua itu tidak Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 menghitung sesuatu. menjelaskan pembicaraan
ngawur, saya itu sesuatu dalam
bermitra dengan menggunakan suasana
Gapoktan. bahasa sanatai tapi
Sehingga kalau Indonesia serius.
jualpun itu dengan
akhirnya akan menyisipkan
dibeli orang yang kata dalam
merasa dibelikan bahasa Jawa.
itu bisa dikatakan
pahlawan, kalau
lagi musim
rendeng untuk
mendapatkn itu
tidak semua
orang”.
31 CK/ SI : “jadi Penyisipan √ √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/31/3 kalau ada harga Kata dan menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 sembilan ribu Penyisipan sesuatu. menjelaskan pembicaraan
kemudian harga Pengulanga sesuatu dalam
limabelas ribu n Kata menggunakan suasana

89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kan hanya orang bahasa serius tapi


mendhem yang Indonesia santai.
harga beras dengan
sembilan ribu menyisipkan
dibeli limabelas kata dalam
ribu atau bahasa Jawa,
duapuluh ribu. bahasa Inggris
Kemudian kalau dan
terjadi kartel itu menyisipkan
siapa yang pengulangan
mempunyai kata dalam
kewenangan? bahasa Jawa.
Menteri Pertanian
ujug-ujug pergi
kesana padahal
bukan tugasnya.
Tolonglah kalau
perkara itu belum
jelas jangan
overexposed
jangan
bergembor-
gembor di media
karena itu sangat
menggangu”.
32 CK/ AS : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/32/3 “apakah misalnya Kata mempertegas tersebut, tokoh suatu topik
00917 Buya safii sudah sesuatu. menegaskan pembicaraan
melakukan sesuatu dengan dalam

90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

surveillance mengulang- suasana


terhadap ulang kata “ serius.
produknya PT apakah”
Ibu. Kalau dia dalam
melakukan tuturannya dan
surveillance menggunakan
apakah ada bahasa
ketidak sesuaian, Indonesia
apakah ada dengan
potensi unsur- menyisipkan
unsur pidana kata dalam
disana. Kalau bahasa Inggris.
ditemukan gejala
seperti itu apakah
ada regulasi yang
mengatur mereka
harus mereport
kepada
kepolisian”.
33 CK/ Prof. HD : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/33/2 “bukan untuk Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 membuat sesuatu. memberitahuk pembicaraan
rengginan, bukan an sesuatu dalam
untuk membuat dalam bahasa suasana
ketupat, bukan Indonesia santai tapi
untuk membuat dengan serius.
lontong dan lain- menyisipkan
lain sebagai kata dalam
intermediate atau bahasa Inggris.

91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk membuat
kukis dan lain
sebagainya. Tapi
saya lihat dari sisi
gizinya next slide
saja, itukan
didalam tabel gizi
ada informasi
nilai gizi”.
34 CK/ RR : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/34/3 “Pejabat bulognya Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 kagak tahu, sesuatu. memberitahuk pembicaraan
menterinya kagak an sesuatu dalam
tahu, 2-3 tahun dengan suasana
yang lalu”. menyisipkan santai tapi
kata ragam serius.
tidak baku.

35 CK/ILC/ RR : “saya ingat Penyisipan √ √ Untuk Dalam dialog Membahas √


35/30091 dulu ada mantan Kata dan menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
7 presiden kité Penyisipan sesuatu. menjelaskan pembicaraan
yang doktor Frasa sesuatu dalam dalam
pertanian. Saya tuturannya suasana
pikir tadinya mau dengan santai tapi
all out dalam menyisipkan serius.
bidang pertanian, Kata dari
ternyata tidak.” bahasa daerah
Betawi dan
menyisipkan

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

frasa dalam
bahasa Inggris.

36 CK/ ST : “ulu yang Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/36/3 namanya beras itu Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 harus dimasak di sesuatu. menjelaskan pembicaraan
dandhang, saya sesuatu dalam dalam
tanya ke orang- tuturannya suasana
orang kimia apa dengan santai.
artinya menyisipkan
dandhang, ditus Kata dalam
artinya air itu bahasa Jawa.
netes sehingga
kadar gulanya
turun”.

37 CK/ KI : “Sujiwo ini Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/37/3 bikin cemburu frasa membangkitkan tersebut, tokoh suatu topik
00917 semua laki-laki, rasa Humor. berusaha pembicaraan
datang dari ndeso membangkitka dalam
bawa sekian n rasa humor suasana
banyak, biasanya dengan santai.
dia hanya bawa menggunaka
satu, Sujiwo dan tuturan dengan
Eya Grimonia, menyisipkan
selamat wong frasa dalam
ndeso”. bahasa Jawa.

93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38 CK/ BS : “kunjungan Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/38/3 Raja Salman ke Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 Indonesia sebagai sesuatu. memberitahuk pembicaraan
headline, koran ansesuatu dalam
Tempo memasang dalam suasana
headline yang tuturannya santai.
berjudul “Data dengan
pribadi rawan menyisipkan
bocor”. Kata dalam
bahasa Inggris.

39 CK/ BS : “kepada pak Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/39/3 Johanes Marliem Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 untuk wawancara sesuatu. menjelaskan pembicaraan
melalui facetime sesuatu dalam dalam
karena kami bisa tuturannya suasana
mengecek dengan santai.
wajahnya. Dari menyisipkan
komunikasi audio Kata dalam
visual itu bahasa Inggris.
kemudian kami
mengcapture lalu
kami kirimkan
kepada orang-
orang yang sudah
bertemu”.

94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40 CK/ BS : “jadi lima Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/40/3 ratus empat puluh Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 miliyar ini adalah sesuatu. menjelaskan pembicaraan
dana rekaman sesuatu dalam dalam
sorry dana yang tuturannya suasana
menurut dia. dengan santai tapi
Menurut dia fee menyisipkan serius.
dari rekaman dalam bahasa
setiap sidik jari Inggris.
yang kita rekam”.

41 CK/ RR : “sekaligus Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/41/3 mungkin akan Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 menjadi semacam sesuatu. memberitahuk pembicaraan
warning bahwa an sesuatu dalam
hal-hal yang dalam suasana
berkaitan dengan tuturannya santai tapi
e-ktp ini”. dengan serius.
menyisipkan
Kata dari
bahasa Inggris.

42 CK/ FH : “ada Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/42/3 bagi-bagi uang Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 bancakan uang sesuatu. memberitahuk pembicaraan
sebesar 2,3 an sesuatu dalam
Triliyun pada dalam suasana
periode tuturannya serius tapi
september- dengan santai.

95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

oktober 2010”. menyisipkan


Kata dari
bahasa Jawa.
43 CK/ PRG : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/43/3 “kalau saya Frasa dan menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 bandingkan Penyisipan sesuatu. menjelaskan pembicaraan
dengan kasus Kata sesuatu dalam dalam
yang sekarang tuturannya suasana
kita banyak dengan serius tapi
bercerita tentang menyisipkan santai.
behind scene frasa dan
daripada kasus menyisipkan
ini. Sekalipun kata dalam
rekaman itu sudah bahasa Inggris.
dibuka di
pengadilan tidak
automatic
rekaman itu suatu
barang bukti yang
tidak bisa diolah”.
44 CK/ SS : “ini Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/44/3 yang kita lihat Kata meberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 teman-teman di sesuatu. menginformasi pembicaraan
DPR ini sekarang kan sesuatu dalam
membuat lembaga dalam suasana
DPR ini tuturannya santai.
perkoncoan tidak dengan
lagi dia peka menyisipkan
terhadap Kata

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

masyarakat”. menggunakan
bahasa Jawa.

45 CK/ SS : “saya tadi Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/45/3 sangat prihatin Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 atas pernyataan sesuatu. menginformasi pembicaraan
saudara Taufik kan sesuatu dalam
Hadi dalam suasana
menyangkut, tuturannya santai.
menghantam dengan
personalitynya menyisipkan
saudara Febri dia kata dalam
tidak pantas bahasa Inggris.
katanya menjadi
juru bicara dan
lain-lain”.
46 CK/46/3 AD : “tidak ada Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
00917 keinginan untuk Kata dan menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
turutlah sharing Penyisipan sesuatu. menjelaskan pembicaraan
dalam konteks Frasa sesuatu dalam dalam
duka yang tuturannya suasana
kontruktiflah. Di dengan santai.
Indonesia menyisipkan
mengedepankan Kata dan
privacy ride menyisipkan
dikatakan sama frasa dalam
pak Marliem bahasa Inggris.
seperti itu”.

97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47 CK/47/3 HH : : “kemudian Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


00917 kita cari-cari info, Frasa menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
kita tanya sana- sesuatu. menjelaskan pembicaraan
sini kemudian sesuatu dalam dalam
kita push agent, tuturannya suasana
kita cari informasi dengan serius tapi
kapan kita menyisipkan santai.
berangkat. frasa dalam
Kemudian last bahasa Inggris.
minute sampai
dengan tanggal 8
akhirnya tidak
ada info jadwal
perjalanannya”.
48 CK/ MT : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/48/3 “akhirnya di Frasa memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 bulan Januari kita sesuatu. menginformasi pembicaraan
melihat tidak ada kan sesuatu dalam
pemberangkatan dalam suasana
karena high tuturannya santai.
season katanya”. dengan
menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.

49 CK/ AR : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/49/3 “maksud saya ini Kata mempertegas tersebut, tokoh suatu topik
00917 juga harus ada sesuatu. menegaskan pembicaraan
treatment dan sesuatu dalam dalam

98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

juga formula dari tuturannya suasana


Kemenag”. dengan serius tapi
menyisipkan santai.
dalam bahasa
Inggris.
50 CK/ ES : “kalau tidak Penyisipan √ Untuk sekedar Dalam dialog Membahas √
ILC/50/3 dicopot saya Kata bergengsi. tersebut, dalam suatu topik
00917 minta tuturannya pembicaraan
pertanggung tokoh dalam
jawaban kepada menyisipkan suasana
klien saya, you dalam bahasa serius.
harus Inggris.
tanggungjawab
dimana uang itu”.
51 CK/ MC : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/51/3 “karena Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 pemerintah Arab sesuatu. menjelaskan pembicaraan
Saudi ini sesuatu dalam dalam
khususnya tuturannya suasana
kementrian Haji dengan serius tapi
begitu care, dia menyisipkan santai.
tidak mau begitu. Kata dalam
Ada orang datang bahasa Inggris.
ke Saudi itu
iftiros dipinggir
jalan itu tidak
mau. Hanya
mungkin ya
pertamanya dia

99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berangkatkan
supaya nanti bisa
dapat customer
yang lebih banyak
lagi”.

52 CK/ NU : “ada Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/52/3 semacam Frasa menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 fenomena over sesuatu. menjelaskan pembicaraan
promotion, sesuatu dalam dalam
promosi yang tuturannya suasana
sangat proaktif dengan santai.
untuk mengajak menyisipkan
umat kita untuk frasa dalam
Haji, Umroh yang bahasa Inggris.
sangat
berlebihan”.

53 CK/ILC/ Ade Armando Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


53/30091 : Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 “1999 Ambon, sesuatu. memberitahuk pembicaraan
kristen Islam itu an sesuatu dalam
pembunuhan dalam suasana
terhadap kaum tuturannya santai.
Tionghoa masih dengan
real belum jauh menyisipkan
dari sekarang kata dalam
masih terjadi”. bahasa Inggris.

100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54 CK/ JG : “tadi Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/54/3 ada seorang Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 teman di twitter sesuatu menjelaskan pembicaraan
saya nulis tapi sesuatu dalam dalam
belum sempat tuturannya suasana
saya screenshoot. dengan santai.
Katanya dia menyisipkan
sudah searching kata dalam
di google info- bahasa Inggris.
info tentang
saracen itu baru
beredar sekitar
seminggu ini”.

55 CK/ GN: “mereka Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/55/3 bahkan dengan Kata menejelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 mudah sesuatu. menjelaskan pembicaraan
meneruskan sesuatu dalam dalam
sharing atau tuturannya suasana
forward ke dengan santai.
orang-orang yang menyisipkan
mereka kenal kata dalam
tanpa mengcek bahasa Inggris.
dulu. Jadi benar-
benar terstruktur
ini bukan kerja
random kerja
yang rapi”.

101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56 CK/ AF : “apakah Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/56/3 betul anda pernah Kata mempertegas tersebut, tokoh suatu topik
00917 memposting sesuatu. menegaskan pembicaraan
ini?”. sesuatu dalam dalam
JG : “iya” tuturannya suasana
AF : Nah, dengan serius.
monggo pak menyisipkan
polisi ini adalah Kata dalam
pengakuan”. bahasa Jawa.

57 CK/ILC/ RG : “saya akan Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


57/30091 terangkan Frasa dan memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 kedangkalan itu Penyisipan sesuatu. memberitahuk pembicaraan
dengan cepat Kata an sesuatu dalam
beredar di sosial dalam suasana
media real time. tuturannya serius tapi
Padahal Hoax dengan santai.
mempunyai menyisipkan
fungsi frasa dan kata
balanching”. dalam bahasa
Inggris.
58 CK/ NB : “yang Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √
ILC/58/3 dimaksud Kata mempertegas tersebut, tokoh suatu topik
00917 powerful itu apa, sesuatu menegaskan pembicaraan
sehingga saya sesuatu dalam dalam
dapat melihat tuturannya suasana
apakah benar saya dengan santai.
sebagaimana menyisipkan
definisi itu”. kata dalam

102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahasa Inggris.

59 CK/ DAS : “faktanya Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/59/3 selama ini tetap Frasa menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 ada double sesuatu. menjelaskan pembicaraan
loyality yang sesuatu dalam dalam
terjadi, misalnya tuturannya suasana
penyidik-penyidik dengan santai tapi
dari kepolisian menyisipkan serius.
biasanya lebih frasa dalam
patuh kepada bahasa Inggris.
atasannya di
kepolisian”.

60 CK/ ZAM : “kejadian Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/60/3 kemarin itu Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 adalah kejadian sesuatu. menginformasi pembicaraan
bedhol yang kan sesuatu dalam
kemudian tiba- dalam suasana
tiba, itu menurut tuturannya santai.
saya dengan
mempengaruhi menyisipkan
apa yang terjadi kata dalam
pada hari ini”. bahasa Jawa.

61 CK/ RA : “saya kaget Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/61/3 ini pak, baru Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 dengar bahwa sesuatu. menjelaskan pembicaraan
kasus Probo sesuatu dalam dalam

103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sutejo barang tuturannya suasana


buktinya dibuat, dengan santai.
made by bukan menyisipkan
barang bukti hasil kata dalam
kejahatan”. bahasa Inggris.

62 CK/ RA : “soal Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/62/3 style leadership Frasa menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 penting, kasus sesuatu. menjelaskan pembicaraan
seperti ini sesuatu dalam dalam
kejadian kalau tuturannya suasana
saya lihat Aris dengan santai.
tadi cerita ini menyisipkan
mungkin masalah frasa dalam
tersumbat”. bahasa Inggris.

63 CK/ HS : “tapi kami Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/63/3 tidak menerima Kata dan menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 BPJS”, it’s oke Penyisipan sesuatu. menjelaskan pembicaraan
tidak apa-apa Frasa sesuatu dalam dalam
yang penting anak tuturannya suasana
saya diselamatkan dengan serius tapi
dulu. Dia menyisipkan santai.
menyodorkan frasa dalam
price list disitu bahasa Inggris.
dituliskan uang
muka 19.800.00
dan sewa kamar
perhari 900

104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

somethinglah.
Dia keep uang
saya. Kita bagi
tugas.
Saya by phone
rumah sakit yang
ada picunya. Saya
minta tolong ke
teman-teman saya
untu bantu saya,
karena ini
memang urgent.
pada saat saya
menghubungi
teman-teman
saya, tiba-tiba ada
suster yang lari-
lari sepertiorang
panik masuk
ruangan anak
saya. Perasaan
saya tidak enak
ini ada something
ini sepertinya.”

105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64 CK/ BU : “banyak Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/64/3 bapak-bapak kami Perulangan memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 yang sêpuh- Kata sesuatu. menginformasi pembicaraan
sêpuh tidak boleh kan sesuatu dalam
masuk”. dalam suasana
tuturannya serius tapi
dengan santai.
menyisipkan
perulangan
kata dalam
bahasa Jawa.

65 CK/ BU : “jangan Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/65/3 sampai kita Frasa mempertegas tersebut, tokoh suatu topik
00917 mendapatkan sesuatu. menegaskan pembicaraan
beban sejarah the sesuatu dalam dalam
boredom of the tuturannya suasana
history, lets open dengan santai tapi
at up kalau tidak menyisipkan serius.
habislah negara Frasa dalam
ini”. bahasa Inggris.

66 CK/ AB : “tetapi Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/66/3 pastinya nanti Frasa memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
00917 next time kita sesuatu. menginformasi pembicaraan
akan lakukan kan sesuatu dalam
pemeriksaan dalam suasana
terhadap yang tuturannya santai.
bersangkutan”. dengan

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menyisipkan
frasa dalam
bahasa Inggris.

67 CK/ KI : “ada Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/67/3 sorotan juga ke Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 Polri kok gak sesuatu. menjelaskan pembicaraan
seperti kasus- sesuatu dalam dalam
kasus lain, Polri tuturannya suasana
dalam hal ini dengan santai.
seolah-olah tidak menyisipkan
ada kemajuan kata dalam
dalam penyidikan bahasa yang
ini. Padahal yang tidak baku.
lain dalam tempo
gak sampai 3
bulan sudah
terungkap”.

68 CK/ Jend. Pol TK Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/68/3 : “ada Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 videonya, ada sesuatu. menjelaskan pembicaraan
orang yang sesuatu dalam dalam
menyebut nama tuturannya suasana
Novel, dia dengan santai.
merasa ditekan menyisipkan
memberikan kata dalam
pengakuan palsu, bahasa yang
namanya Nico tidak baku.

107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kalo gak salah


itu langsung
cepat dicari
anggota”.

69 CK/ILC/ Jend. Pol TK : Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


69/30091 “kita tangkep Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
7 mungkin ada sesuatu. menjelaskan pembicaraan
hubungannya, sesuatu dalam dalam
dikorek sampai tuturannya suasana
kaitannya dengan dengan santai.
kelapa gading menyisipkan
Novel ternyata kata dalam
belum nyambung tidak baku.
juga. Nah tim
terus
bergerak,jalan,
nah sekarang
yang terbaru saya
kira kita berhasil
meneukan saksi
yang melihat dua
orang berspeda
motor itu
beberapa menit
sebelum kejadian
penyiraman”.

108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70 CK/ILC/ RM : “Pak Novel Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


70/30091 sampaikan kalau Kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 saya pergi lebih sesuatu. memberitahuk pembicaraan
berhati-hati dan an sesuatu dalam
rumahnya selalu dalam suasana
dikunci, tapi tuturannya santai.
semuanya tidak dengan
membuat pak menyisipkan
Novel yang kata dalam
merubah bahasa yang
kebiasaannya, tidak baku.
beliau tetap
bekerja
sebagaimana
mestinya sampe
hari itu sampe
kejadian itu”.

71 CK/ AA : “jadi Penyisipan √ Untuk Dalam dialog Membahas √


ILC/71/3 saya ketemu Kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
00917 Novel bersama sesuatu. menjelaskan pembicaraan
Dahnil itu sesuatu dalam dalam
minggu lalu, kita tuturannya suasana
ngobrol banyak dengan santai.
hal secara menyisipkan
informal, dan kata dalam
saya pikir kayak bahasa tidak
bertamu baku.
bisabukan kayak

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

orang
menjenguk”.
72 CK/ILC/ RW : “saya tadi Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √
72/30091 hanya Kata menunjukkan tersebut, tokoh suatu topik
7 menyampaikan kedekatan menyisipkan pembicaraan
bahwa” penutur dan kata tidak baku dalam
SS : “sebentar- mitra tutur. dalam suasana
sebentar Bro, tuturannya. serius tapi
giliran saya santai.
ngomong kamu
diem dulu. abang
ngomong kamu
diem”.

73 CK/ RIK : “kemudian Penyisipan √ √ Untuk Pada dialog Membahas √


ILC/73/3 berkaitan dengan Kata menjelaskan tersebut tokoh suatu topik
00917 masalah-masalah sesuatu. menyisipkan pembicaraan
mereka yang kata dari dalam
menannyakan bahasa Jawa suasana
sampai dimana dan bahasa serius
sih progresnya Inggris dalam mengenai
kok sepertinya tuturannya. suatu topik
mandhék, stop, pembicaraan
ini kita yang
sampaikan”. berkaitan
dengan
pertanyaan
dari pihak
lain tentang

110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

progres KPK
dalam
menangani
kasus yang
menimpa
Novel
Baswedan.

74 CK/ILC/ RW : “tadikan Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √


74/30091 dibangun dari pengulanga memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 kesan penyidik n kata sesuatu menggunakan pembicaraan
tidak melakukan pengulangan dengan
apa-apa atau kata dalam suasana
écék-écék saja”. bahasa Jawa. serius.

75 CK/ILC/ SS : “Pak Penyisipan √ √ Untuk Pada dialog Membahas √


75/30091 Rikwanto boleh kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 mengklaim sesuatu. menggunakan pembicaraan
bahwa penyisipan dengan
pekerjaannya kata dalam suasana
sudah bahasa Jawa serius saat
sedemikian dan bahasa dialog
monggo. Ini saya Inggis. berlangsung
ingat statement dengan topik
dari Kapolda pembicaraan
yang terkait kasus
sebelumnya”. Novel
Baswedan.

111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76 CK/ILC/ TA : Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √


76/30091 “konsumen yang frasa memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 membeli adalah sesuatu menyisipkan pembicaraan
konsumen yang frasa dalam mengenai
well inform dia bahasa Inggris. beras yang
mungkin melihat cocok untuk
karena beberapa diabet,
lebel beras yang dengan
mengatakan suasana
beras cocok santai tapi
untuk diabet”. serius.

77 CK/ILC/ SG : Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √


77/30091 “kalau untuk kata menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
7 medium bisa kita sesuatu menjelaskan dengan
lihat bahwa dari karakteristik suasana
warna, bijipun beras dengan santai tapi
sudah kelihatan, menyisipkan serius.
warna agak lebih bahasa Inggris
hitam terus kalau di sela-sela
yang medium dia tuturannya.
tingkat
brokennya lebih
tinggi”.
78 CK/ILC/ RR : “tiga juta Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √
78/30091 hektar tambahan Frasa memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 itu nanti akan sesuatu memberitahuk pembicaraan
membuat an sesuatu tentang
Indonesia bisa dengan perkembanga

112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jadi rice menyisipkan n lahan


bowlnya Asia frasa bahasa pertanian
Tenggara dan Inggris dalam beras di
Asia Selatan”. tuturannya. Indonesia,
dengan
suasana
serius.

79 CK/ILC/ ST : Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √


79/30091 “apakah kalau Frasa memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 tidak ada ya kita sesuatu memberitahuk pembicaraan
bergaul an sesuatu yang
memperbanyak dengan dilakukan
teman kan itu menyisipkan oleh
tugasnya farasa bahasa seseorang
pembukaan Jawa dalam yang berlatar
undang-undang tuturannya. belakang
dasar akeh e seniman
bolo-bolomu, dengan
lagipula secara memaparkan
beras kita sudah argumennya
tidak punya menggunaka
kebudayaan n gaya
sekarang”. seorang
seniman yang
santai tapi
tetap serius.

113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80 CK/ILC/ RR : Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √


80/30091 “dalam sepuluh Frasa memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 tahun kita harus sesuatu memberitahuk pembicaraan
jadi rice bowl an sesuatu dengan
atau food dalam suasana
bowlnya Asia argumennya santai tapi
Tenggara”. dengan serius
meyisipkan tentang
frasa bahasa perkembanga
Inggris dalam n pertanian
tuturannya. beras dalam
jangka waktu
sepuluh
tahun.

81 CK/ILC/ FH : “kasus Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √


81/30091 century 6,7 pengulanga menegaskan tersebut, tokoh suatu topik
7 Triliyun jelas itu n kata sesuatu menegaskan pembicaraan
vonisnya sesuatu dengan tentang kasus
mengatakan Budi menggunakan century yang
Mulia dan pengulangan tidak ada
kawan-kawan kata bahasa tindak lanjut
sampai hari ini Jawa dalam dari pihak
KPK diam kok, tuturannya. KPK dengan
dan itu duit suasana
rakyat juga, anda serius dan
tidak pernah bersifat
teriak karena itu informal
konco-konco karena nada

114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

anda mungkin”. bicara sedikit


emosional.
82 CK/ILC/ GL : “ada dugaan Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √
82/30091 terkait dengan kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 kasus yang sesuatu memberitahuk pembicaraan
sedang dibongkar an sesuatu terkait
di negeri kami, terkait proses kematian
siapa tahu penyelidikan Johanes
ortoritas Amerika atas kasus Marliem
nemu hal-hal kematian dengan
yang terkait Johanes suasana
dengan kasus Marliem serius.
tersebut”. dengan
menyisipkan
kata bahasa
Jawa dalam
tuturannya.
83 CK/ILC/ ES : Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √
83/30091 “membiarkan frasa memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 tanggal 18 itu sesuatu menyisipkan pembicaraan
boleh berjalan frasa dalam dengan
sampai Januari bahasa Sunda suasana
2018 kenapa ditengah- serius yang
cicing wae.” tengah bersifat
tuturannya informal
yang dengan gaya
menggunakan sedikit
bahasa emosional.
Indonesia

115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dimana bahasa
Sunda itu
meru;pakan
bahasa Ibu dari
tokoh yang
bersangkutan.

84 CK/ILC/ GN : “mereka Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √


84/30091 memainkan isu Frasa menjelaskan tersebut, tokoh suatu topik
7 yang begitu sesuatu menjelaskan pembicaraan
rawan untuk sesuatu tentang dengan
menjadi konflik kondisi suasana
ditengah kondisi masyarakat santai tapi
masyarakat kita Indonesia serius.
yang traditional terkait topik
literasi read dan pembicaraan
digital literasi Saracen, tokoh
readnya rendah.” menjelaskan
dengan bahasa
Indonesia yang
ditengah
tuturannya
menyisipkan
frasa dallam
bahasa Inggris.
85 CK/ILC/ JP : “kalau Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √
85/30091 misalnya nanti kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 polisi membuat sesuatu memberitahuk pembicaraan
Densus anti an sesuatu terkait

116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

korupsi, kalau dengan pembentukan


jaksanya tidak menyisipkan Densus anti
siap mandhék”. kata dalam korupsi
tuturannya dengan
menggunakan suasana
bahasa Jawa. santai tapi
serius.

86 CK/ILC/ Heri : Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √


86/30091 “anggapan saya kata mempertegas tersebut, tokoh suatu topik
7 berarti BPJS ini sesuatu mempertegas pembicaraan
di budget tiga argumen terkait
hari sembuh dengan sepengetahua
tidak sembuh menyisipkan nnya tentang
pulang”. kata dalam BPJS dengan
bahasa Inggris suasana
di tengah- santai tapi
tengah dengan nada
tuturannya. sedikit
emosional.

87 CK/ILC/ HP : “makanya Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √


87/30091 silahkan nanti ke kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 tim apakah benar sesuatu memberitahuk pembicaraan
bahwa tindakan an sesuatu dengan
disini itu sudah dengan suasana
maksimal menyisipkan serius terkait
sehingga ke kata dalam pelayanan
ruang picu itu bahasa Inggris rumah sakit

117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hanya next di sela-sela dimana bayi


karena hanya ada tuturannya. Debora
tiga alternatif dirawat.
dari ruang IGD
ke picu, pulang,
atau ke ruang
inap biasa”.
88 CK/ILC/ KZ : “kalau Penyisipan √ Untuk Pada dialog Membahas √
88/30091 istilah orang- kata memberitahukan tersebut, tokoh suatu topik
7 orang Romawi, sesuatu memberitahuk pembicaraan
orang-orang an sesuatu dengan
Yunani namanya dengan suasana
Rekonsiasi kita menyisipkan santai.
islah saja”. kata dalam
bahasa Arab di
sela-sela
tuturannya.

118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

Anda mungkin juga menyukai