Anda di halaman 1dari 5

Nama : Agri Teguh Wibowo

NIM : 1707039
No Wa: 081214524783
UTS Pendidikan Lingkungan

A. Studi Kasus

1. Indonesia merupakan negeri dengan potensi bencana alam sangat tinggi khususnya
untuk bencana gempa bumi, longsor, dan Tsunami karena terletak pada pertemuan tiga
lempeng/kerak bumi aktif. Merubah paradigma perlu dilakukan dari tanggap darurat
menjadi siaga bencana, bahwa bencana tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus
diterima begitu saja. Tetapi juga bisa diantisipasi kejadian bencana, korban dan diminimalisir
dampaknya. Edukasi bencana sangat perlu dilakukan sebagai pembelajaran dan perkenalan
awal pada mitigasi bencana diharapkan dengan sosialisasi ini para siswa-siswa ini dapat
menambah pengetahuannya dibidang bencana dan selalu siap dalam menghadapi bencana dan
mengetahui tindakan yang harus dilakukan saat evakuasi terjadi
Pemberdayaan peserta didik untuk memahami mitigasi bencana merupakan langkah
awal membangun masyarakat sadar bencana. Sehingga ketika terjadi bencana peserta didik,
guru dan masyarakat tidak lagi kebingungan dan panik karena telah memahami bagaimana
cara mengurangi risiko bencana. Dengan harapan pengetahuan yang didapat ditularkan pada
lingkungan sekitar dalam rangka mengurangi risiko bencana.
Berbagai keresahan yang muncul dari kalangan masyarakat maupun institusi
mengenai kesiapan masyarakat indonesia menghadapi bencana banyak mengemuka pada
masa pasca kejadian bencana. Banyak pihak meyakini bahwa sosialisasi mengenai mitigasi
bencana harus dilakukan dengan cara cepat dan massal. Namun bahwa kegiatan-kegiatan
tersebut belum terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang
sama. Selain itu, aktivitas pendidikan di berbagai wilayah rawan bencana di Indonesia masih
sangat minim dan terpusat. Di berbagai wilayah mengenai kesiapsiagaan masyarakat terhadap
bencana menunjukkan rendahnya tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah sebagai
representasi bidang pendidikan.
Cara membelajarkan materi kebencanaan memang lebih tepat pada materi geografi di
jenjang pendidikan SMA. Namun karena bencana alam ini memang penting dan bisa terjadi
kapanpun oleh sebab itu tidak ada lagi batasan bagi peserta didik untuk tidak belajar tentang
sistem bencana alam. Terkait dengan mata pelajaran biologi, bencana alam bisa dipelajari
dalam konteks pendidikan lingkungan. Lingkungan sebagaimana bagian dari kajian biologi
tentu dapat diterapkan materi bencana alam tersebut pada peserta didik yang belajar biologi.
Adapun materi yang paling representatif untuk diintegrasikan adalah materi tentang
perubahan lingkungan kelas X semester 2. Mengapa demikian karena salah satu bencana
yang terjadi seperti longsor itu disebabkan dari aktivitas manusia sehingga dalam materi
perubahan lingkungan bisa di integrasikan dengan materi bencana alam. Adapun proses
pembelajarannya adalah dilakukan dengan metode workshop. Guru sendiri dapat berperan
sebagai orang yang ahli terhadap mitigasi bencana kemudian peserta didik berperan sebagai
peserta workshop.
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah pertama guru membagi ke dalam dua kelompok
peserta didik. Guru memberikan instrumen pembelajaran berupa analisis penyebab dan
tindakan yang dapat dilakukan pada saat terjadi bencana. Sebelum peserta didik menganalisis
tersebut guru sebagai seorang ahli memaparkan apa dan bagaimana bencana tsunami, gempa
bumi dan longsor di depan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi yang
mengedukasi sehingga dari informasi tersebut peserta didik dapat menganalisis pada
instrumen yang telah dibuat oleh guru. Setelah itu peserta didik mulai menganalisis masalah
tersebut dan di ilustrasikan hasilnya berdasarkan tabel di bawah ini.
Kejadian Longsor TINDAKAN YANG HARUS DILAKUKAN
Penyebab kejadian longsor Tindakan pencegahan
 hujan terus menerus  penanaman hutan kembali ( reboisasi )
 adanya pendangkalan /adanya hutan gundul/  tidak melakukan penebangan hutan
penebangan yang berlebihan sehingga
mengurangi peresapan air

Situasi yang terjadi saat terjadi longsor Tindakan yang dilakukan


saat terjadi longsor
 permukaan tanah pada area longsor berubah  mengungsi kesaerah yang aman atau lebih
dan mengakibatkan ekosistem pada area tinggi
tersebut hilang.  mendirikan dapur umum,tempat penitipan
barang
 memberikan penyuluhan pada masyarakat

Situasi pasca terjadi bencana Longsor Tindakan pasca longsor


banyak fasilitas rusak  pelayanan masyarakat
 kondisi ekonomi lumpuh  memberikan fasilitas umum
 aktivitas pendidikan terganggu  memperbaiki sarana ekonomi
 pelayanan masyarakat kacau

Contoh tabel di atas merupakan tabel yang seharusnya bisa di buat oleh peserta didik,
kemudian dipresentasikan untuk didiskusikan secara bersama. Begitu pula dengan jenis-jenis
bencana lainnya pada dasarnya sama namun konten materi saja yang disesuaikan.
Bencana alam seperti tsunami, gempa bumi dan longsor bisa terjadi kapan saja
sebagian penyebabnya karena aktivitas manusia. Oleh sebab itu perlu sosialisasi masyarakat
dan peserta didik dalam upaya memahami dan dapat mengakategorisasi jenis-jenis bencana
yang di pelajari. Dalam konteks mengajarkan hal-hal yang perlu dilakukan adalah seperti
pemahaman bencana alam tersebut, pencegahan, tindakan pada saat terjadi bencana alam dan
pasca bencana alam terjadi. cara mensosialisasikan tersebut dengan berbagai cara seperti
seminar dan workshop yang disertai simulasi.
Saran yang dapat saya tuliskan adalah bencana alam merupakan suatu keniscayaan.
Bangsa kita hadir dengan segala kelimpahannya namun hadir dengan kemungkinan-
kemungkinan terburuknya dalam hal ini bencana alam. Perlu upaya sistematis dalam menata
dan mengelola sistem kebencanaan nasional kita. Salah satunya dengan memberikan edukasi
kepada masyarakat melalui warga sekolah. Oleh sebab itu perlu perumusan pedoman
pembelajaran yang lebih konkrit supaya konsep bencana alam ini bukan saja milik peserta
didik yang belajar geografi saja, tetapi untuk semua bidang studi bisa mempelajarinya.
Merumuskan pedoman pembelajaran dalam bentuk kurikulum yang tepat supaya proses
belajar ini bukan semata-mata hanya mengintegrasikan saja melainkan menjadi sebuah
pembelajaran utama yang perlu diajarkan kepada peserta didik.

Bagian B
Undang-undang lingkungan hidup pada hakikatnya upaya pemerintah untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Indonesia secara geografis memiliki
sumber daya alam yang begitu besar tentu memiliki tanggung jawab yang besar dalam
mengelola dan melestarikan lingkungan tersebut. Namun realitanya, berbagai masalah sering
sekali muncul berkaitan dengan pelanggaran hukum lingkungan. Seperti penebangan hutan
oleh kelompok masyarakat atau perusahaan, melakukan pembakaran area hutan untuk alih
guna lahan. Kemudian Tata kelola limbah hasil produksi industri yang tidak profesional.
Serta berbagai eksploitasi sumber daya alam yang tidak mengedepankan prinsip keberlanjuta,
mengakibatkan berbagai kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan tersebut seperti hutan
mengalami deforestasi, sungai-sungai bahkan laut tercemar akibat pembuangan limbah-
limbah perusahaan dan ancaman-ancaman lain seperti bencana yang lebih besar yang
diakibatkan dari perilaku manusia terhadap lingkungan. Padahal payung hukum telah
mengkontrol dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan. UU Lingkungan Hidup No. 4
1992, No. 23 1997, UU PPLH Tahun 2009 sudah diberlakukan di indonesia.
Namun kenyataannya upaya payung hukum dalam melindungi lingkungan hidup
belum optimal. Berbagai putusan-putusan hukuman untuk pelaku perusakan lingkungan tidak
memberikan efek jera. Bahkan proses hukum mengenai lingkungan hidup terkadang tidak
terbuka prosesnya. Banyak perusahaan-perusahaan yang telah melanggar masih beroperasi
dan mengulang kesalahan yang sama. Selain aspek hukum yang belum optimal dalam
menindak para pelaku perusakan lingkungan, sisi lain terkait aspek ekonomi yang
membelunggu bagaimana perusahaan-perusahaan yang melakukan eksploitasi tersebut
menjadi sumber pendapatan negara yang tidak sedikit. Oleh sebab itu dalam menyelesaikan
persoalan lingkungan perlu sebuah penyelesaian yang konkrit dan terintegrasi dengan seluruh
aspek. Lingkungan adalah tempat tinggal kita. Lingkungan menjadi warisan anak cucu kita di
masa depan yang perlu dilestarikan. Jika penyelesaian terhadap masalah lingkungan masih
sebatas kompromi-kompromi berbagai pihak, maka selama itu pula persoalan lingkungan
akan terus terjadi.

Bagian C : Perlu di ketahui dan diajarkan.


Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng
Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan
lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific
di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi
tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan
tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini
menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik,
tsunami, longsor, dan liquefaction. Tidak terkeculi beberapa patahan-patahan tersebut yang
mana tidak dipisahkan dari akibat pertemuan tiga lempeng tektonik besar tersebut. Daratan
indonesia yang umumnya berupa pegunungan, bukit-bukit, jurang adalah suatu bukti bahwa
indonesia terdapat berbagai patahan-patahan.
Dihadapkan dengan kenyataan alam tersebut, maka perlu mensosialisasikan kepada
masyarakat atau warga sekolah terkait potensi yang ditimbulkan dari patahan tersebut.
Masyarakat yang tinggal di sekitar lempeng tersebut perlu mendapatkan pemahaman bahwa
potensi bencana alam yang akan terjadi yang diakibatkan oleh patahan. Sehingga dengan
memberikan sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat dapat
mempengaruhi pola perilaku masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Pola perilaku
dalam bentuk aktivitas manusia sebagai sebuah sebab akan menentukan dampak yang
ditimbulkan di kemudian hari. Oleh sebab itu guru perlu memberikan literasi kepada peserta
didik sebagai bagian dari masyarakat terkait dengan perilaku pencegahan, dan sikap reaktif
dalam bertindak untuk lingkungannya.
Pembelajaran di sekolah bisa berbasis pada fenomena kehidupan yang rill. Hal ini
penting untuk diketahui oleh peserta didik untuk membentuk pengetahuan dirinya tentang
fenomena alam sekitarnya dan dapat membentuk sikap ilmiah peserta didik dalam
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku terhadap lingkungan seperti ibarat
melempar bola karet ke tembok, dimana segala sesuatu yang kita lakukan terhadap
lingkungan maka akan kembali lagi kepada diri kita. Proses tersebut memperhatikan sebuah
dimensi sebab-akibat yang merupakan hal penting di dalam kehidupan ini dimana manusia
sebagai mahluk alam dan mahluk sosial yang berkarakter.

Anda mungkin juga menyukai