Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap melakukan penelitian harus mempunyai masalah penelitian yang akan
dipecahkan. Perumusan masalah ini bukanlah pekerjaan yang mudah, termasuk bagi
peneliti-peneliti yang sudah berpengalaman. Padahal masalah selalu ada di lingkungan
sekeliling kita.
Titik tolak penelitian jenis apapun tidak lain bersumber pada masalah. Tanpa
masalah, penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Masalah itu, sewaktu akan mulai
memikirkan suatu penelitian, sudah harus dipikirkan dan dirumuskan secara jelas,
sederhana, dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh seluruh unsur penelitian lainnya akan
berpangkal pada perumusan masalah tersebut.
Pemecahan masalah yang dirumuskan dalam penelitian sangat berguna untuk
mengatasi kebingungan kita akan suatu hal, untuk mengatasi rintangan atau untuk
menutup celah antara kegiatan atau fenomena. Karenanya peneliti harus memilih suatu
masalah bagi penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban terhadap
masalah tersebut. Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan
langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah.
B. Rumusan masalah
1) Apa pengertian dari masalah penelitian ?
2) Apa sajakah sumber masalah dalam penelitian ?
3) Apa sajakah ciri masalah penelitian yang baik ?
4) Bagaimana cara perumusan masalah secara kualitatif dan kuantitatif ?
5) Apa manfaat dari penelitian ?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari masalah penelitian
2) Untuk mengetahui sumber masalah dalam penelitian
3) Dapat mengetahui ciri masalah penelitian yang baik
4) Mengetahui cara perumusan masalah secara kualitatif dan kuantitatif
5) Mengetahui manfaat dari penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masalah Penelitian
Masalah adalah penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang
terjadi, atau penyimpangan antara teori dan praktik, penyimpangan antara aturan dan
pelaksanaan, penyimpangan antara rencana dan pelaksanaan, penyimpangan antara
masa lampau dan yang terjadi sekarang (Sugiyono, 2015).
Secara spesifik, masalah juga bisa diartikan sebagai suatu objek yang dijadikan
sasaran penelitian. Penelitian dilaksanakan guna memecahkan suatu masalah atau
mengungkapkan sesuatu yang masih belum jelas. Sementara secara umum masalah
dapat dipahami sebagai problem atau suatu keadaan yang memerlukan pemecahan atau
solusi (jalan keluar). Selain itu gejala yang menarik, menantang, dan mengandung minat
dapat juga dijadikan objek penelitian asalkan jelas manfaatnya jika diungkapkan melalui
penelitian ilmiah.
Masalah penelitian adalah pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan untuk
dicarikan jawabannya melalui penelitian. Permasalahan secara faktual dapat berupa
kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti, permasalahan dapat
diartikan juga sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Permasalahan
dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh
peneliti, tetapi karena sesuatu hal target tidak dapat tercapai. Masalah penelitian adalah
suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti:
kebiasan-kebiasan, keadaan-keadaan, keinginan-keinginan, dan sebagainya).
Masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan
(gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara
kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara
harapan dan kenyataan. Permasalahan adalah suatu kesenjangan antara harapan dangan
kenyataan, perundang-undangan dengan pelaksanaan, peraturan dengan
implementasinya, teori dengan praktik, sehingga menarik minat dan perhatian untuk
diteliti. Kesenjangan masalah menimbulkan kebutuhan untuk menutupnya dengan
mencari jawaban atas pertanyaan yang menimbulkan kesenjangan. Kegiatan menutup
kesenjangan dilakukan dengan penelitian. Dengan kata lain, penelitian mencari suatu
jawaban yang belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang belum tersedia, dan
menyediakan yang belum ada. Penelitian di harapkan dapat memecahkan masalah atau
setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan.
Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat
dari masalah. Namun terdapat perbedaan yang mendasar antara masalah dalam
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif masalah yang akan
dipecahkan melalui penelitian harus jelas, spesifik, dan dianggap tidak berubah. Tetapi
dalam penelitian kualitatif masalah yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang,
bahkan gelap, kompleks dan dinamis. Oleh karena itu masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah
peneliti berada di lapangan.
B. Sumber Masalah Dalam Penelitian
Permasalahan dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H. Mac
Millan dan Schumacher (Hadjar, 1996) masalah dapat bersumber dari :
a) Observasi
Masalah dalam penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap
hubungan tertentu yang belum memiliki penjelasan memadai dan cara-cara rutin
yang dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas otiritas atau tradisi.
b) Dedukasi dari teori
Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsip-prinsip umum
yang penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris.
Penyelidikan terhadap masalah yang dianggap dari teori berguna untuk
mendapatkan penjelasan empiris praktik tentang teori.
c) Kepustakaan
Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan
penelitian ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat
meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan
lebih luas. Laporan penelitian sering juga menyampaikan rekomendasi kepada
peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi
sumber untuk menentukan masalah yang menentukan masalah yang perlu
diangkat untuk diteliti.
d) Masalah sosial
Masalah sosial yang ada di sekitar kita atau yang baru menjadi berita
terhangat (hot news) dapat menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya
: Adanya perkelahian antar sekolah menimbulkan berbagai dampak bagi
sekolah dan warga sekitar.
e) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat menimbulkan masalah yang memerlukan
jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.
Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait
dengan bidang pendidikan antara lain (Sukardi, 2009) :
1) Pengalaman seseorang atau kelompok.
Pengalaman orang yang telah lama menekuni bidang profesi pendidikan
dapat digunakan untuk membantu mencari permasalahan yang signifikan diteliti.
Contoh : pengalaman mengajar di kelas.
2) Lapangan tempat bekerja.
Para peneliti dapat melihat secara langsung, mengalami dan bertanya pada
satu, dua, atau banyak orang dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan
merasakan bahwa sekolah dan komponen yang berkaitan dengan tercapainya
tujuan sekolah dapat dijadikan sebagai sumber penelitian.
3) Laporan hasil penelitian.
Dari hasil penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal, biasanya
disamping ada hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian yang
direkomendasikan.
4) Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan lain diluar bidang yang dikuasai
seringkali memberikan pengaruh munculnya permasalahan penelitian.
C. Ciri Masalah Penelitian Yang Baik
Dalam penelitian diperlukan sebuah masalah yang baik. Dalam sebuah
penelitian, masalah yang sedang diteliti hendaknya mempunyai nilai penelitian.
Dikatakan mempunyai nilai penelitian apabila masalah yang akan diteliti pada akhir
penelitian dapat memberikan manfaat dalam sebuah bidang ilmu tertentu atau dapat
digunakan untuk keperluan yang lain. Dalam memilih masalah yang baik peneliti harus
memperhatikan beberapa hal berikut:
1) Masalah harus mempunyai keaslian
Sebuah masalah yang akan diteliti hendaknya adalah masalah yang up to
date. Maksudnya adalah masalah yang diteliti belum pernah diteliti sebelumnya
oleh peneliti lain. Masalah juga harus mempunyai nilai ilmiah atau aplikasi ilmiah,
sehingga penelitian akan semakin berkualitas. Selain itu, masalah yang diteliti
boleh jadi adalah masalah-masalah yang terlewatkan dari perhatian masyarakat
selama ini atau biasa juga masalah yang akan memunculkan sebuah teori baru.
2) Masalah harus merupakan hal yang penting
Masalah yang diteliti haruslah merupakan hal yang penting dan bukan
masalah yang sepele untuk diteliti. Karena diharapkan hasil akhir dari penelitian
adalah sebuah fakta dan kesimpulan yang dapat bermanfaat di sebuah bidang
tertentu dan dapat diterbitkan di jurnal ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu, hasil
penelitian juga dapat menjadi bahan referensi dalam menyusun buku-buku teks.
3) Masalah harus dapat diuji
Seorang peneliti harus pandai dalam memilih masalah yang akan diteliti.
Masalah yang akan diteliti hendaknya adalah masalah yang dapat diuji. Sebaiknya
masalah yang dipilih adalah masalah yang dapat memberikan implikasi untuk
dilakukan uji empirisnya. Hal ini dimaksudkan agar penelitian agar penelitian dapat
dilihat secara jelas hubungan antar variabel yang saling berkaitan dalam masalah
yang sedang diteliti dan dapat tentu saja dapat diukur.
4) Masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
Masalah yang menarik adalah masalah yang dapat menimbulkan
pertanyaan. Tapi peneliti juga harus dapat menggambarkan masalah yang sedang
diteliti dengan jelas, sehingga tidak membingungkan orang yang membacanya dan
dapat dilakukan uji untuk menyatakan jawaban dan kebenarannya.
5) Mempunyai fisibilitas
Masalah yang baik adalah masalah yang mempunyai fisibilitas, yaitu
masalah tersebut harus mempunyai nilai pemecahan dan dapat dipecahkan. Hal ini
dimaksudkan agar penelitian dapat berguna dan tidak sia-sia. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan peneliti, yaitu:
Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia. Peneliti haruslah
memperhatikan ketersediaan data dan metode terhadap masalah yang akan
diteliti. Hal ini sangatlah penting, karena digunakan untuk memecahkan
masalah. Data dan metode yang akan digunakan hendaknya sudah memiliki
standar dan ukuran yang jelas, sehingga dapat diukur dan akan menghasilkan
sebuah pemecahan yang dapat akurat.
Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan. Biaya adalah faktor yang tidak boleh dilupakan oleh seorang
peneliti pada saat akan melakukan penelitian. Seorang peneliti harus bisa
memperkirakan biaya yang akan dikeluarkannya dalam penelitian. Biaya yang
terlalu besar dalam penelitian akan dapat memberatkan peneliti dan dianggap
kurang fleksibel.
Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar. Seorang peneliti harus dapat
memperkirakan waktu yang akan digunakan dalam penelitiannya. Sebuah
penelitian yang baik adalah penelitian yang tidak memakan waktu yang terlalu
lama karena akan tidak efektif.
Biaya dan hasil harus seimbang. Penelitian yang baik adalah penelitian yang
antara hasil yang diperoleh dengan biaya memiliki porsi yang seimbang. Hal ini
penting karena penelitian harus tetap memperhitungkan efisiensi di dalammya.
Administrasi dan sponsor yang kuat. Masalah yang akan diteliti haruslah
memiliki administrasi dan sponsor yang kuat. Hal ini cukup penting karena
penelitian tidak dapat dilakukan tanpa adanya bantuan dari siapa pun dan
seorang pembimbing.
Tidak bertentangan dengan hukum dan adat. Masalah yang dipilih untuk diteliti
hendaknya tidak bertentangan dengan hukum dan adat yang berlaku di
masyarakat. Hal ini perlu diperhatikan oleh peneliti karena akan berpengaruh
pada keberlangsungan proses penelitian.
Equipment dan kondisi harus memungkinkan. Seorang peneliti harus
memperhatikan kondisi pada saat akan melakukan penelitian. Penelitian
hendaknya dilakukan pada saat kondisi yang sedang kondusif agar dapat
berjalan lancar. Tidak hanya itu, peralatan yang dibutuhkan pada saat penelitian
juga harus diperhatikan. Sebaiknya penelitian menggunakan alat-alat yang
mudah ditemukan dan diperoleh.
6) Sesuai Dengan Kualifikasi Peneliti
Masalah yang akan diteliti hendaknya adalah masalah yang nantinya akan dapat
dipecahkan oleh peneliti. Mengapa demikian, karena agar penelitian yang telah
dilakukan tidak terhenti di tengah proses pengerjaan karena ketidakmampuan seorang
peneliti untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti sehingga akan sia-sia. Untuk
itu, peneliti harus memperhatikan beberapa hal berikut:
Menarik bagi peneliti
Masalah yang diteliti hendaknya menarik bagi peneliti. Hal ini penting
agar peneliti merasa tertantang untuk melakukan penelitian dan berusaha untuk
memecahkannya. Sehingga penelitian dapat segera diselesaikan.
Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
Masalah yang diteliti harus sesuai dengan kualifikasi peneliti.
Pertimbangan ini penting karena akan berpengaruh pada kelancaran dan hasil
penelitian. Karena jika peneliti tidak cukup kompeten dalam bidang masalah
yang sedang diteliti, maka hasil yang diteliti tidak akan akurat.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research
problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik
dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai
fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik
sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian.
Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan
tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Perumusan masalah atau research questions atau
disebut juga sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang
mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena
mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara
fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai
akibat.
Rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini
berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Rumusan masalah ini pada
hakikatnya adalah deskriptif tentang ruang lingkup masalah, pembatasan dimensi dan
analisis variabel yang tercakup didalamnya. Dengan demikian rumusan masalah
tersebut sekaligus menunjukkan fokus pengamatan di dalam proses penelitian nantinya.
Bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam bentuk masalah deskriptif,
komparatif, asosiatif.
a. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya
pada satu variabel atau lebih (kuantitatif). Atau suatu rumusan masalah yang
memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang
akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam (kualitatif).
b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (kuantitatif). Atau rumusan
masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks sosial
atau domain satu dibandingkan dengan yang lain (kualitatif).
c. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (kuantitatif). Atau
rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkontruksi hubungan antara
situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya (kualitatif).
Perumusan masalah adalah pernyataan rinci dan lengkap mengenai ruang
lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan
masalah. Karena masalah itu, sewaktu akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah
harus dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas. Hal itu disebabkan
oleh seluruh unsur penelitian lainnya yang berpangkal pada perumusan masalah
tersebut. Namun terdapat beberapa perbedaan antara perumusan masalah dalam
penelitian kualitatif dengan perumusan masalah pada penelitian kuantitatif.
1. Perumusan Masalah dalam Penelitian Kuantitatif
Perumusan masalah dalam penelitian kuantitatif mencakup latar belakang,
rumusan masalah dan tujuan penelitian. Menurut Hidayat & Sedarmayanti (2011)
dalam bukunya Metodologi Penelitian, bahwa perumusan masalah itu meliputi beberapa
hal berikut:
a) Latar belakang masalah
b) Identifikasi masalah
c) Pembatasan masalah/ruang lingkup, dan
d) Rumusan masalah
Adapun penjelasan per pointnya adalah sebagai berikut:
a. Latar Belakang Masalah
Faisal (1999) menyatakan bahwa istilah latar belakang masalah kadang-kadang
dinyatakan dengan beberapa istilah lain (yang kesemuanya mempunyai arti yang sama),
seperti “Latar Belakang Penelitian”, “Latar Belakang Pemilihan Masalah Penelitian”,
“Alasan Pemilihan Judul Penelitian”, dan “Alasan Pemilihan Masalah Penelitian”.
Semua istilah tersebut memiliki makna yang sama, namun yang lebih umum digunakan
adalah “Latar Belakang Masalah”. Masalah yang diteliti tentunya dimunculkan melalui
serangkaian proses penalaran tertentu dari sumber-sumber tertentu; jadi ada “konteks”
tertentu, yang dari situ (dengan bantuan kemampuan penalaran) kita dapat merumuskan
“masalah penelitian”; yakni masalah yang kita pilih dan kita usulkan untuk diteliti.
Uraian dan penjelasan yang demikian itulah yang mesti dipaparkan dalam “Latar
Belakang Masalah”. Sesuatu yang belum jelas, sesuatu yang masih tanda Tanya, sesuatu
yang belum terketahui secara pasti, dan jawabannya terletak atau bergantung pada
kenyataan empiris, itulah yang (dalam penelitian kuantitatif) disebut dan dimunculkan
sebagai “masalah penelitian”. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah: “Mengapa ia
dinilai dan dimunculkan sebagai “masalah”? apa yang melatarbelakanginya sehingga ia
disebut dan dimunculkan sebagai “masalah”? dalam konteks seperti itulah, “Istilah
Latar Belakang Masalah” kita gunakan di dalam menyusun usulan/rancangan penelitian
(Faisal, 1999).
Lebih jauh lagi, Sukandarumidi (2006) menambahkan bahwa cakupan latar
belakang meliputi uraian berikut:
Perumusan masalah
Perumusan masalah berisikan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah
yang dikemukakan dalam usul penelitian ini menarik, penting dan perlu diteliti ditinjau
dari berbagai aspek misalnya ditinjau dari aspek ilmu pengetahuan, teknologi, sosial dan
budaya masyarakat.
Keaslian penelitian
Keaslian penelitian memuat pernyataan bahwa masalah yang dihadapi/diteliti ini
belum pernah dipecahkan oleh para peneliti terdahulu, atau pun dinyatakan dengan
tegas mengenai perbedaan penelitian milik kita dengan penelitian yang sudah pernah
dilaksanakan oleh para peneliti lain. Nah, uraian yang tersebut terakhir ini harus
merujuk dari pustaka yang dipakai.
Faedah yang didapatkan
Latar belakang juga harus memuat penjelasan mengenai faedah (manfaat)
penelitian untuk pembangunan masyarakat luas baik untuk masayarakat akademi
maupun non akademi. Namun, jika kita masih juga merasa bingung dalam menetapkan
suatu masalah atau bertanya-tanya mengenai apa yang menyebabkan timbulnya
masalah, maka dalam hal ini pada umumnya ada 4 kriteria yang dijadikan pertimbangan
dalam menetapkan suatu masalah sebagai realitas yang muncul di lapangan, contohnya:
1. Adanya kesenjangan antara yang seharusnya (das sollen) dengan apa yang ada
(das sein).
2. Apabila kita mempunyai sesuatu hal yang diketahui, tetapi pengetahuan
mengenai hal tersebut tidak lengkap.
3. Apabila diketemukan kontradiksi antara kedua hal yang berbeda.
4. Suatu proses yang sedang berjalan dan tiba-tiba berhenti.
b. Identifikasi Masalah
Identifikasi artinya adalah memerinci masalah sehingga dapat diketahui dengan
jelas. Identifikasi masalah sebaiknya disertai dengan data yang mendukungnya. Dari
berbagai gejala yang memperlihatkan adanya masalah menimbulkan pertanyaan yang
dapat memunculkan masalah baru dan dapat dihimpun sebagai masalah alternatif,
meskipun masih memperlihatkan adanya atau luasnya permasalahan. Dalam hal ini kita
perlu melakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut:
1. Membaca literatur sebanyak-banyaknya.
2. Menghadiri berbagai seminar yang terkait.
3. Mengadakan pengamatan dari dekat.
4. Mengadakan penelitian kecil dan mencatat hasilnya.
5. Menyusun penelitian dengan penekanan pada isi dan metodologinya.
6. Mengunjungi berbagai perpustakaan, dll.
c. Pembatasan Masalah
Dengan luasnya permasalahan yang timbul dari pertanyaan-pertanyaan yang
muncul, maka diadakan kemungkinan untuk mempersempit lingkup pada fokus
perhatian sang peneliti.
d. Rumusan Masalah
Dalam membuat rancangan penelitian, diharuskan bagi peneliti untuk
menegaskan dan merumuskan masalah yang sedang diteliti secara jelas dan tegas. Hal
itu dilakukan dengan maksud agar keseluruhan proses penelitian bisa benar-benar
terarah dan terfokus pada tujuan yang jelas. Jikalah diajukan rumusan umum yang
mencerminkan pokok permasalahan yang diteliti, maka ia perlu dirinci ke dalam
rumusan-rumusan yang lebih spesifik dan operasional. Rumusan masalah yang spesifik
dan operasional itulah yang hendaknya disejalankan dengan “wujud jawaban” yang
bakal disajikan dan disimpulkan dalam laporan hasil penelitian.
Setalah memfokuskan perhatian pada masalah yang lebih spesifik, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan pertanyaan mengenai masalah tersebut. Pertanyaan
tersebut dapat berupa: apakah, bagaimana, mengapa, dimana, dll.
Contoh: Bagaimanakah gambaran jumlah pasangan usia subur yang menjadi
akseptor KB dan yang tidak menjadi akseptor KB, menurut tingkat pendidikan suami,
pekerjaan suami, lama usia perkawinan, dan jumlah anak kandung yang mereka miliki?
Contoh di atas cukup menunjukkan bahwa rumusan penelitian hendaknya bisa
sekaligus memberikan “bayangan” tentang bagaimana masalah tersebut akan dijawab
dalam penyajian hasil penelitian nantinya; hal itu merupakan salah satu ukuran dari jelas
atau tidaknya suatu rumusan masalah penelitian; juga baru bisa dikatakan perumusan
yang jelas dan tegas, ketika dapat menjadi “penuntun” yang jelas untuk keperluan
penyusunan instrument pengumpulan data.
2. Perumusan Masalah dalam Penelitian Kualitatif
a). Merumuskan masalah penelitian melalui fokus
Perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif masalah itu bertumpu pada
suatu fokus. Fokus disini dalam penelitian kualitatif itu berarti pembatasan masalah itu
sendiri yaitu suatu usaha pembatasan dalam sebuah penelitian yang bertujuan agar
mengetahui secara jelas tentang batasan-batasan mana saja atau untuk mengetahui ruang
lingkup yang akan diteliti supaya sasaran penelitian tidak terlalu luas.
Sebenarnya ada dua maksud yang ingin dicapai dengan merumuskan masalah
penelitian melalui fokus. Pertama, penetapan fokus itu dapat membantu dalam
membatasi penyelidakan atau penelitian, artinya jika fokus itu sudah ditentukan, maka
secara pasti kita sudah mendapatkan batasan-batasan tentang yang akan diteliti, dan
yang lainya kita sudah tidak perlu lagi menelitinya. Kedua, penetapan fokus dapat
membantu dalam mengidentifikasi data-data mana yang dibutuhkan dan mana yang
tidak dibutuhkan atau sudah memenuhi bidang inklusi-ekslusi atau kriteria masuk-keluar
informasi yang baru didapatkan, maksudnya peneliti sudah mengetahui data-data mana
yang relevan bagi penelitiannya dengan adanya penetapan fokus tersebut.
Untuk menetapkan fokus penelitian, terdapat empat alternatif yang mana
dikemukakan oleh Spradley (Faisal, 1998 dan Sugiyono, 2007) dalam (Andi Prastowo,
2011) :
1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain.
3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek.
4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori
yang ada.
Terdapat lima kriteria lain dalam menentukan fokus dalam penelitian kualitatif yang
mana diungkapkan oleh Bungin dalam (Andi Prastowo, 2011) yakni :
1. Interesting. Artinya tentukanlah fokus masalah yang akan diteliti yang menarik
baik bagi peneliti ataupun bagi masyarakat, agar bisa menarik semua kalangan.
2. Aktual. Maksudnya fokus masalah yang kita pilih itu bersifat kekinian, atau
yang terjadi sekarang atau saat ini. Agar penelitian bisa memberikan solusi bagi
permasalahan yang sedang dihadapi.
3. Monumental. Yaitu masalah yang bisa selalu bisa diingat oleh masyarakat.
Seperti masalah tentang sosial, agama dan sebagainya.
4. Spektakuler. Maksudnya masalah yang dipilih itu masalah yang menakjubkan
yang mana akan menarik perhatian banyak kalangan.
5. Fokus pada tema tertentu. Yaitu fokus masalah itu pada tema tertentu saja agar
tidak melebar dan meluas sehingga menyulitkan bagi peneliti untuk meneliti
tentang apa yang mau diteliti.
Pada akhirnya penetapan fokus masalah dalam penelitian kualitatif itu akan
ditetapkan ketika sudah berada di lapangan penelitian. Maksudnya kepastianya akan
ditentukan di lapangan penelitian, walaupun rumusan masalah telah dilakukan dengan
baik namun mungkin saja terjadi bahwa peneliti tidak bisa meneliti tentang fokus itu
ketika sudah di lapangan penelitian. Contoh; peneliti pada awalnya ingin meneliti
tentang pengaruh filsafat Rene Descartes di universitas A, karena universitas A tersebut
terdapat jurusan filsafat barat dan peneliti sudah melakukan studi kepustakaan bahwa
Descartes itu mempunyai pengaruh besar terhadap dunia. Namun setelah peneliti sudah
terjun ke universitas A, ternyata mahasiswa-mahasiswa di universitas A itu justru
terpengaruh oleh filsafatnya David Hume. Maka dengan ini, peneliti harus mengganti
fokus masalahnya.
Dalam penelitian kualitatif, perumusan masalah melalui fokus itu bersifat
tentatif dan ini sudah jelas jika melihat dari contoh diatas. Terdapat tiga kemungkinan
dalam penelitian kualitatif tentang masalah yang akan kita teliti yang mana ini
dikemukakan oleh Sugiyono dalam (Andi Prastowo, 2011).
1. Masalah tetap. Yaitu masalah yang kita teliti itu tetap dan tidak berubah karena
apa yang mau kita teliti itu ada atau sesuai dengan di latar penelitian. Dengan
demikian masalahnya akan tetap dan tidak berubah. Contoh: dari awal memang
kita akan meneliti tentang pengaruh metode dialektika dalam metode belajar-
mengajar di universitas A. setelah diselidiki atau setelah peneliti mengetahui
keadaan dilapangan bahwa memang universitas A itu menggunkan metode
dialektika dalam metode belajar-mengajar, maka peneliti tidak usah mengganti
fokus masalahnya.
2. Masalah berkembang. yaitu masalah bisa berkembang jika ketika kita telah di
latar penelitian ternyata ada hal-hal atau data-data baru yang sebelumnya tidak
kita duga atau justru kita menduga ada ternyata tidak ada. Contoh: kita sudah
menentukan tentang apa yang mau kita teliti yaitu metode dialektika dalam
metode belajar-mengajar di universitas A. ternyata ketika sudah mengetahui
situasi lapangan, universitas A tidak hanya menggunakan metode dialektika
tetapi juga menggunakan metode yang lainya. Berarti masalah bisa berkembang
misalnya menjadi metode dalam belajar-mengajar di universitas A.
3. Masalah berubah total. Masalah bisa berubah total jika si peneliti sudah
mengetahui kenyataan dilapangan yang bertentang atau tidak sesuai dengan
fokus masalahnya. Contoh: kita mau meneliti tentang metode dialektika dalam
metode belajar-mengajar di universitas A. ternyata setelah mengetahui
kenyataan dilapangan yang bertentangan bahwa universitas A sama sekali tidak
menggunakan metode dialektika dalam metode belajar-mengajar, maka fokus
masalah tentu akan berubah secara total.
b). Prinsip-prinsip perumusan masalah Kualitatif
Dalam merumuskan masalah itu terdapat prinsip-prinsip yang dijadikan
pegangan atau patokan bagi para peneliti. Prinsip-prinsip ini ditarik dari hasil
pengkajian perumusan masalah dan bertujuan agar bisa dijadikan pegangan dan patokan
bagi para peneliti. Dalam (Moleong, 2010) terdapat sembilan prinsip dalam perumusan
masalah yang mana sebagai berikut:
Prinsip yang berkaitan dengan Teori dari-dasar
Dalam prinsip ini peneliti hendaknya menyadari bahwa perumusan masalah
dalam penelitiannya itu didasarkan pada upaya menemukan teori dari-dasar sebagai
acuan utama. Dengan demikian, masalah yang sebenarnya itu berada ditengah-tengah
kenyataan. Jadi, perumusan masalah ini adalah sekedar arahan, pembimbing, atau acuan
pada usaha menemukan masalah yang sebenarnya. Masalah yang sebenarnya akan dapat
dirumuskan jika peneliti sudah berada dan bahkan mulai mengumpulkan data.
Sedangkan bagi kita, perumusan masalah itu merupakan aplikasi dari asumsi bahwa
suatu penelitian itu tidak mungkin dimulai dari sesuatu yang kosong.
Prinsip yang berkaitan dengan maksud perumusan masalah
Pada dasarnya penelitian kualitatif adalah upaya penemuan dan penyusunan
teori baru lebih dari sekedar menguji, mengkonfirmasi, atau verifikasi suatu teori yang
berlaku. Dengan demikian perumusan masalah disini dimaksudkan untuk menunjang
upaya penemuan dan penyusunan teori substantif yaitu teori yang bersumber dari data.
Namun, tetap saja prinsip ini tidak membatasi kita jika ingin menguji suatu teori yang
berlaku karena ada pandangan bahwa penemuan teori yang baru lebih dari sekedar
menguji teori yang sedang berlaku. Perumusan masalah yang bersifat tentative ini yang
kemudian diubah, dimodifikasi, dan disempurnakan pada latar penelitian akan
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia ilmu. Dengan demikian
perumusan masalah mungkin bisa terjadi dua kali, atau lebih mengalami perubahan dan
penyempurnaan. Inilah salah satu cirri khas penelitian kualitatif yang memang luwes,
longgar dan terbuka.
Prinsip hubungan faktor
Fokus sebagai sumber masalah penelitian adalah rumusan yang terdiri dari dua
atau lebih factor yang menghasilkan tanda Tanya atau kebingungan. Faktor itu bisa
berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena. Maka dengan pengertian itu
mengarahkan kita untuk memperhatikan tiga pertimbangan. Pertama, terdapat dua
faktor atau lebih, kedua, faktor-faktor itu dihubungan secara logis atau
bermakna, ketiga, hasil penghubungan tadi berupa suatu keadaan yang menimbulkan
tanda tanya atau hal yang membingungkan yang memerlukan upaya untuk
menjawabnya yang mana itu biasa dinamakan tujuan penelitian. Hal yang perlu
diperhatikan disini yaitu dalam perumusan masalah ketiga aturan itu terpenuhi.
Fokus sebagai wahana untuk membatasi studi
Seorang peneliti biasanya memiliki pandangan atau paradigma tertentu yang
mana mungkin berasal dari pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Penelitian
kualitatif bersifat terbuka dan tidak mengharuskan peneliti harus menganut suatu
paradigma tertentu. Namun apabila peneliti telah menetapkan masalah dan tujuan
penelitianya misalkan untuk menemukan dan menyusun teori baru yang berasal dari
data, maka berarti ia harus benar-benar memegang posisi paradigma alamiahnya. Jika
hal itu terjadi, maka perumusan masalah bagi peneliti akan mengarahkan dan
membimbingnya pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan dipilih dari berbagai
latar yang sangat banyak tersedia.
Prinsip yang berkaitan dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Ketika peneliti sudah terjun kelapangan penelitian, maka ia akan banyak
mendapatkan data-data baik melalui pengamatan, wawancara, analisis dokumen, dan
sebagainya. Perumusan fokus yang baik yang dilakukan sebelum melakukan penelitian
dilapangan dan yang mungkin disempurnakan pada saat ia sudah terjun kelapangan
akan membatasi peneliti guna memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak.
Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah. Pertama, secara diskusi, cara penyajianya
adalah dalam bentuk pernyataan secara deskriptif namun perlu diikuti dengan
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kedua, secara proporsional, yaitu secara langsung
menghubungkan faktor-faktor dalam hubungan logis dan bermakna; dalam hal ini ada
yang disajikan dalam bentuk uraian atau deskriptif dan ada pula yang langsung
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian. Ketiga, secara gabungan,
yakni terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan dalam
bentuk proporsional.
Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Yang dimaksud posisi disini yaitu kedudukan untuk rumusan masalah diantara
unsur-unsur lainya. unsur-unsur lainya yaitu latar belakang masalah, tujuan, dan acuan
teori dan metode penelitian. Prinsip posisi menghendaki agar rumusan masalah latar
belakang penelitian didahulukan karena latar belakanglah yang memberikan ancang-
ancang dan alasan diadakanya penelitian. Prinsip lainya ialah hendaknya rumusan
masalah disusun terlebih dahulu baru tujuan penelitian karena tujuan penelitian yang
akan menjawab dan menyelesaikan masalah penelitian.
Prinsip yang berhubungan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak bisa dipisahkan dengan hasil
penelaahan kepustakaan yang berkaitan. Hal tersebut diperlukan untuk mempertajam
rumusan masalah walaupun masalah yang sebenarnya bersumber dari data. Penelaahan
kepustakaan mengarahkan serta membingbing kita untuk membentuk kategori
substantif walaupun perlu diingat bahwa kategori substantif seharusnya bersumber dari
data.
Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
Pada waktu menulis laporan atau artikel hasil penelitian, ketika merumuskan
masalah, hendaknya peneliti mempertimbangkan ragam pembacanya sehingga rumusan
masalah yang diajukan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan para pembacanya.
Jika disajikan dalam forum ilmiah mestinya berbeda dengan yang disajikan pada Koran
yang dibaca oleh orang awam.
c). Langkah-langkah perumusan masalah kualitatif
Ada beberapa langkah-langkah dalam perumusan masalah yang mana sebagai
berikut: pertama, tentukan fokus penelitian, kedua, cari berbagai kemungkinan faktor
yang ada kaitanya dengan fokus tersebut dalam hal ini dinamakan subfokus, ketiga,
diantara faktor-faktor yang terkait adakan pengkajian tentang mana yang sangat menarik
untuk ditelaah kemudian tetapkan mana yang mau dipilih, keempat, kaitkan secara logis
faktor-faktor subfokus yang dipilih dengan fokus penelitian.
E. Manfaat Penelitian
Rumusan tentang kegunaan hasil penelitian adalah kelanjutan dari tujuan
penelitian. Meskipun sebenarnya penjelasan mengenai kegunaan penelitian hasil
penelitian ini tidak mutlak harus ada. Apabila peneliti telah selesai mengadakan
penelitian dan memperoleh hasil, ia diharapkan dapat menyumbangkan hasil itu kepada
Negara, atau khususnya kepada bidang yang sedang diteliti.
Namun pembicaraan mengenai kegunaan hasil penelitian ini menjadi penting
setelah beberapa peneliti tidak dapat mengatakan sebenarnya apa hasil apa yang
diharapkan, dan sejauh mana sumbangannya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan
(Arikunto, 1992).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah adalah penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang
terjadi, atau penyimpangan antara teori dan praktik, penyimpangan antara aturan dan
pelaksanaan, penyimpangan antara rencana dan pelaksanaan, penyimpangan antara
masa lampau dan yang terjadi sekarang (Sugiyono, 2015).
Masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan
(gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara
kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara
harapan dan kenyataan.
Langkah utama yang harus dilakukan pertama kali dalam penelitian adalah
justru merumuskan perumusan masalah dengan benar, agar tujuan dari penelitian yang
dilakukan berjalan beriringan atau sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat.
Adapun perlu kita ketahui bahwa terdapat perbedaan antara perumusan masalah
pada penelitian kualitatif dan perumusan masalah pada penelitian kuantitatif. Karena
masalah yang diambil pada penelitian kuantitatif dilakukan dengan mengontrol variabel
dan validitasnya. Sedangkan masalah yang diangkat dalam penelitian kualitatif pada
prosesnya memakan waktu yang cukup lama dengan prosedur yang tidak baku dan
reabilitas keabsahan data.
B. Saran
Perumusan masalah merupakan hulu dari sebuah penelitian, sehingga peneliti
harus menyusunnya dengan baik agar penelitian yang dilakukan dapat maksimal dan
bermanfaat.