Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu Hukum

Ilmu Hukum oleh banyak para ahli mengasumsikan bahwa hukum sebagai satu kesatuan dengan
masyarakat sehingga ada beberapa pakar hukum mengatakan hukum itu identik dengan kehidupan
sosial masyarakat, Bertolak dari penjelasan tersebut maka Parsons dalam teorinya tentang sistem
sosial bahwa sistem interaksi manusia itu sebetulnya “menyimpan potensi yang mengarah ke
timbulnya konflik dan keberantakan sosial sehingga menimbulkan sengketa atau tuntutan satu sama
lain sebagaiman didalilkan oleh Thomas Hobbes”. Sedangkan Hans Kelsen dalam “pure theory of
law” mengatakan bahwa hukum itu harus dipisahkan dari segala macam bentuk ide-ide lain yang
dapat menganggu eksistensi perkembangan hukum itu sendiri, sehingga ilmu hukum merupakan
ilmu yang lebih murni dan bekerja pada bidangnya sendiri.

Dengan demikian hukum yang telah berkolaborasi dengan ilmu-ilmu lain melahirkan suatu studi ilmu
yang baru dan tidak lepas dari kebebasan ilmu hukum dan ilmu-ilmu lain yang nantinya merupakan
bagian gabungan dari ilmu hukum dan ilmu kedokteran. Melihat hal tersebut maka hukum
kesehatan dalam perkembangannya tidak lepas dari perkembangan hukum dibidang kedokteran,
kedudukan pengembangan ilmunya dan proyeksinya. Seringkali terdapat keraguan pemakaian istilah
mana yang dapat dipakai untuk memilih istilah hukum kedokteran ataukah hukum kesehatan
ataukah hukum kedokteran kesehatan. Dalam era reformasi saat ini, hukum memegang peran
penting dalam berbagai segi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan,
diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan.
Perubahan konsep pemikiran penyelenggaraan pembangunan kesehatan tidak dapat dielakkan.

B. Hukum Kesehatan

Pada awalnya pembangunan kesehatan bertumpu pada upaya pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan, bergeser pada penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh dengan penekanan
pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Paradigma ini dikenal dalam kalangan
kesehatan sebagai paradigma hidup sehat.

Sebagai konsekuensi logis dari diterimanya paradigma hidup sehat maka segala kegiatan apapun
harus berorientasi pada wawasan kesehatan, tetap dilakukannya pemeliharaan dan peningkatan
kualitas individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungan dan secara terus menerus memelihara
dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau serta mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Secara ringkas untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi setiap orang maka harus secara terus menerus dilakukan perhatian yang sungguh-
sungguh bagi penyelenggaraan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan, adanya
jaminan atas pemeliharaan kesehatan, ditingkatkannya profesionalisme dan dilakukannya
desentralisasi bidang kesehatan.
Kegiatan-kegiatan tersebut sudah barang tentu memerlukan perangkat hukum kesehatan yang
memadai. Perangkat hukum kesehatan yang memadai dimaksudkan agar adanya kepastian hukum
dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara upaya kesehatan maupun masyarakat
penerima pelayanan kesehatan.

Bagi ilmu hukum pidana sudah dikenal dengan istilah ilmu kedokteran kehakiman atau ilmu
kedokteran forensik yaitu ilmu yang menghasilkan bahan penyelidikan melalui pengetahuan
kedokteran untuk membantu penyelesaian dan pembuktian perkara pidana yang menyangkut
korban manusia. Oleh karena itu dalam hal memahami peraturan-peraturan hukum tentang
kegiatan pelayanan kesehatan menurut ilmu kedokteran, akan dirasakan lebih serasi dengan
menyebut istilah hukum kesehatan. Penggunaan istilah kesehatan ini menyangkut dengan
masyarakat pada umumnya dimana dalam melaksanakan suatu tugas kedokteran maka lebih
menekankan pada konsep kesehetannya sehingga orang awam lebih mengenal kesehatan pada
umumnya dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan.

Penggunaan kata kesehatan sendiri muncul dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 9 Tahun
1960, karena selama ini telah dikembangkan pemikiran baru di bidang kesehatan mengenai
keluarga/sosial dalam kaitannya dengan kependudukan yang ruang lingkup tatanan peraturan
hukumnya. Kedudukan hukum kesehatan menjadi bagian dari pertumbuhan ilmu hukum dan
sebagai cabang dari hukum yang dikemudian hari diharapkan dapat berkembang lebih jauh secara
tersendiri dalam hukum kesehatan yang di dalamnya termasuk perkembangan dalam ilmu teknologi
kedokteran. Kemajuan dibidang hukum kesehatan yang demikian ini dapat lebih mengikuti
perkembangan masyarakat yang lebih modern untuk menunjang kemajuan teknologi di era
globalisasi. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada tahun 460 SM sampai dengan abad ke-9 sudah
ada usaha merasionalisasikan ilmu kedokteran sebagaimana dilakukan oleh kalangan dokter yang
antara lain dipelopori oleh Hippocrates.

Meskipun demikian arus pandangan yang moralitas dan paternalistik itu sampai sekarang masih
dapat dijumpai baik dari pihak sipederita maupun sipengobat dalam pengobatan penyakit tertentu.
Pekerjaan pengobatan sepenuhnya berada ditangan sipengobat yang cenderung berdasarkan
pengetahuan kedokteran itu berlaku kekuatan otoriter, karena orang lain termasuk pasienpun tidak
perlu tahu hasil pemeriksaan dan obat yang diberikan oleh dokter.

Bahkan jika terjadi kesulitan untuk pengobatan terhadap suatu penyakit dapat dianggap sebagai
manifestasi bentuk kutukan atau dosa bagi sipenderita untuk disembuhkan dengan cara ritual.
Pandangan kedokteran yang demikian itu telah berabad-abad menguasai dunia pengobatan. Dokter
pada masa dahulu seolah-olah tidak dapat diganggu gugat terhadap hasil atau tidak berhasilnya
pengobatannya. Perkembangan pada akhir abad pertengahan (kurang lebih tahun 1500) dan
pengaruh renaissance dan reformasi yang dipelopori para reformis diantaranya Marthin Luther
berusaha membuka jalan kembali secara rasional terhadap kehidupan duniawi berdasarkan
kebebasan berpikir dalam dunia kedokteran dan pengobatannya. Berpikir tentang kesehatan tidak
sekedar urusan pengobatan saja karena pengertian kesehatan adalah keadaan kesejahteraan dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup dan produktif secara sosial ekonomis.
Kegiatan kesehatan dalam era pembangunan pada dasarnya menyangkut semua segi kehidupan baik
fisik, mental maupun sosial ekonomi. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan harus memahami arti pembangunan dan kesehatan sehingga perlu orientasi
perubahan berpikir tentang kesehatan masa kini bukan sekedar pengobatan karikatif dan
paternalistik. Tenaga kesehatan harus memahami hal ini. Pelayanan kesehatan (health care services)
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan baik
perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran serta Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang telah di ganti dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Anda mungkin juga menyukai