Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan paper tentang “Masalah-masalah Khusus yang Berhubungan
dengan Bahan Baku” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga penulis berterima kasih pada Ibu Tuti Zakiyah, S.E., M.M. selaku dosen
mata kuliah Akuntansi Biaya yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Terima kasih.
Penulis
Dalam proses produksi tidak semua bahan baku dapat menjadi bagian
produk jadi. Bahan baku akan mengalami kerusakan dalam proses produksi. Sisa
bahan juga merupakan hal yang lazim terjadi dalam proses produksi.
Dengan memperhitungkan sisa bahan baku dan produk rusak yang masih
mempunyai harga jual diharapkan akan dapat menambah penghasilan di luar
usaha bagi perusahaan. Baik untuk menambah kas perusahaan maupun sebagai
pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Bahan baku merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk
selesai dan dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang
bersangkutan” (Halim, 2010: 39).
Dalam proses produksi tidak semua bahan baku dapat menjadi produk jadi.
Produk akan mengalami kerusakan maupun menimbulkan sisa bahan dalam
proses produksi.
Mengingat bahwa produk rusak maupun sisa bahan masih mempunyai harga
jual yang dapat menambah penghasilan diluar usaha, maupun menjadi pengurang
biaya overhead pabrik yang sesungguhnya, penulis tertarik untuk membahas
masalah-masalah khusus yang berhubungan dengan bahan baku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
Sudah menjadi hal yang umum bahwa operasi suatu pabrik tidak dapat
menghindari kerugian tertentu seperti adanya sisa bahan baku yang tidak bisa
digunakan dan bahan baku yang rusak. Berikut beberapa masalah yang timbul
diantaranya:
1. Pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang menghasilkan
sisa bahan tersebut. Hasil penjualan ini akan dicatat pada kartu harga pokok
pesanan dalam kolom “biaya bahan baku” sebagai pengurang biaya tersebut,
dengan catatan bahwa bahan baku dapat diidentifikasikan dengan pesanan
tertentu.
Kas/Piutang Dagang Rp xx
Kas/Piutang Dagang Rp xx
Kas/Piutang Dagang Rp xx
Contoh kasus:
Penyelesaian:
- Jurnal penyesuaian untuk mencatat perbedaan harga taksiran dengan nilai jual
sesungguhnya (Rp 5.500 – Rp 5.000) x 1500kg = Rp 750.000
Pada saat pesanan tersebut selesai dikerjakan ternyata terdapat 100 kue yang rusak
dan secara ekonomis tidak dapat diperbaiki. Kue tersebut diperkirakan laku dijual
Rp 900 per satuan.
Penyelesaian:
BOP-dibebankan Rp 450.000
Elemen harga produk Total biaya Biaya /satuan HP. produk rusak
rusak produksi 600 unit 100 unit
Biaya bahan baku Rp 150.000 Rp 250 Rp 25.000
Biaya tenaga kerja Rp 300.000 Rp 500 Rp 50.000
Biaya overhead pabrik Rp 450.000 Rp 750 Rp 75.000
Total Rp 900.000 Rp 1.500 Rp 150.000
Catatan:
Jika tidak ada produk rusak maka harga pokok/unit = Rp 900.000:600 = Rp 1.500.
Namun, dengan adanya produk rusak 100 unit maka harga pokok produk menjadi
lebih besar yaitu Rp 900.000:500 = Rp 1.800.
Harga jual produk rusak senilai 100 x Rp 900 = Rp 90.000 akan mengurangi
harga pokok pesanan.
Jadi, harga pokok satuan kue yang baik adalah Rp 810.000 : 500 = Rp 1.620.
BOP-dibebankan Rp 450.000
Dalam kasus Sweet Bakery diatas maka perhitungan produk rusak adalah:
PENUTUP
A. Simpulan
Bahan baku merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk
produk selesai dan dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang
bersangkutan.
Produk rusak maupun sisa bahan masih mempunyai harga jual dapat
menambah penghasilan diluar usaha, maupun menjadi pengurang biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya.
Mulyadi. (2012). Akuntansi Biaya. Edisi ke-5. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan STIE YKPN.