Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan paper tentang “Masalah-masalah Khusus yang Berhubungan
dengan Bahan Baku” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga penulis berterima kasih pada Ibu Tuti Zakiyah, S.E., M.M. selaku dosen
mata kuliah Akuntansi Biaya yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam paper ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga paper sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Terima kasih.

Kebumen, Januari 2016

Penulis

STIE Putra Bangsa Kebumen 1


ABSTRAK

Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk


jadi. Persediaan bahan baku memiliki kaitan yang erat dengan proses produksi
baik itu dalam perusahaan jasa maupun perusahaan dagang dimana kepuasan
konsumen merupakan sesuatu yang sangat penting, akan tetapi setiap perusahaan
akan memiliki tingkat penjualan yang tidak merata sehingga sering timbul
masalah kelebihan atau kekurangan bahan baku.

Dalam proses produksi tidak semua bahan baku dapat menjadi bagian
produk jadi. Bahan baku akan mengalami kerusakan dalam proses produksi. Sisa
bahan juga merupakan hal yang lazim terjadi dalam proses produksi.

Dengan memperhitungkan sisa bahan baku dan produk rusak yang masih
mempunyai harga jual diharapkan akan dapat menambah penghasilan di luar
usaha bagi perusahaan. Baik untuk menambah kas perusahaan maupun sebagai
pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.

STIE Putra Bangsa Kebumen 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


ABSTRAK .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Latar Belakang ......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ................................................................................................. 4
A. Sisa Bahan (scrap materials) ............................................................. 5
B. Produk Rusak (spoiled goods) .......................................................... 6
BAB III ................................................................................................................. 11
PENUTUP ......................................................................................................... 11
A. Simpulan ...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
LAMPIRAN .......................................................................................................... 13

STIE Putra Bangsa Kebumen 3


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
“Bahan baku merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk
selesai dan dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang
bersangkutan” (Halim, 2010: 39).

Dalam proses produksi tidak semua bahan baku dapat menjadi produk jadi.
Produk akan mengalami kerusakan maupun menimbulkan sisa bahan dalam
proses produksi.

Mengingat bahwa produk rusak maupun sisa bahan masih mempunyai harga
jual yang dapat menambah penghasilan diluar usaha, maupun menjadi pengurang
biaya overhead pabrik yang sesungguhnya, penulis tertarik untuk membahas
masalah-masalah khusus yang berhubungan dengan bahan baku.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

Apa saja masalah-masalah khusus yang berhubungan dengan persediaan


bahan baku ?

BAB II

PEMBAHASAN
Sudah menjadi hal yang umum bahwa operasi suatu pabrik tidak dapat
menghindari kerugian tertentu seperti adanya sisa bahan baku yang tidak bisa
digunakan dan bahan baku yang rusak. Berikut beberapa masalah yang timbul
diantaranya:

STIE Putra Bangsa Kebumen 4


A. Sisa Bahan (scrap materials)
Menurut Mulyadi (2008: 298) sisa bahan adalah “bahan yang mengalami
kerusakan di dalam proses pengerjaannya”. Sisa bahan ada yang bisa dijual
kembali ada pula yang tidak.
Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai berikut:

1. Pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang menghasilkan
sisa bahan tersebut. Hasil penjualan ini akan dicatat pada kartu harga pokok
pesanan dalam kolom “biaya bahan baku” sebagai pengurang biaya tersebut,
dengan catatan bahwa bahan baku dapat diidentifikasikan dengan pesanan
tertentu.

Jurnal pencatatan saat penjualan sisa bahan adalah:

Kas/Piutang Dagang Rp xx

Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp xx

2. Pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Hasil


penjualan dari sisa bahan dapat diperlakukan sebagai pengurang pada biaya
overhead pabrik jika tidak bisa diidentifikasikan pada pesanan tertentu atau
sebagai hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan.

Jurnal pencatatan saat penjualan sisa bahan:

Kas/Piutang Dagang Rp xx

Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xx

3. Penghasilan di luar usaha (other income).

Jurnal pencatatan saat penjualan sisa bahan:

Kas/Piutang Dagang Rp xx

Hasil penjualan sisa bahan Rp xx

Contoh kasus:

STIE Putra Bangsa Kebumen 5


Sweet Bakery dalam proses produksinya mempunyai sisa bahan baku berupa
tepung sejumlah 3500kg, ditaksir laku dijual Rp 5.000/kg. Setelah terjual ternyata
laku 1500kg dengan harga Rp 5.500/kg. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi
tersebut !

Penyelesaian:

- Jurnal saat penyerahan kembali ke gudang

Persediaan sisa bahan (3500 x Rp 5.000) Rp 17.500.000

Hasil penjualan sisa bahan Rp. 17.500.000

- Jurnal saat penjualan

Kas / Piutang dagang (1500 x Rp 5.500) Rp 8.250.000

Persediaan sisa bahan Rp 8.250.000

- Jurnal penyesuaian untuk mengakui sisa bahan yang belum terjual

Hasil penjualan sisa bahan (2000 x Rp 5.000) Rp 10.000.000

Pendapatan yg belum terealisasi Rp 10.000.000

- Jurnal penyesuaian untuk mencatat perbedaan harga taksiran dengan nilai jual
sesungguhnya (Rp 5.500 – Rp 5.000) x 1500kg = Rp 750.000

Persediaan sisa bahan Rp 750.000

Hasil penjualan sisa bahan Rp 750.000

B. Produk Rusak (spoiled goods)


“Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang
telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk
yang baik” (Mulyadi, 2012: 302).
Berbeda dengan sisa bahan yang belum mengalami kerusakan dalam
proses produksi sehingga belum sempat menjadi produk, produk rusak merupakan

STIE Putra Bangsa Kebumen 6


produk yang sudah menyerap biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik.

Produk rusak bisa disebabkan karena sulitnya pengerjaan pesanan dan


biasanya dibebankan sebagai tambahan harga pokok dalam pesanan yang
bersangkutan, atau disebabkan oleh hal-hal yang bersifat normal yang
diperhitungkan dalam tarif BOP.

Contoh kasus jika produk rusak dibebankan pada pesanan:

Sweet Bakery berproduksi berdasarkan pesanan. Perusahaan menerima pesanan


pembuatan 500 kue. Untuk memenuhi pesanan tersebut Sweet Bakery membuat
600 kue. Berikut kartu pesanan yang dibuat oleh Sweet Bakery !

KARTU HARGA POKOK PESANAN

Nama Pelanggan : Ny. Santi Job no : 012


Nama Produk : Kue coklat keju Tgl. pesan : 24-10-2015
Kuantitas : 500 pieces Tgl. selesai : 26-10-2015
Bahan Baku Tenaga Kerja BOP-Dibebankan
Tgl No. PO Jumlah Tgl Jumlah Tgl Jumlah
25 Okt 87/10 Rp 150.000 25 Okt Rp 300.000 25 Okt Rp 450.000

Total Rp 150.000 Rp 300.000 Rp 450.000


Catatan: BOP dibebankan 150% dari BTKL

Pada saat pesanan tersebut selesai dikerjakan ternyata terdapat 100 kue yang rusak
dan secara ekonomis tidak dapat diperbaiki. Kue tersebut diperkirakan laku dijual
Rp 900 per satuan.

Penyelesaian:

- Jurnal untuk mencatat biaya mengolah 600 kue

Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 150.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 300.000

STIE Putra Bangsa Kebumen 7


Barang dalam proses-BOP Rp 450.000

Persediaan bahan baku Rp 150.000

Gaji dan upah Rp 300.000

BOP-dibebankan Rp 450.000

- Jurnal untuk mencatat produk rusak

Persediaan produk rusak (100 x Rp 900) Rp 900.000

Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 15.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 30.000

Barang dalam proses-BOP Rp 45.000

Perhitungan elemen biaya produk rusak:

Elemen harga produk Total biaya Biaya /satuan HP. produk rusak
rusak produksi 600 unit 100 unit
Biaya bahan baku Rp 150.000 Rp 250 Rp 25.000
Biaya tenaga kerja Rp 300.000 Rp 500 Rp 50.000
Biaya overhead pabrik Rp 450.000 Rp 750 Rp 75.000
Total Rp 900.000 Rp 1.500 Rp 150.000

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘 𝑅𝑝 90.000


= = 60%
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘 𝑅𝑝 150.000

Pembagian nilai jual produk rusak adalah:

Barang dalam proses-biaya bahan baku 60% x Rp 25.000 = Rp 15.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja 60% x Rp 50.000 = Rp 30.000

STIE Putra Bangsa Kebumen 8


Barang dalam proses-BOP 60% x Rp 75.000 = Rp 45.000

Catatan:
Jika tidak ada produk rusak maka harga pokok/unit = Rp 900.000:600 = Rp 1.500.
Namun, dengan adanya produk rusak 100 unit maka harga pokok produk menjadi
lebih besar yaitu Rp 900.000:500 = Rp 1.800.
Harga jual produk rusak senilai 100 x Rp 900 = Rp 90.000 akan mengurangi
harga pokok pesanan.

- Jurnal untuk mencatat produk jadi

Persediaan produk jadi (Rp 900.000-Rp 90.000) Rp 810.000

BDP-BBB (Rp 150.000-Rp 15.000) Rp 135.000

BDP-BTK (Rp 300.000-Rp 30.000) Rp 270.000

BDP-BOP (Rp 450.000-Rp 45.000) Rp 405.000

Jadi, harga pokok satuan kue yang baik adalah Rp 810.000 : 500 = Rp 1.620.

Contoh kasus jika produk rusak dibebankan pada semua produk

- Jurnal untuk mencatat biaya mengolah 600 kue

Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 150.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 300.000

Barang dalam proses-BOP Rp 450.000

Persediaan bahan baku Rp 150.000

Gaji dan upah Rp 300.000

BOP-dibebankan Rp 450.000

Karena dalam tarif biaya overhead pabrik telah diperhitungkan kerugian


produk rusak, maka seluruh produk yang diproduksi akan dikenai biaya produk

STIE Putra Bangsa Kebumen 9


rusak tersebut. Sehingga kerugian sesungguhnya akan didebetkan dalam biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya.

Dalam kasus Sweet Bakery diatas maka perhitungan produk rusak adalah:

Nilai jual prosuk rusak 100 x Rp 900 = Rp 90.000

Harga pokok produk rusak 100 x Rp 1.500 = Rp 150.000 -

Kerugian produk rusak = Rp 60.000

- Jurnal pencatatan produk rusak dan kerugiannya

Persediaan produk rusak Rp 90.000

BOP sesungguhnya Rp 60.000

BDP-biaya bahan baku (100 x Rp 250) Rp 25.000

BDP-biaya tenaga kerja (100 x Rp 500) Rp 50.000

BDP-BOP (100 x Rp 750) Rp 75.000

Jurnal pencatatan produk jadi yang baik

Persediaan produk jadi Rp 750.000

BDP-biaya bahan baku (500 x Rp 250) Rp 125.000

BDP-biaya tenaga kerja (500 x Rp 500) Rp 250.000

BDP-BOP (500 x Rp 750) Rp 375.000

STIE Putra Bangsa Kebumen 10


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Bahan baku merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk
produk selesai dan dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang
bersangkutan.

Dalam proses produksi suatu pabrik tidak dapat menghindari kerugian


tertentu seperti adanya sisa bahan baku yang tidak bisa digunakan dan bahan
baku yang rusak.

Produk rusak maupun sisa bahan masih mempunyai harga jual dapat
menambah penghasilan diluar usaha, maupun menjadi pengurang biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya.

STIE Putra Bangsa Kebumen 11


DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. (2010). Dasar-dasar Akuntansi Biaya. Edisi 4. Yogyakarta:


BPFE-Yogyakarta.

Mulyadi. (2012). Akuntansi Biaya. Edisi ke-5. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan STIE YKPN.

STIE Putra Bangsa Kebumen 12


LAMPIRAN

STIE Putra Bangsa Kebumen 13

Anda mungkin juga menyukai