PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja disebut juga masa adolescence (tumbuh menjadi
dewasa). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi serta psikis dimana usianya antara 10-19 tahun dan
masa ini merupakan suatu periode pematangan organ reproduksi manusia, dan
sering disebut sebagai masa pubertas (Widiastuti, Rahmawati dan
Purnamaningrum, 2009). Yaitu waktu seorang perempuan mampu mengalami
konsepsi yaitu menstruasi/haid pertama, dan adanya mimpi basah pada anak
laki-laki. Pada masa tersebut remaja mengalami perkembangan seksual
diantaranya, kematangan organ seksual mulai berfungsi, baik untuk reproduksi
(menghasilkan keturunan) maupun rekresi (mendapat kesenangan)
(Moersintowati, 2002). Secara psikologis remaja mengalami perubahan dalam
aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral (Kusmiran, 2011).
Pengetahuan kesehatan reproduksi adalah kesempurnaan baik fisik
maupun mental seseorang berhubungan dengan sistem reproduksi, serta
kebebasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban untuk melakukan aktivitas
dan menjaga kesehatan organ-organ reproduksinya yang didapat melalui
proses penginderaan secara sadar. Penginderaan meliputi sumber informasi,
materi pembelajaran,fungsi organ reproduksi, cara merawat alat reproduksi
serta penyakit-penyakit yang berhubungan dengan alat-alat reproduksi dan
kontrol diri (Dianawati, 2008).
Pengetahuan remaja putri tentang hygiene menstruasi cenderung
belum adekuat, terlebih berhubungan dengan genetalia. Penanganan
kebersihan diri yang tidak benar dan tidak higienis juga dapat mengakibatkan
tumbuhnya mikroorganisme secara berlebihan dan akhirnya mengganggu
fungsi alat reproduksi (Ariyani,2009).
Perilaku yang kurang dalam merawat vulva hygiene saat menstruasi
seperti malas mengganti pembalut dapat menyebabkan infeksi jamur dan
1
2
bakteri ini terjadi saat menstruasi karena bakteri yang berkembang pada
pembalut. Personal hygiene saat menstruasi dapat dilakukan dengan cara
mengganti pembalut setiap 4 jam dalam sehari. Setelah mandi serta buang air,
vagina dikeringkan dengan tisue atau handuk agar tidak lembab. Pemakaian
celana dalam yang baik terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
(Solita, 2003).
Personal Hygiene adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif
untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit (Proverawati, 2009). Kebersihan perorangan atau
personal hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk menjaga kesejahteraan fisik dan psikis (Laily dan
Sulistyo, 2012). Salah satu dampak kurang dari menjaga personal hygine
adalah terjadinya keputihan.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Deskripsi Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Personal Hygiene Saat
Menstruasi Pada Siswi Kelas VIII di SMP N 1 Masaran”.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Deskripsi Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada Siswi Kelas VIII di SMP N 1
Masaran?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisa deskripsi tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan
personal hygiene saat menstruasi pada Siswi Kelas VIII di SMP N 1
Masaran.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa tingkat pengetahuan personal hygiene saat menstruasi
pada Siswi Kelas VIII di SMP N 1 Masaran.
3
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan, informasi dalam
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam edukasi personal
hygiene pada remaja putri saat menstruasi.
2. Sebagai bahan tambahan untuk pengetahuan dan informasi agar
dapat mengembangkan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
5
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik meningkatkan kesehatan.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat misalnya menstruasi dianggap darah kotor
sehingga seorang wanita harus diasingkan dan menjalani aktivitas
harian di dalam rumah adat khusu untuk wanita yang tengah
menstruasi.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang mengunakan produk tertentu dalam
perawatan diri.
g. Kondisi fisik
Pada kondisi sakit kemampuan merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
3. Indikator personal hygiene selama menstruasi menurut Patricia (2005)
a. Perawatan Kulit dan Wajah
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung,
sekresi, ekskresi, pengaturan temperatur, dan peka terhadap
rangasangan. Kulit memiliki tiga lapisan utama yaitu: epidermis,
dermis dan subkutan. Kulit sering kali merefleksikan perubahan pada
warna, ketebalan, tekstur, turgor dan temperatur (Patricia, 2005).
Perawatan wajah pada saat menstruasi terdiri dari perawatan dalam dan
perawatan luar. Perawatan dalam ini meliputi makan-makanan dengan
menu seimbang diperlukan untuk kesehatan kulit karena semua zat gizi
dan vitamin sangat penting bagi kulit. Perawatan dari luar dapat
dilakukan dengan pembersih dan pelembab (Patricia, 2005).
b. Kebersihan Rambut
Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena pada saat
menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat sehingga akan
memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lain.
Agar kebersihan rambut dan kulit kepala terjaga, usahakan minimal
6
keringat (bahan katun atau kaos) karena pakaian dalam yang basah
akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pakaian dalam yang telah
terkena darah sebaiknya direndam terlebih dahulu dan setelah kering
disetrika. Pemakaian celana dalam yang terlalu ketat sebaiknya
dihindari, karena hal ini menyebabkan kulit susah bernafas dan
akhirnya bisa menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab dan
teriritasi (Varney, 2007).
e. Penggunaan Pembalut
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah
terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga
karena kuman mudah masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada
saluran reproduksi. Pilihlah pembalut yang bersih, tidak berwarna,
tidak mengandung parfum, dan daya serapnya tinggi, sehingga tetap
merasa nyaman selama menggunakannya. Sebaiknya pilih pembalut
yang tidak mengandung gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan
dapat menyebabkan iritasi dan menyebabkan timbulnya rasa gatal .
Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau
setiap setelah mandi, buang air kecil, dan buang air besar. Apabila di
permukaan pembalut telah ada gumpalan darah, segera ganti pembalut.
(Varney, 2007).
Menurut Pujiastuti (2003), kesalahan yang sering dilakukan saat
pemakaian pembalut: membuka dan memasang pembalut tanpa
mencuci tangan terlebih dahulu, menyimpan pembalut ditempat
lembab seperti kamar mandi, menggunakan pembalut yang telah
kadarluarsa, pemilihan pembalut tanpa mempertimbangkan kualitas
pembalut, memakai pembalut yang mengandung bahan penghilang
bau, serta pemakaian pembalut yang terlalu lama.
4. Dampak tidak menjaga personal hygiene saat menstruasi terhadap
kesehatan reproduksi wanita.
a. Dampak fisik, banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Antara
8
lain gangguan intergritas kulit, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psiko-sosial, masalah sosial yang berhubungan dengan
personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman (Tarwoto
dan Wartonah, 2010).
c. Timbul infeksi pada genetalia, infeksi ini timbul disesebabkan
oleh buruknya kebersihan di area vagina. Infeksi vagina yang umum
terjadi, seperti vaginitis bacterial, trichomonas vaginalis, dan
kandidiasis vulvovaginal dapat terjadi sepanjang kehidupan wanita.
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan
pengideraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba (Notoatmodjo, 2011)
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2011) Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis
besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
a. Tahu (know)
Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-
pertanyaan.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
9
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisa (analisys)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.
b. Media masa / sumber informasi
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
10
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu
4. Kategori pengetahuan
Pengukuran pengetahuan penulis menggunakan pengkategorian menurut
Machfoedz (2009) dalam Notoatmodjo (2011) yaitu:
a. Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari
seluruh pernyataan.
b. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari
seluruh pernyataan.
c. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari
seluruh pernyataan.
C. Sikap
1. Pengertian
Thurstone dalam Yusuf (2006) berpendapat bahwa sikap merupakan suatu
tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya
dengan objek-objek psikologis, seperti simbol, frase, slogan, orang,
lembaga, cita-cita dan gagasan.
Sikap adalah kumpulan perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku
yang secara relatif berlangsung lama yang ditujukan kepada orang, ide,
obyek dan kelompok orang tertentu. Sikap merupakan suatu kondisi di
dalam diri seseorang yang mempengaruhi perilakunya terhadap obyek
sikap, misalnya kepatuhan pasien terhadap paramedis.
2. Aspek- aspek yang dibentuk oleh sikap Menurut Mar’at dalam Yusuf
(2006) sikap memiliki 3 (tiga) komponen yaitu:
11
e. Pengukuran terselubung
Dalam metode pengukuran terselubung (covert measures), objek
pengamatan bukan lagi perilaku yang tampak didasari atau sengaja
dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang
terjadi di luar kendali orang yang bersangkutan.
D. Tindakan
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku manusia adalah semua tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati. Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme (makhluk hidup yang bersangkutan). Sedangkan dari segi
kepentingan kerangka analisis, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh
organisme tersebut baik dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung.
2. Tingkatan Tindakan
Menurut Notoatmodjo (2014), praktik atau tindakan ini dapat dibedakan
menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni :
a. Praktik terpimpin (guided response), yaitu apabila subjek atau
seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada
tuntunan atau menggunakan panduan, contoh : seorang ibu
memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh
bidan atau tetangganya
b. Praktik secara mekanisme (mechanism), yaitu apabila subjek atau
seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara
otomatis. Misal : seorang anak secara otomatis menggosok gigi setelah
makan, tanpa disuruh ibunya
c. Adopsi (adoption), yaitu suatu tindakan atau praktik yang sudah
berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau
mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau
15
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional
analitik.
D. Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah 3 variabel yaitu:
1. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene saat
menstruasi meliputi :
a. Alat ukur : kuesioner
b. Skala pengukuran : pada saat pengukuran digunakan data kategorikal
14
15
1) Skor 1 kurang
2) Skor 2 cukup
3) Skor 3 baik
c. Jumlah soal : 16
2. Tingkat sikap remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi
meliputi:
a. Alat Ukur : Kuesioner
b. Skala pengukuran : pada saat pengukuran digunakan data kategorikal
1) Skor 1 salah
2) Skor 2 benar
c. Jumlah soal : 16
3. Tingkat sikap remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi
meliputi :
a. Alat ukur : kuesioner
b. Skala pengukuran : pada saat pengukuran digunakan data kategorikal
1) Skor 1 kurang
2) Skor 2 cukup
3) Skor 3 baik
c. Jumlah soal : 19
E. Instrumen
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
(Arikunto, 2006) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar kuesioner yang di isi langsung oleh responden.