Anda di halaman 1dari 2

Ketika Gempa Terjadi

Belakangan ini Indonesia didera bencana gempa bumi yang bertubi-tubi. Sudah pasti banyak air mata
karena peristiwa itu. Ada bayi-bayi yang tiba-tiba menjadi yatim piatu, belum lagi mereka kehilangan
tempat tinggal dan penyakit meraja rela di sana sini. Trauma pasca gempa menghantui jiwa-jiwa mereka.
Lapangan pekerjaan sirna dalam sekejab. Anak-anak menangis karena menahan lapar atau kedinginan
karena tak ada selimut atau karena ditinggalkan orang tua mereka untuk seumur hidupnya. Sedang
orang tua yang masih hidup kebingungan, ia tak bisa memberi apa-apa lagi untuk anak-anaknya. Duka
lombok ini terjadi pada hari minggu 27 juli 2018 pada jam 06:45 yang mengguncang denagn kekuatan
6,4 SR yang perpusat di lombok utara. Suara teriakan, tangisan terdengar hingga ujung pulau.Pagi itu
orang - orang dibangunkan dari tidurnya dengan cara yang tidak biasa. Tak hanya sampai disana gempa
susulan pun terus terjadi hingga ratusan kali membuat orang - orang tetap waspada dan siaga akan
gempa susulan lainnya. Pada saat itu BMKG sudah mengumumkan bahwa Negeri lombok sudah tak perlu
khawatir lagi. Seminggu berlalu membuat ingatan tentang gempa yang terjadi perlahan mulai hilang
tetapi tiba-tiba pada hari minggu 5 Agustus 2018 masyarakat lombok kembali di kejutkan dengan
goncangan yang amat dasyat dari kerak bumi dengan kekuatan 7.0 SR. Semua masyarakat panik berlarian
keluar rumah mencari perlindungan.Gempa yang terjadi cukup lama membuat masyarakat takut dan
senantiasa menyebut nama Sang Khaliq memohon ampun atas segala perbuatan yang telah di lakukan.
Semenit kemudia orang -orang panik karena ketika mengecek telepon mereka mendapatkan kabatr yang
kurang baik dari BMKG. Ia menyatakan bahwa pulau lombok berpotensi dini tsunami. Semua ornag
berlarian tanpa alas kaki, meninggalkan harta benda merka, meninggalkan rumah serta kendaraan
mereka. Semua sibuk menyelamatkan diri sendiri. Terlebih bagi mereka yang menyelamatkan diri
menggunakan kendara. Semua pergi dari kota mencari tepat tertinggi dan menjauh dari pantai. Lampu
mobil menyala sebagi penerang jalan membuat jalanan macet, ribuan manusia yang membentuk lautan
manusia menangis sambil berzikir kepada Allah. Sekitar 30 menit kemudian BMKG mencabut peringatan
dini tsunami tersebut .Setidaknya itu masih bisa membuat masyarakat sedikit tenang dan mulai bernafas
lega. Masyarakat mulai berputar balik arah kendaraan mereka dan kembali pulang menuju ke rumah
masing-masing

Sepanjang jalan masyarakat mendirikan tenda untuk berantisipasi akan gempa susulan yang
dikhawatirkan akan terjadi lagi karena BMKG memprediksi gempa yang besar tersebut bukan lah gempa
susulan melainkan gempa baru yang menimbulkan retakan baru di lempengan bumi. Dari hari itu
pemerintah provinsi membuat kebijakan yaitu meliburkan anak sekolah karena di takutkan gempa
susulan akan terjadi. Hal ini juga di karenakan kondisi sekolah yang banyak rusak temok mereka terjatuh
dan genteng mereka pecah jatuh ketanah.

Keesokan harinya banyak sekali berita palsu yang beredar mulai dari gempa besar yang akan terjadi lagi
dan yang lainnya membuat masyarakat gelisah dan cemas. Setiap malam para kaum adam selalu berjaga
hingga sang fajar terbit.Tenda yang masih menjadi tempat berlindung menjadi tempat setia untuk
melakukan segala kegiatan.
Seorang temanku kebetulan orang tuanya tinggal di desa sembalun, Lombok. Saat gempa Lombok
terjadi, rumah orang tuanya luluh lantah rata bersama tanah. Suasana duka menyelimuti hati mereka.
Malam yang gelap gulita karena jaringan listrik yang ikut mati membuat suasana menjadi semakin
mencekam. Belum lagi, masih ada kasus yang sungguh mengenaskan saat itu. Ada segerombolan
manusia mengais sisa-sisa reruntuhan rumah bekas gempa yang telah rata. Betapa tak punya perasaan
sedikitpun manusia yang tega berbuat seperti itu. Di tengah bencana teganya dia mencuri barang dari
orang yang terkena bencana. Belum lagi bantuan dari pemerintah terlambat untuk dikucurkan. Suatu
hari hanya tersedia satu indomie saja, padahal untuk satu keluarga. Bagaimana mereka membaginya ?
Ah, aku tak tega untuk menceritakannya .

Teganya lagi ada oknum pejabat daerah yang tega menyelewengkan dana bantuan untuk korban gempa.
Bagaimana bisa uang yang seharusnya diperuntukkan bagi orang yang terkena musibah dan mereka
sangat sedang membutuhkannya diraupnya dengan begitu serakah. Apakah mereka tak takut akan azab
Tuhan yang sangat keras siksanya ? Apakah masih belum cukup musibah yang baru saja ditimpakan
untuknya ? Aku hanya bisa terdiam sejenak lalu mengurut dada, beristighfar berkali-kali, berharap orang-
orang itu mendapat hidayah.

Baru saja pemerintah kita baru terpilih menjalankan tugasnya. Ketika menjabat beberapa hari, issue
kenaikan gaji para menteri merebak untuk segera ditunaikan. Dan diumumkan bahwa satu persatu,
mereka mendapat fasilitas mobil mewah dengan harga yang cukup fantastis, 1 milyar. Sebagai rakyat
biasa, Jika saja aku yang mendapatkannya, meski setiap orang pasti akan senang jika mendapat sesuatu
yang gratis apalagi dengan harga yang sangat tinggi. Tapi jika aku yang mendapatkannya, Sungguh akan
kukembalikan lagi mobil itu. Buat apa aku mengendarai mobil lux, tapi aku hidup ditengah rakyat yang
miskin yang seharusnya kita santuni. Aku lebih memilih mengendarai mobil biasa, dari pada menaiki
mobil dari tangis air mata penderitaan rakyat jelata.

Kini, di tengah maraknya gempa yang melanda, masyarakat seolah-olah dihantui oleh ketakutan jika
gempa itu benar-benar kembali menimpa lagi. Bagaimana jika gempa itu terjadi disaat kita sedang
terlelap tidur dan dibuai mimpi ? Bagaimana jika tiba-tiba tidur kita menjadi tidur yang panjang
menunggu hari penghitungan amal dari segala perbuatan kita ? Bagaimana jika kita tiba-tiba telah
dikafani untuk dikuburkan bersama-sama dengan korban gempa lainnya ? Mari kita memperbaiki dan
mulai menabung ibadah masing-masing untuk bekal kita di hari yang kekal. Yang terbaik adalah
bersegeralah, mumpung kita masih diberi waktu.

Anda mungkin juga menyukai