Anda di halaman 1dari 4

11 Kiat Bersikap Tepat kepada Atasan

| |

Salah satu hal yang paling “enak” dan sering dilakukan oleh para karyawan di
tempat kerja adalah menggosipkan kejelekan pemimpin. Cerita panjang lebar tentang derita karyawan akibat ulah pemimpin yang
menyebalkan. Kisah begitu “bengisnya” si pemimpin terhadap para karyawan, atau “liputan” tentang begitu cuek dan
“dinginnya” si pemimpin terhadap tim yang ia pimpin. Akibatnya, semakin dan semakin sedikit karyawan yang masih
menghormati pemimpinnya. Sebaliknya, semakin banyak karyawan memiliki sikap yang cenderung meremehkan, menghakimi
dan tidak hormat pada pemimpin.

Firman Tuhan menunjukkan dengan jelas melalui teguran Rasul Paulus yang tegas memberi
nasihat agar kita menghormati dan menghargai para pemimpin kita. Mengapa hal ini perlu
ditegaskan? Seorang pemimpin adalah orang-orang yang telah ditetapkan Tuhan untuk
memimpin kita, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaan. Pemimpin adalah orang
yang bekerja keras untuk mengajar, membimbing, menegur dan mengarahkan karyawan agar
karyawan bertumbuh, berprestasi dan produktif.

Artikel ini ditulis untuk menolong kita bersikap dengan tepat kepada pemimpin kita, jadi kiat-
kiat yang dibahas akan berfokus pada sikap kita kepada pemimpin. Kali ini kita tidak sedang
membahas sikap si pemimpin sendiri, bagaimanapun sikapnya itu. Penting untuk kita sadari,
bahwa bukan suatu kebetulan apabila kita mendapatkan pemimpin yang baik, penuh perhatian
dan bijaksana. Tetapi, bukan suatu kebetulan pula apabila Tuhan ijinkan kita mendapatkan
pemimpin yang tampaknya tidak peduli, cuek, judes, pemarah, pengritik dan mau tahu beres saja.
Intinya siapapun pemimpin kita, Tuhan minta sikap yang tepat dari diri kita, yaitu kita belajar
untuk menghormati dan menghargainya.

Bagaimana cara-cara kita bersikap tepat dalam memperlakukan pemimpin? Berikut adalah 10
kiat praktis yang bisa kita lakukan:
1. Berikan yang terbaik
Berusahalah untuk selalu memberikan apa yang diharapkan oleh pemimpin dan perusahaan,
bahkan lebih daripada itu. Bila kita dapat memberikan apa yang menjadi harapan perusahaan,
berarti kita mampu memenuhi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh pemimpin. Dalam hal
ini, semuanya tergantung dari kita. Kita bisa ikut menentukan apakah ingin agar pemimpin
bersikap baik atau tidak, berdasarkan hasil kerja kita.

2. Tawarkan bantuan ketika pemimpin memerlukannya


Ingat, setinggi apapun jabatan pemimpin, ia pun kadang bisa stressed, mendapat tekanan dari
atasannya yang lain, atau justru kehabisan ide. Jika kita melihat pemimpin sedang bingung atau
punya masalah dalam pekerjaan, tak ada salahnya menawarkan bantuan kepadanya. Tapi
pastikan kita tahu bisa membantu menyelesaikannya. Dan kuncinya adalah, kita harus tahu kapan
harus menawarkan bantuan. Jika tidak terlalu darurat, biarkan pemimpin mengatasi masalahnya
sendiri. Terlalu sering membantu pemimpin justru akan membuat kita tampak berusaha mencari
muka untuk mendapatkan jabatan tertentu. Namun di saat yang tepat, jika masalah tersebut bisa
kita bantu pecahkan, maka pemimpin akan mengapresiasi kita sebagai karyawan.

3. Pelajari gaya kerja yang diinginkan oleh pemimpin


Salah satu kesulitan dalam membangun hubungan baik, terlebih kepada pemimpin, adalah
memahami gaya komunikasi mereka. Pelajari gaya dan metode kerja yang diinginkannya,
sehingga tidak terjadi pemahaman yang berbeda atau miskomunikasi. Selanjutnya, bekerjalah
sesuai dengan gaya atau metode yang ia inginkan. Kita boleh menggunakan gaya kerja kita,
asalkan kita mengkomunikasikan kepada pemimpin terlebih dahulu dengan penjelasan mengapa
gaya kerja kita itu akan lebih efektif dan bermanfaat bagi perusahaan.

4. Berkomunikasi dengan cepat dan jujur


Pemimpin kita memerlukan kejujuran walaupun mungkin jawaban jujur bukan merupakan
jawaban yang menyenangkan. Kita harus menginformasikan segera jika ada sesuatu buruk yang
terjadi, walaupun ini berisiko mendatangkan teguran atau kemarahan pemimpin. Dengan kita
melakukan hal seperti ini, pemimpin akan lebih menghargai ketimbang kita menyembunyikan
hal-hal buruk dari dirinya, karena setiap hal buruk yang lambat/tidak diinformasikan akan
berkembang menjadi semakin buruk. Selalu berikan fakta sejelas-jelasnya. Jangan dikurangi atau
dilebih-lebihkan. Hal ini juga berlaku bila pemimpin bertanya tentang keadaan Anda di kantor,
atau apakah Anda merasa nyaman setelah sekian lama bekerja di bawah arahannya.

5. Jangan lebay mengumbar janji


Hindari berjanji manis kepada pemimpin jika kita tidak terlalu yakin apakah sanggup untuk
mengerjakan tugasnya. Ini berlaku untuk jenis/bentuk pekerjaannya dan tenggat waktu/deadline
pekerjaan itu. Banyak bekerja sedikit bicara adalah konsep yang baik untuk menjalin hubungan
baik dengan atasan. Beri kejutan pada pemimpin dengan menunjukkan hasil yang memuaskan
tanpa harus mengumbar janji manis sebelumnya. Ini jauh lebih baik daripada janji manis itu
tidak berhasil kita tepati, apalagi jika kegagalan ini terjadi berulang-ulang.

6. Menjadi problem solver (pemecah masalah)


Ketika kita menghadapi kesulitan atau masalah, tentu pertama-tama kita perlu berusaha mencari
jalan keluarnya. Jika kita tidak dapat mengatasi masalah yang dihadapi dan masalah menjadi
lebih serius, beritahu pemimpin sesegera mungkin (lihat kembali poin no. 4). Tawarkan jalan
keluar dan tanyakan kepadanya apa yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan. Jangan biarkan
pemimpin mendengar dan mengetahui permasalahan yang kita hadapi dari orang lain. Jadilah
bagian dari jalan keluar, bukan bagian dari masalah itu.

7. Tahu diri
Jangan lupa untuk tetap menempatkan diri sesuai peran dalam pekerjaan. Jangan
mencampuradukkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi. Seberapapun dekatnya
hubungan kita dan pemimpin, tetaplah bersikap wajar dan tahu batasan-batasannya. Bila
kebetulan pemimpin adalah tipe yang akrab dan supel, kita tetap harus tahu batas kapan adalah
saat yang tepat untuk bersantai/becanda, serta kapan harus tarik diri. Intinya, jangan sampai
terjebak menjadi kurang ajar.

8. Kendalikan emosi
Ada kalanya kita akan menghadapi situasi di mana kita perlu melakukan konfrontasi kepada
pemimpin. Ini bisa terjadi kapanpun dan di manapun, namun perlu kita sikapi dengan bijaksana,
pertikaian mana yang harus diselesaikan dan mana pula yang perlu dihindari. Apapun alasannya,
perlu kita ingat senantiasa bahwa ini adalah urusan profesional, bukan personal. Marah-marah,
kesal, jengkel, muka "monyong" atau menggosipkan pemimpin tidak akan menghasilkan jalan
keluar, namun justru memperlihatkan kepada pemimpin bahwa kita tidak dapat mengendalikan
emosi. Hal ini tidak berarti harus duduk diam bila ada hal yang membuat kita marah, tetapi
belajarlah mengkomunikasikan kemarahan Anda dengan cara yang baik dan tepat. Jangan
menghadap pemimpin ketika napas kita “naik-turun” dan kepala sedang “mengepul”. Sampaikan
keberatan kita dengan kata-kata yang baik/sopan namun tepat pada permasalahan, pada saat
kemarahan atau emosi sudah reda.

9. Bersikap proaktif
Jadilah karyawan yang proaktif. Ambil inisiatif untuk bertanya apakah ada pekerjaan lain yang
bisa kita bantu tangani (jika memang kita mampu mengerjakannya). Jika kita dipercaya untuk
memegang tanggung jawab yang lebih besar ini, berusahalah untuk menyelesaikannya dengan
benar dan tepat waktu. Sangat mungkin, inisiatif ini mendatangkan penilaian baik, promosi naik
jabatan dan masa depan karir yang lebih cerah.

10. Miliki jam kerja yang lebih panjang daripada jam kerja pemimpin
Hadir sebelum pemimpin datang di kantor menunjukkan bahwa kita adalah orang yang siap
menerima tugas dan tanggung jawab. Hal ini pun bisa dibarengi dengan pulang kemudian setelah
pemimpin meninggalkan kantor. Ini memang bukan kewajiban, namun jika dilakukan dengan
tepat (memang untuk bekerja dengan baik, bukan senantiasa lembur karena tidak bisa mengelola
waktu kerja atau karena sekedar menunggu pemimpin pulang lebih dulu) dampaknya akan besar.
Ingat, untuk membangun sebuah hubungan kerja yang baik dan produktif, kita perlu
menyediakan diri dan waktu bagi pemimpin.

11. Senantiasa belajar bertumbuh dalam hal karakter


Kalaupun kita memiliki pemimpin yang menyebalkan, ini artinya Tuhan mengijinkan kita untuk
latihan penguasaan diri, latihan mental, latihan berpikiran positif dan latihan 100% bersandar
pada Tuhan. Jangan pernah mengharapkan “mujizat” dari Tuhan bahwa pemimpin jatuh sakit
dan tidak masuk kerja supaya kita tidak usah bertemu dengannya selama satu atau dua hari.
Jangan menghindari “sekolah kehidupan” ini. Dalam segala hal yang terjadi dalam hubungan
kerja dengan pemimpin, temukan pembelajaran karakter yang Tuhan berikan dan berubahlah
dalam bidang itu. Tetap anggaplah situasi seperti ini sebagai sarana Tuhan mendidik kita agar
supaya lebih tangguh dan berkarakter, maka kita akan senantiasa bertumbuh.

Barang siapa menabur hal yang benar dan baik, maka ia akan menuai sesuatu yang benar dan
baik pula, yang jauh lebih besar di kemudian hari. Mari kita menabur hal yang baik dengan
bersikap secara tepat kepada pemimpin kita, sesuai Firman Tuhan!
“Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang
memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu...” (1 Tes. 5:12)

“Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai
orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya.” (Ibr. 13:17a)

Anda mungkin juga menyukai