Oleh :
Hana Qonita
NIM: 1112103000054
Oleh :
Hana Qonita
NIM: 1112103000054
Hana Qonita
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Hana Qonita
NIM: 1112103000054
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi dengan judul “Efektivitas Terapi Kombinasi Salep 3-6
dan Sabun Sulfur 10% Dibandingkan Salep 3-6 Tunggal Pada Pengobatan Skabies
di Pondok Pesantren Ummul Qura” ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, Sp.OT selaku ketua Program Studi Pendidikan
Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf yang telah
membantu dan segenap dosen yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat berguna bagi saya.
3. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari,
Ph.D selaku penanggung jawab modul riset angkatan 2012 Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang telah
membimbing saya dan teman sejawat PSPD 2012 dalam penyusunan
skripsi ini.
4. dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes dan dr. Lucky Briliantina,
M.Biomed selaku penguji sidang skripsi, yang telah memberikan kritik
dan saran serta perbaikan penulisan yang membangun penyusunan
skripsi ini.
5. dr. Meizi Fachrizal Achmad, M.Biomed dan dr. Rahmatina, Sp.KK
selaku pembimbing penelitian, yang telah memberikan perhatian,
v
bimbingan, nasihat, pengarahan dan masukan yang berharga salam
penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Uswatun Chasanah selaku Pimpinan Pondok Pesantren Ummul
Qura beserta seluruh peserta penelitian atas kerja sama dan ketekunan
selama menjalani pemeriksaan sesuai jadwal sehingga penelitian ini
terlaksana dengan baik.
7. Kedua orang tua saya yaitu Ir. Arlin Salim dan Dr. Nursanita Nasution,
S.E, M.Ak serta saudara kandung saya yaitu Faris Faruqi, S.E, Hadi
Sabila Rosyad, S.E, Muhammad Yasin, S.Kom, Zaid Robbany, S.Si,
Umair Nasrullah dan Fathia Zahra yang telah memberikan dukungan,
doa, nasihat, dan bimbingan seumur hidup saya serta kerja keras dan
kasih sayangnya yang selalu menjadi alasan saya untuk terus berkarya.
8. Alfriyadi Rafles, Firda Fakhrena, Irwana Arif, Atina Nabila dan teman
sejawat PSPD UIN 2012 yang telah membantu, memberikan bantuan,
semangat, masukan serta berjuang bersama untuk menyelesaikan
skripsi ini.
Semoga segala keikhlasan dan kebaikan yang saya terima selama ini
mendapat balasan dan karunia yang tiada henti dari-Nya.
Akhir kata, harapan saya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan dengan kebesaran hati saya menerima kritik dan saran.
vi
ABSTRAK
Kata Kunci: Skabies, Salep 3-6, Salep Sulfur 6%, Sabun Sulfur 10%,
Kesembuhan Klinis.
ABSTRACT
vii
clinical cure between the combination therapy of ointment 3-6 and sulphur soap
10% versus ointment 3-6 only in the treatment of scabies.
Keywords: Scabies, Ointment 3-6, Sulphur Ointment 6%, Sulphur Soap 10%,
Clinical Cure.
viii
DAFTAR ISI
ix
2.2.2 Sulfur ..................................................................................................... 22
2.3 Kerangka teori .............................................................................................. 24
2.4 Kerangka konsep .......................................................................................... 24
2.5 Definisi Operasional ..................................................................................... 25
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Apakah terapi kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% lebih efektif
dibandingkan salep sulfur 3-6 tunggal pada pengobatan skabies di Pondok
Pesantren Ummul Qura?
1.3 Hipotesis
Terapi kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% lebih efektif
dibandingkan salep sulfur 3-6 tunggal pada pengobatan skabies di Pondok
Pesantren Ummul Qura.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skabies
2.1.1 Definisi
Skabies atau penyakit kudis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varietas hominis.9,10,14,17
2.1.2 Etiologi
Sarcoptes scabiei adalah arthropoda yang termasuk kelas Arachnida,
subclass Acari, ordo Astigmata, family Sarcoptida.14 Tungau ini merupakan parasit
obligat yang seluruh siklus hidupnya ada di manusia.9 Arthropoda ini adalah
organisme yang bertelur dan ukuran tungau betina dewasa sekitar 0,3-0,45 mm x
0,25-0,35 mm sedangkan tungau jantan dewasa berukuran lebih kecil yaitu sedikit
lebih besar dari setengah ukuran tungau betina.14 Tungau dewasa berbentuk oval
seperti mutiara, transparan, putih, dan tanpa mata.14,38 Bentuk larva dan nimpa
menyerupai tungau dewasa tetapi ukurannya lebih kecil. 14 Tungau dewasa
memiliki 4 pasang kaki yang pendek sedangkan larva memiliki 3 pasang kaki.14,38
5
6
Gambar 2.2 Siklus hidup Sarcoptes scabiei. Sumber: CDC, 2010. Diakses dari:
http://www.cdc.gov/parasites/scabies/biology.html.
Masa inkubasi sebelum timbul gejala klinis pada penderita skabies adalah
3 sampai 6 minggu untuk infestasi yang pertama kali.9 Tetapi mungkin bisa
sesingkat 1-2 hari pada kasus infestasi berulang.17
2.1.2.2 Transmisi
Tungau ini tidak dapat terbang atau lompat tetapi merayap sejauh 2,5 cm
per menit di atas permukaan kulit yang kering.14 Tungau dapat bertahan hidup
selama 24 sampai 36 jam pada suhu ruangan dan kelembaban rerata. 14 Cara
penularan tungau ini dapat secara langsung yaitu kontak langsung antara kulit
dengan kulit, kontak seksual atau tidak langsung melalui benda yaitu pakaian,
seprai dan lain-lain.14,17 Tranmisi secara tidak langsung melalui benda mati terjadi
paling nyata pada crusted scabies.38 Kondisi ini sangat menular dan siapapun
yang berada di sekitar penderita berisiko terinfestasi tungau.38 Sekitar 6000
tungau/g per debris dari setiap seprai, lantai, gorden, kursi telah terdeteksi.38 Pada
sebuah penelitian menunjukkan bahwa tungau betina yang baru fertilisasi adalah
yang paling utama pada transmisi karena tungau betina dewasa jarang
meninggalkan terowongan.17 Transmisi utama adalah perpindahan tungau betina
yang telah dibuahi.14 Lebih dari 90% tungau yang imatur mati sebelum mencapai
tahap tungau dewasa.17
Pada infestasi pertama kali, peningkatan jumlah Sacroptes scabiei terjadi
selama lebih dari 4 minggu telah dilaporkan, biasanya 10-15 tungau (sekitar 3-50)
yang hidup di host.17,21 Sebaliknya, pada kasus yang lebih parah yaitu crusted
scabies, jumlah tungau sangat banyak sekitar ratusan sampai jutaan tungau yang
8
2.1.4 Patogenesis
Tungau, telur, skibala atau feses tungau berperan sebagai iritan yang akan
merangsang sistem imun tubuh untuk mengerahkan komponen-
komponennya.17,21,35 Selama 3-4 minggu pertama setelah infestasi pertama
biasanya asimptomatik. Tetapi pada infestasi berulang, gejala klinis mungkin
muncul lebih cepat sekitar 1-2 hari.17
Dalam beberapa hari pertama, antibodi dan sistem imun spesifik lainnya
belum memberikan respon.22 Namun, terjadi perlawanan dari tubuh oleh sistem
imun nonspesifik yaitu inflamasi.22 Tanda inflamasi adalah kemerahan pada kulit,
panas, nyeri, bengkak dan fungsio laesa.22,23,24 Hal ini disebabkan karena
pengaruh amin vasoaktif seperti histamine, triptamin, dan mediator lainnya yang
9
IL-12 adalah sitokin yang diproduksi makrofag dan sel dendritik. Sekresi
sitokin ini menginduksi diferensiasi sel T CD4+ menjadi sel Th1. IL-12
juga merupakan inducer poten dari sekresi IFN-γ oleh sel T dan sel NK.
Il-2 menyebabkan proliferasi parakrin dan autokrin dari sel T.
TNF dan limfotoksin akan meningkatkan sekresi dari prostasiklin, yang
meningkatkan aliran darah dan menyebabkan vasodilatasi lokal. Selain
itu, terjadi peningkatan ekspresi P-E-Selektin, molekul adhesi yang
mempromosikan penempelan limfosit dan monosit. Efek lain yang
ditimbulkan adalah induksi dan sekresi kemokin seoerti IL-8.
Kemokin diproduksi oleh sel T dan makrofag. Kemokin ini akan merekrut
lebih banyak lagi leukosit.
Gambar 2.5 Gambaran umum lesi skabies dan terowongan pada sela-sela jari dan
buku-buku jari. Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 2012.
2.1.6 Diagnosis
Terdapat 4 tanda kardinal untuk menegakkan diagnosis yaitu sebagai
berikut.12
1. Pruritus nokturna, aktivitas tungau lebih tinggi pada malam
hari.12,25,26
2. Menyerang manusia secara kelompok, misalnya tinggal di asrama,
panti asuhan dan sebagainya.12
3. Adanya terowongan (kunikulus) berwarna putih atau keabu-abuan,
garis lurus atau berkelok, panjang sekitar 1 cm, pada ujung
terowongan terdapat papul atau vesikel.12 Bentuk terowongan yang
pendek, lurus atau kadang berkelok-kelok biasanya sulit ditemukan
pada tahap awal penyakit atau penderita memiliki eksoriasis pada
lesi.26,38
4. Menemukan tungau pada stadium hidup tungau ini.12,17,25
diambil pada terowongan kulit dengan cara dikorek. 17,25,38 Kemudian diberi
potassium hydroxide dan dilihat di bawah mikroskop.17,25,38 Pemeriksaan
penunjang seperti dermatoskop, PCR atau serodiagnosis untuk menegakkan
diagnosis tidak digunakan di lingkungan tropis.17
Gambar 2.6 Gambaran tungau betina gravid, telur, dan skibala tungau pada
pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine,2012.
2.1.7 Tatalaksana
Setelah diagnosis skabies ditegakkan, terapi yang dapat diberikan adalah
terapi spesifik yaitu antiskabies dan nonspesifik yaitu manajemen keluhan
sekunder akibat gatal, eczema dan kemungkinan pioderma.26
Pengobatan harus diberikan pada seluruh orang yang kontak dengan
penderita khususnya penderita karier, anggota keluarga dan kerabat dekat untuk
pencegahan dan menahan penyebaran.17,38 Seluruh pakaian, sarung bantal, seprai
dan handuk harus dicuci menggunakan air panas dan dikeringkan pada suhu yang
panas selama penderita mendapat pengobatan. 38 Bahan atau barang yang tidak
dapat dicuci harus di dry-cleaning, disetrika, diletakkan di pengering tanpa dicuci,
14
atau disimpan dalam kantong plastik tertutup pada tempat yang hangat selama 2
minggu.38
a. Permetrin
Permetrin adalah piretroid, sintesis insektisida.16,26 Permetrin merupakan
pilihan pertama sebagai pengobatan skabies karena efek toksik yang rendah dan
efektif untuk semua stadium hidup tunggau.11,16,17 Permetrin digunakan selama 8-
12 jam.11 Pada bayi diaplikasikan kurang dari 6 jam. 25 Permetrin tidak
direkomendasikan untuk bayi dibawah 2 bulan.26 Wanita hamil, menyusui dan
anak dibawah usia 2 tahun pemakaian permetrin dibatasi selama 2 jam pada 2 kali
aplikasi dengan jarak 1 minggu.38
Dosis per aplikasi untuk anak usia dibawah 1 tahun 4 g, anak usia 1-4
tahun 8 g, anak usia 5-11 tahun 15 g, anak usia diatas 12 tahun sampai dewasa 30
g, dan dewasa dengan ukuran tubuh besar mungkin membutuhkan lebih dari 60
g.25
b. Lindane
Lindane adalah gamma benzene hexacloride yang termasuk sebagai
insektisida.16 Krim atau lotion lindane adalah pengobatan alternatif jika tidak ada
permethrin.11 Efektivitas lindane sama dengan permetrin tetapi lindane dapat
menjadi toksik pada susunan saraf pusat.26 Gejala keracunan yang timbul setelah
15
pemakaian lindane antara lain pusing, sakit kepala, mual, muntah, gelisah, tremor,
disorientasi, lemah, kelopak mata berkedut, kejang, gagal nafas, koma, bahkan
kematian.16 Terdapat beberapa bukti bahwa lindane mungkin berpengaruh pada
gangguan hematologi seperti anemia aplastic, trombositopenia dan pansitopenia. 16
Lindane tidak di rekomendasikan bagi bayi atau anak-anak yang masih
kecil.16,25,26
Lindane diaplikasikan selama 12-24 jam dengan dosis untuk anak usia
diatas 12 tahun dan dewasa 200 ml untuk setiap pemakaian.25
c. Benzyl Benzoate
Benzyl Benzoate adalah ester dari asam bezoat dan benzyl alcohol yang
neurotoksik bagi tungau.16 Benzyl Benzoate dalam lotion diaplikasikan 3 kali
dalam 24 jam tanpa mandi.16,17 Iritasi kulit sementara dan rasa terbakar setelah
pemakaian biasanya terjadi pada lotion 25%.17 Tidak direkomendasikan untuk ibu
hamil atau menyusui, bayi serta anak-anak dibawah 12 tahun karena sering
menimbulkan iritasi.16,25 Untuk mengurangi iritas, benzyl benzoate dicairkan
sampai 12,5% untuk anak-anak dan 6,25% untuk bayi tetapi efektivitasnya
berkurang.17 Dapat menimbulkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum. 16
Benzyl Benzoate sangat efektif jika digunakan dengan benar tetapi dapat
menimbulkan komplikasi gangguan saraf jika disalahgunakan. 16,17
Dosis yang digunakan untuk anak usia diatas 12 tahun dan dewasa adalah
200 ml setiap pemakaian.25
d. Crotamiton
Crotamiton dalam 10 % cream atau lotion digunakan 2 kali sehari selama 5
sampai 7 hari setelah mandi dan berganti pakaian. 16,26 Penggunaan crotamiton
dapat diulang 3 sampai 5 hari.17 Efek samping yang dapat ditimbulkan dari
pemaikan crotamiton adalah iritasi kulit.16 Crotamiton tidak direkomendasikan
karena kurang efektif dan toksik, tetapi efektif sebagai antipruritus. 16,26
Direkomendasikan sebagai pilihan alternatif bagi bayi dan aman bagi ibu hamil
maupun menyusui.17 Crotamiton paling tidak efektif dibandingkan terapi lain.38
16
e. Malation
Malation adalah insektisida golongan organofosfat yang bekerja dengan
cara memblokade enzim kolinesterase secara irreversibel. 16 Malation 0,5%
diaplikasikan pada kulit selama 24 jam dan diulang setelah 3 sampai 4 hari.17,25
Dosis setiap aplikasi untuk anak usia diatas 1 tahun 20 ml, anak usia 1
sampai 4 tahun 40 ml, anak usia 5 sampai 11 tahun 100 ml, dan anak usia diatas
12 tahun sampai dewasa 200 ml.25 Namun saat ini Malation tidak digunakan lagi
karena berpotensi menimbulkan efek samping yang parah. 16
f. Sulfur
Sulfur dalam bentuk salep lebih berguna dibandingkan dengan preparat
16
lain. . Salep Sulfur merupakan obat yang dapat membentuk hidrogen sulfida dan
asam pentationat pada jaringan hidup yang bersifat toksik terhadap tungau.32
Sulfur 2-10% dalam bentuk salep dan biasanya 6% lebih sering dipilih, efektif
terhadap stadium larva, nimfa dan dewasa tetapi tidak dapat membunuh telur. 12,16
Oleh karena itu, pengobatan dengan sulfur presipitatum ini minimal digunakan
selama 3 hari agar larva menetas dari telurnya dan dapat dimatikan. 12,16,25,26
Sulfur digunakan jika penderita tidak dapat mentolerasi lindane, permetrin atau
ivermectin dan direkomendasikan bagi bayi, anak-anak dan ibu hamil.16
Kekurangan dari sulfur ini adalah kurang efektif, menodai pakaian, berbau dan
pada keadaan yang panas atau lembab dapat menyebabkan dermatitis iritan. 11,26
Sedangkan kelebihan dari sulfur diantaranya murah dan merupakan pilihan
sebagai terapi massal.16 Pemakaian sulfur dapat diulang setelah 10 hari jika
dibutuhkan.25 Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan salep sulfur
adalah kulit kering dan iritasi.27 Kontraindikasi bagi penderita yang memiliki
alergi sulfonamide.27
Dosis yang digunakan untuk setiap pemakaian untuk anak usia kurang
dari 1 tahun 8 g, anak usia 1-4 tahun 12 g, anak usia 5-11 tahun 25 g, anak usia 12
tahun sampai dewasa 50 g.25
Ruam dan gatal mungkin masih menetap sampai lebih dari 2 minggu
sampai 4 minggu setelah pengobatan lengkap obat topikal.17,38 Gatal selama
periode ini umumnya menunjukkan “gatal pasca skabies”.38
17
a. Ivermectin
Ivermectin hampir sama dengan makrolit tertapi tidak memiliki efek
antimikroba.16 Ivermectin adalah substrat bagi jalur sitokrom P450 3A4 sehingga
perlu diperhatikan jika sedang mengkonsumsi obat yang dapat meningkatkan atau
menghambat kerja obat ivermectin.17 Ivermectin menstimulasi asam gamma
amino butirat pada ujung saraf presinaps dan meningkatkan ikatan di reseptor
postsinaps sehingga menekan konduksi dari impuls saraf pada sinaps saraf-otot
tungau.16 Efek samping ivermectin antara lain sakit kepala, gatal, nyeri sendi,
nyeri otot, demam, ruam makulopapular, dan limfadenopati. 16 Kontraindikasi
bagi ibu hamil maupun menyusui, anak usia dibawah 5 tahun atau 15 kg serta
pasien yang alergi terhadap ivermectin dan gangguan sistem saraf pusat.16,38
Dosis ivermectin 0,2 mg/kgBB dalam dosis tunggal.16,17 Pengobatan dapat
diulang setelah 1-2 minggu.17
18
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang timbul adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh
garukan.17 Bakteri yang menginfeksi jejas pada kulit diantaranya Streptococcus
pyogenes, dapat berkembang menjadi glomerulonefritis.17,38
Pada bayi telah dilaporkan di Gambia, kemungkinan adanya hubungan
skabies dengan bakterial sepsis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus
20
tetapi untuk saat ini belum dapat dibuktikan lebih lanjut.17 Infeksi bakteri
sekunder harus diobati dengan antibiotik.16
Limfangitis dan septikemis telah dilaporkan pada crusted scabies.38
Infestasi skabies juga dapat memicu terjadi pemfigoid bulosa. 38
2.1.9 Pencegahan
Untuk memutus rantai transmisi skabies, media yang dapat menjadi
transmisi tidak langsung seperti pakaian, seprai, dan lain-lain harus dicuci
menggunakan air panas diatas 50oC selama 10 menit.17,27
Jika tidak dapat dilakukan, maka pakaian, seprai dan lain-lain serta bahan
yang tidak dapat dicuci seperti kasur ditempatkan pada suhu yang panas selama
20 menit atau dimasukkan kedalam plastik selama 5-7 hari minggu.27
2.1.10 Prognosis
Syarat keberhasilan untuk pengobatan skabies adalah sebagai berikut.11
1. Diagnosis yang tepat.
2. Eliminasi tungau menggunakan anti-skabies dengan aplikasi yang tepat.
3. Pengobatan untuk gejala klinis.
4. Pengobatan untuk infeksi sekunder jika ada.
Salep 3-6 terdiri atas campuran asam salisilat 3% dan sulfur 6%. Obat ini
telah dipakai sejak dahulu untuk mengobati skabies. 16
pengobatan halus dan veruka.39 Asam salisilat tidak digunakan untuk sistemik
karena dapat menyebabkan efek iritasi yang parah pada mukosa saluran cerna dan
jaringan lain.28 Konsentrasi yang tinggi yaitu diatas 20% dapat memberikan efek
terbakar pada kulit sehingga penggunaan obat yang berlebihan dapat
menyebabkan nekrosis pada jaringan normal.28
Asam salisilat diabsorpsi secara cepat pada kulit, khususnya jika
diaplikasikan dalam bentuk salep.29 Efek samping dari asam salisilat adalah iritasi
ringan dan dermatitis kontak, sedangkan pemakaian luas dapat mengakibatkan
gejala seperti keracunan asam salisilat sistemik. 30 Gejala keracunan asam salisilat
diantaranya mual, muntah, rasa tidak enak di epigastrium, tinnitus, gangguan
pendengaran, berkeringat, vasodilatasi perifer, takipneu dan hiperpneu.31
2.2.2 Sulfur
Sulfur atau Belerang adalah unsur kimia yang berbentuk zat padat kristal
kuning.30 Di alam, belerang ditemukan sebagai unsur murni atau mineral sulfida
dan sulfat.30 Belerang dapat berbentuk serbuk kering, cairan, kristal, padatan dan
gas.30 Sulfur murni tidak berbau, tetapi dalam bentuk hidrogen sulfida bau seperti
telur busuk.30 Yang digunakan ialah sulfur yang terhalus, yaitu sulfur
presipitatum (belerang endap) berupa bubuk kuning kehijauan. 39
Sulfur bersifat antiseboroik, antiakne, antiskabies, antibakteri positif-
Gram, dan anti jamur.39 Biasanya dipakai dalam konsentrasi 4%-20%.39 Sulfur
topikal 5-10% dalam bentuk salep digunakan sebagai pengobatan skabies. 32
Mekanisme kerja sulfur topikal dengan cara membentuk hidrogen sulfida
dan/atau asam polithionik yang mendesak aktivitas germisida (zat pembunuh
mikroorganisme) dan toksik bagi Sarcoptes scabiei.32
Sulfur presipitatum dalam sabun terkandung sulfur 10% dan dapat
dikombinasikan dengan asam salisilat dengan kandungan sulfur 10%, asam
salisilat 3%.30 Sabun sulfur digosokkan dengan lembut pada seluruh tubuh
terutama yang terdapat lesi sampai berbusa selama 3-5 menit.37 Kemudian bilas
secara menyeluruh menggunakan air hangat.37 Pemakaian sabun diulang kembali
dan bilas.37 Sabun sulfur 10% digunakan 2 kali sehari setiap mandi.37 Pada
sebuah penelitian uji klinis produk salep oleh Alebiosu dkk di Nigeria (2003),
observasi dilakukan pada minggu ke-6 setelah diberikan pengobatan kombinasi
23
salep sulfur dan sabun non sulfur.7 Sabun sulfur disimpan pada suhu antara 15o-
30oC.37 Salep sulfur dikombinasikan dengan asam salisilat dengan perbandingan
1:2. Salep 3-6 terdiri dari 3% asam salisilat dan 6% sulfur, lebih dipilih. 12,16
Sebelum memakai salep, bersihkan seluruh tubuh dengan sabun dan air dan
keringkan.37 Salep sulfur dioleskan secara lembut di seluruh tubuh mulai dari
leher kebawah sebelum tidur selama 3 hari.12,16,25,26,37 Salep sulfur dihapus dengan
mandi setelah 24 jam pemakaian salep terkahir, kemudian salep dioleskan
kembali.25,37 Penyimpanan salep sulfur pada keadaan tertutup dengan suhu 15 o-
30oC dan hindari terjadi pembekuan.37
Pada penelitian Moh.Amer (1981) terhadap 22 bayi yang diberi
pengobatan salep sulfur 5% didapatkan angka kesembuhan klinis sebanyak 15
orang (68,2%) pada follow up 1 dan 18 orang (81,8%) pada follow up 2.6
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Eka (2004) terhadap 16 santri
dari 3 pondok pesantren di wilayah Kabupaten Kendal menggunakan salep sulfur
2-4, didapatkan angka kesembuhan klinis sebanyak 2 orang (12,5%) pada follow
up 1, 11 orang (68,8%) pada follow up 2, dan 14 orang (87,5%) pada follow up
3.15
24
Sabun sulfur Sabun sulfur 10% Aplikasikan sabun Catatan harian 1. Ya Nominal
10% merupakan terapi sulfur tiap mandi pemakaian 2. Tidak
topikal dalam pagi dan sore 3-5 sabun sulfur Kriteria :
sediaan sabun menit selama 6 1. Ya :
yang mengandung minggu.7,37 Sabun sulfur
10% sulfur.37 diaplikasikan sesuai
arahan
2. Tidak :
Sabun sulfur tidak
atau kurang lengkap
diaplikasikannya
26
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi penelitian adalah santri dari Pondok Pesantren Ummul Qura yang
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Sampel penelitian yang diambil
sebanyak jumlah perhitungan sampel.
√ √
√ √
Keterangan
n = jumlah sampel tiap kelompok
Zα = derivat baku alfa 1-arah 5% = 1,64
27
28
P =
Q = 1- P = 1- 0,79 = 0,21
3.4 Variabel
3.5.1 Alat
Hand schoen
Kaca pembesar
Senter
Kamera
Catatan harian pemakaian obat
3.5.2 Bahan
Salep 3-6
Sabun sulfur 10% yaitu Sabun JF Sulfur®
Sabun non-sulfur dan non-antiseptik yaitu Sabun Giv®
Pada penelitian ini dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kulit pada
240 santri Pondok Pesantren Ummul Qura, didapatkan 44 santri skabies dengan 20
santri skabies dengan infeksi sekunder dan 24 santri skabies tanpa infeksi
sekunder. Berdasarkan pengambilan sampel dengan consecutive sampling serta
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan 24 santri memenuhi kriteria
tersebut sebagai sampel penelitian. Jumlah sampel tidak sesuai dengan perhitungan
besar sampel yaitu 52 orang. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu penelitian dan
kejadian skabies saat pengambilan sampel di Pondok Pesantren Ummul Qura
sedikit.
Dari 24 santri sampel penelitian dilakukan alokasi sampel menggunakan
random sampling sehingga didapatkan 13 santri diberikan pengobatan kombinasi
salep 3-6 dan sabun sulfur dan 11 santri diberikan pengobatan salep 3-6 tunggal.
Sebagai parameter kesembuhan klinis digunakan kontrol positif dan
kontrol negatif dengan jumlah kontrol masing-masing 1 orang yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Kontrol positif diberikan pengobatan dengan obat
standar yaitu permetrin 5% dan di evaluasi 1 minggu berikutnya. Hasil evaluasi
pengobatan permetrin 5% didapatkan hasil sesuai panduan praktik klinik
departemen penyakit kulit dan kelamin RSCM tahun 2012 yaitu tidak terdapat lesi
baru, papul dan vesikel menghilang >80%. Sedangkan kontrol negatif tidak
diberikan pengobatan skabies apapun dan didapatkan hasil tidak ada perbaikan
rasa gatal dan lesi kulit setelah evaluasi 1 minggu berikutnya.
33
34
pakaian bersama berhubungan dengan kejadian skabies.19 Pada penelitian Suci dkk
(2013) menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kejadian skabies dengan
personal hygiene (p<0,05).18
berusia 13 tahun sebesar 26,8% diikuti usia 16 tahun sebesar 20,3% , usia 14 tahun
18,1% dan usia 15 tahun 13,8%.18 Penelitian yang dilakukan oleh Nanda (2014)
terdapat hubungan antara umur dengan kejadian skabies. Penelitian tersebut
menunjukkan semakin umur responden mendekati remaja mempunyai risiko
terkena skabies (OR=2,263).20
Hasil ini sesuai dengan teori prevalensi skabies tertinggi adalah anak-anak
sampai remaja, kemudian menurun pada kelompok dewasa muda, dan meningkat
kembali pada lansia.17
Uji klinis yang dilakukan hanya pada 24 santri yang skabies dikarenakan
20 santri skabies yang lain sudah mengalami infeksi sekunder. Jumlah responden
dengan alokasi random sampling adalah kelompok I yang diberikan pengobatan
kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% sebanyak 13 santri dan kelompok II
yang diberikan pengobatan salep 3-6 tunggal sebanyak 11 santri.
Penentuan uji klinis sembuh dan tidak sembuh pada santri yang skabies
berdasarkan parameter kontrol positif dan kontrol negatif yang diberikan
pengobatan obat standar yaitu permetrin. Hasil uji klinis penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.56 Uji beda kesembuhan pada kedua kelompok penelitian.
Sembuh Tidak Sembuh
Kelompok
Follow up Presentase Presentase P
Perlakuaan Frekuensi Frekuensi
(%) (%)
80%.40 Hasil angka kesembuhan klinis pada penelitian ini didapatkan kelompok
dengan perlakuan kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% pada follow up 1
sebanyak 11 santri (84,6%), follow up 2 sebanyak 13 santri (100%), dan follow up
3 sebanyak 10 santri (83,3%).
Angka kesembuhan klinis kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur pada
penelitian ini termasuk tinggi pada setiap follow up sesuai dengan uji klinis produk
salep di Nigeria (2003) oleh Alebiosu dkk pada 12 penderita skabies
mengaplikasikan kombinasi salep Sulfur BP dengan sabun non sulfur selama 6
minggu, didapatkan hasil sebanyak 100% penderita sembuh.7
Hasil angka kesembuhan klinis kelompok dengan perlakuan salep 3-6
tunggal pada penelitian ini menunjukkan pada follow up 1 sebanyak 11 santri
(100%), follow up 2 sebanyak 11 santri (100%) dan follow up 3 sebanyak 9 santri
(75,0%). Angka kesembuhan klinis salep 3-6 tunggal juga termasuk tinggi.
Sedangkan pada penelitian Moh.Amer (1981) terhadap 22 bayi yang diberi
pengobatan salep sulfur 5% didapatkan angka kesembuhan klinis sebanyak 15
orang (68,2%) pada follow up 1 dan 18 orang (81,8%) pada follow up 2.6 Pada
penelitian yang dilakukan oleh Eka (2004) terhadap 16 santri dari 3 pondok
pesantren di wilayah Kabupaten Kendal menggunakan salep sulfur 2-4 selama 3
hari berturut-turut dengan observasi selama 3 minggu, didapatkan angka
kesembuhan klinis sebanyak 2 orang (12,5%) pada follow up 1, 11 orang (68,8%)
pada follow up 2, dan 14 orang (87,5%) pada follow up 3.15
Selisih perbedaan kesembuhan pada kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur
10% dengan salep 3-6 tunggal yang kecil kemungkinan disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut.
1. Jumlah sampel sedikit dan waktu penelitian yang kurang sehingga
hasil perbandingan proporsi kesembuhan antar kedua kelompok
menjadi tidak bermakna secara statistik (p>0,05).
2 Efektivitas sabun sulfur baru dapat dinilai dengan waktu observasi
yang lebih lama. Pada sebuah penelitian uji klinis produk salep oleh
Alebiosu dkk di Nigeria (2003), observasi dilakukan pada minggu ke-
6 setelah diberikan pengobatan kombinasi salep sulfur dan sabun non
40
80 84,6 83,3
75
60
salep 3-6 dan sabun sulfur
40
salep 3-6
20
0
Follow up 1 Follow up 2 Follow up 3
Follow up minggu ke-
Dari uji Fisher’s Exact antara kelompok kombinasi salep 3-6 dan sabun
sulfur dengan kelompok salep 3-6 tunggal didapatkan pada follow up 1 nilai
p=0,283 dan follow up 3 nilai p=0,585 yang berarti tidak terdapat perbedaan
bermakna proporsi kesembuhan antar kelompok serta pada follow up 2 proporsi
kesembuhan antar kelompok konstan 100% sehingga uji statistik tidak dapat
dilakukan. Hal ini juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan.
Berdasarkan jumlah santri yang sembuh pada follow up 1, kelompok
kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% sebesar 84,6% sedangkan kelompok
salep 3-6 tunggal sebesar 100%. Demikian juga pada follow up 2, jumlah santri
yang sembuh pada kelompok kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% sebesar
100% dan kelompok salep 3-6 tunggal sebanyak 100%. Sedangkan pada follow up
3, kelompok kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% sebesar 83,3% dan
kelompok salep 3-6 tunggal sebesar 75%. Hal ini menunjukkan bahwa baik
kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% maupun salep 3-6 tunggal efektif dalam
mengobati skabies karena tidak terdapat perbedaan efektivitas pengobatan yang
41
5.1 Kesimpulan
43
44
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
12. Ronny PH. Skabies. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010.
13. GR Scott. European Guideline for The Magement of Scabies. Int J STD
AIDS. 2011 Jun;22(6):301-3.
14. CDC. Scabies. 2010. Available from: http://www.cdc.gov.
15. Eka NC. Uji Banding Efektifitas Krim Permetrin 5% dan Salep 2-4 Pada
Pengobatan Skabies[Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2004.
16. K Karthikeyan. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgrad Med J
2005;81:7-11.
17. RJ Hay, AC Steer, D Engelman, S Walton. Scabies In The Developing
World – Its Prevalence, Complications, And Management. Clin Microbiol
Infect 2012; 18:313-23.
18. Suci CA, Rima S, Gayatri. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian
Skabies Di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pecah,
Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan
Andalas,2013;2(3):164-7. Diakses pada tanggal 6 Juni 2015 dari
http://www.jurnal.fk.unand.ac.id.
19. Riris NR. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan dan Perilaku dengan
Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta[Skripsi].
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2010.
20. Nanda IWH. Hubungan Karakteristik, Faktor Lingkungan dan Perilaku
Dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Darul Amanah Desa
Kabunan Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. 2014. Diakses pada
tanggal 6 Juni 2015 dari http://www.eprints.dinus.ac.id.
21. Megan B. Scabies. Medscape. Diakses pada tanggal 19 Juni 2015 dari
http://www.medscape.com.
22. Karnen GB. Imunologi Dasar. Edisi 9. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2010.
h.380-95.
23. Kumar, Abbas, Fausto. Robins and Cotran: Pathologic Basis of Disease.
Ed.7. China: Elsevier Saunders;2005.
24. Abbas AK, Lichtman AH. Basic Immunology. Ed. 3. Elsevier
Saunders;2009. h.201-7.
47
Lampiran 1
Surat Permohonan EthicalApproval Penelitian
50
Lampiran 2
Tanda terima Permohonan Ethical Approval Penelitian
51
Lampiran 3
Surat Permohonan Izin Penelitian
52
Lampiran 4
Pemberian Informasi Penelitian
53
Lampiran 5
Informed Consent
54
(lanjutan)
55
(lanjutan)
56
Lampiran 6
Dokumentasi Follow Up
Kontrol Negatif
57
(Lanjutan)
Sampel 2
58
Lampiran 7
Hasil Uji Statistik
FOLLOW UP 1 Total
Sembuh Tidak
Sembuh
Count 11 2 13
Salep 3-6 dan
% within KELOMPOK
sabun sulfur 84.6% 15.4% 100.0%
KELOMPOK PERLAKUAN
PERLAKUAN Count 11 0 11
Salep 3-6
% within KELOMPOK
tunggal 100.0% 0.0% 100.0%
PERLAKUAN
Count 22 2 24
Total % within KELOMPOK
91.7% 8.3% 100.0%
PERLAKUAN
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .92.
b. Computed only for a 2x2 table
59
(lanjutan)
KELOMPOK PERLAKUAN * FOLLOW UP 2 Crosstabulation
FOLLOW UP 2 Total
Sembuh
Count 13 13
Salep 3-6 dan
% within KELOMPOK
sabun sulfur 100.0% 100.0%
KELOMPOK PERLAKUAN
PERLAKUAN Count 11 11
Salep 3-6 tunggal % within KELOMPOK
100.0% 100.0%
PERLAKUAN
Count 24 24
Total % within KELOMPOK
100.0% 100.0%
PERLAKUAN
Chi-Square Tests
Value
a
Pearson Chi-Square .
N of Valid Cases 24
FOLLOW UP 3 Total
Sembuh Tidak
Sembuh
Count 10 3 13
Salep 3-6 dan
% within KELOMPOK
sabun sulfur 76.9% 23.1% 100.0%
KELOMPOK PERLAKUAN
PERLAKUAN Count 9 2 11
Salep 3-6
% within KELOMPOK
tunggal 81.8% 18.2% 100.0%
PERLAKUAN
Count 19 5 24
Total % within KELOMPOK
79.2% 20.8% 100.0%
PERLAKUAN
60
(lanjutan)
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.29.
b. Computed only for a 2x2 table
61
Lampiran 8
Riwayat Hidup Penulis
PERSONAL DATA
RIWAYAT PENDIDIKAN
1998-2000 : TK Nur Al-Hidayah Tebet Barat, Jakarta
2000-2003 : SD Negeri 06 Petang Tebet Barat, Jakarta
2003-2005 : SD Negeri 01 Pagi Menteng Atas, Jakarta
2005-2006 : SD Negeri 07 Pagi Pengadegan, Jakarta
2006-2009 : SMP Islam Nurul Fikri Boarding School Serang, Banten
2009-2010 : SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang, Banten
2010-2012 : SMA Negeri 06 Depok
2012-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta