LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM Tptpie Ay
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM Tptpie Ay
Oleh :
AGROTEKNOLOGI –A
KELOMPOK 5
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKAN
ASISTEN
Akhirnya, semoga laporan ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi
kita semua dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan bersama.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, namun manusia hanya
berusaha untuk mendekati keempurnaan, masukan dari pembaca sangat berarti
bagi penulis dalam upaya untuk mendekati kesempurnaan. Sekali lagi terimakasih.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………
DAFTAR TABEL…………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………..
1.2 Tujuan……………………………………………….
1.3 Hipotesis…………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2.1 Karet
2.2.1 Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia,
sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan
produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi
budidayanya (Anwar, 2001).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh
lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Beberapa pohon karet ada
kecondongan arah tumbuh agak miring. Batang tanaman ini mengandung getah
yang dikenal dengan naman lateks (Setiawan dan Andoko, 2000).
2. Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam,
Syam. 2009.).
3. Ketinggian Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut
tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).
4. Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang
dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klon-klon
tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah
kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi. 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati
penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya trik-trik khusus
untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan
petak-petak guludan tanam, jarak tanam dalam barisan agar lebih diperapat.
Metode ini dipakai berguna untuk memecah terpaan angin (Deptan. 2006.).
5. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan
sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995). Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan
syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada
tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik
terutama struktur,btekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya,
tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah.
Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan
aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 – pH 8,0 tetapi tidak
sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman
karet pada umumnya antara lain :
Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
Kemiringan tanah < 16% dan
Permukaan air tanah < 100 cm
2.1.2 Pembibitan Karet
1. Persiapan lahan pembibitan
Lahan harus sudah bersih, dan lengkap dengan instalasi air dan jalan
sebelum penanaman kecambah di lakukan. Supaya mudah dalam perawatan dan
transportasi. Lahan yang di siapkan untuk pembibitan yaitu 5x15 meter
2. Pembuatan bedengan dan naungan
Dalam pembuatan bedengan untuk pembibitan di buat dengan arah
memanjang dari barat ke timur, panjang bedengan di sesuaikan dengan lahan
sedangkan lebar bedengan 1,2 meter. Jarak antara bedengan 0,6 – 1,0 meter yang
bertujuan untuk mempermudah perawatan kelapa sawit. Tiap bedengan di buat
palang kayu pada tepi bedengan yang berfungsi untuk menahan polybag supaya
tidak roboh. Naungan di buat untuk melindungi bibit dari factor seperti hujan,
Pembuatan naungan dalam pembibitan pre nursery tidak mutlak dan dapat di
tiadakan apabila penyiraman terjain baik dan teratur, Itu berarti naungan hanya di
rekomendasikan apabila penyiraman tidak terjamin dan kurang baik
pelaksanaanya. Bahan yang di gunakan untuk atap naungan dapat menggunakan
daun kelapa sawit atau paranet, tinggi atap 2 meter.
4. Pengisian Polibag
Polibag diisi dengan top soil yang telah di siapkan, Plibag yang digunakan
yaitu plibag yang berukuran 15 x 23 cm dengan ketebalan 0,1 mmberwarna hitam
dan memiliki lubang draenase, Polybag diisi dengan tanah sampai ¾ bagian dari
polibag tersebut, kemudian polibag di susun pada bedengan yang telah di siapkan.
6. Penanaman Kecambah
Sebelum bibit di tanam di polybag perlu dilakukan sortasi bibit dengan
cara di rendam pada air dengan kreteria ¾ bagian benih yang tenggelam dalam air,
selain itu juga dapat di lakukan dengan cara memantulkan biji karet pada lantai,
biji yang terpantul itu adalah biji yang kita pilih untuk di tanam.
Cara penanaman benih karet :
a. Buat lubang pada polibag dengan menggunakan jari/ dapat langsung menekan
biji karet di permukaan tanah.
b. Tanah tidak boleh di padatkan.
7. Penyiraman
Penyiraman adalah salah satu perlakuan pemeliharaan yang terpenting dan
harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya terutama dalam pembibitan.
Penyiraman bibit dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Bila pada malam hari
turun hujan > 8 mm, maka besok paginya tidak perlu disiram. Kebutuhan air
adalah 0,2 - 0,3 liter per poly bag per hari. Penyiraman dilakukan dengan
menggunakan selang air yang dilengkapi dengan kepala gembor di ujungnya,
sehingga tidak terjadi erosi pada permukaan tanah babybag, Penyiraman dapat
juga dilakukan dengan gembor dan persediaan air diambil dari drum yang
ditempatkan pada pembibitan.
8. Pemupukan
Pemupukan dalam pembibitan perlu dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan unsure hara pada tanah di dalam polybag. Pupuk yang di gunakan yaitu
NPK dengan dosis 5 gram / polybag.
2.1.3 Okulasi
Okulasi adalah salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif
dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang
dapat bergabung( Kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang
baik dari setiap komponen sehingga di peroleh perumbuhan dan produksi yang
baik.Prinsip okulasi sama yaitu penggabungan batang bawah dengan batang atas,
yang berbeda adalah umur batang bawah dan batang atas yang digunakan
sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai keberhasilan okulasi. Kebaikan
yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang
baik, sedang dari batang atas adalah produksi Latex yang baik. Bila bibit yang di
okulasi ini di tumbuhkan dilapangan dikatakan tanaman okulasi sedangkan
tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai.
· Mata okulasi di ambil dari kayu yang sehat, segar dan kulitnya mudah
terkulupas, berupa mata sisik dan mata daun
· Mata di ambil bersama dengan kulit batang, lapisan kayu dibawah mat
diikutkan sedikit.
· Ukuran sayatan sedikit lebih kecil dari ukuran jendela
· Cara melepaskan perisai, kayu di tarik pelan – pelan hingga mata tetap
menempel pada kulit.
· Perisai okulasi harus bersih
· Lapisan kambium tidak boleh kena tangan atau kotoran
· Harus cepat di tempelkan pada jendela
· Tanda mata daun dan mata sisik terletak jauh dari bekas kaki daun yang telah
gugur.
5. Memotong / Menyerong
2.1.4 Penyadapan
Penyadapan merupakan suatu tinndakan pembukaan pembuluh lateks, agar
lateks yang terdapat didalam tanaman karet luar. Cara penyadapan yang telah
dikenal luas adalah dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Sistem
penyadapan diharahpkan mampu menghasilkan lateks yang banyak, biayanya
rendah, dan tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman. Oleh karena itu
pelaksanaan penyadapan harus mengikuti aturan atau norma yang benar.
adalah sistem eksploitasi konvensional.
1.Umur Tanaman.
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap
pada umur 5 – 6 tahun. Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum siap
disadap walau umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat kondisi
lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman.
Sebenarnya Penyadapan karet dapat dilakukan pada usia kurang dari 5 tahun
dengan syarat kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan dengan sangat baik
sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Artinya umur tanaman karet
tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan matang sadap dan
hanya dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengukuran lilit batang .
2.2 Kakao
2.2.1 Tanaman Kakao
Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan. Dengan tempat tumbuhnya
di hutan hujan tropis, tanaman kakao telah menjadi bagian dari kebudayaan
masyarakat selama 2000 tahun. Nama latin tanaman kakao adalah Theobroma
Cacao yang berarti makanan untuk Tuhan.
Masyarakat Aztec dan Mayans di Amerika Tengah telah membudidayakan
tanaman kakao sejak lama, yaitu sebelum kedatangan orang-orang Eropa. Orang-
orang Indian Mesoamerikalah yang pertama kali menciptakan minuman dari
serbuk coklat yang dicampur dengan air dan kemudian diberi perasa seperti:
merica, vanili, dan rempah-rempah lainnya. Minuman ini merupakan minuman
spesial yang biasanya dipersembahkan untuk pemerintahan Mayan dan untuk
upacara-upacara spesial.
Masyarakat Mayan menggunakan biji kakao sebagai mata uang (sebagai alat
pembayaran).
Pada abad ke-16 sesuai riwayat orang Spanyol seekor kelinci seharga 10
buah kakao dan seekor anak keledai seharga 50 buah kakao.
Masyarakat Spanyol belajar tentang kakao dari masyarakat Indian Aztec pada
tahun 1500-an dan mereka kembali ke Eropa dengan membawa makanan baru
yang menggoda ini. Di Spanyo, kakao adalah minuman yang dipersembahkan
hanya untuk raja. Mereka meminumnya selagi masih panas dengan diberi rasa
gula dan madu. Secara perlahan tetapi pasti kakao berkembang ke kerajaan-
kerajaan di Eropa dan pada abad ke-17 kakao menjadi persembahan khusus untuk
masyarakat kelas atas.
Morfologi Tanaman Kakao
Tanaman kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong
dalam kelompok tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah
pada batang dan cabang. Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua
bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian
generatif yang meliputi bunga dan buah (Siregar at al., 1989).
1. Akar.
Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria).
Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah
bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya
tidak membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak
jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar
jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang
menyerupai akar tunggang. Pada kecambah yang telah berumur 1 – 2 minggu
terdapat akar-akar cabang (Radik lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya
akar-akar rambut (Fibrilla) dengan jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung
akar ini terdapat bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar (Calyptra). Bulu akar
inilah yang berfungsi menyerap larutan dan garam-garam tanah. Diameter bulu
akar hanya 10 mikro dan panjang maksimum hanya 1 milimeter.
2. Batang
Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji
akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak
pertumbuhan cabang-cabang primer disebut jorquette, dengan ketinggian yang
ideal 1,2 – 1,5 meter dari permukaan tanah dan jorquette ini tidak terdapat pada
kakao yang diperbanyak secara vegetatif. Ditinjau dari segi pertumbuhannya,
cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh kearah atas dan samping. Cabang
yang tumbuh kearah atas disebut cabang Orthotrop dan cabang yang tumbuh
kearah samping disebut dengan Plagiotrop. Dari batang dan kedua jenis cabang
tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak menyerap energi,
sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan
(Siregar et al., 1989).
3. Bunga
Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx)
sebanyak 5 helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter
bunga 1,5 centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4
centimeter (Siregar et al., 1989). Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan
ramiflora, artinya bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau
cabang, dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder (Ginting,
1975). Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga
sebanyak 6000 – 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar lima persen yang dapat
menjadi buah (Siregar et al., 1989).
4. Buah
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit
buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 cm (Siregar et al., 1989).
Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta panjangnya sekitar
10–30 cm, umumnya ada tiga macam warna buah kakao, yaitu hijau muda sampai
hijau tua, waktu muda dan menjadi kuning setelah masak, warna merah serta
campuran antara merah dan hijau. Buah ini akan masak 5 – 6 bulan setelah
terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 cm disebut
cherelle (pentil). Buah ini sering sekali mengalami pengeringan (cherellewilt)
sebagai gejala spesifik dari tanaman kakao.
2. Curah Hujan
Curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman dan produksi kakao
ialah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa
pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah
daerah-daerah dengan curah hujan 1.100-3.000 mm per tahun. Curah hujan yang
melebihi 4.500 mm per tahun tampakya berkaitan erat dengan serangan penyakit
busuk buah (blask pods). Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm
per tahun masih dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi (Rizaldi,
2003).
Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar dari
pada air yang diterima tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman harus dipasok
dengan air irigasi. Di tinjau dari tipe iklimnya, kakao sangat ideal ditanam pada
daerah-daerah yang tipenya iklim Am (menurut Koppen) atau B (menurut Scmidt
dan Fergusson). Di daerah-daerah yang tipe iklimnya C menurut (Scmidt dan
Fergusson) kurang baik untuk penanaman kakao karena bulan keringnya yang
panjang. Dengan membandingkan curah hujan diatas dengan curah hujan tipe
Asia, Ekuator dan Jawa maka secara umum areal penanaman kakao di Indonesia
masih potensial untuk dikembangkan. Adanya pola penyebab curah hujan yang
tetap akan mengakibatkan pola panen yang tetap pula (Anonimus, 2013).
3. Suhu
Temperatur Pengaruh temperatur terhadap kakao erat kaitannya dengan
ketersedian air, sinar matahari dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut dapat
dikelola melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi.
Temperatur sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan, serta
kerusakan daun. Menurut hasil penelitian, temperatur ideal bagi tanaman kakao
adalah 300C - 320C (maksimum) dan 180C-210C (minimum). Kakao juga dapat
tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15o C perbulan. Temperatur ideal
lainnya dengan distribusi tahunan 16,60C masih baik untuk pertumbuhan kakao
asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang (Dermawan, 2013).
Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia temperatur 250-260 C merupakan
temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor terbatas. Karena itu daerah-daerah
tersebut sangat cocok jika ditanami kakao. Temperatur yang lebih rendah 100 C
dari yang dituntut tanaman kakao akan mengakibatkan gugur daun dan
mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang Rizaldi, 2003).
4. Intensitas Cahaya Matahari
Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan
mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek.
Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk
mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapain indeks luas daun optimum. Kakao
tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah
(Anonimus, 2013).
Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk
sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya didalam
fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30
persen cahaya matahari atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini
berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya matahari
yang diterima lebih banyak (Dermawan, 2013).
5. Tanah
Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan kimia dan
fisik yang berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kakao terpenuhi.
Kemasaman tanah, kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan
kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sementara faktor
fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukan air tanah, drainse, struktur dan
konsesntensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao.
Cokelat dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan fisik
dan kimia yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi cokelat terpenuhi.
Tanaman cokelat dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki
kemasaman (pH) 6 – 7,5, tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4.
(Asia, 2006).
6. Ketinggian tempat
Ketinggian tempat Ketinggian tempat di Indonesia yang ideal untuk
penanaman kakao adalah tidak lebih tinggi dari 800 m dari permukaan
laut.Ditinjau dari wilayah penanamannya kakao ditanam pada daerah-daerah yang
berada pada 10o LU sampai dengan 10o LS. Walaupun demikian penyebaran
pertanaman kakao secara umum berada diantara 7oLU sampai 18oLS. Hal ini erat
kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari
sepanjang tahun. Kakao juga masih toleran pada daerah 20o LU sampai 20o LS.
Dengan demikian Indonesia yang berada pada 5o LU sampai dengan 10o
LS masih sesuai untuk pertanaman kakao (Franky, 2011). Ketinggian tempat pada
suatu daerah juga berpengaruh terhadap suhu dan tempuratur pada daerah
tersebut. Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian
akan gugur. Pembungaan akan lebih baik jika berlangsung pada temperatur 230 C.
Demikian juga tempertur 26oC pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya
terhadap pembungaan dari pada temperatur 23o-300 C (Franky, 2011).
· Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera
dikecambahkan
· Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan
naungan sementara sudah berumur 1 tahun
· Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya
tumpang sari dengan pohon kelapa
· Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat
pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush).
A. Pemangkasan bentuk
Pemangkasan bentuk mulai dilakukan pada saat tanaman muda berumur 8
– 12 bulan dan telah tumbuh jorket. Cabang yang lemah dibuang dan
mempertahankan 3 – 4 cabang yang simetris terhadap batang utama, kukuh, sehat
dan mengarah ke atas membentuk sudut 450. Cabang-cabang utama yang dipilih
hendaknya sudah mengayu dan daun flush sudah agak tua. Panjang cabang sekitar
30 - 40 cm. Cabang utama yang membentuk mendatar perlu dibantu agar
membentuk sudut 450 dengan cara diikat dengan tali. Lamanya pengikatan sekitar
3 - 4 minggu.
Ketinggian jorket yang ideal adalah 120 - 150 cm, apabila tumbuhnya
kurang dari 120 cm , maka batang utama dapat dipotong setinggi 80 cm agar
tumbuh tunas air (chupon) yang baru dan membentuk jorket yang lebih tinggi.
Demikian pula apabila jorket lebih dari 150 cm, batang utama dapat dipotong
setinggi 80 cm dan chupon yang tumbuh dipelihara sampai membentuk jorket
yang baik.
Untuk tanaman yang lemah dan bengkok, chupon yang tumbuh dipelihara
sampai terbentuk jorket yang memenuhi syarat. Kemudian batang yang lemah
atau bengkok tersebut dipotong. Cara memotongnya sekitar 5 cm dari chupon
yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam. Sedangkan bekas luka dapat
ditutup dengan obat penutup luka misalnya TB 192, Ter, dan sebagainya. Ketika
tanaman kakao berumur 18 - 24 bulan cabang-cabang sekunder sejauh 30 - 60 cm
dari jourquette (percabangan) dibuang. Percabangan yang terbentuk 15 - 25 cm
dari pangkal cabang sekunder juga dibuang. Pemangkasan juga dilakukan untuk
mengatur cabang-cabang sekunder agar tidak terlalu rapat satu sama lain dan
memotong cabang-cabang yang tumbuh meninggi. Upayakan agar tanaman kakao
tingginya selalu terjaga yaitu 300 - 400 cm. Pemangkasan juga perlu dilakukan
terhadap cabang primer yang tumbuhnya lebih dari 150 cm. Pemangkasan bentuk
ini dilaksanakan dengan selang waktu dua bulan sekali selama masa tanaman
kakao belum menghasilkan.
B. Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharan pada tanaman kakao bertujuan untuk
mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk baik, mengatur
penyebaran daun produktif, merangsang pembentukan daun baru, bunga dan buah,
serta terhindar dari hama dan penyakit. Pemangkasan dilakukan dengan
mengurangi sebagian daun yang rimbun pada tajuk tanaman dengan cara
memotong ranting-ranting yang terlindung dan menaungi. Memotong cabang
yang ujungnya masuk ke dalam tajuk tanaman di dekatnya dan diameternya
kurang dari 2,5 cm. Mengurangi daun yang menggantung dan menghalangi aliran
udara di dalam kebun, sehingga cabang kembali terangkat. Pemangkasan ini
dilakukan secara ringan di sela-sela pemangkasan produksi dengan frekuensi 2-3
bulan. Juga dilakukan pemangkasan terhadap tunas air (chupon). Pemangkasan
tunas air atau juga disebut wiwilan bisa dilakukan secara manual menggunakan
tangan.
C. Pemangkasan Produksi
Pemangkasan produksi berkesinambungan dengan pemangkasan
pemeliharaan. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan produktivitas tanaman.
Pemangkasan produksi dilakukan dengan memangkas daun-daun agar tidak
terlalu rimbun sehingga sinar matahari bisa tersebar merata ke seluruh organ daun.
Dengan demikian, proses fisiologis terpenting dari tanaman, yaitu fotosintesis bisa
berjalan lancar sehingga sirkulasi makanan dari daun keseluruh organ tanaman
juga lancar. Tanamanpun akhirnya dapat berproduksi secara optimal.
Sasaran pemangkasan produksi adalah ranting-ranting atau cabang tertier
yang mendukung daun-daun tidak produktif, ranting-ranting yang sakit atau rusak
dan cabang cacing. Tunas-tunas air yang tumbuh dari pangkal cabang tertier dan
cabang sekunder pada jarak 15 - 25 cm dari pangkal cabang sekunder dipotong.
Ranting-ranting dengan daun yang terlindung atau kurang mendapat sinar
matahari juga harus dipotong. Cabang-cabang tertier yang yang terlalu subur juga
dibuang karena sering mengganggu keseimbangan pertumbuhan, demikian pula
cabang-cabang kecil yang akan masuk ke dalam tajuk tanaman tetangga atau di
dekatnya. Cabang yang menggantung ke bawah dikurangi daunnya agar tidak
menghambat sirkulasi udara dalam kebun.
b. Kakao
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
Pilih buah kakao yang telah memenuhi kriteria yang baik untuk
dijadikan sebagai benih
Ambil biji buah pada bagian tengahnya agar biji yang dijadikan
sebagai benih telah matang fisiologis
Kupas kulit biji menggunakan abu bakar sekam padi agar pulp
biji mudah terlepas
Benamkan biji pada media pasir yang telah disiapkan. Posisi
biji tersebut dengan posisi mata radikal terbenam ke media
tanam dengan kedalaman 2/3 dari biji tersebut
Amati perkecambahan dan pertumbuahan bibit
3.4.3 Penanaman
Penanaman karet dan kakao dilakukan pada sore hari. Pada
penanaman karet, dilakukan penanaman 100 biji per bedengan dengan
jarak tanam 15 x 15 cm. Penanaman dilakukan dengan pembuatan
lubang terlebih dahulu. Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke
tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit dalam polybag arah okulasi menghadap
Timur. Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah (sub-soil) dan
selanjutnya dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya, tanah dipadatkan
secara bertahap sehingga timbunan menjadi padat dan kompak, tidak ada rongga
udara dalam lubang tanam. Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga
permukaan rata dengan tanah di sekelilingnya.
Pada penanaman kakao, sama hal nya dengan karet. Hanya saja bibit kakao
ditanam 50 biji per bedengan. Dengan jarak tanam 9 x 9 cm. Penanaman benih
kakao dilakukan dengan jarak tanam sekitar 10 cm pada areal tanam, areal tanam
tersebut di lubangi lalu di beri pasir di dalamnya, sehingga penyemaian benih
kakao tersebut dengan mudah di lakukan dan dapat juga dengan muda
dipindahkan karena perakaran dari benih kakao tersebut mudah di caput dan tidak
menyebabkan akar terputus, penanaman benih ini harus dilakukan serentak agar
pertumbuhan tanaman kakao pada satu tempat akan sentak tingginya.
3.4.5 Perawatan
a. Karet
Pengendalian gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun
tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang‐alang,
Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk
mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan
umur tanaman.
Pemupukan
Lakukan pemupukan secara intensif pada tanaman baik pada kebun
persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan menggunakan pupuk
urea, TSP, dan KCL. Dosis pupuk disesuaikan dengan keadaan/jenis tanah.
Pemberantasan gulma
Hama-hama penting yang sering menyerang karet yaitu:
a. Pseudococcuscitri
Pengendaliannnya dengan menggunakan insektisida jenis Metamidofos,
dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,05 -0,1%.
b. Kutu Lak (Laeciper greeni) Dapat diberantas dengan insektisida
Albolinium (Konsentrasi2%) ditambah Surfactan citrowett 0,025%.
3.4.6 Okulasi
1. Membuat sayatan melintang miring selebar kurang lebih 1 cm pada pohon
pokok.
2. Melepaskan kulit batang bagian runcing sedikit dan dijepit antara pisau
dengan ibu jari, lalu ditarik ke bawah sepanjang kurang lebih 3 cm.
3. Memotong lidah kulit batang yang terbentuk kira-kira 2/3 bagian, sisanya
digunakan untuk menutup entres.
4. Mengambil entres dengan jalan sebagai berikut : pada 2 cm diatas mata entres
dikerat ke bawah dengan kayunya, panjang entres kira-kira 3 cm.
5. Memeriksa ada tidaknya mata tunas, mata entres kemudian dipasang.
Diusahakan bagian kulit batang dengan kulit mata temple menyambung dengan
benar.
6. Mengikat tempelan entres yang telah dipasang, dan diusahakan mata temple
tidak terkena air dari luar.
3.4.7 Penyadapan
1. Tinggi bukaan sadap, tinggi bukaan sadap adalah 130 cm diukur dari pertautan
okulasi sampai titik terendah alur sadap.
2 . Sudut sadapan, sudut sadapan 40o terhadap horizontal kemiringan alur sadap
mulai titik tertinggi di sebelah kiri atas samapai pada bagian terendah kanan
bawah.
3. Panjang irisan dan kedalaman sadap, panajang irisan sadapan maksimal adalah
½ spiral dengan kedalaman irisan sadapan diupayakan 1 – 1,5 mm dari kambium.,
karena pada posisi tersebut terdapat susunan jaringan lateks terbanyak dengan
harapan dapat menghasilkan lateks yang maksimal.
4. Bentuk alur dan arah sadap, bentuk alur sadap adalah ke arah bawah dan arah
sadap untuk SKB adalah ke arah bawah.
5. Konsumsi kulit, standart pemakaian kulit untuk setiap sistem sadap berbeda,
semakin jarang frekuensi sadapan konsumsi kulit per sadapan cenderung lebih
tebal.
3.4.8 Pemangkasan
1. Pemangkasan Daun
Untuk dapat memangkas daun tanaman karet, potonglah tangkai daun yang
terletak pada bagian payung paling atas, lalu sisakan tangkai daun sebanyak 3-4
lembar di posisi paling ujungnya. Waktu yang paling tepat untuk memangkas
daun adalah saat payung daun teratas masih berwarna kuning kemerahan sampai
hijau muda. Penghitungannya dimulai dari ketinggian 2,8 m di atas pertautan
batang okulasi.
2. Penyanggulan Tanaman
3. Pemenggalan Batang
Tahap ini dilakukan pada ketinggian tanaman karet sekitar 2,8-3 m dengan
posisi kurang lebih 5 cm di atas mahkota daun yang paling atas. Waktu yang
paling tepat untuk memenggal batang pohon karet yakni saat musim penghujan
dan menggunakan gunting pangkas yang tajam. Setelah cabang yang diharapkan
dari pemenggalan ini berhasil terbentuk, maka selanjutnya dilakukan penunasan
ringan pada cabang tersebut sehingga tajuk tanaman pun menjadi lebih seimbang.