Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

KABEL MARINE

Mata Kuliah : Listrik Perkapalan

Dosen Pengampu : Ir. Sardono Sarwito, M.Sc.

Disusun oleh :

Maulana Ahmad Razaq Payapo

04211740000062

DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


1. Konstruksi Kabel
Terdiri dari logam yang pada bagian luarnya dilapisi bahan isolator dan diikat dengan
selungkup atau sheating. Terkadang juga dilengkapi dengan armour.

Konduktor berfungsi untuk menghantarkan arus listrik. Sebagian besar menggunakan


bahan tembaga, biasanya dilapisi dengan logam tipis (timah), kemampuan hantar arus listrik
dapat dituliskan sebagai berikut :

Insulation (isolator) berfungsi memberi perlindungan pada konduktor agar tidak terjadi
hubungan pendek. Beberapa bahan yang biasanya digunakan sebagai isolator antara lain : 1.
Polivinyl Chloride (PVC). 2. Butyl Rubber. 3. Ethylene Propylene Rubber (EPR). 4. Polythene.
5. Cross-Linked Polyethylene (XLPE). 6. Silicone Rubber. 7. Mineral Insulation (MI).
Sheating berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap kabel, berupa perlindungan
terhadap beban mekanis, panas/api, cuaca, bahan kimiawi, minyak, atau memberi perlindungan
elektris.
Common sheating (Covering) merupakan sheating yang berada pada bagian luar dari
isolator-isolator pada kabel multicore, yang juga berfungsi menyatukan inti-inti tersebut.
Outer sheat merupakan sheating yang kadang ditambahkan pada lapisan terluar kabel
untuk menambah perlindungan terhadap kabel tersebut.
Armour memiliki merupakan sheating yang kadang ditambahkan pada lapisan terluar
kabel untuk menambah perlindungan terhadap kabel tersebut. Digunakan kabel-kabel baja
galvanis dengan diameter kecil yang dirajut untuk membentuk selungkup secara keseluruhan.

2. Penamaan Kabel

Penamaan kabel menggunakan standar JIS (Japan Industrial Standar).

𝑳 𝑺 𝑷 𝒀 𝑪 𝑺 𝟖

𝟏 𝟐 𝟑 𝟒 𝟓 𝟔 𝟕

Keterangan :

1. Tegangan Kerja

L . . . AC250V atau kurang, DC450V atau kurang.

H . . . AC660V atau kurang, DC1000V atau kurang

Pada kabel listrik biasanya tanda yang tertera langsung menunjukkan


tegangan kerjanya seperti 660V atau 250V

2. Jumlah Inti Kabel dan Fungsi Utama Kabel

S . . .Single Core for Lighting and Power

D . . . Double Core for Lighting and Power

T . . . Three Core for Lighting and Power

F . . . Four Core for Lighting and Power

M . . . Multicore for Control and Signal

TT . . . Telephone and Instrumentation

P . . . Portable and Flexible

F . . . Flame Retardant Type *


* Menunjukkan jenis kabel yang tahan panas (F- Flame Retardant Type)

3. Isolasi

P . . . EP Rubber (Ethylene Propylene)

SR . . .Silicone Rubber

Y . . .PVC

4. Selungkup Luar (Outer Covering)

Y . . . PVC Sheath (Polyvinylchloride Sheath)

N . . . PCP Sheath (Polychloroprene Sheath)

D . . . Braid

5. Armouring

C . . . Galvanized Steel Wire Braid

B . . . Copper Alloy Braid

6. Selungkup Pelindung (Protective Covering)

Y . . . PVC Protective Covering

S . . . Common Shield (semua inti kabel terlindungi lagi denga


shield braid menjadi satu)

-S . . . Individual Core or Pair Shield (masing-masing inti kabel


atau pasangan inti kabel terlindungi lagi dengan shield

E . . . Earth Wire

7. Menunjukkan luasan penghantar nominal atau jumlah inti dari kabel

i) Menunjukkan konduktor nominal (berlaku bagi kabel dengan jumlah


inti satu, dua, tiga, dan empat inti).
ii) Menunjukkan banyaknya jumlah inti konduktor (berlaku bagi kabel
dengan inti lebih dari empat (multicore).

3. Isolasi yang Digunakan untuk Kabel Marine


a. PVC

Bersifat termoplastik, memiliki batasan suhu operasional, jika suhu turun PVC akan
mengeras dan rapuh, penggunaan pada suhu tinggi akan menyebabkan kelenturan,
deformasi, dan penurunan panas bahan PVC.

b. BUTYL RUBBER
Dapat bekerja dengan baik pada suhu 80-85oC tanpa mengalami oksidasi yang
merugikan dibanding karet alami, memiliki sifat kelenturan mekanik lebih rendah
daripada karet alami, pada suhu rendah butyl rubber menjadi lebih keras, mudah
terbakar.

c. ETHYLENE PROPYLENE RUBBER


Merupakan bahan isolasi elastomeric yang merupakan campuran dari EPR polymer
biasa dengan berbagai macam bahan kimia, suhu maksimum sebesar 85 oC, memiliki
kekuatan tarik lebih baik sebagai tahanan untuk menyerap panas, memiliki batasan
suhu kerja maksimum.
d. POLYTHENE
Memiliki sifat isolasi yang bagus, faktor daya yang sangat rendah, cepat meleleh
pada titik sekitar 110 oC sehingga suhu kerja tidak boleh lebih dari 90 oC, mudah
terbakar.
e. CROSS LINKED POLYTHELENE (XLPE)

Digunakan untuk melapisi kabel daya pada bangunan lepas pantai dimana suhu
maksimum sama dengan EPR yaitu 90 oC, biasa digunakan pada tegangan normal,
harus dilapisi dengan bahan yang memperlambat nyala api.

f. SILICONE RUBBER
Memiliki tahanan yang besar pada suhu tinggi, dapat bekerja secara terus menerus
pada suhu sampai dengan 150 °C, silicone rubber sebagai isolasi dari kabel biasanya
dilapisi dengan anyaman fiberglass.

4. Penempatan Kabel Marine di Kapal


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penempatan kabel marine di kapal,
antara lain :
a. Jalur kabel harus ditentukan secara hati-hati dengan memperhatikan pengaruh
panas yang mampu diterima kabel serta kerusakan mekanis yang mungkin terjadi.
b. Jalur kabel harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga kabel tersebut mudah
dalam pengawasan dan perawatannya.
c. Kabel listrik kapal tidak boleh ditempatkan atau dilewatkan pada bagian/ daerah
dimana terdapat akumulasi air ataupun minyak .
d. Kabel listrik kapal tidak boleh ditempatkan atau dilewatkan dibawah permesinan
atau dibawah pelat lantai.
5. Cara menentukan spesifikasi kabel
Pemilihan spesifikasi kabel berdasarkan isolasinya ini disesuaikan dengan kondisi
dimana kabel tersebut dipasang. Hal ini untuk menghindari kerusakan isloasi. Dari segi
penggunaan kabel untuk tenaga dan penerangan berbeda dengan kabel untuk komunikasi
dan elektronik, dimana kabel untuk tenaga dan penerangan mempunyai isolasi yang lebih
tebal karena arus yang lewat relatif lebih besar. Pada daerah terbuka dimana kerusakan
mekanis dan korosi lebih besar terjadi diperlukan anyaman tembaga atau baja yang
digalvanis pada lapisan isolasinya. Pada daerah dengan temperatur tinggi diperlukan
isolasi PVC tahan panas. Untuk tahan terhadap minyak dan cuaca diperlukan isolasi karet
sintetik yaitu Neoprene dan lain lainnya. Didalam kabel terdapat bermacam-macam
jumlah urat, pemilihannya tergantung dari jumlah fasa dari peralatan yang membutuhkan
supply daya listrik.
6. Klasifikasi Kabel
Klasifikasi kabel menurut bahan isolasinya digolongkan dalam beberapa klas temperatur
kerja dan sifatnya. Dalam publikasi IEC no. 85 disebutkan tentang klas-klas ini, yaitu :
a. Isolasi klas Y
Jenis ini tersusun dari bahan atau kombinasi bahan seperti katun, sutera
dan kertas tanpa pelapisan lain. Bahan lain dapat dimasukkan dalam klas
ini jika dalam pengujian menunjukkan kemampuan seperti klas Y.
b. Isolasi klas A
Jenis ini tersusun dari bahan seperti katun, sutera dan kertas dengan
lapisan atau selubung yang dicelupkan dalam cairan dielektrik seperti
minyak. Bahan lain dapat dimasukkan dalam klas ini jika dalam pengujian
menunjukkan kemampuan seperti klas A.
c. Isolasi klas E
Jenis ini tersusun dari bahan atau kombinasi bahan yang berdasarkan
pengujian menunjukkan kemampuan operasi pada temperatur klas E
(mempunyai temperatur kerja 15° lebih tinggi dari klas A).
d. Isolasi klas B
Jenis ini tersusun dari bahan atau kombinasi bahan seperti mika,
fibreglass, asbestos dan lain lain. Dengan Lapisan atau selubung bahan
lain, tidak perlu bahan anorganik. Bahan bahan lain dapat dimasukkan
dalam klas ini jika menunjukkan temperatur kerja seperti klas B.
e. Isolasi klas F
Jenis ini tersusun dari bahan atau kombinasi bahan seperti mika,
fibreglass, asbestos dan lain lain. Dengan lapisan atau selubung bahan lain
dan tidak perlu bahan anorganik. Bahan lain dapat dimasukkan klas ini
jika dalam pengujian menunjukkan temperatur kerja seperti klas F
(mempunyai temperatur kerja 25° lebih tinggi dari klas B).
f. Isolasi klas H
Jenis ini tersusun dari bahan-bahan seperti elastomer silicone dan
kombinasi bahan seperti mika, fibreglass, asbestos dan lain lain. Dengan
pelapisan atau selubung dengan sifat silicon resin. Bahan lain dapat
dimasukkan klas ini jika dalam pengujian menunjukkan temperatur kerja
klas H.
g. Isolasi klas C
Jenis ini tersusun dari bahan atau kombinasi bahan seperti mika, porcelain,
glass, dan asbestos tanpa atau dengan pelapisan bahan anorganik.

Pada umumnya peralatan marine sampai sekarang menggunakan isolasi klas A dan
sebagian kecil klas B. Klas Y tanpa pelapisan bersifat higroskopis, hal ini tidak sesuai dengan
kondisi marine.
Daftar Pustaka

1. Tugas Akhir “Marine Cable dan penggunaannya di kapal


2. http://asmarines.com, diakses tanggal 29 April 2019

Anda mungkin juga menyukai