PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidupyang
berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distress spiritualmerubuan suatu
respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik maupun emosional yang
tidak sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasiendalam menerima kenyataan yang
terjadi.Bagi individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan gempa di
propinsi NAD dn Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan – permasalahandari
kejadian tersebut akan menimbulkan pertanyaan bagi pasien tentang apa yangtelah
dilakukan atau apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Pasienterkadang ragu,
bimbang atau antipati dengan spiritual atau agama yangdianutnya. Menurut Rousseau
(2003) distress spiritual harus pula diperhatikanatau dipertimbangkan bila pasien
mengeluhkan gejala – gejala fisik dan tidak berespons terhadap intervensi yang efektif.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Patofisiologi
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi
otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat
menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi.
Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-
kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu
rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi
ancaman yaitu stres.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal
dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian
pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang.
Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan
kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan
perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama
gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan
munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya
gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan
timbulnya depresi.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi.
Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor
genetik, lingkungan dan neurobiologi.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus
depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk
kebutuhan spritual.
C. Karakteristik Distres Spritual
Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar
yaitu :
1) Hubungan dengan diri
a. Ungkapan kekurangan
1. Harapan
2. Arti dan tujuan hidup
3. Perdamaian/ketenangan
4. Penerimaan
5. Cinta
6. Memaafkan diri sendiri
7. Keberanian
b. Marah
c. Kesalahan
d. Koping yang buruk
2) Hubungan dengan orang lain
1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4. Mengungkapkan pengasingan diri
3) Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
2. Tidak tertarik dengan alam
3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
4) Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5. Tiba-tiba berubah praktik agama
6. Ketidakmampuan untuk introspeksi
7. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita.
D. Penyebab
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Fisik Abuse
2. Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Otis-Green, 2002).
3. Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer,
1998).
E. Faktor Yang Mempengaruhi Distres Spiritual
a. Faktor Predisposisi :
1. Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
2. Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial.
b. Faktor Presipitasi :
1. Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan zat yang maha tinggi.
2. Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual
adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok
maupun komunitas.
F. Pengkajian Spiritual
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool
(Pulschalski, 1999) :
1. F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara ?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius ? Apa yang saudara pikirkan tentang
keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup ?
2. I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri ?
Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit ?
3. C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius ?)
Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana ? Apakah ada seseorang
didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi
saudara ?
4. A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara ?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual,
mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
1. Perasaan ketika seseorang gagal
2. Perasaan tidak stabil
3. Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
4. Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
5. Perasaan hampa
G. Penilaian Terhadap Stressor :
1. Respon Kognitif
2. Respon Afektif
3. Respon Fisiologis
4. Respon Sosial
5. Respon Perilaku
H. Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan
orang lain.
1. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
2. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
3. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
4. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok
untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan
apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor
spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.
I. Psikofarmaka :
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek
spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat
atau lima.
J. Stress Management
a. Stress :
1. Setiap hari dampak dari kehidupan.
2. Stress bisa baik.
3. Stress yang berlebihan dapat membahayakan
b. Positive Stess Results :
1. Lebih konsentrasi lagi
2. Increases performance
3. Memberikan energi untuk termotivasi lagi
c. Mekanisme Koping
1. Fokus pada masalah
2. Negosiasi
3. Konfrontasi
4. Minat nasehat
5. Fokus pada kognitif
6. Banding dengan secara positif
7. Abaikan yang negatif
8. Subtitusi
9. Fokus pada emosi
10. Ego defence
d. Faktor Predisposisi
a) Biologik
1. L.B. Genetik
2. Kesehatan
3. Terpapar Racun
b) Psikologik
1. IQ
2. Moral
3. Koping
4. Konsep Diri
5. Kepribadian
6. Pengalaman lalu
7. Keterampilan verbal
c) Sosial Budaya
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Pendapatan
5. L.B. Bud-Sos
6. Agama
7. Politik
8. HAM, Status sosial
e. Faktor Prespitasi (Stressor)
a) Stresor : stimulus yang dipersepsi sebagia tantangan ancaman, tuntutan, perlu
energi tensi dan stres.
b) Yang penting tentang stresor :
1. Sifat : bio, psiko, sos-bud
2. Sumber : internal (individu), eksternal (luar individu)
3. Waktu : kapan, berapa lama, frekuensi
4. Jumlah : berapa kali pada kurun waktu tertentu
Damayanti, M dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Rafika Aditama
Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika