Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidupyang
berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distress spiritualmerubuan suatu
respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik maupun emosional yang
tidak sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasiendalam menerima kenyataan yang
terjadi.Bagi individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan gempa di
propinsi NAD dn Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan – permasalahandari
kejadian tersebut akan menimbulkan pertanyaan bagi pasien tentang apa yangtelah
dilakukan atau apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Pasienterkadang ragu,
bimbang atau antipati dengan spiritual atau agama yangdianutnya. Menurut Rousseau
(2003) distress spiritual harus pula diperhatikanatau dipertimbangkan bila pasien
mengeluhkan gejala – gejala fisik dan tidak berespons terhadap intervensi yang efektif.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Distres Spiritual


Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan
arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan
kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005). Definisi lain mengatakan bahwa distres
spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang
dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000). Dengan kata lain kita dapat
katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti
kehidupannya.

B. Patofisiologi
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi
otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat
menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi.
Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-
kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu
rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi
ancaman yaitu stres.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal
dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian
pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang.
Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan
kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan
perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama
gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan
munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya
gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan
timbulnya depresi.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi.
Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor
genetik, lingkungan dan neurobiologi.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus
depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk
kebutuhan spritual.
C. Karakteristik Distres Spritual
Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar
yaitu :
1) Hubungan dengan diri
a. Ungkapan kekurangan
1. Harapan
2. Arti dan tujuan hidup
3. Perdamaian/ketenangan
4. Penerimaan
5. Cinta
6. Memaafkan diri sendiri
7. Keberanian
b. Marah
c. Kesalahan
d. Koping yang buruk
2) Hubungan dengan orang lain
1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4. Mengungkapkan pengasingan diri
3) Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
2. Tidak tertarik dengan alam
3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
4) Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5. Tiba-tiba berubah praktik agama
6. Ketidakmampuan untuk introspeksi
7. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita.
D. Penyebab
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Fisik Abuse
2. Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Otis-Green, 2002).
3. Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer,
1998).
E. Faktor Yang Mempengaruhi Distres Spiritual
a. Faktor Predisposisi :
1. Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
2. Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial.
b. Faktor Presipitasi :
1. Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan zat yang maha tinggi.
2. Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual
adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok
maupun komunitas.
F. Pengkajian Spiritual
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool
(Pulschalski, 1999) :
1. F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara ?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius ? Apa yang saudara pikirkan tentang
keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup ?
2. I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri ?
Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit ?
3. C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius ?)
Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana ? Apakah ada seseorang
didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi
saudara ?
4. A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara ?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual,
mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
1. Perasaan ketika seseorang gagal
2. Perasaan tidak stabil
3. Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
4. Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
5. Perasaan hampa
G. Penilaian Terhadap Stressor :
1. Respon Kognitif
2. Respon Afektif
3. Respon Fisiologis
4. Respon Sosial
5. Respon Perilaku
H. Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan
orang lain.
1. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
2. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
3. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
4. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok
untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan
apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor
spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.
I. Psikofarmaka :
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek
spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat
atau lima.

J. Stress Management
a. Stress :
1. Setiap hari dampak dari kehidupan.
2. Stress bisa baik.
3. Stress yang berlebihan dapat membahayakan
b. Positive Stess Results :
1. Lebih konsentrasi lagi
2. Increases performance
3. Memberikan energi untuk termotivasi lagi
c. Mekanisme Koping
1. Fokus pada masalah
2. Negosiasi
3. Konfrontasi
4. Minat nasehat
5. Fokus pada kognitif
6. Banding dengan secara positif
7. Abaikan yang negatif
8. Subtitusi
9. Fokus pada emosi
10. Ego defence
d. Faktor Predisposisi
a) Biologik
1. L.B. Genetik
2. Kesehatan
3. Terpapar Racun
b) Psikologik
1. IQ
2. Moral
3. Koping
4. Konsep Diri
5. Kepribadian
6. Pengalaman lalu
7. Keterampilan verbal
c) Sosial Budaya
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Pendapatan
5. L.B. Bud-Sos
6. Agama
7. Politik
8. HAM, Status sosial
e. Faktor Prespitasi (Stressor)
a) Stresor : stimulus yang dipersepsi sebagia tantangan ancaman, tuntutan, perlu
energi tensi dan stres.
b) Yang penting tentang stresor :
1. Sifat : bio, psiko, sos-bud
2. Sumber : internal (individu), eksternal (luar individu)
3. Waktu : kapan, berapa lama, frekuensi
4. Jumlah : berapa kali pada kurun waktu tertentu

K. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Diagnosa :
Distters Spritual
2) Intervensi :
1. Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab distress
spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap
agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi
perubahan spritual dalam kehidupan.
2. Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien
untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut
serta dalam kegiatan keagamaan.
Diagnosa Perencanaan
No Intervensi
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1. Distres TUM : Ekspresi wajah 1. Bina
spritual Klien mampu bersahabat, hubungan
menyatakan menunjukkan rasa saling
mencapai senang ada kontak percaya
kenyamanan mata, mau berjabat dengan
dari tangan, mau menggunakan
pelaksanaan menyebutkan nama, prinsip dan
praktik spiritual mau menjawab teknik
sebelumnnya salam, mau duduk komunikasi
dan merasa berdampingan terapeutik :
kehidupannya dengan perawat, mau a. Sapa klien
berarti/bermak mengutarakan dengan
na masalah yang ramah baik
TUK I : dihadapi. verbal
Setelah dua kali maupun non
pertemuan,klien verbal
dapat membina b. Perkenalkan
hubungan saling diri dengan
percaya. sopan
c. Tanyakan
nama
lengkap klien
dan nama
panggilan
yang disukai
klien
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati
janji
f. Tunjukkan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya
g. Beri
perhatian
kepada klien
dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien

2. TUK 2 : Klien mampu 1. Gunakan


Setelah satu kali a. Mengungkapkan komunikasi
pertemuan klien harapan masa terapeutik
dapat mengatakan untuk
kepada perawat depan yang membina
atau pemimpin positif. hubungan
spiritual tentang b. Mengungkapkan saling
kondlik spiritual arti hidup percaya dan
dan c. Mengungkapkan menunjukkan
kegelisahannya. optimis empati.
d. Mengungkapkan 2. Menggunaka
keyakinan dalam n alat untuk
diri memonitor
e. Mengungkapkan dan
keyakinan kepada mengevaluasi
orang lain spiritual well-
f. Menentukan being sebagai
tujuan hidup pendekatan
3. Mendorong
individu
untuk melihat
kembali masa
lalu dan
memfokuska
n pada
kejadian dan
hubungan
yang
memberikan
kekuatan dan
dukungan
spiritual
4. Rawat klien
dengan
bermartabat
dan hormat
dengan cara
menghargai
pendapat dan
keyakinan
klien.
5. Dorong
partisipasi
dalam
hubungan
dengan
anggota
keluarga,
teman dan
orang lain.
6. Jaga privacy
dan
ketenangan
untuk
kegiatan
spiritual
7. Dorong
partisipasi
dalam
kelompok
spiritual
sesuai dengan
keyakinan
yang dianut.
3. TUK 3 : 1. Klien mampu : 1. Berbagai
Setelah atau kali a. Mencintai diri keyakinan
pertemuan kali sendiri dan tentang arti dan
dapat orang lain tujuan dengan
mendiskusikan dengan perawat
dengan perawat mengungkapk
hal penting yang an penerimaan 2. Diskusikan
memberikan terhadap manfaat
makna dalam dirinya sendiri spiritual
kehidupannya maupun orang 3. Beri kesempatan
dimasa yang lalu. lain. untuk
b. Berdoa mendiskusikan
menurut berbagai
keyakinannya hambatan yang
masing- dirasakan dalam
masing menjalankan
c. Melakukan keyakinan
ibadah. 4. Bersikap
d. Berpartisipasi terbuka dan
dalam upacara menjadi
keagamaan. pendengar yang
e. Berpartisipasi baik terhadap
dalam apa yang
pengobatan. dikatakan
f. Berinteraksi individu
dengan tokoh 5. Dorong klien
agama. berdoa secara
g. Berhubungan individu
dengan diri
sendiri orang
lain yang.
h. Berhubungan
dengan orang
lain.
i. Berinteraksi
dengan orang
lain untuk
berbagi
perasaan dan
keyakinan.
4. TUK 4 : 1. Klien mampu 1. Mendorong
Setelah tiga kali a. Melakukan klien untuk
pertemuan ADL menulis dalam
klien dapat b. Melaksanakan daftar kegiatan
mempertahank keyakinannya hariannya setiap
an pemikiran sesuai dengan hari untuk
dan perannya mengekpresikan
perasaannya c. Mengungkapk pemikiran dan
tentang an saran refleksi.
spiritual. perasaannya 2. Menyediakan
terkait dengan musik, literatur,
keyakinannya radio atau
d. Mengontrol program TV
aktifitas spritual secara
spiritualnya individu
e. Memilih 3. Terbuka
pelayanan terhadap
spiritual yang pernyataan
diperlukan individu
terhadap
kesepian dan
kekuatannya
4. Dorong
menggunakan
sumber-sumber
spiritual seperti
tokoh-tokoh
agama, literatur-
literatur atau
buku yang
sesuai dengan
keyakinan,
tersedianya
tempat-tempat
beribadah dan
alat-alat dalam
menjalankan
ritual
keyakinannya.
5. Menyerahkan ke
tokoh agama
yang pilih
6. Gunakan teknik
klarifikasi untuk
membantu
individu
mengklarifikasi
keyakinan dan
nilai
7. Mendengarkan
perasaan
individu
8. Menunjukkan
empati
9. Fasilitas
individu untuk
meditasi,
berdoa, tradisi
religius lainnya
dan ritual
10. Dengarkan
dengan hati-hati
komunikasi
individu dan
mengembangka
n waktu untuk
berdoa atau
ritual
keagamaan
11. Yakinkan
individu bahwa
perawat akan
mendukung
individu pada
saat
menderita/masa
kulit
12. Terbuka kepada
individu tentang
sakit dan
kematian
13. Bantu individu
untuk
mengungkapkan
dan mengurangi
kemaharan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip- prinsip
kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkangangguan pada
aktivitas spiritual, yang merubuan akibat dari masalah -masalah fisik atau psikososial yang
dialami.Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga,teman dan
tokoh masyarakat (ustadz) untuk membantu dalam mendukung proses penyembuhan klien
yang mengalami distress spiritual selain obat yangdi berikan di rumah sakit.
3.2 Saran
a. Melakukan pengkajian pada pasien distress spiritual.
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien distress spiritual.
c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan distress spiritual.
d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan
distressspiritual.
e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasiendengan
distress spiritual.
f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan distressspiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Rafika Aditama

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika

Fathoni,Fauzi. 2018. ASKEP Distres Spiritual.


https://kupdf.net/download/askep-distres-spiritual_5b14f892e2b6f5f56733cbcf_pdf
(diakses pada 29 April 2019)

Anda mungkin juga menyukai