Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok sudah menjadi salah satu kebiasaan yang lazim yang sering kita temui

dalam kehidupan sehari-hari, tak terkecuali kaya atau miskin, pria

ataupunwanita, orangtua, bahkan remaja pun sudah banyak yang mulai

mencoba rokok.Rokok seakan sudah menjadi salah satu kebutuhan yang

hampir menyamaikebutuhan pokok. Perilaku merokok sudah menjelma menjadi

salah satu masalahyang cukup serius ditandai dengan meningkatnya beberapa

gangguan kesehatanseperti penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit saluran

pernafasan, hipertensi,kelainan janin pada wanita hamil yang perokok dan

impotensi, oleh karena itumasalah rokok ini sudah menjadi masalah nasional

dan masalah internasional(TCSC-IAKMI, 2010:25).

Merokok merupakan perilaku negatif dan berbahaya bagi kesehatan tubuh dan

lingkungan. Merokok merupakan kebiasaan yang berakibat buruk bagi

kesehatan dan jumlah perokok di Indonesia cenderung meningkat

(Notoatmodjo, 2012:109).

Perilaku merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan

kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak

buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang disekitarnya. Merokok merupakan

masalah yang masih sulit diselesaikan hingga saat ini berbagai dampak dan

bahaya merokok sebenarnya sudah dipublikasikan kepada masyarakat, namun


kebiasaan merokok masyarakat masih sulit dihentikan. Terkandung tidak kurang

dari 4000 zat kimia beracun. Ironisnya para perokok sebenarnya sudah

mengetahui akan dampak dan bahaya dari merokok, namun masih tetap saja

melakukan aktivitas tersebut (Firmansyah, 2009:45).

Menurut teori Green (1980) perilaku sehat di pengaruhui oleh 2 faktor yaitu

faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Di dalam faktor perilaku terbentuk dari

3 faktor antara lain, pertama faktor pendorong (predisposisi) seperti

pengrtahuan, sikap,kedua faktor pendukung (enabling) sepertiketerjangkauan

terhadap rokok, ketepaparan promosi tentang rokok (iklan), ketiga faktor

penguat (reinforcing) seperti lingkungan sosial dan dukungan petugas

kesehatan (Notoatmodjo, 2012:223).

Hasil survei Pusat Kajian Bioetika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah

Mada (UGM) Yogyakarta terhadap 2.000 responden di 15 kampung di

Yogyakarta menunjukkan, lebih dari 53% rumah tangga mempunyai anggota

keluarga yang merokok. Mayoritas perokok adalah laki-laki yang per hari

minimal menghabiskan 10 batang rokok. Lebih dari 88% laki-laki merokok di

dalam rumah, di mana terdapat perempuan dan anak-anak. Padahal, asap

rokok yang dibuang di dalam rumah akan tersebar selama 4-6 jam dalam

ruangan dan berdampak buruk bagi kesehatan anggota keluarga. Hasil lain dari

survei yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa 42% anak-anak dan 54%

perempuan, atau istri terkena asap rokok yang dihisapHasil survei Pusat Kajian

Bioetika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta

terhadap 2.000 responden di 15 kampung di Yogyakarta menunjukkan, lebih


dari 53% rumah tangga mempunyai anggota keluarga yang merokok. Mayoritas

perokok adalah laki-laki yang per hari minimal menghabiskan 10 batang rokok.

Lebih dari 88% laki-laki merokok di dalam rumah, di mana terdapat perempuan

dan anak-anak. Padahal, asap rokok yang dibuang di dalam rumah akan

tersebar selama 4-6 jam dalam ruangan dan berdampak buruk bagi kesehatan

anggota keluarga. Hasil lain dari survei yang sudah dilakukan menunjukkan

bahwa 42% anak-anak dan 54% perempuan, atau istri terkena asap rokok yang

dihisap suaminya (Pikiran rakyat, 2014). Pada survei tersebut diketahui bahwa

74% istri tidak suka suaminya merokok dan 32% istri-istri itu mengatakan tidak

dapat berbuat apa-apa untuk melarang suaminya merokok (Nursanto, 2012).

Saat orang merokok didalam di rumah kandungan rokok akan terbakar dan

menimbulkan asap yang beterbangan didalam rumah. Jika asap rokok dihirup

pembakar rokok (perokok aktif) akan berakibat kanker paru-paru, jantung

koroner, bronkitis, penyakit stroke, hipertensi, penyakit diabetes, dan impotensi.

Sedangkan pada perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang

yang tidak merokok (perokok pasif). Asap rokok tersebut bisa menjadi polutan

bagi manusia dan lingkungan sekitar. Asap rokok yang terhirup oleh orang-

orang bukan perokok karena berada disekitar perokok bisa berakibat

meningkatkan resiko penyakit kanker, paru-paru dan jantung koroner. Lebih dari

itu menghisap asap rokok orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap

penyakit: angina, asma dan alergi akibat asap rokok (Roan,2010: 33).

Melihat beberapa dampak bahaya merokok didalam rumah baik bagi perokok

pasif dan aktif. Seharusnya perokok aktif mencari pengetahuan tentang bahaya
merokok apalagi merokok didalam rumah, sehingga terbentuk perilaku

menghentikan atau menghindari aktifitas merokok atau jika ingin merokok

sebaiknya ditempat terbuka dan sedikit orang disekitar perokok. Menghentikan

merokok dalam lingkungan rumah dan keluarga akan melaksanakan praktek

asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadi gangguan kesehatan dengan PHBS

yang meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampungan

masyarakat agar hidup bersih dan berperan aktif mewujudkan derajat kesehatan

yang optimal (Kemenkes RI, 2011:8).

Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengendalikan produk

tembakau, salah satunya dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP)

No.109 tahun 2012 tentang “Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif

Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan”. Namun pada kenyataannya jumlah

perokok di Indonesia masih tergolong tinggi. Peraturan Pemerintah yang

mengatur tentang ketentuan untuk mencantumkan label peringatan kesehatan

pada produk rokok telah berlaku sejak tahun 1991. PP tersebut kini diperkuat

dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang

“Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan

Produk Tembakau Berbentuk Gambar dan Tulisan”. Dengan adanya informasi

kesehatan berupa gambar tersebut, diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan perokok tentang bahaya yang ditimbulkan akibat dari merokok

(Kemenkes RI, 2015:3).

Hasil penelitian yang dilkukan Eka (2017:34), tentang perilaku merokok

dirumah di Desa Hargobinangun Pakem Sleman bahwa ada hubungan antara


perilaku merokok dengan sikap, sarana prasarana dan sumber informasi,

lingkungan sosial dan dukungan petugas kesehatan.

Menurut The Tobacco Atlas 3rd edition (2009) terkait persentase penduduk

dunia yang mengkomsumsi tembakau didapatkan sebanyak 57% pada

penduduk Asia dan Australia, 14% penduduk Eropa Timur dan pecahan Uni

Soviet, 12% penduduk Amerika, 9% penduduk Eropa Barat dan 8% pada

penduduk Timur Tegah serta Afrika. Sementara itu ASEAN merupakan sebuah

kawasan dengan 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab kematian

global akibat tembakau. Persentase perokok pada penduduk di negara ASEAN

tersebar di Indonesia (46,16%), Filipina (16,60%), Vietnam (14,11%), Myanmar

(8,73%), Thailand (7,74%), Malaysia (2,90), Kamboja (2,07%), Laos (1,23%),

Singapura (0,39%), dan Brunei (0,04%) (Kemenkes RI, 2015:2).

Perilaku merokok penduduk di Indonesia untuk 15 tahun keatas masih belum

terjadi penurunan dari 2007, 2010 ke 2013, cenderung meningkat dari 34,2%

tahun 2007 menjadi 34,7% tahun 2010 dan 36,3% tahun 2013 (Riskesdas,

2013:1137).

Berdasarkan data dariRiset Kesehatan Dasar (Rikesdas)Kepulauan Bangka

BelitungPerilaku merokok penduduk di Indonesia untuk 15 tahun keatas 30,26%

tahun 2007, tahun 2010naik menjadi 30,55% dan 30,68% untuk 2013

(Rikesdas, 2013:132).

Dari data PHBS Kecamatan Simpangkatis Kabupaten Bangka Tengah tahun

2017untuk data 10 desa merokok di dalam rumah, yaitu Desa Celuak sejumlah

46 KK 21,90%, Desa Pasir Garam sejumlah 48 KK 22,85%, Desa Simpangkatis


sejumlah 50 KK 23,81%, Desa Teru sejumlah 58 KK 27,61%, Desa Terak

sejumlah 62 KK 29,52%, Desa Puput sejumlah 62 KK 29,52%, Desa Katis

sejumlah 68 KK 32,38%, Desa Beruas sejumlah 69 KK 32,85%, Desa Sungkap

sejumlah 83 KK 39,52% dan Desa Pinang Sebatang 90 KK 42, 85%.Sedangkan

untuk tahun 2015 merokok di dalam rumah di Desa Pinang Sebatang sejumlah

84 KK 40% dan tahun 2016 merokok di dalam sejumlah 77 KK 36,66% (Profil

Puskesmas Simpangkatis, 2018).

Dari data di atasdapatdisimpulkanbahwakasusmerokok di dalam rumah pada

masyarakat di Desa Pinang Sebatang mengalamifluktuatif.Olehkarenaitu,

penelititertarikuntukmelakukanpenelitiantentang“Faktor – faktor yang

Berhubungan dengan Perilaku Merokok di RumahPada Masyarakat di Desa

Pinang Sebatang Kecamatan Simpangkatis tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka

penelitimerumuskanmasalahpenelitianiniadalahterjadinyafluktuatifpadakasusmer

okok di rumahdanbelumdiketahui“Faktor – faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Merokok di RumahPada Masyarakat di Desa Pinang Sebatang

Kecamatan Simpangkatis tahun 2018”.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untukmengetahuifaktor – faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Merokok di RumahPada Masyarakat di Desa Pinang Sebatang Kecamatan

Simpangkatis tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Untukmengetahuihubunganantarapengetahuandengan perilaku

merokok di rumah pada masyarakat di Desa Pinang Sebatang

Kecamatan Simpangkatis tahun 2018.

b. Untukmengetahuihubunganantarasikap dengan perilaku merokok di

rumah pada masyarakat di Desa Pinang Sebatang Kecamatan

Simpangkatis tahun 2018.

c. Untukmengetahuihubunganantaraketerjangkauan terhadap

rokokdengan perilaku merokok di rumah pada masyarakat di Desa

Pinang Sebatang Kecamatan Simpangkatis tahun 2018.

d. Untukmengetahuihubunganantaraketepaparan promosi tentang rokok

(iklan) dengan perilaku merokok di rumah pada masyarakat di Desa

Pinang Sebatang Kecamatan Simpangkatis tahun 2018.

e. Untukmengetahuihubunganantaralingkungan sosial dengan perilaku

merokok di rumah pada masyarakat di Desa Pinang Sebatang

Kecamatan Simpangkatis tahun 2018.


D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan

keilmuan di bidang kesehatan masyarakat, dan menambah wawasan serta

meningkatkan pengetahuan dengan cara menerapkan secara langsung

ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan.

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan dan tambahan pengetahuan lebih rinci tentang faktor

faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok di rumah dalam upaya

menurunkan angka kejadian merokok di dalam rumah khususnya di Desa

Pinang Sebatang Kecamatan Simpangkatis.

3. Bagi STIKES Abdi Nusa Pangkalpinang

a. Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan untuk penelitian

selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pengetahuan, mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku merokok di rumah.

b. Penelitian ini sebagai masukan dalam sumber informasi ilmiah bagi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusa Pangkalpinang khususnya

Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk mengkaji kegiatan yang akan

datang.
E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untukmengetahuifaktor-faktor yang

berhubungandenganperilaku merokok di rumahpada masyarakat di Desa

Pinang Sebatang Kecamatan Simpangkatis tahun 2018.

Alasanpenelitimengangkatmasalahinikarena masih

terjadinyafluktuatifpadakasusmerokok di rumahdanbelumdiketahuifaktor – faktor

yang berhubungan dengan perilaku merokok di rumahpada masyarakat di Desa

Pinang Sebatang Kecamatan Simpangkatis.Penelitiandilakukan di Desa Pinang

Sebatang Kecamatan Simpangkatis.PenelitianinidilakukanpadaBulanSeptember

2018.Sampelpenelitiansebanyak86Kepala Keluarga.

Pengambilansampelmenggunakantekniklottery

technique.Peneilitianinimenggunakandesainstudicross cectional. Variabel yang

akanditelitiyaituperilaku merokok di rumah, pengetahuan, sikap, keterjangkauan

terhadap rokok, ketepaparan promosi tentang rokok (iklan)dan lingkungan

sosial.

Penelitianinidilakukanmenggunakanpendekatankuantitatifdenganmetodewawan

caramelaluilembarkuesioner.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku

1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia

adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2012 : 114).

Perilaku merokok adalah suatu aktivitas atau tindakan menghisap gulungan

tembakau yang tergulung kertas yang telah dibakar dan

menghembuskannya keluar sehingga dapat menimbulkan asap yang dapat

terhisap oleh orang-orang disekitarnya serta dapat menimbulkan dampak

buruk baik bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya

(Nasution, 2007:10).

2. Determinan Perilaku

Teori Lawrence Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2012 : 114) mencoba

menganalisis perilakumanusia berangkat dari tingkat kesehatan.Bahwa

kesehatan seseorangdipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku

(behavior causes)dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Faktor


perilaku ditentukan atau dibentuk oleh faktor predisposisi (predisposing

factor), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor pendorong

(reinforcing factor).

3. Pengukuran perilaku

Pengukuran perilaku berisi pernyataan-pernyataan terpilih yang sesuai

dengan perilaku merokok dan telah diuji reabilitas serta validitasnya maka

dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku responden.

Kriteria pengukuran perilaku yakni :

a. Perilaku Baik jika nilai ≥ 7

b. Perilaku Kurang baik jika nilai ≤ 6

Subyek memberi respon dengan skala gutman jawaban ya diberi skor 1

dan jawaban tidak diberi skor 0 (Hidayat, 2009:66).

B. Rokok

1. Definisi Rokok

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk

dibakar dan dihisap atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok

putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana

tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang

asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.

(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012: 2).

2. Zat-zat yang Terkandung didalam Rokok


Menurut Gondodiputro (2007:67) bahan utama rokok adalah tembakau,

dimana tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan

setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada

tembakau adalah tar, nikotin dan CO. Selain itu, dalam sebatang tembakau

juga mengandung bahanbahan kimia lain yang juga sangat beracun. Tar

adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan subtansi hidrokarbon yang bersifat lengketdan menempel pada

paru-paru. Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek adiktif dan spikoaktif

sehingga perokok akan merasakan kenikmatan,kecemasan berkurang,

toleransi dan keterikatan. Karbon Monoksida (CO) adalah unsur yang

dihasilkan oleh pembekaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau

karbon. Selain itu juga terdapat zat-zat lain seperti Kadmium, Amoniak,

Asam Sianida (HCN), Nitrous Oxide, Formaldehid, Fenol, Asetol, Asam

Sulfida (H2S), Piridin, Metil Klorida, Metanol, Polycyclic Aromatic

Hydrocarbons (PAH) dan Volatik Nitrosamine.

3. Bahaya Merokok bagi kesehatan

MenurutRafael (2007:90-91), dalam merokok dikenal istilah perokok pasif

dan perokok aktif. Perokok pasif adalah orang-orang secara tidak sengaja

menghisap asap rokok orang lain, sedangkan perokok aktif adalah orang

yang melakukan aktivitas merokok. Adapun dampak negatif bagi perokok

ialah, Mengalami acute necrotizing ulcerative gingitivis (penyakit yang

menyebabkan gusi tampak memerah dan membengkak), Beresiko terkena

angina 20 kali lebih besar. Angina adalah rasa sakit didada pada saat
sedang latihan olaraga atau sedang makan, mengalami sakit punggung,

mengalami buerger’s disease (penyakit peredaran darah). Dikenal juga

sebagai thromboangitis obliterans, adalah penyakit pada pembuluh

alteri,dimana pembuluh darah pada otot, biasanya dilengan menjadi lebih

sempit, mengalami duodenal ulcer (luka yang memborok didalam

duodenum), menderita colon polyps, yaitu semacam selaput polip yang

menutupi usus besar, menderita crohn, yaitu sejenis penyakit peradangan.

Biasanya, terjadi pada usia bawah. penyakit ini dapat diketahui dengan

adanya pengentalan dan luka yang membekas dan mengalami dinding

usus, mengalami depresi, menderita diabetes (tipe 2, non insulin

dependent), mengalami penurunan pendengaran, menderita

influenza, mengalami impotensi (beresiko 2 kali lebih besar), mengalami

optic neuropathy (penurunan kemampuan penglihatan 16 kali lebih

beresiko), beresiko terkena katarak 2 kali lebih besar, mengalami

osteoporosis (pengeroposan tulang, dimana tulang mengecil dan rapuh

akibat kekurangan kalsium), mengalami peripheral vascular disease, yaitu

penyakit yang menyerang pembuluh darah yang terdapat pada lengan dan

tangan, mengalami pneumonia, yaitu radang paru-paru dimana alveoli kecil

pada paruparu dipenuhi dengan cairan, mengalami psoriasis beresiko 2 kali

lebih besar, yaitu penyakit peradangan pada kulit dimana noda merah

ditutupi dengan noda putih, mengalami rheumatoid arthritis, yaitu rasa sakit

menyeluruh yang melumpuhkan tangan, kaki dan pinggul. ini terjadi pada

perokok berat, terjadi luka-luka pada urat, mengalami tobacco amblyopia


(gangguan penglihatan menjadi kurang jelas), mengalami pengeroposan

pada tulang gigi, mengalami tuberculosis, yaitu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri tuberculosis, mengalami stroke atau pendarahan di

otak.

C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok di Rumah

Menurut teori Green (1980) perilaku sehat di pengaruhui oleh 2 faktor yaitu

faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Di dalam faktor perilaku terbentuk dari

3 faktor antara lain, pertama faktor pendorong (predisposisi) seperti

pengetahuan, sikap, kedua faktor pendukung (enabling) seperti keterjangkauan

terhadap rokok, ketepaparan promosi tentang rokok, ketiga faktor penguat

(reinforcing) seperti lingkungan sosial dan dukungan petugas kesehatan

(Notoatmodjo, 2012).

1. Faktor Pendorong (Predisposisi)

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang di milikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan presepsi pada objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang


berbeda secara garisbesarnya dibagi dalam enam tingkatan

pengetahuan, yakni tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan

evaluasi (Notoadmodjo, 2012:138).

Menurut Nursalam (2008:45), kategori pengetahuan dibagi dalam dua

kategori, yaitu: rendah, jika subyek mampu menjawab dengan benar

<60% dari seluruh pertanyaan dan tinggi, jika subyek mampu

menjawab dengan benar >60%-100% dari seluruh petanyaan.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang

menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden tentang merokok.

Berdasarkan penelitian Amalia (2010:52) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku

merokok menunjukkan sebanyak 28% responden yang memiliki

pengetahuan rendah terhadap bahanya merokok.

b. Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak

baik, dan sebagainya). Campbell (1950) mengatakan bahwa sikap itu

suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau

objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan

gejala kejiwaan yang lain (Adnani, 2011: 80).


Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat

berdasarkan intensitasnya (Adnani, 2011: 81-82), yaitu :

1) Menerima (receiving)diartikan bahwa seseorang atau subjek mau

menerima stimulus yang diberikan (objek);

2) Menanggapi (responding)disini diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi;

3) Menghargai (valuing)diartikan subjek, atau seseorang memberikan

nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti,

membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

Secara umum teknik dalam pemberian skor yang digunakan dalam

kuesioner penelitian ini adalah teknik skala Likert. Penggunaan skala

Likert menurut Sugiyono (2013:132) adalah “skala Likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

Berdasarkan penelitian Amalia (2010:54) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku merokok

menunjukkan sebanyak 30% responden yang memiliki sikap setuju

terhadap rokok.

c. Faktor kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin

melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari

kebosanan. Namun, satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada


pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial.

Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial

lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang

memiliki skor yang rendah (Fatimah, 2006:246).

2. Faktor Pemungkin(Enabling)

a. Keterjangkauan terhadap rokok

Rokok bisa dibeli di mana-mana di Indonesia dengan harga yang

terjangkau. Mulai dari anak-anak sampai orang tua bisa membeli rokok

di warung-warung, mini market, sampai pasar swalayan besar. Selain

itu, harga rokok di Indonesia cenderung lebih murah dibandingkan

dengan negara lain (Sitepu, 2011:45).

Berdasarkan penelitian Amalia (2010:56) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara keterjangkauan terhadap akses rokok

dengan perilaku merokok menunjukkan sebanyak 25.6% responden

yang mudah menjangkau akses rokok menyatakan pernah mencoba

merokok.

b. Keterpaparan promosi tentang rokok (Iklan)

Iklan adalah bentuk pengumuman atau representasi

mempromosikan penjualan komoditas atau layanan tertentu. Iklan

adalah berita atau pesan untuk mendorong, membujuk khayalak ramai

agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Iklan merupakan

media promosi yang sangat ampuh dalam membentuk opini publik

dibidang rokok, karena itu hampir semua pengusaha rokok dapat


menghabiskan dana besar untuk keperluan iklan setiap tahunnya, para

ahli di WHO menyatakan iklan rokok dapat merangsang seseorang

untuk mulai merokok, dapat menghambat perokok yang ingin berhenti

merokok atau mengurangi rokoknya, dapat merangsang perokok untuk

merokok lebih banyak lagi, dan memotivasi perokok untuk memilih

merek-merek rokok tertentu. Di Indonesia, iklan rokok sangat genjar

untuk dilakukan. Banyak kegiatan-kegiatan konser, bahkan olahraga

yang disponsori oleh pabrik rokok. Dengan genjarnya publikasi ini, jelas

makin banyak orang yang terpapar dengan rokok (Sitepu, 2011:47).

Berdasarkan penelitian Amalia (2010:60) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara keterpaparan promosi tentang rokok

(Iklan) dengan perilaku merokok menunjukkan sebanyak 30,57%

responden yang terpapar promosi tentang rokok (Iklan)menyatakan

pernah mencoba merokok.

3. Faktor Penguat (Reinforcing)

a. Lingkungan sosial

Menurut Mu’tadin (2004:78), lingkungan adalah segala sesuatu yang

ada disekitar manusia serta mempengaruhi kehidupan manusia secara

langsung maupun tidak langsung. Semakin bertambahnya usia, maka

semakin banyak pula tuntutan dari lingkungan sosial di sekitarnya. Ini

membuat orang harus dapat menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya. Jika individu dapat memandang dirinya berbeda

dengan orang lain dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,


mereka akan siap memasuki faktor lingkunga sosial yang bersifat

negatif tanpa harus terpengaruh oleh pergaulan yang bersifat negatif.

Lingkungan inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar

peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Banyak faktor

yang dapat mempengaruhi perilaku merokok pada individu tetapi faktor

lingkungan ini adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap

peilaku merokok individu.Faktor lingkungan sangat berperan penting

dalam perkembangan dan pergaulan orang, lingkungan yang baik akan

berpotensi memberikan pengaruh positif(Sitepu, 2011:48).

Berdasarkan penelitian Amalia (2010:59) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara lingkungan sosial dengan perilaku

merokok menunjukkan sebanyak 27% responden yang memiliki

lingkungan sosial mendukung terhadap rokok.

b. Dukungan petugas kesehatan

Petugas kesehatan dalam melaksanakan peran memberi edukasi

tentang berhenti merokok, agar bisa efektif diterima oleh masyarakat

sasarannya, selain harus memiliki kompetensi tentang masalah

tersebut, juga harus mempunyai aspek keterpercayaan

(trustworthness). Selanjutnya, ada beberapa dimensi kredibilitas dari

seorang komunikator, salah satunya adalah karakter yang bisa terlihat

dari moral komunikator tersebut. Dalam hal ini keterpercayaan dan

moral dari seorang komunikator (petugas kesehatan) bisa terbentuk


apabila petugas kesehatan itu sendiri bisa menjadi contoh dalam

berperilaku tidak merokok (Liliweri A, 2008:78).

Berdasarkan penelitian Amalia (2010:60) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan

perilaku merokok menunjukkan sebanyak 30% responden yang tidak

mendapatkan dukungan petugas kesehatan terhadap rokok.

D. Kerangka Teori

Menurut teori Green dalam Notoadmojo (2012:45) ada 3 faktor yang

mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut :

Faktor Prediposisi
 Pengetahuan
 Sikap
 Faktor Kepribadian

Faktor Pemungkin
 Keterjangkauan Terhadap Rokok
Perilaku Merokok Di Rumah
 Ketepaparan Promosi Tentang Rokok
(Iklan)

Faktor Penguat
 Lingkungan Sosial
 Dukungan Petugas Kesehatan

Sumber : Mu’tadin (2004), Fatimah (2006), Liliweri A (2008), Adnani (2011),


Sitepu (2011), Notoadmodjo(2012)

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Faktor-faktor yang berhubungan perilaku merokok di rumah
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Agar tujuan penelitian dapat tercapai maka diperlukan kerangka konsep

sebagai dasar untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada. Adapun

dalam penilitian ini yang menjadi variabel independennya adalah pengetahuan,

sikap, keterjangkauan terhadap rokok, dan lingkungan sosial sedangkan

variabel dependennya adalah perilaku merokok di rumah.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

SIkap

Keterjangkauan Terhadap Rokok Perilaku Merokok di


Rumah

Ketepaparan Promosi Tentang Rokok (Iklan)

Lingkungan Sosial

Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok di Rumah Pada
Masyarakat di Desa Pinang Sebatang Kecamatan Simpangkatis
tahun 2018
B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok di Rumah Pada
Masyarakat di Desa Pinang Sebatang Kecamatan Simpangkatis
tahun 2018
Definisi
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Opersional
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Periaku merokok Perilaku merokok Kuesioner Wawancara 1. Ya, jika Nominal
di Rumah adalah suatu merokok di
aktivitas atau rumah
tindakan menghisap 2. Tidak, jika tidak
gulungan tembakau merokok di
yang tergulung rumah
kertas yang telah
dibakar
2. Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner Wawancara 1. Rendahjikahasil Nominal
responden tentang presentase
merokok 60%
2. Tinggi jika hasil
persentase ≥
60-100%
3. Sikap Tanggapanrespond Kuesioner Wawancara 1. Sikap Setuju, Nominal
endalambentuksetuj jikatotal skor
uatautidak <mean/median
setujuterhadapperila 2. Sikap Tidak
kumerokok Setuju, total
skor ≥
mean/median
4. Keterjangkauan Keterjangkauan Kuesioner Wawancara 1. Mudah Nominal
Terhadap responden dalam Terjangkau,
Rokok mendapatkan rokok jika total skor
baik dari <mean/median
keterjangkauan 2. Sulit Terjangkau
jarak sumber rokok jika total skor ≥
mean/median
5. K Ketepaparan PemajananRespond Kuesioner Wawancara 1. Sering terpapar, Nominal
Promosi endariberbagaisum jika total skor
Tentang Rokok ber media massa, <mean/media
(Iklan) media 2. Jarang
elektronikterkaitiklan Terpapar, jika
/promosirokok iklan total skor ≥
yang dibaca, mean/median
didengarmaupun
yang dilihatoleh
responden
6. Lingkungan Segala sesuatu Kuesioner Wawancara 1. Mempengaruhi, Nominal
Sosial yang ada disekitar jika total skor
yang dapat <mean/median
mempengaruhi 2. Tidak
perilaku merokok Mempengaruhi,
secara langsung jika total skor ≥
maupun tidak mean/median
langsung.

C. Hipotesisi

Hipotesis dalam penelitinan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ada hubunngan yang bermakna antara pengetahuan

dengan perilaku merokok di rumah.

2. Untuk mengetahui ada hubunngan yang bermakna antara sikap dengan

perilaku merokok di rumah.

3. Untuk mengetahui ada hubunngan yang bermakna antara keterjangkauan

terhadap rokokdengan perilaku merokok di rumah.

4. Untuk mengetahui ada hubunngan yang bermakna antara ketepaparan

promosi tentang rokok (iklan) dengan perilaku merokok di rumah.

5. Untuk mengetahui ada hubunngan yang bermakna antara lingkungan sosial

dengan perilaku merokok di rumah.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dengan metode kuantitatif dengan rancangan

penelitian cross sectional. Rancangan penelitian cross sectional adalah suatu

penelitian yang mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan

efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (point time approach). Hal ini berarti, tiap subjek penelitian

hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap suatu

karakter atau variabel pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berati bahwa semua

subjek penelitiaan diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2012 : 37-38).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Pinang Sebatang Kecamatan

Simpangkatis

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2018.


C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yaitu sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan

penelitian dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama. Macam populasi

antara lain adalah populasi terhingga dan tidak terhingga. Adapun populasi

dalam penelitian ini menggunakan populasi terhingga dimana sekumpulan

objek yang akan dijadikan sebagai bahan kajian penelitian yang jumlahnya

tertentu (Supangat, 2010:3). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

masyarakat Desa Pinang Sebatang yang ada di Kecamatan Simpangkatis

tahun 2018 yang berjumlah 441 Kepala Keluarga.

2. Sampel

Sampel yaitu bagian dari (populasi), untuk dijadikan sebagai bahan

penelaahan dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut

dapat mewakili (representative) terhadap populasinya (Supangat, 2010:4).

Sampel penelitian adalah sebagian masyarakat Desa Pinang Sebatang

yang ada di Kecamatan Simpangkatis tahun 2018 yang berjumlah 441

Kepala Keluarga dengan kriteria inklusidan eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

1) Bertempat tinggal di Desa Pinang Sebatang

2) Kepala keluarga

3) Berada di rumah saat penelitian berlangsung


4) Setuju menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

1) Tidak bertempat tinggal di Desa Pinang Sebatang

2) Bukan kepala keluarga

3) Tidak berada di rumah saat penelitian berlangsung

4) Tidak setuju menjadi responden

Dalam menghitung jumlah sampel peneliti menggunakan rumus Lameshow

dalam Riyanto (2011 : 107):

Z(1−α) 2 P(1 − P)N


2
n=
d2 (N − 1) + Z(1−α) P(1 − P)
2

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

Z (1-a/2)² = Tingkat kepercayaan 95% = 1,96

P = Proporsi 50% (0,5)

d = Presisi mutlak 10% (0,1)

Dari rumus tersebut dapat dihitung besar sampel minimal sebagai

berikut:

1,962 . 0,5 (1 − 0,5). 411


n=
0,12 (411 − 1) + 1,962 . 0,5 (1 − 0,5)

3,8416 .0,25.411
n=
0,01 (410) + 3,8416 .0,25
0,9604 .411
n=
4,1 + 0,9604

394,7244
n=
5,0604

n = 78 responden

Dari perhitungan diatas, maka diperoleh sampel sebesar 78 orang akan

tetapi, untuk mengantisipasi jika dalam pengisian kuesioner terjadi drop out

pada responden maka ditambah 10% (7,8) dari hasil hitung. Jadi jumlah

sampel yang akan diteliti adalah 85,8 dibulatkan menjadi 86 responden.

D. Teknik Pengambilan sampel

Untuk teknik pengambilan diambil secara simple random sampling

(pengambilan sampel secara acak). Setiap anggota atau unit dari populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk dideteksi sebagai sampel. Cara

pengambilan sampelnya menggunakan (lottery technique) atau teknik undian

dengan cara setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi diberi nomor urut

pada kertas kecil-kecil yang ditulis subjek, kemudian digulung dengan tanpa

prasangka ambil gulungan yang besarnya sesuai dengan jumlah sampel yang

telah ditentukan besarnya, nomor yang tertera pada kertas gulungan tersebutlah

yang akan menjadi sampel atau subjek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012 :

20-21).

E. Validitas dan Realibilitas

Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian terlebih dahulu instrumen

dilakukan uji validitas untuk membuktikan sejauh mana data yang terdapat
dalam kuesioner dapat mengukur tingkat kevaliditasan suatu kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan dalam kuesioner dapat

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur.

1. Uji Validitas

Untuk mendapatkan instrumen yang valid yaitu alat ukur yang

digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu adanya uji

validitas instrument. Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah

pearson product moment (Hidayat dalam Fatimah, 2016 : 40-41) sebagai

berikut :

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
r=
√ 𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 (𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )

Keterangan:

r = Koefisien korelasi

∑𝑋 = Jumlah skor item

∑𝑌 = jumlah skor total (item)

N = Jumlah responden

Untuk mengetahui validitas kuesioner dilakukan dengan

membandingkan nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 menggunakan df = n-2.

Cara membaca 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan melihat 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 product moment pada

signifikansi 0,05 didapatkan angka 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,361. Dari pengisian kuesioner

tersebut, apabila rhitung > dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (0,361), maka kuesioner tersebut

memilki syarat validitas dan layak untuk dijadikan sebagai instrumen


penelitian, dan apabila 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (0,361), maka pertanyaan dari

kuesioner tersebut harus diperbaiki atau diganti ataupun dihilangkan.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah ukuran yang menujukan bahwa alat ukur yang

digunakan dalam penelitian mempunyai keandalan sebagai alat ukur,

diantaranya diukur melalui konsistensi hasil pengukuran dari waktu ke

waktu jika fenomena yang diukur tidak berubah (Sugiyono dalam Fatimah,

2016 : 41-42). Setelah semua pertanyaan valid, analisis dilanjutkan dengan

uji reliabilitas. Reliabilitas penelitian ini dilakukan di Kecamatan Merawang

Kabupaten Bangka. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus

Spearman Brown sebagai berikut:

2rb
r1 =
1+rb

Keterangan:

r1 = Reliabilitas internal seluruh istrumen

rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan

kedua

Untuk mengetahui reliabilitas adalah dengan membandingkan nilai 𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙

dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .

F. Teknik Pengambilan Data

1. Wawancara
Menurut Riyanto (2011 : 129) Interview atau wawancara merupakan teknik

pengambilan data dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan

dari seseorang (sasaran penelitian). Dengan menggunakan wawancara

peneliti akan mendapatkan kesan langsung dari responden, membaca

mimik dari responden, menilai kebenaran yang dikatakan responden, dapat

memberikan penjelasan bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti dan

memancing jawaban apabila jawaban macet

2. Observasi

Observasi (pengamatan) merupakan suatu prosedur yang terancam

meliputi, melihat dan mencatat jumlah dan aktifitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang kita teliti (Riyanto, 2011: 127).

3. Studi Pustaka

Merupakan teknik pengambilan data dengan mengumpulkan, membaca

dan mengkaji dokumen seperti buku-buku perpustakaan, penelitian literatur,

peraturan perundang-undangan dan bahan pustaka lainnya, baik yang

didapatkan dilokasi, maupun di tempat lain. Penelitian ini dilakukan untuk

mendapatkan data sekunder, yaitu sumber informasi dari para ahli yang

sifatnya teoritis yang ada hubungannya dengan penelitian ini dan dapat

digunakan sebagai perbandingan yang mendukung dalam pembahasan

(Sanjaya, 2013: 89)

G. Metode Analisis Data

1. Pengolahan data
a. Pemeriksaan data (Editing)

Untuk menyunting/meneliti kembali data-data yang telah terkumpul,

melakukan pengecekan terhadap setiap jawaban yang diberikan oleh

responden dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan dalam

pengisian dan konsistensi dari jawaban. Apabila ada ketidakjelasan

serta keraguan maka dilakukan pengocokan dengan segera terhadap

responden.

Untuk mengklarifikasi jawaban dengan cara menandai jawaban dengan

kode-kode tertentu. Hal ini bertujuan untuk lebih memudahkan dalam

proses pengolahan dan analisis data.

b. Mengcode (Coding)

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/bilangan kegunaan coding adalah mempermudah

pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

c. Memasukkan data (Entry)

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar serta telah melewati

proses pengkodian maka langkah selanjutnya adalah memproses data

keperangkat program komputer.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Cleaning data adalah proses pembersihan data dengan tujuan

menghilangkan data ekstrim yang akan mengganggu proses analisa.


H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi, frekuensi

dari semua variabel penelitian serta untuk mengetahui bagaimana variasi

dari masing-masing variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel bebas

(independen) dengan varibel terikat (dependen). Uji yang digunakan adalah

Uji chi-square. Proses pengujian chi-square adalah membandingkan

Frekuensi yang terjadi (Observasi) dengan frekuensi harapan (ekspetasi)

dengan cara membuat tabulasi silang. Bila nilai frekuensi observasi dengan

frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang

bermakna (signifikan), sebaiknya bila nilai frekuensi observasi dengan nilai

frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan bermakna

(signifikan). Batas kemaknaan yang digunakan yaitu 0,05 dengan tingkat

kepercayaan 95%. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut

(Dahlan, 2010: 79)

(O − E)²
𝑋² = ∑
E

Keterangan

X² = Chi Square
∑ = jumlah

0 = nilai Observasi

E = Nilai Harapan

Kelemahan Uji Chi-Square

a. Tidak boleh ada frekuensi harapan (expected cel) <1

b. Tidak boleh ada frekuensi harapan < 5 dari 20% dari jumlah

keseluruhan sel.

Solusi apabila tidak terpenuhi syarat dari Uji Chi-Square, maka akan

dilakukan uji Fisher’s Exact (Dahlan, 2010: 92).

Anda mungkin juga menyukai