Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME KIMIA INTI

REAKTOR NUKLIR

Disusun Oleh:

Nama : Yulia Lestari

NIM : 16307141004

Kelas : Kimia E 2016

PROGRAM STUDI KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
REAKTOR NUKLIR

Reaktor nuklir adalah tempat atau perangkat berlangsungnya reaksi inti berantai
terkendali, baik pembelahan inti (fisi) ataupun penggabungan inti (fusi). Reaksi yang terjadi
pada reaktor nuklir didasarkan pada terjadinya reaksi pembelahan inti fisi oleh tembakan
partikel neutron. Inti fisi yang ada di alam adalah Uranium dan Thorium, sedangkan neutron
bisa dihasilkan dari sumber neutron. Reaksi nuklir menghasilkan energi panas dalam jumlah
cukup besar. Selain energi panas, dihasilkan partikel neutron setiap kali terjadi reaksi. Partikel
ini dimanfaatkan untuk proses reaksi berikutnya dengan sasaran inti fisi yang belum terbelah.
Reaksi ini bisa berlangsung secara terus-menerus pada kondisi neutron dan inti fisi masih
memungkinkan.
Reaktor nuklir dikelompokkan menjadi dua yaitu reaktor penelitian dan reaktor daya.
Pada reaktor penelitian yang diutamakan adalah pemanfaatan yang dihasilkan dari reaksi nuklir
untuk keperluan berbagai penelitian dan produksi radioisotop. Sedangkan panas yang
dihasilkan dirancang sekecil mungkin, sehingga dapat dibuang ke lingkungan. Pada reaktor
daya yang dimanfaatkan adalah uap yang bersuhu dan bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh
reaksi fisi untuk menggerakkan turbin-generator yang bisa menghasilkan listrik, sedangkan
neutron yang dihasilkan sebagian diserap dengan elemen kendali, dan sebagian diubah menjadi
neutron untuk berlangsungnya reaksi berantai.
Prinsip kerja reaktor nuklir hampir sama dengan pembangkit listrik konvensional.
Perbedaannya terletak pada sumber energi dan jenis bahan bakar. Sumber energi pada
pembangkit listrik konvensional berasal dari proses pembakaran secara kimia bahan bakar fosil
seperti batubara, sedangkan sumber energi reaktor nuklir berasal dari reaksi fisi nuklir pada
material-material fisil. Terdapat beberapa macam reactor nuklir, diantaranya yaitu Boiling
Water Reactor (BWR) dan Pressurized Water Reactor (PWR).

1. Boiling Water Reactor (BWR)


Boiling Water Reactor (BWR) termasuk kelompok reaktor air ringan, BWR
menggunakan air demineralisasi (H2O) sebagai moderator maupun pendinginnya,
sehingga, panas hasil fisi dipakai secara langsung untuk menguapkan air pendingin dan
uap yang terbentuk langsung dipakai untuk memutar turbin. Jenis bahan bakar nuklir
yang biasa digunakan dalam BWR Uranium-235 dan Plutonium-239.
a. Mekanisme/ Prinsip Kerja Boiling Water Reactor (BWR)
Pada Boiling Water Reactor (BWR), energi panas hasil reaksi fisi nuklir digunakan
untuk mendididihkan air pendingin di dalam bejana reaktor sehingga menghasilkan uap. Air
(pendingin reaktor) masuk melalui bagian bawah dari reaktor inti dan bergerak ke arah
atas. Setelah melewati bagian atas Boiling Water Reactor maka air tersebut akan
berubah fase menjadi uap superheat, namun kualitasnya masih sangat rendah sekitar 9%
dari total water flowrate, dan air yang belum mampu teruapkan akan kembali menuju
core bottom inlet melalui jet pumps dan akan tercampur bersama feedwater, dan pada
akhirnya air tersebut akan bergerak kembali ke atas Boiling Water Reactor . Setelah
beberapa kali proses loop maka akhirnya tercapailah jumlah flowrate uap yang
diinginkan.
Uap air yang dihasilkan kemudian secara langsung dialirkan ke turbin sehingga
dihasilkan energi gerak (kinetik). Turbin tekanan tinggi menerima uap pada suhu sekitar 290
ºC dan tekanan sebesar 7,2 MPa. Sebagian uap diteruskan lagi ke turbin tekanan rendah.
Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan
arus listrik.. Setelah uap air menggerakkan turbin, uap disalurkan ke kondenser dan diubah
menjadi air kembali. Dengan pompa utama, air kemudian dikembalikan ke bejana reaktor.
Sebagian air pendingin yang berada dalam bejana reaktor disirkulasi dengan pompa (disebut
pompa resirkulasi). Air yang keluar dari pompa resirkulasi disalurkan ke bagian bawah teras
reaktor melalui katup yang bekerja sebagai pompa jet. Tekanan dari pompa resirkulasi ini akan
menaikkan kecepatan aliran air pendingin dalam teras reaktor.
Adapun skema Boiling Water Reactor (BWR) adalah sebagai berikut:

b. Kelebihan Boiling Water Reactor (BWR) adalah sebagai berikut:


1. Bejana reaktor dan komponen yang terkait beroperasi pada tekanan yang jauh lebih
rendah sekitar 70-75 bar (1.020-1.090 psi) dibandingkan dengan PWR yaitu sekitar 155
bar (2.250 psi) dalam PWR.
2. Bejana tekan mengalami iradiasi yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan PWR,
sehingga tidak menjadi rapuh seiring bertambahnya usia.
3. Beroperasi pada suhu bahan bakar nuklir yang lebih rendah, sebagian besar karena
perpindahan panas oleh panas laten penguapan.
4. Lebih sedikit komponen karena kurangnya generator uap dan bejana pressurizer, serta
pompa sirkuit primer terkait, sehingga membuat BWR lebih mudah dioperasikan.
5. Risiko pecah yang lebih rendah dibandingkan dengan PWR yang dapat menyebabkan
hilangnya cairan pendingin dan risiko kerusakan inti yang lebih rendah. Hal ini
disebabkan karena lebih sedikit pipa, lebih sedikit pipa berdiameter besar, lebih sedikit
lasan dan tidak ada tabung pembangkit
6. Dapat beroperasi pada tingkat kepadatan daya inti yang lebih rendah menggunakan
sirkulasi alami tanpa aliran paksa.
7. BWR dapat dirancang untuk beroperasi dengan hanya menggunakan sirkulasi alami
sehingga pompa sirkulasi ulang dapat dihilangkan seluruhnya.
8. BWR tidak menggunakan asam borat untuk mengontrol pembakaran fisi untuk
menghindari produksi tritium (kontaminasi turbin) sehingga kemungkinan korosi lebih
kecil di dalam kapal reaktor dan perpipaan.

c. Kekurangan Boiling Water Reactor (BWR) adalah sebagai berikut:


1. BWR memerlukan perhitungan yang lebih kompleks untuk mengelola konsumsi bahan
bakar nuklir selama operasi karena "aliran dua fase (air dan uap)" di bagian atas inti. Ini
juga membutuhkan lebih banyak instrumentasi dalam teras reaktor.
2. Menggunakan bejana tekan yang lebih besar daripada PWR dengan daya yang sama,
dengan biaya yang lebih tinggi, khususnya untuk model lama yang masih menggunakan
generator uap utama dan perpipaan terkait.
3. Kontaminasi turbin oleh produk aktivasi berumur pendek . Pelindung-pelindung dan
akses di sekitar turbin uap diperlukan selama operasi normal karena tingkat radiasi yang
timbul dari uap yang masuk langsung dari teras reaktor.
2. Pressurized Water Reactor (PWR)
Pressurized Water Reactor (PWR) termasuk kelompok reaktor air ringan, PWR
menggunakan air demineralisasi (H2O) sebagai pendingin dan medium pelambat neutron
(moderator neutron). Pressurized Water Reactor menggunakan dua macam pendingin, yaitu
pendingin primer (sistem reaktor) dan pendingin sekunder (sistem uap). Keduanya
mengungkung material radioaktif agar tidak menyebar keluar dari reactor. Bahan bakar yang
digunakan yaitu Uranium dengan perkayaan sekitar tiga persen dalam bentuk persenyawaan
uranium dioksida.

a. Mekanisme/ Prinsip Kerja Pressurized Water Reactor (PWR)


Pada Pressurized Water Reactor, panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai
untuk memanaskan air pendingin primer. Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat
pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai untuk mempertahankan tekanan sistim
pendingin primer. Tekanan pada sistim pendingin primer dipertahankan pada posisi ± 150
Atm agar air pendingin primer tidak mendidih pada suhu sekitar 300 ºC.
Dari sistem pendingin primer yang bertekanan tinggi dan bertemperatur tinggi, air
pendingin primer dialirkan ke perangkat pembangkit uap (steam generator) dengan pompa
sirkulasi primer. Setelah melepaskan energi panasnya, air ini kemudian dikembalikan ke bejana
reaktor. Pada perangkat pembangkit uap, panas dialihkan ke pendingin pada sistem sekunder.
Dengan panas tersebut air sistem sekunder diubah menjadi uap dalam perangkat pembangkit
uap. Tekanan pada sistim pendingin sekunder dipertahankan pada tekanan udara normal
sehingga air dapat menguap pada suhu 100 ºC. Temperatur uap di sistem sekunder pada saat
reaktor beroperasi adalah 277 oC dan tekanannya 62 kg/cm2. Uap yang terbentuk di dalam
sistim pembangkit uap ini selanjutnya dialirkan untuk memutar turbin. Energi kinetik dari
turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan arus listrik Uap
dari turbin dialirkan ke kondenser untuk diembunkan (diubah menjadi fase cair), selanjutnya
air ini dikembalikan ke pembangkit uap dengan bantuan pompa sekunder.
Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas listrik
dan penyemprot air. Alat ini bekerja berdasarkan sifat bahwa air yang dijaga dalam
keseimbangan dengan uap air pada suatu suhu tertentu akan bertekanan tertentu pula. Jadi di
dalam pressurizer terdapat air dan uap yang diusahakan dalam keseimbangan, yaitu tinggi
permukaan air tertentu. Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang, pemanas listrik
akan memanaskan air yang terdapat di dalam tangki pressurizer sehingga terbentuklah
uap tambahan yang akan menaikkan tekanan dalam sistim pendingin primer. Sebaliknya
apabila tekanan dalam sistim pendingin primer bertambah, maka sistim penyemprot
air akan mengembunkan sebagian uap sehingga tekanan uap berkurang dan sistim
pendingin primer akan kembali ke keadaan semula. Tekanan pada sistim pendingin
primer dipertahankan pada posisi ± 150 Atm untuk mencegah agar air pendingin primer
tidak mendidih pada suhu sekitar 300 ºC. Dalam bekerjanya 60% ruangan terisi air,
40% terisi uap.
Adapun skema Pressurized Water Reactor adalah sebagai berikut:
b. Kelebihan Pressurized Water Reactor adalah sebagai berikut:
1. Reaktor PWR sangat stabil karena kecenderungannya untuk menghasilkan daya yang lebih
kecil ketika suhu meningkat; ini membuat reaktor lebih mudah dioperasikan dari sudut
pandang stabilitas.
2. Pada PWR perputaran sistim pendingin primernya tertutup, sehingga apabila terjadi
kebocoran bahan radioaktif di dalam teras reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi
pada turbin.
3. PWR mempunyai koefisien reaktivitas negatif. Apabila terjadi kenaikan suhu dalam teras
reaktor secara mendadak, maka daya reaktor akan segera turun dengan sendirinya.
4. Teknologi PWR disukai oleh negara-negara yang ingin mengembangkan angkatan laut
nuklir; reaktor kompak sangat cocok di kapal selam nuklir dan kapal nuklir lainnya.

c. Kekurangan Pressurized Water Reactor adalah sebagai berikut:


1. Air pendingin harus bertekanan tinggi agar tetap cair pada suhu tinggi. Ini membutuhkan
perpipaan berkekuatan tinggi dan bejana tekanan berat, sehingga meningkatkan biaya
konstruksi.
2. Komponen tekanan tinggi tambahan pada PWR seperti pompa pendingin reaktor,
pressurizer, generator uap, hal ini meningkatkan biaya modal dan kompleksitas
pembangkit PWR.
3. Pendingin air suhu tinggi dengan asam borat yang dilarutkan di dalamnya bersifat korosif
terhadap baja karbon (tetapi bukan baja tahan karat), hal ini dapat menyebabkan produk
korosi radioaktif bersirkulasi dalam loop pendingin primer.
4. Uranium alami hanya 0,7% uranium-235, isotop yang diperlukan untuk reaktor termal
pada PWR. Hal ini mengakibatkan perlunya pengkayaan bahan bakar uranium, yang
secara signifikan meningkatkan biaya produksi bahan bakar.
5. efisiensi thermal PWR sedikit lebih rendah dibandingkan dengan BWR karena
menggunakan dua sistim pendingin yaitu pendingin primer dan sekunder.

Boiling Water Reactor (BWR) dan Pressurized Water Reactor memiliki perbedaan dalam
hal perlengkapan dan kondisi operasi seperti di bawah ini:

Pembangkit Pressurizer Separator Tekanan bejana


uap
Boiling Tidak ada Tidak ada Berada di bagian 70 atm, 285°C
Water atas bejana
Reactor
Pressurized Ada Ada Terdapat di dalam 157 atm, 320°C
Water pembangkit uap
Reactor

Anda mungkin juga menyukai