Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU URETER

Oleh :
NUR WINDA DIAH MAHESWARI
1830039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES PEMKAB MALANG
KEPANJEN
2018
A. Anatomi Fisiologi
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang
menghantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah
sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung
kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih. Ureter dibagi
menjadi pars abdominalis, pelvis,dan intravesikalis. Dindingnya terdiri atas
mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan
longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna
mengeluarkan urine ke buli-buli. Secara anatomis terdapat beberapa tempat yang
ukuran diameternya relative lebih sempit daripada di tempat lain Sehingga batu
atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut. Tempat-
tempat penyempitan itu antara lain adalah :
a. Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvi-ureter junction.
b. Tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis.
c. Pada saat ureter masuk ke buli-buli.
Sistem perdarahan ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh arteri
ginjal, gonad, dan buli-buli dengan hubungan kolateral kaya sehingaa umumnya
perdarahan tidak terancam pada tindak bedah ureter. Persyarafan ureter bersifat
otonom (Sjamsuhidajat, 2011).

B. Pengertian
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue Hinchliff,
1999). Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar
bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian
berupa nidus menjadi batu kandung yang besar. Batu juga tetap bisa tinggal di
ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter
yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang hematuria yang didahului oleh
serangan kolik (R. Samsuhidajat, 2011).

C. Klasifikasi
Berikut ini beberapa klasifikasi batu saluran kemih (Sjamsuhidajat, 2011):
a. Batu Kalsium Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan
BSK yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-
kadang di jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk
campuran, misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau
campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut
diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau
darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe yang
berbeda, yaitu:
1) Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/
hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
2) Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu
batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.
b. Batu Asam Urat Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam
urat. Pasien biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh
asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein
mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK, karena keadaan
tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih
menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil
sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam
urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak
90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
c. Batu Struvit Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu
ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi
ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah
urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15- 20% pada
penderita BSK Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-
laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium
dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat
penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.
d. Batu Sistin Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena
gangguan ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan
frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan
ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor
keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh,
pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat
batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena imobilitas.
Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan
pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein
hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.

D. Etiologi
a. Teori Pembentukan Inti
Teori ini mengatakan bahwa pemebentukan batu berasal dari kristal
atau benda asing yang berada dalam urin yang pekat. Teori ini ditentang oleh
beberapa argumen, dimana dikatakan bahwa batu tidak selalu terbentuk pada
pasien dengan hipereksresi atau mereka dengan resiko dehidrasi. Teori inti
matrik dimana pembentukan batu saluran kemih membutuhkan adanya
substansi organik terutama muko protein A mukopolisakarida yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori Supersaturasi
Peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin
seperti sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah terbentuknya
batu. Kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi oelh pH dan kekuatan ion.
c. Teori Presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas susbstansi dalam
urin. Di dalam urin yang asam akan mengendap sistin, zastin, asam urat,
sedangkan didalam urin yang basa akan mengendap garamgaram fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Tidak adanya atau berkurangnya substansi penghambat
pembentukan batu seperti fosfopeptida, pirofosfat, polifosfat, asam
mukopolisakarida dalam urin akan mempermudah pembentukan batu urin.
Akan tetapi teori ini tidaklah benar secara absolut, karena banyak orang yang
kekurangan zat penghambat tak pernah menderita batu, dan sebaliknya
mereka yang memiliki faktor penghambat malah membentuk batu.
e. Teori Lain
Berkurangnya volume urin. Dimana kekurangan cairan akan
menyebabkan peningkatan konsentrasi zat terlarut (misal kalsium, natrium,
oksalat dan protein) yang mana ini dapat menimbulkan pembentukan kristal
urin.
Selain itu juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
ureter, yaitu:
a. Genetik Anggota keluarga penderita batu urin lebih banyak kemungkinan
menderita penyakit yang sama dibanding dengan keluarga bukan penderita
batu urin. Lebih kurang 30% sampai 40% penderita batu kalsium oksalat
mempunyai riwayat famili yang positif menderita batu.
b. Jenis Kelamin Pria lebih banyak menderita batu saluran kemih dibanding
wanita (3-4:1). Disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada laki-laki lebih
panjang dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-
laki kadar kalsium lebih tinggi dibanding perempuan. Dan pada air kemih
perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon
testosteron yang dapat meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta
adanya hormon estrogen pada perempuan mampu mencegah agregasi garam
kalsium.
c. Pekerjaan Kejadian batu kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang yang
banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya.
d. Air Banyak minum air meningkatkan diuresis sehingga mencegah
pembentukan batu. Kurang minum dapat mengurangi diuresis, kadar
substansi dalam urin meningkat, mempermudah pembentukan batu.
e. Diet Konsumsi makanan tinggi protein yang akan meningkatkan resiko
terjadinya batu. Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan
garam atau antasida yang mengandung kalsium, produk susu, makananan
yang mengandung oksalat (misalnya teh, kopi instan, coklat, kacang-kacang,
bayam), vitamin C, atau vitamin D akan meningkatkan pembentukan batu
kalsium. Pemakaian vitamin D akan meningkatkan absobsi kalsium diusus
dan tubulus ginjal sehingga dapat menyebabkan hiperkalsemia dan
penumpukan kalsium di ginjal dan untuk konsumsi vitamin D ini harus
digunakan dengan perawatan. Makan makanan dan minuman yang
mengandung purin yang berlebihan (kerangkerangan, anggur) akan
menyebabkan pembentukan batu asam urat Makanan makanan yang banyak
mengandung serat dan protein nabati mengurangi resiko batu urin,
sebaliknya makanan yang mengandung lemak dan protein hewani akan
meningkatkan resiko batu urin.
f. Infeksi Hampir terbentuknya batu jenis struvit didahului oleh infeksi saluran
kemih yang disebabkan oleh bakteri pemecah urea, namun jenis batu lain
tidak jelas apakah batu sebagai penyebab infeksi atau infeksi sebagai
penyebab batu.
g. Obat-obatan Penggunaan obat anti hipertensi (Dyazide) berhubungan
dengan peningkatan frekuensi batu urin, begitu juga penggunaan antasida
yang mengandung silica berhubungan dengan perkembangan batu silica.
(Pramod. 2009)

E. Manifestasi Klinis
a. Nyeri
Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut
dan kolik. Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut
sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan. Penderita sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya
air kemih disertai dengan darah, maka penderita tersebut mengalami kolik
ureter
b. Hematuri
Penderita sering mengeluh hematuria atau urin berwarna seperti teh. Namun
lebih kurang 10-15% penderita batu saluran kemih tidak menderita
hematuria.
c. Infeksi
Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri pinggang, nausea
serta muntah dan disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu
infeksi) berhubungan dengan infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp,
Klebsiella sp, dan jarang dengan E.colli.
d. Demam
Hubungan batu urin dengan demam adalah merupakan kedaruratan medik
relatif. Tanda-tanda klinik sepsis adalah bervariasi termasuk demam,
takikardi, hipotensi dan vasodilatasi perifer. Demam akibat obstruksi saluran
kemih memerlukan dekompresi segera.
e. Mual dan Muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah
(Sjamsuhidajat, 2011)

F. Patofisiologi
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat,
asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan
merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya
juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan
vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan
hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium
didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan
urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin
disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena
pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027). Pada kebanyakan penderita
batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas. Faktor predisposisi berupa
stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi, stasis, dan litiasis merupakan faktor
yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau sirkulus
visiosus. Jaringan abnormal atau mati seperti pada nekrosis papila di ginjal dan
benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma
kadang berupa nidus batu (R. Sjamsuhidajat, 2011).
Pathway
Faktor Faktor
Intrinsik Ekstrinsik

Hereditair Umur Jenis Geografi Iklim dan Asupan Air Diet Pekerjaan
Kelamin temperatur

Terjadi Presipitasi
garam dalam urine

Terjadi pengendapan
yang berbentuk kristal-
kristal

Peningkatan
Obstruksi Batu Ginjal
distensi Abdomen

Pembedahan
Anoreksia
Tekanan Penurunan
Hidrostatik Reabsorbsi dan Mual
sekresi Turbulensi muntah Adanya Luka Insisi Hospitalisasi

Trauma
Gangguan Fungsi Output Inkontinuitas Kurang informasi
Ginjal berlebihan jaringan Kulit
Distensi pada
ginjal serta ureter Stessor pada
proksimal Ketidakefektifan nutrisi Keluarga
kurang dari kebutuhan tubuh Buffer Pertahanan
Terganggu
Pelepasan Ansietas
Mediator seni
(Bradikinin, Penurunan Perubahan Status Masuknya kuman
serotonin, produksi urine Kesehatan Patogen
Histamin)

Retensi Urine Kurang terpajan Resiko Infeksi


Nyeri Akut Informasi

Gangguan
Misintrepretasi
Eliminasi urine

Kurang
Pengetahuan
G. Penatalaksanan
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat
keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum
banyak supaya dapat mendorong batu keluar.
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan.
Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil dengan menggunakan
gelombang kejut sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
c. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung
ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan
secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara,
atau dengan energi laser.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
e. Uroterolitotomi
Ureterolitotomi adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk
mengambil batu ureter baik ureter proksimal (atas) ataupun distal (bawah).
H. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : Terlihat pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen
sebelah atas. Pembesaran ini mungkin karena hidronefrosis
2. Palpasi : Ditemukan nyeri tekan pada abdomen sebelah atas. Bisa kiri,
kanan atau dikedua belah daerah pinggang. Pemeriksaan bimanual
dengan memakai dua tangan atau dikenal juga dengan tes Ballotement,
ditemukan pembesaran ginjal yang teraba disebut Ballotement positif.
3. Perkusi : Ditemukan nyeri ketok pada sudut kostovertebra yaitu sudut
yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1. Air kemih
 Mikroskopis endapan: sedimen urin yang menunjukkkan adanya
leukosituria, hematuria, kristal-kristal pembentuk batu.
 Makroskopis: didapatkan gross hematuri
 Biakan: menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah
urea.
 Sensitivitas kuman.
2. Faal Ginjal
Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah untuk melihat fungsi ginjal baik
atau tidak. Pemeriksaan elektrolit untuk memeriksa factor penyebab
timbulnya batu antara lain kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di
dalam urin.
3. Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat
dilakukan; pada keadaan ini dapat dilakukan retrograd pielografi atau
dilanjutkan dengan antegrad pielografi, bila hasil retrograd pielografi
tidak memberikan informasi yang memadai. Pada foto BNO batu yang
dapat dilihat disebut sebagai batu radioopak, sedangkan batu yang tidak
tampak disebut sebagai batu radiolusen, berikut ini adalah urutan batu
menurut densitasnya, dari yang paling opaq hingga yang paling bersifat
radiolusent; calsium fosfat, calsium oxalat, magnesium amonium fosfat,
sistin, asam urat, xantine.
4. Foto polos perut (90% batu kemih radioopak)
5. Foto pielogram intravena (adanya efek obstruksi)
6. Ultrasonografi ginjal (Hidronefrosis)
7. Foto Kontras Khusus Retrograd dan perkerutan.
8. Analisis biokimia batu.
9. Pemeriksaan kelainan metabolik.
10. Pemeriksaan kimiawi Ditemukan pH urin lebih dari 7,6 menunjukkan
adanya pertumbuhan kuman pemecah urea dan kemungkinan terbentuk
batu fosfat. Bisa juga pH urin lebih asam dan kemungkinan terbentuk
batu asam urat.
11. Pemeriksaan darah lengkap Dapat ditemukan kadar hemoglobin yang
menurun akibat terjadinya hematuria. Bisa juga didapatkat jumlah lekosit
yang meningkat akibat proses peradangan di ureter.
(Pramod. 2009)

I. Komplikasi
1) Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di
saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan
hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak
diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat
menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem
duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat
memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
2) Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan
dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat
menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron
karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua
ginjal terserang.
3) Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan
iritasi yang berkepanjangan pada urothelium yang dapat menyebabkan
tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma epidermoid.
4) Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter, dapat terjadi
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang
berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua
ginjal, akan timbul uremia karena gagal ginjal total. Hal yang sama dapat
juga terjadi akibat batu kandung kemih, lebih-lebih bila batu tersebut
membesar sehingga juga mengganggu aliran kemih dari kedua orifisium
ureter. Khusus pada batu uretra, dapat terjadi diverticulum uretra. Bila
obstruksi berlangsung lama, dapat terjadi ekstravasasi kemih dan
terbentuklah fistula yang terletak proksimal dari batu ureter (Corwin, 2009).

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada ureterolithiasis tergantung pada ukuran,
lokasi, dan etiologi kalkulus (Doenges, 1999 Hal 672).
 Aktivitas / istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan di mana klien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas / mobilitas
sehubungan kondisi sebelumnya.
 Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD / nadi, (nyeri, obstruksi oleh kalkulus) kulit
hangat dan kemerahan, pucat.
 Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine,
distensi vesica urinaria, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuruia, perubahan pola berkemih.
 Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,
kalsium oksalat / fosfat, ketidakcukupan intake cairan Tanda :
Distensi abdominal, penurunan / tidak ada bising usus , muntah
 Nyeri / kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu,
nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan
perubahan posisi atau tindakan lain Tanda : melindungi, prilaku
distraksi, nyeri tekan pada area abdomen.
 Keamanan
Gejala : pengguna alkohol, demam, menggigil
 Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, ISK,
paratiroidisme, hipertensi, pengguna antibiotik, antihipertensi,
natrium bikarbonat, allopurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan
kalsium dan vitamin - Pemeriksaan diagnostik Urinalisis, urine 24
jam, kultur urine, survey biokimia, foto Rontgen, IVP,
sistoureteroskopi, scan CT, USG
2. Masalah Keperawatan
 Nyeri akut
 Gangguan Eliminasi Urin
 Defisit pengetahuan
 Ansietas
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Nyeri Akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam skala
nyeri pasien menurun
KH : Nadi 60-100x/menit, RR 16-20 x/menit, skala nyeri 1-3, pasien
tampak rileks, keluhan pasien tentang nyeri menurun.
Intervensi Rasional
Catat lokasi, karakteristik, durasi,
Membantu mengevaluasi tempat
frekuensi, kualitas, skala nyeri obstruksi dan kemajuan gerakan
(0- 10), penyebaran dan faktor kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar
presipitasi. Perhatikan tanda nonke punggung, lipat paha, genitalia
verbal, contoh peninggian TD sehubungan dengan proksimitas saraf
dan nadi, gelisah, merintih pleksus dan pembuluh darah yang
menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan
hebat dapat mencetuskan ketakutan,
gelisah
Jelaskan penyebab nyeri dan Memberikan kesempatan untuk
pentingnya melaporkan ke staf pemberian analgesik sesuai waktu dan
terhadap perubahan karakteristik mewaspadakan staf akan kemungkinan
nyeri lewatnya batu/terjadi komplikasi
Bantu atau dorong penggunaan Mengarahkan kembali perhatian dan
napas berfokus, bimbingan membantu dalam relaksasi otot
imajinasi, dan aktivitas
terapeutik
Tingkatkan istirahat Mengurangi kuantitas nyeri yang
dirasakan
Kolaborasi: -berikan obat sesuai Biasanya diberikan selama periode akut
indikasi: Narkotik, contoh untuk menurunkan kolik uretral dan
meperidin (Demerol), morfin meningkatkan relaksasi otot/mental
Antispasmodik, contoh flavoksat
(Uripas); oksibutin (Ditropan)
Kortikosteroid

b. Defisit Pengetahuan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam skala
nyeri pasien menurun
KH : Tidak mengalami tanda obstruksi, Jumlah dan konsistensi urin
normal, Tidak ada peningkatan kalsium pada urin
Intervensi Rasional
Awasi pemasukan dan Memberikan informasi tentang fungsi
pengeluaran serta karakteristik ginjal dan adanya komplikasi
urin
Dorong meningkatkan Peningkatan hidrasi membilas bakteri,
pemasukan cairan darah, dan debris serta dapat membantu
lewatnya batu
Periksa semua urin. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke
laboratorium untuk dianalisa Penemuan
batu memungkinkan identifikasi tipe
batu dan mempengaruhi pilihan terapi
Selidiki kandung kemih penuh: Retensi urin dapat terjadi, menyebabkan
palpasi untuk distensi distensi jaringan (kandung kemih/ginjal)
suprapubik. dan potensial risiko infeksi, gagal ginjal

Kolaborasi: -peningkatan BUN, elektrolit, kreatinin


- Awasi pemeriksaan mengindikasikan disfungsi ginjal
laboratorium, contoh elektrolit, -menentukan adanya ISK,
BUN, kretinin penyebab/gejala komplikasi
- Ambil urine untuk kultur dan -pembedahan untuk membuang batu
sensitivitas yang terlalu besar untuk melewati ureter
- Pielolitotomi terbuka atau -prosedur non invasif dimana batu ginjal
perkutaneus, nefrolitotomi dihancurkan dengan syok gelomabang
- ESWL dar luar tubuh.
c. Gangguan Eliminasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
gangguan eliminasi pasien dapat teratasi
KH : Pasien mampu mengenali tanda dan gejala penyakit dan faktor
penyebabnya, Pasien mampu mengetahui faktor resiko dan yang
memperberat penyakitnya, Pasien mampu mengetahui tindakan
pencegahan terhadap kondisi buruk penyakitnya.
Intervensi Rasional
Berikan penilaian tentang tingkat Untuk mengetahui seberapa besar
pengetahuan pasien tentang tingkat pemahaman pasien akan kondisi
proses penyakit yang spesifik yang dialami
Jelaskan patofisiologi dari Pasien mengetahui proses bagaimana
penyakit dan bagaiman hal ini penyakitnya bisa dialami dan menyerang
berhubungan dengan anatomi organ vital (ginjal)nya
dan fisiologi
Gambarkan tanda dan gejala Pasien dapat waspada akan tanda dan
yang biasa muncul pada penyakit gejala yang bisa muncul saat kondisi
serangan penyakit
Identifikasi kemungkinan Pasien tahu agen penyebab penyakit
penyebab dengan cara yang tepat (aktivitas, konsumsi vit. D berlebih dan
sedikit minum)
Diskusikan pilihan terapi Pasien bisa tahu tindakan dan aktivitas
apa yang harus dilakukan secara individu
maupun medis untuk memulihkan
kondisinya
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R. & Jong, Wim de. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC
Susanne, C Smel zer. 2002. Keperawatan Medikal Bedah (Brunner
&Suddart) , Edisi VIII, Volume 2, Jakarta, EGC
Pramod PR, Barrieras DJ, Bagli DJ, et al. 2009. Initial experience with
endoscopic Holmium laser lithotripsy for pediatric urolithiasis. J Urol
162:1714-1716.
Wehle MJ, Segura JW. In : Belman AB., Eds. 2002. Clinical pediatric
urology. Martin Dunitz.:1241.
Basuki B. Purnomo. 2000. Dasar-Dasar Urologi. Malang, Fakultas
kedokteran Brawijaya
Franzoni DF, Decter RM. 2009. Percutaneous vesicolithotomy: an
alternative to open bladder surgery in patients with an impassable or
surgically ablated urethra. J Urol;162:777-778.
Doenges E. Marilynn. 2000 Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta.
EGC

Anda mungkin juga menyukai