Anda di halaman 1dari 21

Diagnosa keperawatan

1. Kekurangan Volume Cairan b/d Kegagalan mekanisme regulasi (pengaturan)


2. Nyeri akut b/d injuri fisik
3. Kerusakan integritas kulit b/d mekanik (luka bakar)
4. Resiko infeksi b/d ketidak adekuatan pertukaran skunder
K. Intervensi
N Diagnosa NOC NIC
o
1 Kekurangan Setelah dilakukan askep Fluid management
. Volume Cairan selama 3x24 jam cairan adekuat  Pertahankan
berhubungan dengan dengan catatan intake dan output yang
Kegagalan Kriteria Hasil : akurat
mekanisme regulasi  Mempertahankan urine  Monitor status
(pengaturan) output sesuai dengan usia dan BB, hidrasi ( kelembaban membran
BJ urine normal, HT normal mukosa, nadi adekuat, tekanan
 Tekanan darah, nadi, darah ortostatik ), jika
suhu tubuh dalam batas normal diperlukan
 Tidak ada tanda tanda  Monitor vital sign
dehidrasi, Elastisitas turgor kulit  Monitor masukan
baik, membran mukosa lembab, makanan / cairan dan hitung
tidak ada rasa haus yang intake kalori harian
berlebihan
 Kolaborasikan
pemberian cairan IV
 Monitor status
nutrisi
 Dorong masukan
oral
 Berikan
penggantian nasogatrik sesuai
output
 Dorong keluarga
untuk membantu pasien makan
 Tawarkan snack (
jus buah, buah segar )
 Kolaborasi dokter
jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi
2 Nyeri b/d Setelah dilakukan Askep Pain Management
. Agen injuri fisik selama 3x24 jam nyeri  Monitor
(luka bakar) berkurang dengan KU dan vital sign
Kriteria Hasil :  Lakukan
 Mampu mengontrol pengkajian nyeri secara
nyeri (tahu penyebab nyeri, komprehensif termasuk
mampu menggunakan tehnik lokasi, karakteristik,
nonfarmakologi untuk mengurangi durasi, frekuensi,
nyeri, mencari bantuan) kualitas dan faktor
 Melaporkan bahwa nyeri presipitasi
berkurang dengan menggunakan  Observa
manajemen nyeri si reaksi nonverbal dari
 Mampu mengenali nyeri ketidaknyamanan
(skala, intensitas, frekuensi dan  Gunakan
tanda nyeri) teknik komunikasi
 Menyatakan rasa terapeutik untuk
nyaman setelah nyeri berkurang mengetahui
 Tanda vital dalam pengalaman nyeri
rentang normal pasien
 Kontrol
lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi
faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan
lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi)
 Ajarkan
tentang teknik non
farmakologi
 Lakukan
perawatan luka bakar
 Cek
riwayat alergi
 Berikan
analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Berikan
analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatk
an istirahat
 Kolabor
asikan dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil.

3 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan PENGAWASAN


integritas kulit b/d keperawatan selama KULIT
mekanik (luka bakar) 3x24 jam integritas  Inspeksi kondisi
jaringan: kulit dan luka operasi
mukosa normal dengan  Observasi
indikator: ekstremitas untuk warna,
 temperatur jaringan panas, keringat, nadi, tekstur,
dalam rentang yang diharapkan edema, dan luka
 elastisitas dalam rentang  Inspeksi kulit dan
yang diharapkan membran mukosa untuk
 hidrasi dalam rentang kemerahan, panas, drainase
yang diharapkan  Monitor kulit pada
 pigmentasi dalam area kemerahan
rentang yang diharapkan  Monitor penyebab
 warna dalam rentang tekanan
yang diharapkan  Monitor adanya
 tektur dalam rentang infeksi
yang diharapkan
 Monitor kulit
 bebas dari lesi
adanya rashes dan abrasi
 kulit utuh
 Monitor warna
kulit
 Monitor temperatur
kulit
 Catat perubahan
kulit dan membran mukosa
 Monitor kulit di
area kemerahan

MANAJEMEN
TEKANAN
 Tempatkan pasien
pada terapeutic bed
 Elevasi ekstremitas
yang terluka
 Monitor status
nutrisi pasien
 Monitor sumber
tekanan
 Monitor mobilitas
dan aktivitas pasien
 Mobilisasi pasien
minimal setiap 2 jam sekali
 Back rup
 Ajarkan pasien
untuk menggunakan pakaian
yang longgar
4 Resiko Setelah dilakukan askep Infection Control
Infeksi selama 3x24 jam tidak terjadi (Kontrol infeksi)
- infeksi dengan  Monitor Ku dan
Kriteria Hasil : Vital sign
 Klien bebas dari tanda  Bersihkan
dan gejala infeksi lingkungan setelah dipakai
 Menunjukkan pasien lain
kemampuan untuk mencegah  Pertahankan teknik
timbulnya infeksi isolasi
 Jumlah leukosit dalam  Batasi pengunjung
batas normal bila perlu
 Menunjukkan perilaku
 Instruksikan pada
hidup sehat
pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung
meninggalkan pasien
 Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci tangan
 Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah tindakan
keperawtan
 Gunakan baju,
sarung tangan sebagai alat
pelindung
 Pertahankan
lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
 Ganti letak IV
perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
 Tingktkan intake
nutrisi
 Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Monitor
kerentanan terhadap infeksi
 Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
 Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
 Pertahankan teknik
isolasi k/p
 Berikan perawatan
kulit pada area luka bakar
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi
luka bakar
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan
kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur
positif
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas klien
Nama : An Z.
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Wingko Tinupuk Ngombol Purworejo
Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2013 Jam : 16.00 wib
B. Diagnosa Medis : Combustio Grade II (80%)
Keluhan Masuk
Klien datang ke IGD dengan combustio hampir seluruh tubuh akibat terbakar bensin
C. Primary Survey
1. Airway (Jalan nafas)
Tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas
2. Breathing (Pernafasan)
Frekuensi nafas 30 x / m, Tidak terdapat batuk, nafas cepat, anak menangis kuat
3. Circulation
Nadi : 80 x/menit
4. Disability
Kesadaran klien : Compos mentis ( GCS : 15)
5. Eksposure
Terdapat luka bakar pada kepala, wajah, ektrimitas, punggung, grade 2 (80%)

D. Analisa Data
DATA Masala Penye
h bab
DS : - Kekura Kega
DO : ngan volume galan
a. Terdapat luka bakar greade 2 cairan mekanisme
b. Luas luka bakar 66 % regulasi
c. An. Z menangis (pengaturan)
d. Anak lahap saat diberi susu
e. Klien tampak gelisah
f. Terpasang DC urin tidak keluar
g. Balance cairan
IWL = 15xBBx24 jam
IWL =15x10x24 jam
IWL = 3600
Intake = infus 200 + minum 120
Intake = 220
Output = tidak ada urin
Balance cairan = intake- output – IWL
Balance cairan = 320-0-3600
Balance cairan = - 3280
DS Nyeri Agen
DO : Akut injury : Fisik
a. Terdapat luka bakar greade 2 pada wajah,
kepala ekstremitas dan punggung
b. Luka basah
c. Luka Berwarna kemerahan
d. Luas luka bakar 66 %
e. Terdapat bula
f. Klien tampak meringis kesakitan
g. Klien tampak gelisah
DS : Kerusa Meka
DO : kan integritas nikal (Luka
a. Terdapat luka bakar greade 2 pada kulit Bakar)
kepala, wajah, ekstremitas dan punggung
b. Luka basah
c. Luka Berwarna kemerahan
d. Luas luka bakar 66 %
e. Terdapat bula

E. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d Kegagalan mekanisme regulasi (pengaturan)
b. Nyeri akut b/d Agen injury : Fisik
c. Kerusakan integritas kulit b/d mekanik (luka bakar)
F. Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Kekurangan Volu Setelah dilakukan  Fluid
me Cairan berhubungan askep selama 3x24 jam management
dengan Kegagalan cairan adekuat dengan  Pertahankan
mekanisme regulasi Kriteria Hasil : catatan intake dan output
(pengaturan)  Mempertahankan yang akurat
urine output sesuai dengan  Monitor status
usia dan BB, BJ urine hidrasi ( kelembaban
normal, HT normal membran mukosa, nadi
 Tekanan darah, adekuat, tekanan darah
nadi, suhu tubuh dalam ortostatik ), jika diperlukan
batas normal  Monitor vital
 Tidak ada tanda sign
tanda dehidrasi, Elastisitas  Monitor
turgor kulit baik, membran masukan makanan / cairan
mukosa lembab, tidak ada dan hitung intake kalori
rasa haus yang berlebihan harian
 Kolaborasikan
pemberian cairan IV
 Monitor status
nutrisi
 Berikan cairan
IV pada
 Dorong masukan
oral
 Berikan
penggantian nasogatrik
sesuai output
 Dorong keluarga
untuk membantu pasien
makan
 Tawarkan snack
( jus buah, buah segar )
 Kolaborasi
dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
 Atur
kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi
Nyeri akut b/d Nyeri  Kaji karakteristik
Agen injury : Fisisk teratasi/berkurang setelah nyeri
dilakukan asuhan  Monitor vital
keperawatan selama 3x24 sign dan skala nyeri secara
jam. teratur
Kriteria hasil :  Jelaskan
 tidak ada penyebab nyeri
keluhan nyeri  Ajarkan teknik
 ekspresi wajah relaksasi
rileks  Jelaskan ;pada
 bebas nyeri keluarga peran yang dapat
disaat beraktifitas dilakukan untuk
 vital sign normal menguranggi nyeri
 skala nyeri 0 (massage, kompres hangat,
dll)
 Batasi aktifitas
selama priode nyeri
 Berikan terapi
analgetik sesuai advis
untuk mengurangi nyeri
Kerusakan Integritas kulit baik  Anjurkan pasien
integritas kulit b/d setelah dilakukan asuhan untuk menggunakan
mekanik (luka bakar) keperawatan selama 3 x24 pakaian yang longgar
jam.  Jaga kebersihan
Kriteria Hasil : kulit agar tetap b ersih dan
 Bebas dari luka kering
tekan  Mobilisasi
 Bebas iritasi pasien (ubah posisi pasien)
kulit setiap 2 jam sekali
 Tidak kemerahan  Monitor aktivitas
dan mobilisasi pasien.
 Monitor setatus
nutrisi pasien
 Memandikan
pasien dengan sabun dan
air hangat
 Kolaborasi
dalam pemberian obat
G. Implementasi

Waktu Diagnosa Implementasi


Jumat 10 Kekurangan S:
Mei 2013 Volume Cairan  Melakukan kolaborasi O:
16.00 berhubungan dengan pemberian cairan IV a. Klien terp
Kegagalan Klien terpasang infuse RL makro tpm
mekanisme regulasi set 60 tpm b. Klien min
(pengaturan)  Melakukan kolaborasi c. Nadi : 80
16.05 pemasangan kateter. d. RR : 30 x
 Mendorong masukan oral e. Output : u
16.10 Klien minum 120 cc susu A : Masalah k
 Memonitor vital sign cairan belum teratasi
16.10 Nadi : 80x/menit P:
RR : 30x/menit a. Klien pin
 Mempertahankan catatan intake b. RL + keb
16.20 dan output yang akurat c. 8 jam per
Selama di IGD 1600cc = 60 tpm
Intake = infus 200 + minum 120 d. 8 jam ked
Intake = 220 08.00 dan 08.00- 16.0
Output = tidak ada urin
16.00 Nyeri akut  Memberikan posisi yang S:
16.05 b/d Agen injury : nyaman O:
Fisisk  Menganjurkan ibu a. Terdapat
memberikan teknik relaksasi (terapi pada wajah. kelp ekst
musik) untuk menggurangi nyeri punggung
Klien terlihat tenang b. Luka basa
16.05 Klien berhenti menangis c. Luka Ber
 Menganjurkan ibu memassage d. Luas luka
pada bagian tubuh yang tidak terkena luka e. Terdapat
16.10 bakar f. Klien tam
 Memonitor Vital Sign g. Klien ber
N : 80x/menit A : Masalah
R : 30x/menit belum teratasi
P:
a. Klien pin
16.00 Kerusakan  Menjaga kebersihan kulit S:
16.05 integritas kulit b/d  Melakukan kolaborasi dengan O:
mekanik (luka bakar) dokter dalam pemberian obat burnazin a. Terdapat
salep pada wajah, kepala, e
punggung
b. Luka basa
c. Luka Ber
d. Luas luka
e. Terdapat
A : Masalah k
kulit belum teratasi
P:
a. Klien pin
b. Pemberia
2 hari
c. Consul do
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tutik Rahayuningsih, S. Kep.,Ns. Dengan
judul Penatalaksanaan luka bakar (combustio) pada tahun 2012 adalah Untuk klien dengan
luka yang luas, maka penanganan pada bagian emergensi akan meliputi reevaluasi ABC
(jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi ) dan trauma lain yang mungkin terjadi; resusitasi
cairan (penggantian cairan yang hilang); pemasangan kateter urine; pemasangan nasogastric
tube (NGT); pemeriksaan vital signs dan laboratorium; management nyeri; propilaksis
tetanus; pengumpulan data; dan perawatan luka.
Berikut adalah penjelasan dari tiap-tiap penanganan tersebut, yakni sebagai berikut.
a. Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang
mungkin terjadi.
Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi pernafasan, dan sirkulasi untuk lebih
memastikan ada tidaknya kegawatan dan untuk memastikan penanganan secara dini. Selain
itu melakukan pengkajian ada tidaknya trauma lain yang menyertai cedera luka bakar seperti
patah tulang, adanya perdarahan dan lain-lain perlu dilakukan agar dapat dengan segera
diketahui dan ditangani.
b. Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang)
Bagi klien dewasa dengan luka bakar lebih dari 15 %, maka resusitasi cairan intravena
umumnya diperlukan. Pemberian intravena perifer dapat diberikan melaui kulit yang tidak
terbakar pada bagian proximal dari ekstremitas yang terbakar. Sedangkan untuk klien yang
mengalami luka bakar yang cukup luas atau pada klien dimana tempat – tempat untuk
pemberian intravena perifer terbatas, maka dengan pemasangan kanul (cannulation) pada
vena central (seperti subclavian, jugular internal atau eksternal, atau femoral) oleh dokter
mungkin diperlukan.
Luas atau persentasi luka bakar harus ditentukan dan kemudian dilanjutkan dengan
resusitasi cairan. Resusitasi cairan dapat menggunakan berbagai formula yang telah
dikembangkan.
c. Pemasangan kateter urine
Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap jam.
Output urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan keadekuatan dari
resusitasi cairan.
d. Pemasangan nasogastric tube (NGT)
Pemasangan NGT bagi klien LB 20 % -25 % atau lebih perlu dilakukan untuk
mencegah emesis dan mengurangi resiko terjadinya aspirasi. Disfungsi ganstrointestinal
akibat dari mengenai sekeliling ekstremitas, maka meninggikan bagian ekstremitas diatas
jantung akan membantu menurunkan edema dependen; walaupun demikian gangguan
sirkulasi masih dapat terjadi. Oleh karena pengkajian yang sering terhadap perfusi
ekstremitas bagian distal sangatlah penting untuk dilakukan.
e. Pemeriksaan vital signs dan laboratorium
Vital signs merupakan informasi yang penting sebagai data tambahan untuk
menentukan adekuat tidaknya resuscitasi.
f. Pemeriksaan laboratorium dasar akan meliputi pemeriksaan gula darah, BUN
(blood ures nitrogen), creatini, elektrolit serum, dan kadar hematokrit. Kadar gas darah arteri
(analisa gas darah), COHb juga harus diperiksa, khususnya jika terdapat injuri inhalasi. Tes-
tes laboratorium lainnya adalah pemeriksaan x-ray untuk mengetahui adanya fraktur atau
trauma lainnya mungkin perlu dilakukan jika dibutuhkan. Monitoring EKG terus menerus
haruslah dilakukan pada semua klien dengan LB berat, khususnya jika disebabkan oleh
karena listrik dengan voltase tinggi, atau pada klien yang mempunyai riwayat iskemia
jantung atau dysrhythmia.
g. Management nyeri
Penanganan nyeri dapat dicapai melalui pemberian obat narcotik intravena, seperti
morphine. Pemberian melalui intramuskuler atau subcutan tidak dianjurkan karena absorbsi
dari jaringan lunak tidak cukup baik selama periode ini bila hipovolemia dan perpindahan
cairan yang banyak masih terjadi. Demikian juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi
secara oral tidak dianjurkan karena adanya disfungsi gastrointestial.

h. Perawatan luka
Luka yang mengenai sekeliling ekstremitas dan torak dapat mengganggu sirkulasi dan
respirasi, oleh karena itu harus mendapat perhatian. Komplikasi ini lebih mudah terjadi
selama resusitasi, bila cairan berpindah ke dalam jaringan interstitial berada pada puncaknya.
Pada LB yang mengenai sekeliling ekstremitas, maka meninggikan bagian ekstremitas diatas
jantung akan membantu menurunkan edema dependen; walaupun demikian gangguan
sirkulasi masih dapat terjadi. Oleh karena pengkajian yang sering terhadap perfusi
ekstremitas bagian distal sangatlah penting untuk dilakukan.
Perawatan luka dibagian emergensi terdiri dari penutupan luka dengan sprei kering,
bersih dan baju hangat untuk memelihara panas tubuh. Klien dengan luka bakar yang
mengenai kepala dan wajah diletakan pada posisi kepala elevasi dan semua ekstremitas yang
terbakar dengan menggunakan bantal sampai diatas permukaan jantung. Tindakan ini dapat
membantu menurunkan pembentukan edema dependent. Untuk LB ringan kompres dingin
dan steril dapat mengatasi nyeri. Kemudian dibawa menuju fasilitas kesehatan.

Begitu juga penatalaksanan yang dilakukan terhadap klien kami An. Z yang
mengalami luka bakar grade 2 (80%) tindakan yang dilakukan pertama kali adalah pemberian
O2 2 liter permenit, pemasangan infuse RL makro set 60 tpm dan memberikan cairan susu
peroral untuk mengganti cairan yang hilang, pada klien kami juga dilakukan pemasangan
kateter untuk mengukur ke adekuatan pemberian cairan, pada luka bakar klien diberikan
salep burnazin
Dan hal ini di dukung pila oleh penelitian yang dilakukan oleh syafri kamsul arif
tentang manajemenpemberian cairan pada klien dengan luka bakar tahun 2009 adalah Pasien
luka bakar memerlukan resusitasi cairan dengan volume yang besar segera setelah trauma.
Resusitasi cairan yang tertunda atau yang tidak adekuat merupakan resiko yang independen
terhadap tingkat kematian pada pasien dengan luka bakar yang berat15. Tujuan dari resusitasi
pasien luka bakar adalah untuk tetap menjaga perfusi jaringan dan meminimalkan edema
interstitial.
Pemberian volume cairan seharusnya terus menerus dititrasi untuk menghindari
terjadinya resusitasi yang kurang atau yang berlebihan. Pemberian volume cairan yang besar
ditujukan untuk menjaga perfusi jaringan, namun jika berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya udema dan sindrom kompartemen pada daerah abdomen dan ekstremitas. Paru
paru dan kompartemen jaringan akan dikorbankan untuk meningkatkan fungsi ginjal, yang
bermanifestasi sebagai udema post resusitasi, kebutuhan trakeostomi, kebutuhan fasciotomi
pada ektremitas bawah, dan kompartemen sindrome pada abdomen. Sampai saat ini belum
ada kesepakatan tentang jenis cairan yang harus digunakan untuk resusitasi luka bakar,
namun setiap jenis cairan masing masing mempunyai keuntungan dan kerugian tergantung
kondisi pasien. Yang paling penting adalah apapun jenis cairan yang diberikan, volume
cairan dan garam yang adekuat harus diberikan untuk menjaga perfusi jaringan dan
memperbaiki hemostasis. Bufer cairan kristaloid seperti ringer lactate merupakan cairan yang
paling popular untuk resusitasi sampai saat ini. Formula resusitasi klasik yang dimodifikasi
oleh broke dan parkland dikembangkan dari formula Evans and Brooke yang menyarankan
pemberian 2 ml/kg/% total tubuh yang terkena luka bakar selama 24 jam pertama.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua
kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita,
terutama pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th) (Rohman Azzam, 2008)
Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian emergensi akan
meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi ) dan trauma lain yang
mungkin terjadi; resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang); pemasangan kateter
urine; pemasangan nasogastric tube (NGT); pemeriksaan vital signs dan laboratorium;
management nyeri; propilaksis tetanus; pengumpulan data; dan perawatan luka.
Penatalaksanaan yang dilakukan terhadap klien kami An Z sudah benar dan sesuai
dengan penanganan emergensi yang seharusnya hanya saja dalam melakukan perawatan luka
pada klien dengan luka bakar diharapkan tetap menjaga ke sterilan untuk mencegah
terjadinya infeksi.
B. Saran
a. Dapat mempertahankan tindakan tepat dan cepat pada saat menangani klien
dengan emergensi
b. Diharapkan tetap menjaga kesterilan dalam melakukan perawatan luka bakar
untuk mencegah terjadinya infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elisabeth,J. 2000, patofisiologi Alih Bahasa , Jakarta: EGC
Kartini, M. 2009. Efek Penggunaan Madu Dalam Manajemen Luka Bakar.
Temanggung: AKPER Ngesti Waluyo
Mansjoer , A. 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jakarta: FKUI
NANDA, 2012-2014, Panduan Diagnosa Keperawatan: Prima Medika
NIC dan NOC, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan,Wilkinson Judith M, EGC:
Jakarta
Nurhidayah, dkk. 2009. Hubungan Perawatan Luka Bakar Secara Tertutup dengan
Proses Penyembuhan Luka pada Pasien Luka Bakar Derajat II di IBS RSUD dr. Kanujoso
Jatiwibowo Balikpapan”. Balikpap

Anda mungkin juga menyukai