Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

REUMATIK

Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Stase Keperawatan Komunitas

Disusun oleh :

1. Aulia Rosinta
2. Gia Putri Sunarta
3. Fajar Nurhabibi
4. Luqmanul Hakim
5. Muhammad Irfan R
6. Herlin Wahyu Tri K
7. Rizka Nur Mukharomah
8. Risalatul Ikhtiarini
9. Nana Agustina Andriyani
10. Rizka Eka Aryanti

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN MENURAN

Pokok Bahasan : Promosi Kesehatan Tentang Reumatik


Sub Pokok Bahasan : a. Menjelaskan definisi reumatik
b. Menjelaskan etiologi reumatik
c. Menjelaskan tanda dan gejala reumatik
d. Menjelaskan pengobatan reumatik
e. Menjelaskan penatalaksanaan reumatik
menggunakan herbal
Hari/Tanggal : Jum’at/ 03 Mei 2019
Waktu : 40 Menit
Sasaran : Lansia di Desa Menuran
Tempat : Posyandu RW II Desa Menuran

A. Latar Belakang
Rematik adalah orang yang menderita arthritis atau di sebut juga radang
sendi. Tiga jenis artritis yang paling sering diderita adalah osteoarthritis, arthritis
gout, dan rheumatoid arthritis yang menyebabkan berbenjol pada sendi atau
radang pada sendi secara serentak (Utomo, 2005).
Tenaga kesehatan yang menangani kasus osteoarthritis salah satunya
adalah fisioterapi. Menurut Fukuda (2011), dilihat dari aspek fisioterapi,
Osteoarthritis dapat menimbulkan bermacam-macam gangguan seperti
impairment yaitu terjadi penurunan kekuatan otot, adanya nyeri yang
mengakibatkan lingkup gerak sendi terbatas, terjadi spasme pada otot, dan
disability yaitu terjadi ketidak mampuan dalam melakukan aktivitas tertentu
contoh berlutut, berdiri lama, bangkit dari duduk, dan jongkok. Akibat dari
menurunnya kemampuan gerak. Bahkan pada tingkat functional limitation seperti
mengalami gangguan saat berjalan, naik turun tangga, dan saat berlari.
Nyeri lutut merupakan salah satu keluhan yang sering timbul dan sering
dijumpai pada kasus osteoarthritis. Sedangkan nyeri merupakan gejala klinik
yang sering dijumpai pada pasien osteoarthritis lutut terutama saat melakukan
aktifitas atau pembebanan yang berlebih. Akibat lanjut dari osteoarthritis adalah
terjadi penurunan aktifitas fungsional (Parjoto, 2000).
B. Tujuan
1. Tujuan Intuksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 40 menit, kader dan lansia dapat
mengetahui dan memahami penyakit reumatik.
2. Tujuan Intruksional Khusus
a. Menjelaskan definisi reumatik
b. Menjelaskan etiologi reumatik
c. Menjelaskan tanda dan gejala reumatik
d. Menjelaskan pengobatan reumatik
e. Menjelaskan penatalaksanaan reumatik menggunakan herbal
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Media
1. LCD
2. leaflet
E. Setting Tempat
Keterangan:
: Moderator
: Penyaji
: Observer
: Peserta
: Fasilitator

F. Pembagian peran TIM


1. Moderator : Gia Putri Sunarta
a. Memandu jalannya penyampaian materi.
2. Pemateri : Rizka Nur M
a. Menyusun rencana Penkes
b. Mengarahkan kelompok sesuai tujuan
c. Memfasilitasi anggota untuk mengekpresikan perasaan, pendapatan,
dan memberikan umpan balik
d. Memimpin role play
e. Mengkaji hambatan dalam kelompok
f. Mengkaji komplik interpersonal
g. Mengkaji sejauh mana anggota kelompok mengerti dan melaksanakan
kegiatan
3. Fasilitator : Rizka Eka A, Fajar Nur Habibi, Luqmanul H, Herlin Wahyu T,
Nana A. Andriyani.
a. Membantu pemateri memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dalam
mengkonsentransikan anggota kelompok untuk ikut dan fokus pada
arahan yang diarahkan oleh pemateri.
b. Membantu memotifasi dalam kelompok agar ikut dalam kegiatan.
c. Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan berlangsung
d. Mempertahankan kehadiran peserta :
1) Selama kegiatan Penkes berlangsung kurang lebih 40 menit.
2) Peserta yang ingin kebelakang untuk izin dan kembali ke kelompok
awal.
4. Observer : Muhammad Irfan, Risalatul Ikhtiarini.
a. Mengobservasi respon klien
b. Mengobservasi pelaksanaan Penkes
c. Mengobservasi jalannya/proses Penkes
d. Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan
berlangsung.

G. Kegiatan Penyuluhan
No TAHAP WAKTU KEGIATAN Kegiatan
Peserta
1. Mengucapkan salam
1 Pembukaan 5 menit 2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud dan tujuan
4. Kontrak waktu

Menjelaskan materi : 
a. Menjelaskan definisi reumatik
b. Menjelaskan etiologi reumatik
Ceramah
c. Menjelaskan tanda dan gejala
2 Pelaksanaan 30 menit
reumatik
d. Menjelaskan pengobatan reumatik
e. Menjelaskan penatalaksanaan
reumatik menggunakan herbal
3 Penutup 5 menit Mengakhiri kegiatan 
Menutup dengan salam

H. Evaluasi Hasil
Evaluasi dilaksnaan selama proses dan pada ahir kegiatan penkes dengan
memberikan pertanyaan secara lisan sebagai berikut :
1. Mampu menyebutkan Definisi Reumatik
2. Mampu menyebutkan Penyebab(Etiologi) Reumatik
3. Mampu menyebutkan Tanda dan gejala Reumatik
4. Mampu menyebutkan Pengobatan Reumatik
5. Mampu menyebutkan Penatalaksanaan Reumatik Menggunakan Herbal
Kriteria evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Menyiapkan SAP
2) Menyiapkan materi dan media
3) Kontrak waktu dengan sasaran
4) Menyiapkan tempat
5) Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi Proses
1) Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama proses penkes
berlangsung
2) Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3) Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan penyaji
4) Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
5) Tanya jawab berjalan dengan baik
c. Evaluasi Hasil
1) Penkes dikatakan berhasil apabila sasaaran mampu menjawab
pertanyaan 80% lebih dengan benar
2) Penkes dikatakan cukup berhasil apabila sararan mampu menjawab
pertanyaan antara 50% - 80% dengan benar
3) Penkes dikatakan kurang berhsil/tidak berhasil apabila sasaran hanya
mampu menjawab pertanyaan kurang dari 50% dengan benar.
LAMPIRAN
A. Pengertian
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi
kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan
dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban (Bandiyah, 2009).
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali
berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang,
obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya (Azizah,
2011).

B. Penyebab (etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain:
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan
akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda
dengan eprubahan pada osteoartritis
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama
antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah
menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria.
Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang
menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu disamping faktor mekanis
yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat
faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang
sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis
yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang
rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek
(Nugroho, 2009).

C. Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi (Smart, 2010).
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan
yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan
fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian
pasien yang umumnya tua (lansia).

D. Pencegahan
1. Cara Pencegahan Penyakit Arthritis Reumathoid
a. Rajin berolah raga dengan teratur
b. Makan makanan bergizi
1) Kurangi makanan yang mengandung purin, seperti kerang, hati sapi,
dan kacang kedelai
2) Banyak makan makanan yangn mengandung kalsium, seperti susu,
ikan mairo
c. Hindari melakukan pekerjaan yang berat-berat, misalnya mengangkat
barang berat, mencangkul
d. Mandi air hangat
2. Cara Perawatan Penyakit Arthritis Reumathoid
a. Kompres dengan air hangat bagian yang terasa nyeri atau digosok
dengan minyak
1) Persiapan alat
- Baskom kecil
- Waslap atau handuk kecil
- Air hangat atau minyak gosok
- Perlak atau alas
2) Langkah-langkah
- Pasang alas atau perlak
- Celupkan waslap ke dalam air hangat lalu diperas
- Letakkan waslap pada bagian yang nyeri, biarkan ± 5-10 menit
atau gosok dengan minyak

E. Penatalaksanaan Reumatik
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan
yang tepat
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
(Bandiyah, 2009).

F. Diet Rendah Purin


Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat
dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya
dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh
diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang tidak boleh
makanan diberikan diberikan
Karbohidrat Semua --
Protein hewani Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung, hati,
tongkol, bandeng 50 gr/hari, usus, limpa, paru-paru, otak,
telur, susu, keju ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
Protein nabati Kacang-kacangan kering 25 --
gr atau tahu, tempe, oncom

Lemak Minyak dalam jumlah --


terbatas.

Sayuran Asparagus, kacang polong,


Semua sayuran sekehendak kacang buncis, kembang kol,
kecuali: asparagus, kacang bayam, jamur maksimum 50
polong, kacang buncis, gr sehari
kembang kol, bayam, jamur
maksimum 50 gr sehari
Buah-buahan --
Semua macam buah
Minuman Alkohol
Teh, kopi, minuman yang
Bumbu, dll mengandung soda Ragi
Semua macam bumbu
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nugroho, W. (2009). Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
Smart, A. (2010). Reumatik dan Asam Urat; Pengobatan dan Terapi sampai
Sembuh Total. Yogyakarta: A' Plus Books.
Suiraoka, I. (2012). Penyakit Degeneratif Mengenal, Mencegah, dan Mengurangi
Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai