Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TRANSFORMATOR

II.1 Umum

Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi

listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolak-balik dari satu level ke level

tegangan yang lain melalui kinerja satu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

elektromagnetik.

Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat dari besi berlapis,

dan dua buah kumparan yaitu kumparan perimer dan kumparan sekunder. Kedua kumparan ini

tidak terhubung secara langsung. Satu-satunya hubungan antara kedua kumparan adalah fluks

magnetic bersama yang terdapat dalam inti. Salah satu dari kedua kumparan transformator tadi

dihubungkan ke sumber daya listrik bolak-balik dan kumparan kedua (serta ketiga jika ada)

akan mensuplai daya ke beban. Kumparan transformator yang terhubung kesumber daya

dinamakan kumparan primer sedangkan yang terhubung ke beban dinamakan kumparan

sekunder, jika terdapat kumparan ketiga dianamakan kumparan tersier.

Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang tenaga listrik maupun

elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya

tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya, kebutuhan akan

tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak jauh. Penggunaan transformator yang sangat

sederhana dan andal merupakan salah satu alasan penting dalam pemakaiannya dalam

penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik, karena arus bolak–balik sangat banyak

Universitas Sumatera Utara


dipergunakan untuk pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga

listrik terjadi kerugian sebesar I2R watt, kerugian ini akan banyak berkurang apabila tegangan

dinaikkan. Dengan demikian saluran-saluran tenaga listrik senantiasa mempergunakan

tegangan yang tinggi.

Tegangan yang paling tinggi di Indonesia pada saat ini adalah 500 kV. Hal ini

dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi. Dan menaikkan tegangan

listrik di pusat listrik dari tegangan generator yang biasanya berkisar antara 6-20 kv pada awal

saluran transmisi, dan menurukannya pada ujung saluran itu ketegangan yang lebih rendah,

dilakukan dengan transformator. Transformator yang dipakai pada jaringan tenaga listrik

merupakan transformator tenaga.

Disamping itu, ada jenis – jenis transformator lain yang banyak dipergunakan, dan

yang pada umumnya merupakan transformator yang jauh lebih kecil.Misalnya transformator

yang dipakai dirumah tangga, yang dipakai pada lampu TL, pesawat radio, televisi dan

berbagai alat elektronika lainnya.

Universitas Sumatera Utara


II.2 Konstruksi Transformator

Pada umumnya kontruksi transformator terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :

1. Inti (core) yang dilaminasi.

2. Dua buah kumparan, kumparan primer dan sekunder.

3. Tangki.

4. Sistem pendingin.

5. Terminal.

6. Bushing.

Secara umum transformator dapat dibedakan dua jenis menurut konstruksinya, yaitu:

1. Tipe inti

Pada transformator tipe inti, kumparan mengelilingi inti dan kontruksi dari intinya berbentuk

huruf L atau huruf U.

Gambar 2.1 Kontruksi transformator tipe inti.

Universitas Sumatera Utara


2. Tipe cangkang

Pada transformator tipe cangkang, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh inti

dan kontruksi intnya berbentuk huruf E, huruf I, dan huruf F..

Gambar 2.2 Kontruksi transformator tipe cangkang.

II.3 Klasifikasi Transformator

Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi :

a. Transformator daya ( > 500 kVA). [2]

b. Tranformator distribusi ( 3-500 kVA). [2]

c. Transformator instrument, digunakan untuk pengukuran yang terdiri atas

transformator arus dan transformator tegangan.

Berdasarkan jumlah fasanya transformator dibagi atas 2 yaitu :

1. Transformator satu fasa.

2. Transformator tiga fasa.

Universitas Sumatera Utara


I1.4 Prinsip Kerja Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan menyalurkan

energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke rangkaian listrik yang lain

melalui suatu gandengan megnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Transformator di gunakan secara luas baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika.

Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang

sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi

dalam pengiriman daya jarak jauh.

Transformator terdiri atas dua buah kumparan ( primer dan sekunder ) yang bersifat

induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan secara magnetis

melalui jalur yang memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila kumparan primer

dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di

dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka

mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer

terjadi induksi sendiri ( self induction ) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena

pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama ( mutual

induction ) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka

mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat

ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi ).

[1]

Universitas Sumatera Utara


Dimana : e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ]

N = jumlah lilitan


= perubahan fluks magnet
dt

II.4.1 Keadaan Transformator Beban Nol

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V1

yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer Io yang juga sinusoid dan dengan menganggap

belitan N1 reaktif murni. Io akan tertinggal 900 dari V1. Arus primer Io menimbulkan fluks (Ф)

yang sefasa dan juga berbentuk sinusoid. Pada Gambar 2.3 dapat dilihat suatu transformator

tanpa beban.

I1

N1 E2 V2
V1 E1 N2

Gambar 2.3 Transformator dalam keadaan tanpa beban.

[8]

Universitas Sumatera Utara


Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan. Induksi е1 ( Hukum Faraday )

[8]

[8]

Dimana :

= gaya gerak listrik induksi

N1 = jumlah belitan di sisi primer

ω = kecepatan sudut putar

Φ = fluks magnetik

Harga efektifnya

[8]

Universitas Sumatera Utara


[8]

Dimana :

= gaya gerak listrik induksi efektif

f = frekuensi

Bila rugi tahanan dan adanya fluksi adanya fluksi bocor di abaikan akan terdapat

hubungan :

[8]

Apabila, a < 1, maka transformator berfungsi untuk menaikkan tegangan (step up)

a > 1, maka transformator berfungsi untuk menurunkan tegangan (step down)

Dimana :

= ggl induksi di sisi primer (Volt)

= ggl induksi di sisi sekunder (Volt)

= tegangan terminal di sisi primer (Volt)

= tegangan terminal di sisi sekunder (Volt)

= jumlah belitan di sisi primer

= jumlah belitan di sisi sekunder

Universitas Sumatera Utara


a = faktor transformasi

I1.4.2 Keadaan Transformator Berbeban

Apabila kumparan sekunder di hubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada

kumparan sekunder, dimana I2 = V2 / ZL dengan θ2 = faktor kerja beban, seperti pada Gambar

2.4.

φ1
φ2
φ2’

I1 I2

N1 E2 V2
V1 E1 N2 Z

Gambar 2.4 Transformator dalam keadaan berbeban.

Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet ( ggm ) N2 I2 yang cenderung

menentang fluks ( Ф ) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan Im. Agar fluks bersama

itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I2’, yang menentang

fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada

kumparan primer menjadi :

Universitas Sumatera Utara


[8]

Bila komponen arus rugi tembaga (Ic) diabaikan, maka Io = Im, sehingga :

[8]

Dimana:

I1 = arus pada sisi primer (ampere)

Io = arus penguat (ampere)

Im = arus pemagnetan (ampere)

Ic = arus rugi-rugi tembaga (ampere)

I1.5 Rangkaian Ekivalen Transformator

Tidak semua fluks (Φ) yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM merupakan fluks

bersama (ΦM), sebagian darinya hanya mencakup kumparan primer (Φ1) atau kumparan

primer saja (Φ2). Rangkaian ekivalen digunakan untuk menganalisis kerja suatu transformator,

adanya fluks bocor Φ1 dan Φ2 yang dinyatakan sebagai reaktansi X1 dan X2. Sedangkan untuk

rugi tahanan dinyatakan dengan R1 dan R2. Rangkaian ekivalen suatu transformator seperti

Gambar 2.5.

Universitas Sumatera Utara


R1 X1 I1 I2 R2 X2
I0
IC IM
V1 E1 E2 V2 ZL
RC XM

Gambar 2.5 Rangkaian ekivalen transformator.

[8]

[8]

[8]

[8]

Sehingga persamaan (2.10) menjadi :

[8]

Universitas Sumatera Utara


Apabila semua parameter sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer, maka harganya

perlu dikalikan dengan faktor a2, dimana a = E1/E2, sehingga rangkaian ekivalennya seperti

Gambar 2.6.

R1 X1 I1 I2' a2R2 a2X2


I0
IC IM
V1 aV2 a2ZL
RC XM

Gambar 2.6 Rangkaian ekivalen transformator dilihat dari sisi primer.

Untuk memudahakan perhitungan, model rangkaian Gambar 2.6 diatas dapat diubah

menjadi seperti Gambar 2.7.

X1 a2X2
I1 I2' R1 a2R2
I0
IC IM
V1 aV2 a2ZL
RC XM

Gambar 2.7 Penyederhanaan Rangkaian ekivalen transformator.

Maka dari Gambar 2.7 diperoleh :

[8]

[8]

Sehingga Gambar 2.7 dapat disederhanakan menjadi seperti Gambar 2.8.

Universitas Sumatera Utara


I1 I2' Rek Xek
I0
IC IM
V1 aV2 a2ZL
RC XM

Gambar 2.8 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator.

I1.6 Diagram Vektor Transformator

Diagram vector adalah penggambaran hubungan antara fluks magnetic, tegangan dan

arus yang mengalir dalam bentuk vector. Hubungan yang terdapat di antara harga-harga

tersebut akan tergantung pada sifat beban, impedansi lilitan primer, dan sekunder, serta rugi-

rugi transformator.

I1.6.1 Transformator Tanpa Beban

Apabila transformator tidak dibebani, arus yang mengalir dalam transformator hanya

arus pemagnetan (Io) saja. Dalam hal ini :

1. Fluks magnet (Φo) sephasa dengan arus primer tanpa beban (Io) dan lagging 90°

terhadap tegangan sumber V1.

2. Gaya gerak listrik induksi pada sisi primer (E1) besarnya sama dengan V1, tetapi

berbeda phasa 180° terhadap tegangan sumber V1.

3. Gaya gerak listrik induksi pada sisi sekunder (E2 = aE1), lagging 90° terhadap fluks

magnet (Φo).

Universitas Sumatera Utara


Dalam penggambaran, V1 = -E1, dengan menganggap :

1. Rugi-rugi arus pusar dan rugi-rugi hysteresis di dalam inti tidak ada.

2. Rugi-rugi tahanan kawat tembaga tidak ada.

3. Fluks bocor pada kumparan primer dan kumparan sekunder tidak ada, maka vector

diagramnya seperti Gambar 2.9.

Φo

Io

90° 90°
V1 = -E1 E2 E1
0

Gambar 2.9 Diagram vektor transformator ideal tanpa beban.

Karena transformator tidaklah mungkin ideal, maka rugi-rugi pada transformator harus

diperhitungkan, maka :

1. Arus primer tanpa beban (Io) tidak sephasa dengan fluks magnet (Φo), dimana arus

primer tanpa beban dapat diuraiakan atas dua komponen yaitu :

[4]

2. Besarnya ggl induksi E1 tidak sama lagi dengan V1 karena adanya impedansi kumparan

primer Z1, sehingga dipeoleh hubungan :

Universitas Sumatera Utara


[4]

Φo

Io Im
I oR

-E1 E2 E1
1

Ic
1
Io X

0
V1
Gambar 2.10 Diagram vektor transformator tak ideal tanpa beban.

I1.6.2 Transformator Berbeban

Bila transformator diberi beban maka pada sisi sekunder terdapat arus (I2) yang

mengalir. I2 yang mengalir akan menyebabkan adanya perubahan pada arus yang mengalir di

sisi primer. Transformator yang berbeban ini dapat dibagi menjadi 3 bagian ditinjau dari

bebannya yaitu tahanan murni, beban induktip dan beban kapasitip.

I1.6.2.1 Beban Tahanan Murni

Apabila pada sisi sekunder transformator ( Gambar 2.5) dihubungkan dengan tahanan

murni (R), maka arus akan mengalir pada sisi sekunder transformator sebesar I2. I2 akan

berbeda fasa terhadap E2 sebasar θ2.

[7]

Universitas Sumatera Utara


[7]

I1
Io Im
I1 R -I2
1
φ 1 θ1 E1 E2
1
I1 X

-E1 Ic 0 θ2
I2 V2

2
V1 I2 (R

I2 X
+R
2)

Gambar 2.11 Diagram vektor transformator berbeban tahanan murni.

I1.6.2.2 Beban Induktif

Apabila transformator berbeban induktif, berarti pada sisi sekunder transformator

(Gambar 2.5) terdapat R2 + jX2 dan RL + jXL. Dengan adanya harga R2 + jX2 dan RL + jXL,

akan mengakibatkan pergeseran phasa antara I2 dan E2 sebesar θ2. Dimana :

[7]

Dan dengan adanya harga R2 + jX2 dan RL + jXL, juga akan mengakibatkan

pergeseran phasa antara I2 dan V2 sebesar φ2. Dimana :

[7]

Universitas Sumatera Utara


Φ

I1
Io Im
I1 R -I2
1
φ 1 θ1 E1 E2
1
I1 X

-E1 Ic 0 θ2
I2 φ2 V2 I
2R

2
I2 X
V1 2
I2 R
I2X
L
L

Gambar 2.12 Diagram vektor transformator berbeban induktif.

I1.6.2.2 Beban Kapasitif

Jika ( Gambar 2.5 ) dihubungkan dengan beban kapasitif, maka arus akan mengalir

pada sisi sekunder transformator sebesar I2. Beban kapasitif tersebut akan mengakibatkan

pergeseran phasa antara I2 dan E2 sebesar θ2, dan juga akan mengakibatkan pergeseran phasa

antara I2 dan V2 sebesar φ2. Dimana :

[7]

[7]

Universitas Sumatera Utara


Φ

I2R
L
I2
Io Im

I2X
I1 R I1
θ2

L
1 E1 E2
φ1
I1X1

-E1 Ic 0 φ2

I 2X
2
V1 -I2
I2R
2
V2

Gambar 2.13 Diagram vektor transformator berbeban kapasitif.

I1.7 Transformator Tiga Phasa

II.7.1 Umum

Transformator tiga phasa pada prinsipnya sama dengan transformator satu phasa,

perbedaannya adalah pada transformator tiga phasa mengenal adanya hubungan bintang,

segitiga dan hubungan zig-zag, dan juga system bilangan jam yang sangat menentukan kerja

pararel tiga phasa. Untuk menganalisa transformator tiga phasa dilakukan dengan cara

menganggap bahwa transformator tiga phasa sebagai transformator satu phasa, teknik

perhitungannya pun sama, hanya untuk nilai akhir biasanya parameter tertentu (arus, tegangan,

dan daya) transformator tiga phasa dikalikan dengan nilai .

Transformator tiga phasa dikembangkan untuk alasan ekonomis, biaya lebih murah

karena bahan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan tiga buah transformator satu phasa

dengan jumlah daya yang sama dengan satu buah transformator tiga phasa, penerjaannya lebih

cepat.

Universitas Sumatera Utara


Transformator tiga fasa adalah trafo yang sering dipakai hal ini dikarenakan :

a. Untuk daya yang sama tidak memerlukan ruang yang besar.

b. Mempunyai nilai ekonomis.

c. Pemeliharaan persatuan barang lebih murah dan lebih mudah.

II.7.2 Konstruksi Transformator Tiga Phasa

Untuk mengurangi rugi-rugi yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti, rangkaian

magnetik biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. Dua jenis konstuksi yang biasa

digunakan pada transformator tiga phasa seperti pada Gambar 2.14 dan Gambar 2.15.

Np1 Np2 Np3

Ns1 Ns2 Ns3

Gambar 2.14 Transformator tiga phasa tipe inti.

Universitas Sumatera Utara


Np1 Np2 Np3

Ns2
Ns1 Ns3

Gambar 2.15 Transformator tiga phasa tipe cangkang.

II.7.3 Hubungan Transformator Tiga Phasa

Secara umum ada 3 macam jenis hubungan pada transformator tiga phasa yaitu :

1. Hubungan Bintang (Y)

Hubungan bintang ialah hubungan transformator tiga fasa, dimana ujung-ujung awal

atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari ujung-ujung lilitan merupakan

titik netral. Arus transformator tiga phasa dengan kumparan yang dihubungkan bintang yaitu;

IA, IB, IC masing-masing berbeda 120°.

A IA

IB
B
ZB

N
A
Z

IN
ZC
C IC

Gambar 2.16 Transformator tiga phasa hubungan bintang.

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar 2.16 diperoleh bahwa :

[8]

[8]

[8]

[8]

Dimana :

= tegangan line to line (Volt)

= tegangan phasa (Volt)

= arus line (Ampere)

= arus phasa (Ampere)

2. Hubungan Segitiga/ Delta (Δ)

Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana cara

penyambungannya ialah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung dengan ujung mula lilitan

fasa kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula fasa ketiga dan akhir fasa ketiga dengan ujung

mula fasa pertama. Tegangan transformator tiga phasa dengan kumparan yang dihubungkan

segitiga yaitu; VA, VB, VC masing-masing berbeda 120°.

Universitas Sumatera Utara


IA
ICA IAB

IC

IB IBC

Gambar 2.17 Transformator tiga phasa hubungan segitiga/delta.

Dari gambar 2.17 diperoleh bahwa :

[8]

[8]

[8]

[8]

Dimana :

= tegangan line to line (Volt)

= tegangan phasa (Volt)

= arus line (Ampere)

= arus phasa (Ampere)

Universitas Sumatera Utara


3. Hubungan Zigzag

Transformator zig–zag merupakan transformator dengan tujuan khusus. Salah satu

aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang tidak memiliki titik

netral. Pada transformator zig–zag masing–masing lilitan tiga fasa dibagi menjadi dua bagian

dan masing–masing dihubungkan pada kaki yang berlainan.

Gambar 2.18 Transformator tiga phasa hubungan zig-zag.

Perbandingan Rugi-rugi untuk tiap kumparan yang terhubung Y, Δ, Zig-zag adalah :

[2]

[2]

[2]

Dimana :

iY = arus pada kumparan yang terhubung Y

ρ = hambatan jenis tembaga

Universitas Sumatera Utara


LY = panjang kumparan yang terhubung Y

AY = Luas penampang kumparan yang terhubung Y

AΔ = Luas penampang kumparan yang terhubung Δ

AZZ = Luas penampang kumparan yang terhubung Zig-zag

II.7.4 Jenis-Jenis Hubungan Transformator Tiga Phasa

Dalam pelaksanaanya, tiga buah lilitan phasa pada sisi primer dan sisi sekunder dapat

dihubungkan dalam bermacam-macam hubungan, seperti bintang dan segitiga, dengan

kombinasi Y-Y, Y-Δ, Δ-Y, Δ-Δ, bahkan untuk kasus tertentu liltan sekunder dapat

dihubungakan secara berliku-liku (zig-zag), sehingga diperoleh kombinasi Δ-Z, dan Y-Z.

Hubungan zig-zag merupakan sambungan bintang istimewa, hubungan ini digunakan untuk

mengantisipasi kejadian yang mungkin terjadi apabila dihubungkan secara bintang dengan

beban phasanya tidak seimbang. Di bawah ini pembahasan hubungan transformator tiga phasa

secara umum :

1. Hubungan Wye-wye (Y-Y)

Pada hubungan bintang-bintang, rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada primer dan

sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, tejadi pergeseran fasa sebesar 30°

antara tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan fasa-fasa (L-L) pada sisi primer dan

sekundernya.

Universitas Sumatera Utara


Hubungan bintang-bintang ini akan sangat baik hanya jika pada kondisi beban

seimbang. Karena, pada kondisi beban seimbang menyebabkan arus netral (IN) akan sama

dengan nol. Dan apabila terjadi kondisi tidak seimbang maka akan ada arus netral yang

kemudian dapat menyebabkan timbulnya rugi-rugi.

Hubungan Y-Y pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 2.20. Pada hubungan

Y-Y, tegangan masing-masing primer phasa adalah :

[6]

Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan

belitan transformator maka, perbandingan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder

pada transformator hubungan Y-Y adalah :

[6]

Universitas Sumatera Utara


R r

N1R N2r

R s
S s
r
S V2ph
N1S
N1S N2s
V2ph V2L
V

N1R N2s N2r V1L V1ph


1p
h

V2L
V1L
N1T N2t
T t
T t
N1T N2t

Gambar 2.19 Transformator 3 phasa hubungan Y-Y.

2. Hubungan Wye-delta (Y-Δ)

Transformator hubungan Y-Δ, digunakan pada saluran transmisi sebagai penaik

tegangan. Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa adalah 1/√3 kali rasio setiap

trafo. Terjadi sudut 30° antara tegangan fasa-fasa antara primer dan sekunder yang berarti

bahwa trafo Y-Δ tidak bisa diparalelkan dengan trafo Y-Y atau trafo Δ-Δ. Hubungan

transformator Y-Δ dapat dilihat pada Gambar 2.21. Pada hubungan ini tegangan kawat ke

kawat primer sebanding dengan tegangan phasa primer ( ), dan tegangan kawat

ke kawat sekunder sama dengan tegangan phasa ( ), sehingga diperoleh

perbandingan tegangan pada hubungan Y-Δ adalah :

[6]

Universitas Sumatera Utara


R r

V1ph N1R N2r V2ph V2L


V1L

R t
V1L S s
S N1R
N1S
N2s N1S
ph N2s
N2t s
V1

N2r
N1T V2L

h
2p
V T t
T r
N1T N2t

Gambar 2.20 Transformator 3 phasa hubungan Y-Δ.

3. Hubungan Delta-wye (Δ-Y)

Transformator hubungan Δ-Y, digunakan untuk menurunkan tegangan dari tegangan

transmisi ke tegangan rendah. Transformator hubungan Δ-Y dapat dilihat pada Gambar 2.22.

Pada hubungan Δ-Y, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phasa primer

( ), dan tegangan sisi sekundernya ( ), maka perbandingan tegangan

pada hubungan Δ-Y adalah :

[6]

Universitas Sumatera Utara


R r

V1ph N1R N2r V2ph V2L


V1L
s
R V2L
r S s

V1L
h
1p

N2s N1S N2s


V

N1R N2r
S N1T V2ph
N1S
N2t
T t
T t
N1T N2t

Gambar 2.21 Transformator 3 phasa hubungan Δ-Y.

4. Hubungan Delta - delta (Δ-Δ)

Pada transformator hubungan Δ-Δ, tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa

sama untuk sisi primer dan sekunder transformator (VRS = VST = VTR = VLN), maka

perbandingan tegangannya adalah :

[6]

Sedangkan arus pada transformator hubungan Δ-Δ adalah :

[6]

Dimana :

IL = arus line to line

Universitas Sumatera Utara


IP = arus phasa

R r

V1ph N1R N2r V2ph V2L


V1L

R r s
S
V2ph
V1L V2L
h
1p

V N1S N2s
N1R N2r
S N1T N2t s
N1S
N2s
T t
T t
N1T N2t

Gambar 2.22 Transformator 3 phasa hubungan Δ-Δ.

II.8 Kerja Pararel

Dua buah transformator dikatakan bekerja secara pararel apabila kedua sisinya (primer

dan sekunder) dihubungkan untuk melayani beban.

Kebutuhan pararel disebabkan oleh :

a. Pertumbuhan beban.

b. Meningkatkan keandalan pelayanan.

c. Batasan transportasi.

d. Batasan memproduksi.

Universitas Sumatera Utara


I1total I1A I2A I2total

beban
V1 E1A E2A V2

I1B I2B

E1B E2B

Gambar 2.23 Kerja pararel transformator.

Adapun syarat untuk kerja pararel adalah :

1. Perbandingan tegangan yang dipararelkan harus sama.

Jika perbandingan tegangan tidak sama, maka tegangan induksi pada kumparan

sekunder masing-masing transformator tidak sama, perbedaan tegangan ini akan

menyebabkan terjadinya arus sirkulasi Is pada kumparan sekunder ketika transformator

dibebani (Gambar 2.11). Dimana arus sirkulasi ini akan mengakibatkan panas pada

kumparan sekunder tersebut, besarnya arus sirkulasi adalah :

[7]

IA R A XA
Itotal
IS
IB
beban

V1 RB XB V2

Gambar 2.24 Arus sirkulasi pada saat trafo dibebani.

Universitas Sumatera Utara


2. Polaritas tegangan harus sama.

Jika hal ini tidak dipenuhi, akan terjadi panas pada trafo yang mempunyai polaritas

yang searah dengan arus beban.

3. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama.

4. Perbandingan reaktansi terhadap tahanan sebaiknya sama.

Apabila perbandingan tahanan dan reaktansi sama, maka kedua transformator tersebut

bekerja pada factor daya yang sama.

5. Jumlah fasanya harus sama.

6. Khusus untuk transformator tiga fasa, maka kelompok vector group transformator

harus sama.

Jika vektor groupnya tidak sama, maka selisih antara vektor group transformator

pertama dengan vektor group transformator kedua sebesar 120°.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai