Anda di halaman 1dari 3

1.

Masjid Raya Bogor


Masjid Raya Bogor merupakan Masjid terbesar di Kota Bogor. Masjid ini dibangun pada tahun
1970 selesai tahun 1979 dengan arsitek FX. Silaban. Bangunan masjid ini dilengkapi dengan
gedung Pusat pengembangan dan Pengkajian Islam Bogor (PPIB) dilengkapi dengan sarana
perpustakaan umum.
Masjid ini berlokasi di Jl. Raya Pajajaran. Untuk mencapainya tidak terlalu jauh sekitar 200 meter
yaitu dengan berjalan kaki atau menggunakan angkutan kota dari terminal Baranang Siang atau
pintu masuk-keluar tol Jagorawi.
2. Masjid Atta’awun
Masjid Atta’awun memulai pembangunannya pada tahun 1987 dengan luas kurang lebih 10.000
meter persegi. Masjid Atta’awun diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat saat itu, R. Nuriana pada
tahun 1999 atau hampir dari 20 tahunan yang lalu. Inisiatif didirikannya masjid itu selain dipakai
untuk beribadah bagi para pelancong dan orang-orang yang berkendara antar kota, ialah untuk
menghapus stigma negatif dari daerah Puncak saat itu yang seringkali dikait-kaitkan dengan
daerah hiburan malam yang lekat dengan kemaksiatan.
Masjid Atta’awun memiliki design yang unik dan indah dengan kubah besarnya. Di sekeliling
masjid juga terdapat kolam ikan yang dipenuhi ikan hias koi dan di belakangnya terdapat sebuah
Curug (air terjun) Atta’awun. Siapa pun yang salat di masjid itu akan merasakan ketenangan yang
luar biasa dengan udara yang sejuk dan suara gemercik air yang terdengar jelas saat kita sedang
salat.
3. Masjid Harakatul Jannah
Tepatnya pada tanggal 17 September 2006, dilakukan peletakan batu dan pemancangan tiang
pertama sebagai tanda awal pembangunan yang turut dihadiri oleh Bupati Bogor, Rahmat Yasin.
Nama “Harakatul Jannah” sendiri memiliki arti “Gerakan Surga” yang mengandung filosofi sebuah
harapan bagi seluruh orang yang turut berjasa dalam pembangunan dan juga siapapun yang
melakukan aktifitas ibadah dan islami di masjid itu dapat pergi ke Surga Allah secara bersama-
sama.
Masjid Agung Harakatul Jannah atau juga biasa dikenal dengan sebutan Masjid Gadok terletak
di Dusun Pandansari, Desa Ciawi, Kecamatan Sukamahi, Kota Megamendung, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Bagi para pecinta suasana puncka, terutama puncak bogor, anda
dapat melihat bangunan Masjid Harakatul Jannah disisi kanan simpang Gadok, jika kita bergerak
dari arah Gerbang Tol Ciawi. Masjid ini terlihat sangat mencolok jika dilihat dari Jalan Raya
Puncak,dengan kubah berukuran sangat besar menyerupai bentuk kubah Taj Mahal India yang
terbuat dari tembaga dan kuningan.
Masjid Agung Hrakatul Jannah didirikan oleh mantan Walikota Jakarta Selatan, H. Syahrul Efendi
pada thaun 2006. Pada saat itu, beliau bersama istrinya, Hj. Astati, yang sedang berkeinginan
untuk melaksanakan Umrah mengurungkan niatnya dan lebih memilih untuk membangun sebuah
masjid. Niat mulia tersebut perlu mendapatkan acungan jempol, apalagi saat ini banyak orang
yang lebih mementingkan diri sendiri untuk melaksanakan haji dan umrah, daripada untuk
membuat suatu amal jariyah yang dapat dijadikan investasi meskipun sudah berada di kubur.
Niat mulia dari Syahrul dan Istrinya kemudian di implementasikan pada lahan kosong seluas 1,1
Hektar yang dibelinya pada Tahun 2004 silam.
4. Masjid Al – Ghfiari IPB
Terletak di pusat kota Bogor, di Komplek Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) lama Gunung
Gede Jalan Pajajaran Bogor, Masjid Al-Ghifari diresmikan tahun 1978. Pembangunannya selesai
tahun 1979, dan ia diarsiteki oleh Achmad Noe’man, peraih anugerah MUI Award 2011. Sebelum
Masjid Al-Ghifari berdiri, kegiatan keislaman para mahasiswa IPB menumpang di aula Fakultas
Peternakan IPB, tak jauh dari bangunan masjid ini.
Awalnya, bangunan yang kelak diubah menjadi Masjid Al-Ghifari ini adalah Laboratorium
Pendidikan Agama Islam di IPB. Masjid ini bukan hanya beratap rata alias tidak memiliki
kubah, tetapi juga tidak memiliki tiang penyangga di dalam ruangan. Selain papan nama,
anehnya masjid ini tidak mempunyai menara. Padahal, dari kejauhan, kubah dan menara ialah
penanda masjid yang dikenal umum. Secara umum, bangunan masjid ini tak ubahnya gedung
perkuliahan.
Masjid Al-Ghifari terdiri atas dua lantai, yang seluruhnya dapat menampung 600-an jamaah.
Bangunan lantai bawah bagian depan dibagi tiga ruangan yang terdiri atas kantor Tim Pendidikan
Agama Islam (TPAI) IPB, perpustakaan, dan ruang pertemuan. Selain itu, ada pula tempat wudhu
dan kamar-kamar toilet yang di dalamnya terdapat bagian keramik untuk membuang air kecil dan
air besar. Kemudian di bagian belakangnya terdapat sekretariat pengurus sekaligus tempat
tinggal mahasiswa.
5. Masjid jami al – iklhlas
Masjid Al-Ikhlas, Merupakan mesjid yang berdiri di perumahan TamanSari Persada, yang
merupakan Pusat kegiatan keislaman ” islamic center” bukan saja untuk warga TamanSari
Persada pada khususnya namun untuk warga diluar perumahan TamanSari persada Pada
umumnya.
Masjid ini memiliki dua lantai dimana lantai utama terletak pada lantai kedua dari masjid,
sedangkan lantai pertama dari mesjid merupakan ruang tambahan yang dapat digunakan untuk
berbagai kegiatan keislaman atau tambahan ruang dalam sholat berjamaah.
Majid ini berdiri diatas luas tanah 1000m2 dengan tambahan luas parkiran kendaraan sebesar
1244m2 maka total secara keseluruhan luasan masjid dengan parkirannya sebesar 2244 m2.
Selain itu masjid Al-ikhlas dibawah yayasannya memiliki lembaga pendidikan untuk anak yang
bernama (TKIT -KARAKTER Al-Ikhlas) dimana bangunan berdiri diatas tanah sebesar 4779m2.
Sehingga secara keseluruhan luas Masjid dan segala fasilitasnya meliputi TKIT sebesar 7023m2.

6. Masjid al-mujahiddin
Masjid Jami Al-Mujahidin terletak di Jl. Raya Parungkuda – Parakansalak Km.6, Desa
Bojonglongok, Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berdekatan dengan
pusat pemerintahan Desa Bojonglongok, merupakan pusat peribadahan ratusan jamaah.
Masjid Jami Al-Mujahidin dibangun dan mulai digunakan pada tahun 1969 oleh Bapak H.M.
Mudarip selaku Ketua DKM Al-Mujahidin, dan pada tahun 1984 melakukan renovasi pertama
bangunan Masjid dan selesai pada tahun 1986, dan renovasi kedua pada tahun 1998 dan selesai
tahun 2000.
Berdiri diatas lahan pertama kali seluas 180m2 dan secara keseluruhan menampung lebih dari
200 orang jamaah, dan konsep awal arsitektur Masjid Jami Al-Mujahidin, mengacu pada
arsitektur masjid tradisional Banten, dengan ciri khas bangunan beratap susun tiga.
Sejak renovasi pertama dan kedua bangunan Masjid Jami Al-Mujahidin serta menijau kembali
kondisi bangunan saat ini dengan segala pertimbangan untuk meningkatkan kemakmuran masjid
maka melalui gagasan Ketua DKM Al-Mujahidin, Bapak Abdulah, S.Pd akan melaksanakan
Renovasi kembali bangunan Masjid dengan memperluas bangunan menjadi 2 lantai dengan
konsep bangunan Arsitektur Masjid Timur Tengah ( Masjid Nabawi – Madinah ). Dimana dalam
perancangan desain arsitekturnya kental dengan ornamen islami.

Anda mungkin juga menyukai