Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH KEMAMPUAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA

SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIA (STSI) BANDUNG

Oleh: Nenny Anggraeni


Dosen Manajemen Produksi Jurusan Karawitan
Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung

ABSTRACT
Civil Servants (PNS) according to Law no. 43 / 1999 Article 1 is the overall effort to improve the
efficiency, effectiveness, and degree of professionalism of the implementation tasks, functions, and
obligations of civil service which includes planning, procurement, development of quality placement,
promotion, remuneration, welfare, and dismissal. Applicability of the Act also means the College of
Arts Indonesia (STSI) Bandung should be able to improve the ability to motivate employees to be
efficient and effective performance with a professional support staff, responsible, honest, and fair
through coaching implemented based Performance Work Systems and Systems Career emphasis on
Work Performance System. This study is descriptive and verificative, then the method used in this study
was descriptive survey and explanatory survey. This method was chosen given the descriptive study
aimed to describe the phenomena it is and the characteristics of a variable, in this picture capability,
motivation, and employee performance in Indonesia College of Arts (STSI) Bandung

Key words: professionalism, employee, STSI, job performance, descriptive survey, survey
explanatory

ABSTRACT
Pegawai Negeri Sipil (PNS) menurut UU No. 43 / 1999 pasal 1 adalah keseluruhan upaya untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan
kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas penempatan,
promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian. Berlakunya Undang-Undang tersebut berarti
pula Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung harus mampu meningkatkan kemampuan
dan motivasi agar kinerja pegawai berdayaguna dan berhasilguna dengan dukungan pegawai yang
profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan
Sistem Prestasi Kerja dan Sistem Karir yang dititik beratkan pada Sistem Prestasi Kerja. Penelitian
ini bersifat deskriptif dan verifikatif, maka metode yang digunakan dalam penelitian explonatory
ini adalah descriptive survey dan explonatory survey. Metode tersebut dipilih mengingat penelitian
deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena apa adanya dan ciri-ciri dari suatu
variabel, dalam hal ini gambaran kemampuan, motivasi, dan kinerja pegawai Sekolah Tinggi Seni
Indonesia (STSI) Bandung

PENDAHULUAN berarti pula Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)


Pegawai Negeri Sipil (PNS) menurut UU Bandung harus mampu meningkatkan kemampuan
No. 43 / 1999 pasal 1 adalah keseluruhan upaya dan motivasi agar kinerja pegawai berdayaguna
untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan dan berhasilguna dengan dukungan pegawai yang
derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil
fungsi, dan kewajiban kepegawaian yang meliputi melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan
perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas Sistem Prestasi Kerja dan Sistem Karir yang dititik
penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, beratkan pada Sistem Prestasi Kerja.
dan pemberhentian. STSI Bandung perlu mengembangkan
Berlakunya Undang-Undang tersebut suatu cara agar mampu menciptakan suatu

46 Jurnal Penelitian Pendidikan


Vol 12 No. 2, Oktober 2011
lembaga pendidikan yang dapat menyelenggarakan oleh kemampuan dari lingkungan STSI Bandung
pendidikan, sesuai harapan bagi masyarakat yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas
luas. Untuk melakukan hal ini tentu bukan hal pokok dan fungsinya, berkaitan dengan tugas
yang mudah, tetapi memerlukan kerja keras dan pelaksanaan peranan keluar dan kedalam.
dorongan individu untuk melakukan tindakan Keluar, mempunyai peranan secara integral
dalam mencapai tujuan, yaitu motivasi kerja. dalam mendukung pengembangan tridarma dan
Apabila pegawai termotivasi, maka pegawai akan pembangunan nasional; khususnya dalam bidang
membuat pilihan yang positif untuk melakukan kesenian. Kedalam, mempunyai peranan untuk
sesuatu, karena dapat memuaskan keinginannya. mempersatukan serta untuk menumbuhkan rasa
Pada dasarnya motivasi dapat memacu pegawai memiliki dalam hidup berkesenian dan adanya
untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai kondisi kegiatan bidang peranan keluar dan
tujuan pokok organisasi atau institusi pendidikan. kedalam di STSI Bandung tersebut.
Hal ini akan meningkatkan kualitas kinerja yaitu Berkaitan dengan hal tersebut, Sekolah
motivasi kerja. Pegawai yang memiliki motivasi Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung yang
kerja yang tinggi, senantiasa mempunyai semangat memiliki sasaran dalam menyelenggarakan
atau dorongan untuk bekerja keras, sebagai energi pendidikannya, yaitu pemuliaan dan pemberdayaan
guna membangkitkan dorongan dalam diri sehingga seni secara profesional yang bersumber dari
mencapai prestasi standard of excellent, disamping partisipasi seniman dan masyarakat secara kreatif,
itu hal ini disebabkan mereka memiliki kontrol diri progresif, dan bertanggung jawab, baik dalam
yang baik maka tidak memerlukan pengawasan lingkup lokal, nasional, maupun global, sehingga
yang ketat dalam mencapai pretasi kerja yang telah STSI Bandung menjadi aset budaya bagi masyarakat
ditetapkan. luas.
Pentingnya motivasi dan kemampuan
yang dimiliki oleh pegawai memiliki hubungan TINJAUAN PUSTAKA
yang sangat erat dengan mengarahkan organisasi Kemampuan seorang individu untuk terus
itu kearah yang telah ditentukan. Karena itulah menjalankan usaha dalam menjalani berbagai
melalui pengembangan dan pelatihan, motivasi macam tugas hingga berhasil yang bisa dikerjakan
merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat oleh seseorang. Keseluruhan kemampuan individual
sebagai upaya meningkatkan kualitas kinerja. personil pada hakikatnya dibentuk oleh sifat-sifat
Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan Sekolah dan kemampuan-kemampuan yang dikemukakan
Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung adalah oleh J. Winardi (2007:319) bahwa salah satu
merupakan Perguruan Tinggi yang seyogyanya akibat langsung dari sifat kemampuan yang
mengembangkan dan mengamalkan disiplin ilmu harus dimiliki oleh setiap organisator harus terus
yang diasuhnya sesuai dengan kemampuan dan memupuk “inisiatif”. Sedangkan Lowser dan Poter
kepekaan kesenimanan dalam membaca kebutuhan mendefinisikan Kemampuan sebagai karakteristik
zaman. individual seperti intelegensia, manual skill, traits
Kinerja pegawai cenderung dipengaruhi yang merupakan kekuatan potensial seseorang

ISSN 1412-565X 47
untuk berbuat dan sifatnya stabil (As’ad, 2000 : Dalam hal demikian artinya bisa saja
61). Kemampuan pada individu tersebut paling terjadi bahwa pada suatu ketika tertentu terjadi
tidak ditentukan oleh tiga aspek kondisi dasar, kelangkaan orang yang memiliki keahlian atau
yaitu : kondisi sensoris dan kognitif, pengetahuan keterampilan tertentu maka sikap dan tindakan
tentang cara respon yang benar, dan kemampuan para pencari tenaga kerja baru pasti dibandingkan
melaksanakan respon tersebut. Jadi kemampuan dengan jika tidak menghadapi suasana kelangkaan.
adalah what one can do dan bukanlah what he does Perbedaan sikap dan tindakan itu ditentukan oleh
do (As’ad, 2000 : 60). urgen tidaknya organisasi mempekerjakan tenaga
Sumber daya manusia yang memiliki kerja yang pengetahuan dan keterampilannya
kemampuan tinggi di dalam suatu organisasi secara sulit dicari itu. Dengan demikian organisasi harus
universal adalah memiliki kemampuan mengelola merubah kebijaksanaan, seperti kebijaksanaan
bidang administrasi dan penguasaan bahasa untuk promosi dari dalam tentang tingkat gaji yang
bergaul dan berhubungan dengan manusia untuk akan diberikan agar memperoleh tenga kerja yang
mengantisipasi kompetisi global. Kemampuan dapat menguasai banyak bidang keahlian dan
yang dimiliki seseorang akan membuatnya berbeda keterampilan sehingga di sisi lain organisasi akan
dengan yang mempunyai kemampuan rata-rata atau beruntung karena memiliki pegawai-pegawai yang
standar saja. menguasai pengetahuan dan keterampilan.
Secara psikologis, kemampuan pegawai Dari batasan yang telah dikemukakan
terdiri dari kemampuan potensi dan reality artinya apabila seseorang termotivasi, ia akan mencoba
pegawai yang memiiki kemampuan di atas rata- kuat dan semangat untuk mendapatkan kebutuhan
rata dengan pendidikan, pengetahuan, yang yang diinginkan dengan penuh komitmen sampai
memadai dan memiliki sifat-sifat tersebut di atas tercapainya tujuan yang dimaksud. Suatu kebutuhan
untuk menjalankan pekerjaan yang terampil dalam yang tak terpuaskan akan menciptakan ketegangan
mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka ia akan yang merangsang dorongan-dorongan di dalam diri
lebih mudah menjalankan sesuatu usaha hingga individu ini. Untuk meringankan ketegangan ini
berhasil untuk mencapai prestasi yang diharapkan. perlu disadari bahwa pimpinan organisasi harus
Oleh karena itu, pegawai ditempatkan pada selalu berusaha untuk memberikan kesempatan
pekerjaan sesuai dengan keahlianyya (the right man pada bawahannya untuk memuaskan berbagai
in th right place, the right man on the right job) tingkat kebutuhan ini yang sering dipuaskan secara
Keterampilan dan keahlian sumber daya simultan. Anggota hendaknya berupaya mendapat
manusia juga penting bagi organisasi dan masyarakat inspirasi sehingga merasakan adanya harapan dan
yang tidak boleh diabaikan (Siagian (2008:109). kebutuhannya dalam organisasi tempat ia bekerja.
Organisasional semakin kompleks dewasa ini, Motivasi seorang individu akan timbul karena
semakin beraneka ragam keahlian dan keterampilan pengaruh pimpinan yang efektif; jadi efektivitas
yang diperlukan di pasaran kerja, tersedia tidaknya kepemimpinan akan tampak bagaimana dapat
orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan memotivasi anggotanya secara efektif.
tertentu itu bukanlah hal yang konstan. David Mc Cleeland dalam Veithzal

48 Jurnal Penelitian Pendidikan


Vol 12 No. 2, Oktober 2011
(2008:459) dalam teori motivasinya mengatakan organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
bahwa produktifitas seseorang dapat ditentukan jawab masing-masing, dalam upaya mencapai
oleh “virus mental” yang ada pada dirinya. Virus tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
mental adalah kondisi jiwa yang mendorong melanggar hukum dan sesuai dengan moral etika
seseorang untuk mampu mencapai prestasinya (Sedarmayanti (2007:260).
secara maksimal. Virus mental yang dimaksud Dalam pencapain kinerja suatu oranisasi
terdiri dari 3 (tiga) golongan kebutuhan, yaitu: need sangat ditentukan oleh sumber daya manusia
of achievement (kebutuhan untuk keberhasilan), yang berada di dalamnya dan sesuai dengan
need of affiliation (kebutuhan untuk memperluas tugas pokok dan peranan fungsi PIP (Pola Ilmiah
keberhasilan), dan need of power (kebutuhan untuk Pokok) yang harus dilaksanakan sesuai tingkat
menguasai sesuatu). kemampuan khusus yang diperlukan dari pegawai.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa Kemampuan yang tinggi serta sistematis dalam
terdapat korelasi positif antara kepuasan kerja memecahkan masalah yang harus dilaksanakan
dengan prestasi seseorang dan tergantung pada apa yang harus dimiliki oleh pegawai dintaraya adalah:
yang dimaksud dengan kepuasan kerja tersebut. (1) pengetahuan, (2) keahlian (3) keterampilan (4)
Pemahaman yang lebih tepat tentang kepuasan kerja sikap (5) perilaku. Sementara itu keahlian terdiri
dapat terwujud apabila analisis tentang kepuasan dari beberapa unsur penting yaitu: (1) Keahlian
kerja dikaitkan dengan prestasi kerja, tingkat Teknis, yaitu keahlian menggunakan pengetahuan,
kemungkinan, keinginan pindah, usia pekerja, metoda, teknik, dan peralatan yang dipergunakan
tingkat jabatan dan besar kecilnya organisasi. untuk melaksanakan tugas serta pengalaman
Untuk lebih memperjelas hal kepuasan dan pelatihan yang diperolehnya; (2) Keahlian
kerja, contoh lain dapat diberikan, misalnya Konseptual, yaitu keahlian untuk memahami
seorang karyawan merasa “puas” bekerja pada kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang
suatu organisasi tertentu karena atasannya baik gerak dari unit masing-masing ke dalam bidang
kepadanya, tetapi sebenarnya prestasinya tidak operasional perusahaan secara menyeluruh, yang
istimewa, karena dengan prestasi luar biasa pun pada intinya individual tersebut memahami tugas,
kesempatan promosi baginya sangat terbatas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang
karena misalnya,organisasi tempatnya bekerja kecil pegawai; dan (3) Keahlian Hubungan Interpersonal
sehingga hierarki jabatan yang tersedia tidak terlalu yaitu, keahlian untuk bekerjasama dengan orang
banyak, karena kesempatan promosi terbatas yang lain: memotivasi pegawai, melakukan negosiasi.
bersangkutan tidak terdorong berprestasi tinggi, Demikian pula halnya dengan keterampilan,
tetapi kepuasannya bersumber dari faktor lain, yaitu unsur yang membentuk keterampilan terdiri: (1)
perilaku positif dari atasannya langsung. Keterampilan Teknis. Kebanyakan diarahkan untuk
Kinerja berarti pencapaian/prestasi menata dan memperbaiki keterampilan teknis
seseorang berkenan dengan tugas yang diberikan pegawai dimana pekerjaan berubah akibat teknologi
kepadanya. Hasil kerja yang dapat dicapai oleh dan metode yang baru diperbaiki’ (2) Keterampilan
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu antara pribadi. Hampir semua pegawai termasuk

ISSN 1412-565X 49
dalam urut kerja. Kerja mereka tergantung pada disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi
kemampuan mereka untuk berinteraksi secara dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan
efektif dengan rekan sekerja dan atasan mereka; dan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan
(3) Keterampilan dalam pemecahan masalah. Para orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan
pegawai harus mampu memecahkan masalah dalam orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk
pekerjaannya. Ini mencakup kegiatan mempertajam memperbaiki kemampuannya.
logika, sebab akibat mengembangkan alternatif, Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang
menganalisa alternatif, dan memilih pemecahan. mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari
Secara konseptual bila dilihat faktor yang lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-
mempengaruhi kinerja pegawai dalam mengurus tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan,
organisasi dan tata kerja lembaga pemerintahan fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Faktor internal
yang baik dengan sikap profesionalisme dan dan faktor eksternal ini merupakan jenis-jenis
responsivitas aparatur terhadap kebutuhan dan atribusi yang mempengaruhi kinerja seseorang.
harapan masyarakat maka jelaslah bahwa kinerja Jenis-jenis atribusi yang dibuat para karyawan
pegawai merupakan bagian dari kepentingan memiliki sejumlah akibat psikologis dan bedasarkan
sumber daya manusia. kepada tindakan.
Selanjutnya untuk meningkatkan kinerja Jenis atribusi yang dibuat seorang
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari perlu pimpinan tentang kinerja seseorang bawahan
diubah cara bekerjasama dari bagaimana melihat mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap
atau meninjau kinerja itu sendiri. Dengan demikian bawahan tersebut. Misalnya, seorang pimpinan
pimpinan dan pegawai yang bertanggung jawab yang mempermasalahkan kinerja buruk seseorang
langsung dalam pelaksanaan kinerja harus pula bawahan karena kekurangan ikhtiar mungkin
dievaluasi secara periodik. Dalam kenyataannya diharapkan mengambil tindakan hukum, sebaliknya
terdapat 2 (dua) faktor yang mempengaruhi pimpinan yang tidak menghubungkan dengan
pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan kinerja buruk dengan kekurangan kemampuan/
faktor motivasi (motivation). keterampilan, pimpinan akan merekomendasikan
Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis suatu program pelatihan di dalam ataupun luar
dalam Mangkunegara (2000 : 67) yang merumuskan perusahaan.
bahwa : Motivasi yang kuat sebagai suatu dorongan
Human Performance = Ability + Motivation dalam diri pegawai untuk mengerjakan suatu tugas
Motivation = Attitude + Situation dengan sebaik-baiknya guna mencapai tujuan
Ability = Knowledge + Skill kepuasan pegawai. Bila seorang termotivasi,
Menurut A. Dale Timple (1992 : 31), pegawai akan mencoba kuat karena motivasi
faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan merupakan timbulnya perilaku yang mengarah pada
faktor eksternal. Faktor internal (disposisional) tujuan tertentu dengan penuh komitmen sampai
yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat tercapainya tujuan dimaksud. Cara yang paling
seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik efektif untuk meningkatkan motivasi terhadap

50 Jurnal Penelitian Pendidikan


Vol 12 No. 2, Oktober 2011
pegawai dengan cara bahwa kepemimpinan ini gambaran kemampuan, motivasi, dan kinerja
dan motivasi merupakan dua hal yang tidak pegawai Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
dapat dipisahkan. Selain itu dengan pemberian Bandung. Sedangkan maksud dari explanatory
rewards kepada pegawai. Pemberian rewards survey dilakukan untuk menguji hipotesis, dalam
harus yang membuat pegawai merasa termotivasi penelitian ini, yaitu kemampuan dan motivasi
sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Karena pegawai secara parsial dan bersamaan berpengaruh
kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan terhadap kinerja pegawai Sekolah Tinggi Seni
kemampuan. Indonesia (STSI) Bandung. Tipe investigasi
Oleh sebab itu cukup beralasan apabila dalam penelitian ini adalah kausalitas, yaitu tipe
dikatakan bahwa kemampuan dan motivasi kerja penelitian yang menyatakan adanya hubungan
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebab akibat antara independent variable, dalam hal
menentukan hasil kerja seseorang dan pada akhirnya ini kemampuan dan motivasi terhadap dependent
akan berpengaruh terhadap pencapaian tingkat variable, yaitu kinerja. Unit analisis dalam
organisasi secara keseluruhan. penelitian ini adalah individu, yaitu seluruh pegawai
Setelah jelas hubungan antara kemampuan, Sekolah Tinggi Seni (STSI) Bandung. Teknik
motivasi dan kinerja pegawai, maka dapat pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
disimpulkan bahwa kinerja pegawai adalah hasil wawancara, observasi dan kuesioner.
yang dicapai dari kemampuan dan motivasi Pengolahan data yang terkumpul dari hasil
yang dimiliki oleh pegawai. Dengan demikian wawancara dan kuesoner dapat dikelompokkan
kemampuan dan motivasi kerja memiliki pengaruh ke dalam tiga langkah yaitu : persiapan, tabulasi
positif terhadap terhadap kinerja pegawai. dan penerapan data pada pendekatan penelitian.
Untuk memperoleh data dari variabel kualitatif,
METODE PENELITIAN setiap variabel terlebih dahulu dijabarkan ke
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dalam subvariabel dan setiap subvariabel di
survey yaitu penelitian yang digunakan untuk operasonalisasikan ke dalam indikator. Setiap
mengumpulkan data atau informasi tentang populasi indikator diukur peringkat jawaban dengan skala
yang besar dengan menggunakan sampel yang ordinal.
relatif kecil, informasi diperoleh dari sampel, bukan
Analisis yang digunakan terdiri dari dua
dari populasi dan menggunakan pengedaran angket
jenis : (1) analisis deskriptif terutama untuk
sebagai alat pengumpulan data (Nana Syaodih,
variable yang bersifat kualitatif dan (2) analisis
2008 : 84). Penelitian ini bersifat deskriptif dan
kuantitatif, berupa pengujian hipotesis dengan
verifikatif, maka metode yang digunakan dalam
menggunakan uji statistik. Analisis kuantitatif
penelitian explonatory ini adalah descriptive
ditekankan untuk mengungkapkan perilaku
survey dan explonatory survey. Metode tersebut
variable penelitian, sedangkan analisis deskriptif/
dipilih mengingat penelitian deskriptif ditujukan
kualitatif digunakan untuk menggali perilaku faktor
untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena apa
adanya dan ciri-ciri dari suatu variabel, dalam hal penyebab. Dengan menggunakan kombinasi metode

ISSN 1412-565X 51
analisis tersebut dapat diperoleh generalisasi yang responden berdasarkan usia, mayoritaas responden
bersifat komprehensif. Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung
adalah berusia antara 31 s/d 40 tahun sebanyak 19
HASIL DAN PEMBAHASAN responden atau sebesar 38%, hampir berbanding
Berawal dari aspirasi masyarakat Jawa dengan yang berusia antara 41 s/d 50 tahun sebanyak
Barat yang menghendaki adanya lembaga 17 responden atau sebanyak 34%. Idealnya dalam
pendidikan tinggi seni tari di Bandung, dengan usia tersebut merupakan masa-masanya bagi para
melalui Surat Keputusan Walikotamadya Bandung pegawai yang bersangkutan menyenangi bidang-
Nomor 5539/68 Tanggal 31 Maret 1968 didirikan bidang pekerjaan yang cukup menantang dalam
Konservatori Tari (KORI) yang pengelolaannya ada mengaplikasikan idealismenya.
dibawah Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Karakteristik responden berdasarkan
Bandung. tingkat pendidikan, mayoritas responden adalah
Atas meningkatnya animo masyarakat berpendidikan tingkat menengah atas sebanyak 28
dan besarnya perhatian pemerintah, maka KORI responden atau sebesar 56%. Mayoritas responden
berupaya agar keberadaannya dapat diakui sebagai adalah dengan masa kerja antara 21 s/d 30 tahun
lembaga formal. Dengan adanya kesepakatan antara sebanyak 22 responden atau sebesar 44%.
Dirjen Kebudayaan Kantor Daerah Kodya Bandung, Berdasarkan hasil kuesioner dengan para
Pemerintah Kodya Bandung, dan Inspektorat pegawai pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
Pendidikan Kesenian Jawa Barat dengan Direktur Bandung yang dijadikan sebagai responden, maka
Akademi Seni Tari Indonesia di Yogyakarta, persepsi pegawai dibawah ini dapat terungkap
lahirlah Surat Keputusan Menteri Pendidikan mengenai kemampuan (Ability) dalam melaksanakan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor pekerjaan berdasarkan jawaban atas pertanyaan
016/A.I/1970 tentang Akademi Seni Tari Indonesia mengenai: pengetahuan pegawai dalam bekerja,
(ASTI) Bandung yang merupakan kelas jauh ASTI keahlian pegawai dalam bekerja, keterampilan
Yogyakarta. Dengan demikian, sejak tanggal 27 pegawai dalam bekerja, dan sikap serta perilaku
Februari 1971, Konservatori Tari berubah menjadi pegawai dalam bekerja.
Akademi Seni Tari Indonesia Yogyakarta Jurusan Berdasarkan tanggapan responden
Sunda di Bandung, dan ASTI Bandung mendapat mengenai kesesuaian pengetahuan pegawai
giliran menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia yang dimiliki dengan tujuan instansi/organisasi
(STSI) melalui SK Presiden RI No. 59 Tahun 1995. dalam bekerja termasuk kategori sangat baik,
STSI Bandung terdiri dari Jurusan Tari, Karawitan, terdapat pula responden yang menyatakan kurang
Teater, dan Seni Rupa Pertunjukan, dan berada sesuai, ini berarti pemahaman tentang kesesuaian
dibawah pembinaan Direktorat Jendral Pendidikan pengetahuan pegawai yang dimiliki dengan tujuan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. instansi dalam bekerja mayoritas responden saat
Mayoritas responden Sekolah Tinggi Seni ini memberikan dampak yang sangat baik terhadap
Indonesia (STSI) Bandung adalah pria sebanyak kinerja para pegawai Sekolah Tinggi Seni Indonesia
40 responden atau sebesar 80%. Karakteristik (STSI) Bandung, hal ini sesuai dengan pendapat

52 Jurnal Penelitian Pendidikan


Vol 12 No. 2, Oktober 2011
yang dikemukakan oleh As’ad (2000: 16) bahwa orang (28%) meyatakan selalu tepat, dan sebanyak
kemampuan pada individu merupakan pengetahuan, 5 orang (10%) menyatakan kurang tepat. Dengan
intelegensia dan manual skill yang dimiliki oleh total skor 209 (83,6%), dapat dikatakan bahwa
pegawai Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) berdasarkan tanggapan responden mengenai
Bandung dapat mendorong efektifitas kerja para pengaruh keahlian terhadap hasil kerja termasuk
pegawai, sehingga para pegawai bekerja sesuai kategori sangat baik. Salah satu kinerja dapat
dengan pengetahuan tentang pelaporan. dikatakan optimal bila pekerjaan dapat dilakukan
Sebanyak 25 orang (50%) menyatakan secara profesional dan proporsional, dengan kata
dengan pengetahuan yang dimiliki tepat dalam lain “The Right Man on The Right Job” sesuai
menyelesaikan pekerjaan, sebanyak 22 orang (44%) dengan kemampuan, keterampilan dan keahliannya.
menyatakan selalu tepat, dan sebanyak 3 orang Sebagaimana dikemukakan oleh Siagian (2008 :
(6%) menyatakan kurang tepat. Dengan total skor 109) bahwa keterampilan dan keahlian sumber daya
219 (87,6%), dapat dikatakan bahwa berdasarkan manusia penting bagi organisasi dan masyarakat
tanggapan responden mengenai ketepatan dalam yang tidak boleh diabaikan agar ketepatan
menyelesaikan pekerjaan dengan pengetahuan yang menyelesaikan pekerjaannya, sehingga gairah
dimiliki termasuk kategori sangat baik. Meskipun kerja dan kedisiplinannya akan lebih baik terhadap
ada pegawai yang menyatakan bahwa banyaknya hasil kerja.
pekerjaan dilakukan belum tepat dengan target Sebanyak 36 orang (72%) menyatakan
yang telah ditentukan, meskipun pada umumnya keterampilan khusus yang mereka miliki sesuai
terselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan, dengan tujuan instansi/organisasi di tempat bekerja,
dalam arti pegawai tidak suka menunda-nunda sebanyak 7 orang (14%) meyatakan sangat sesuai
pekerjaan yang merupakan bagian dari tugas sehari- sekali, sebanyak 6 orang (12%) menyatakan kurang
hari. sesuai dan sebanyak 1 orang (2%) menyatakan
Mayoritas responden sebanyak 27 orang tidak sesuai. Dengan total skor 199 (79,6%), dapat
(54%) menyatakan keahlian khusus yang dimilikinya dikatakan bahwa berdasarkan tanggapan responden
sesuai dengan tujuan instansi/organisasi ditempat mengenai kesesuaian keterampilan pegawai dengan
bekerja, sebanyak 20 orang (40%) menyatakan tujuan instansi/organisasi termasuk kategori baik.
sangat sesuai sekali, sebanyak 2 orang (4%) Mayoritas responden sebanyak 36 orang
menyatakan kurang sesuai, dan sebanyak 1 orang (72%) menyatakan dengan keterampilan yang
(2%) menyatakan tidak sesuai. Dengan total skor mereka miliki tepat dalam menyelesaikan pekerjaan,
216 (86,4%), dapat dikatakan bahwa berdasarkan sebanyak 8 orang (16%) menyatakan selalu tepat
tanggapan responden mengenai kesesuaian keahlian sekali, sebanyak 3 orang (6%) menyatakan kurang
khusus pegawai dengan tujuan instansi/organisasi tepat, dan sebanyak 3 orang (6%) menyatakan
termasuk kategori sangat baik. tidak tepat. Dengan total skor 199 (79,6%), dapat
Sebanyak 31 orang (62%) menyatakan dikatakan bahwa berdasarkan tanggapan responden
dengan keahlian khusus yang dimilikinya tepat mengenai ketepatan menyelesaikan pekerjaan
dalam menyelesaikan pekerjaan, sebanyak 14 dengan keterampilan yang dimiliki termasuk

ISSN 1412-565X 53
kategori baik, ini harus tetap dipertahankan sebab pada saat melakukan pekerjaan sering mendapat
akan memberikan dampak yang baik terhadap pujian/penghargaan, sebanyak 8 orang (16%)
kinerja para pegawai. Sebagaimana dikemukakan menyatakan selalu mendapat pujian/penghargaan,
oleh Winardi (2000: 174) yang menyatakan bahwa sebanyak 3 orang (6%) menyatakan kadang-kadang
terdapat tiga jenis keterampilan dasar yaitu: mendapat pujian/penghargaan, dan sebanyak 2
keterampila teknikal, keterampilan manusia adalah orang (4%) menyatakan pernah mendapatkan pujian/
keterampilan untuk bekerja dengan memahami penghargaan. Hal ini menunjukkan bahwa pimpinan
orang-orang dan keterampilan konseptual adalah sudah berlaku adil dalam memberikan perhatian
kemampuan untuk memahami dan merangkum dan penghargaan sehingga pegawai tidak merasa
aktivitas dan kepentingan instansi/organisasi yang ada diskriminatif terhadap pegawai. Hasibuan
bersangkutan. menyatakan (2000 : 160) bahwa perlakuan yang
38 orang (76%) menyatakan dalam baik terhadap para pegawai lebih besar pengaruhnya
melaksanakan pekerjaan ditempatnya bekerja terhadap produktivitas kerja dari pada upah yang
sesuai dengan tuntutan instansi/organisasi, sebanyak besar, walaupun juga upah merupakan hal penting.
9 orang (18%) menyatakan sangat sesuai sekali, Secara keseluruhan kemampuan (Ability)
dan sebanyak 3 orang (6%) menyatakan kurang pegawai Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
sesuai. Dengan total skor 206 (82,4%), dapat Bandung dinilai cukup, hal ini ditunjukkan
dikatakan bahwa berdasarkan tanggapan reponden dengan baiknya pemahaman tentang pengetahuan,
mengenai kesesuaian sikap dan perilaku pegawai penguasaan tentang keahlian teknikal maupun
pada saat melakukan pekerjaan termasuk kategori keahlian managerial serta sikap dan perilaku. Salah
sangat baik. Hal ini berarti secara umum sebagian satu cara untuk meningkatkan kemampuan pegawai
besar pegawai dalam melakukan pekerjaan sesuai dapat dilakukan melalui pengembangan pendidikan
dengan tuntutan instansi/organisasi. Namun terdapat dan pelatihan yang sesuai tugas pokok dan fungsi
beberapa pegawai yang menyatakan kurang organisasi tersebut.
sesuai, hal ini terlihat dari kemampuan pegawai Untuk mencapai motivasi kerja sesuai
yang kurang terampil dan kurang tepat dalam harapan atau mendekati kriterium 100%, maka
melakukan pekerjaan. Untuk itu pegawai perlu aspek-aspek motivasi kerja yang perlu mendapat
diberdayakan kembali melalui pembinaan mengenai perhatian untuk ditingkatkan adalah aspek tingkat
pengembangan sikap dan perilaku pada perubahan kecemasan dan tingkat rasa kecewa dalam diri
sistem dalam bekerja sesuai dengan tuntutan kerja pegawai. Hal ini perlu dilakukan agar pegawai
dalam organisasi. Sebagaimana yang dikemukakan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung
oleh Hasibuan (2002: 30) bahwa kualitas dan dalam dirinya tertanam rasa cemas dan kecewa
kuantitas karyawan harus sesuai dengan kebutuhan apabila mereka melakukan kegagalan atau kesalahan
perusahaan, supaya efektif dan efisien menunjang dalam melaksanakan pekerjaan yang tidak sesuai
tercapainya tujuan. dengan tugas pokok dan fungsi organisasi.
Mayoritas responden sebanyak 37 orang Sedangkan aspek lainnya yang perlu
(74%) menyatakan dengan sikap dan perilaku diperhatikan untuk dapat meningkatkan motivasi

54 Jurnal Penelitian Pendidikan


Vol 12 No. 2, Oktober 2011
kerja pegawai adalah mengurangi hambatan hasil pengolahan data dengan SPSS versi 12 maka
yang datang dari dalam instansi/organisasi. Hal diperoleh matrik korelasi sebagai berikut :
ini dijelaskan oleh Herzbeng (2006 : 86) yang Tabel 1
Matriks Korelasi Antar Variabel
menyatakan bahwa menjadi faktor motivator
apabila dapat memicu seseorang untuk bekerja
lebih baik dan bergairah antara lain pengakuan dari
orang lain, peluang untuk berprestasi, tantangan
dan tanggung jawab. Terpenuhinya faktor ini Sumber : Hasil Pengolahan Program software
menyebabkan orang merasa puas tetapi bila tidak application system SPSS 12.0 for
windows
terpenuhi, tidak akan mengakibatkan rasa kecewa
dan kecemasan yang berlebihan. Koefisien jalur ditentukan melalui rumus :
Sedangkan salah satu cara untuk
mengurangi hambatan yang datang dari dalam
Instansi/Organisasi agar Motivasi kerja pegawai
Dengan perhitungan menggunakan software
meningkat adalah dengan cara menambah atau
application system SPSS versi 12 for
melengkapai sarana –sarana untuk menunjang
kelancaran dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan Windows, maka didapatkan hasilnya sebagai
tuntutan tugas pokok dan fungsi organisasi. berikut :
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Sedarmayanti (2007 : 268)
bahwa aspek penilaian yang umumnya perlu dinilai Sedangkan koefisien jalur lainnya diluar variabel
yaitu : tanggung jawab, kemampuan, kejujuran, kemampuan ditentukan melalui:
kesetiaan, kesanggupan, ketaatan, kerjasama,
inisiatif, dan kualitas kerja dalam menjalankan
pekerjaannya. Karena salah satu faktor penilaian
Artinya bahwa secara partial ada pengaruh
kinerja adalah adanya tingkat kejujuran dalam
yang signifikan antara kemampuan (X1) terhadap
bekerja sesuai target yang telah ditentukan.
kinerja pegawai (Y) sebesar 0,527 atau 52,7% dan
sisanya 0,473 atau 47,3% dipengaruhi variabel lain.
Pengaruh Kemampuan terhadap Kinerja
Uji Statistik untuk pengaruh kemampuan
Pegawai Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
(X1) terhadap kinerja pegawai (Y) adalah:
Bandung

Untuk mengetahui apakah variabel bebas


yaitu kemampuan (X 1) berpengaruh terhadap
kinerja pegawai (Y), digunakan dengan analisis
korelasi pearson. Software yang digunakan dalam Dengan kriteria keputusan adalah Tolak Ho
pengukuran korelasi Product Moment dalam jika t hitung > t tabel, dan (df) = n-k-1 = 37-2-1 = 34,
penelitian ini adalah SPSS versi 12. Berdasarkan
ISSN 1412-565X 55
taraf signifikansi 5% berdasarkan tabel distribusi Koefisien jalur ditentukan melalui rumus :

t diperoleh t tabel (0,05;34) = 1,691. Hasil


pengolahan menggunakan SPSS versi 12
Dengan perhitungan menggunakan software
diperoleh nilai t hitung (1,918) > t tabel
application system SPSS versi 12 for Windows,
(1,691) maka Ho ditolak, artinya secara parsial maka didapatkan hasilnya sebagai berikut :
ada pengaruh signifikan antara kemampuan
dengan kinerja. Jadi dari hasil penelitian Sedangkan koefisien jalur lainnya diluar variabel
ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial motivasi ditentukan melalui :
kemampuan pegawai STSI berpengaruh positif
terhadap kinerja pegawai pada institusi STSI. Artinya bahwa pengaruh motivasi (X2)
Berdasarkan hasil dan pengujian dengan SPSS terhadap kinerja pegawai (Y) sebesar 0,919 atau
versi 12 maka diperoleh hasil sebagai berikut
91,9 % dan sisanya 0,081 atau 8,1 % dipengaruhi
(hasil penghitungan lengkap terlampir): variabel lain selain variabel X2. Statistik uji untuk
Tabel 2
Pengujian Hipotesis Kemampuan (X1) pengaruh variabel X2 terhadap Y adalah :
Terhadap Kinerja Pegawai (Y) Dengan kriteria keputusan adalah Tolak
Ho jika t hitung
>t tabel,
dan (df) = n-k-1 = 37-2-1
= 34, taraf signifikansi 5% berdasarkan tabel
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS versi 12 distribusi t diperoleh t tabel (0,05;34) = 1,691. Hasil
pengolahan menggunakan SPSS versi 12 diperoleh
Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai nilai t hitung (11,891) > t tabel (1,691) maka
Pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
Ho ditolak, artinya secara parsial ada pengaruh
Bandung
signifikan antara motivasi dengan kinerja. Pengujian
Untuk mengetahui apakah variabel
hipotesis disajikan dalam Tabel 4.
bebas yaitu motivasi (X2) berpengaruh terhadap Tabel 4
kinerja pegawai (Y), digunakan dengan analisis Pengujian Hipotesis Motivasi (X2) Terhadap
Kinerja Pegawai (Y)
korelasi pearson. Software yang digunakan
dalam pengukuran korelasi Product Moment
dalam penelitian ini adalah SPSS versi 12. Hasil
pengolahan sebagai berikut :
Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS versi 12.
Tabel 3
Matriks Korelasi Antar Variabel Jadi dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa secara parsial motivasi pegawai
STSI berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai
pada institusi STSI.
Sumber : Hasil Pengolahan Program software
application system SPSS versi 12 for windows

56 Jurnal Penelitian Pendidikan


Vol 12 No. 2, Oktober 2011
Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Terhadap menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat
Kinerja Pegawai Pada Sekolah Tinggi Seni
kuat antara variabel kemampuan (X1) dan motivasi
Indonesia (STSI) Bandung
(X2) (Sugiyono, 2007). Statistik uji untuk pengaruh
Untuk mengetahui apakah variabel bebas
variabel kemampuan (X1) dan motivasi (X2) secara
yaitu kemampuan (X1) dan motivasi (X2) secara
bersamaan terhadap kinerja pegawai (Y) adalah :
bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja Dimana :
F = Nilai Korelasi Ganda
pegawai (Y), dianalisis dengan teknik analisis jalur R = Koefisien Korelasi Ganda
(path analisis). Berdasarkan hasil pengolahan data k = Jumlah Variabel Independen
n = Jumlah Anggota Sampel
dengan SPSS versi 12 diperoleh rangkuman hasil
koefisien jalur sub struktur -1 sebagai berikut : Dengan rumusan Hipotesis :
Tabel 5 Ho : kemampuan pegawai dan motivasi kerja
Rangkuman Hasil Koefisien JalurSub Struktur-1 pegawai tidak berpengaruh secara simultan
dan signifikan terhadap kinerja

Kriteria Uji yang digunakan adalah: Ho ditolak jika


F hitung > F tabel , (df) = n-k-1 = 37-2-1 = 34, taraf
signifikansi 5% dan derajat bebas = 2 diperoleh F
Sumber : Hasil Pengolahan Program software
application system SPSS versi 12 for windows tabel (0,05;2;34) = 3,276. Hasil pengujian dengan

Koefisien jalur ditentukan melalui rumus : SPSS versi 12 maka diperoleh nilai F hitung
(104,49) > F tabel (3,276) maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya ada pengaruh secara simultan dan
signifikan antara kemampuan dan motivasi secara
Dengan perhitungan menggunakan software
bersama-sama terhadap kinerja. Hasil pengujian
application system SPSS versi 12 for Windows,
disajikan pada Tabel 6 berikut.
maka didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 6
Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Kemampuan (X1) dan Motivasi (X2)
Terhadap Kinerja Pegawai (Y)
Sedangkan koefisien jalur lainnya diluar
variabel kemampuan dan motivasi terhadap kinerja
pegawai ditentukan melalui :

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan


bahwa secara simultan dan signifikan kemampuan
Artinya bahwa pengaruh variabel
pegawai serta motivasi pegawai berpengaruh
kemampuan (X 1) dan motivasi (X 2) terhadap
positif terhadap kinerja pegawai pada institusi
variabel kinerja pegawai (Y) sebesar 0,86 atau 86 %,
STSI. Berdasarkan pengujian tersebut, jelas bahwa
dan sisanya 0,14 atau 14 % dipengaruhi variabel lain
seluruh aspek kemampuan dan aspek motivasi kerja
selain variabel kemampuan (X1) dan motivasi (X2).
berpengaruh terhadap kinerja pegawai Sekolah
Selain itu diperoleh angka R sebesar 0,927, hal ini
Tinggi Seni Indonesia Bandung.
ISSN 1412-565X 57
Secara lengkap diagram hubungan kausal sebagai akuntabilitas pemerintah yang dapat
variabel X terhadap Y adalah sebagai berikut: memenuhi harapan masyarakat.
Kemampuan (kompetensi) akan mudah
berpengaruh positif dalam pencapaian tingkat
kinerja tinggi didukung oleh motivasi kerja yang
tinggi. Dorongan atau motivasi untuk melaksanakan
pekerjaan akan muncul apabila pekerjaan yang
dikerjakannya dirasakan mempunyai nilai atau
Gambar 1. Hubungan Kausal Antara Kemampuan berarti oleh para pegawai STSI Bandung Hal ini

(ability), Motivasi Kerja dan Kinerja Pegawai sudah barang tentu berkaitan dengan pemenuhan

Dari gambar struktural hubungan kausal kebutuhan. Tuntutan pemenuhan kebutuhan-

antar variabel dengan nilai-nilai parameter struktur kebutuhan tersebut merupakan tenaga yang

diatas, maka pengaruh dari variabel penyebab ke mendorong untuk melaksanakan pekerjaan dengan

variabel akibat, baik yang bersifat langsung maupun prestasi kerja yang lebih baik.
Sinergisitas antara output kemampuan dan
tidak langsung dapat ditentukan.
Tabel 7 motivasi akan berpengaruh terhadap peningkatan
Pengaruh Kemampuan Dan Motivasi Terhadap kinerja pegawai Sekolah Tinggi Seni Indonesia
Kinerja Pegawai Serta
Pengaruh Diluar Kemampuan Dan Motivasi (STSI) Bandung tersebut. Hal tersebut nampak
jelas bahwa pencapaian tingkat kinerja seseorang
pegawai, dalam hal ini pegawai STSI Bandung
berkaitan erat dengan kemampuan dan motivasi
kerja pegawai STSI Bandung. Hal ini menurut
Keith Davis dalam Mangkunegara (2005 : 67)
merumuskan bahwa:
Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa Human Performance = Ability + Motivation
kemampuan dan motivasi secara bersama-sama Ability =
Knowledge + Skill
berpengaruh terhadap kinerja pegawai sebesar 86%
Motivation = Attitude + Situation
sedangkan sisanya 14 % adalah pengaruh yang
Dengan demikian dapat dikemukakan
diberikan di luar kemampuan dan motivasi. Tetapi
bahwa motivasi dan kemampuan merupakan
secara parsial diketahui bahwa pengaruh motivasi
faktor-faktor yang bisa meningkatkan dan atau
lebih dominan daripada pengaruh kemampuan, hal
menurunkan kinerja pegawai. Sebagaimana
ini disebabkan oleh karena setiap indikator motivasi
dikemukakan oleh J. Winardi (2001: 63) bahwa
dijadikan suatu aspek dalam peningkatan kinerja,
dapat dilihat pentingnya intensitas motivasi pekerja “yang paling penting dalam kinerja pegawai adalah

terhadap hasil, yang ingin dicapai sehingga mampu motivasi dan kemampuan pekerja “.

memberikan pelayanan masyarakat, mahasiswa, Namun demikian, sebagaimana telah

para dosen yang terbaik dalam bidang pelayanan dipaparkan sebelumnya bahwa kemampuan dan

58 Jurnal Penelitian Pendidikan


Vol 12 No. 2, Oktober 2011
motivasi pegawai STSI Bandung masih terdapat 1. Pegawai Sekolah Tinggi Seni Indonesia
beberapa kekurangan dalam beberapa aspek, (STSI) Bandung memiliki kemampuan yang
diantaranya dalam hal keterampilan pegawai, termasuk kategori sangat baik sehingga
tingkat kebutuhan untuk memperoleh hasil yang mendukung terhadap kinerja pegawai, namun
sesuai dengan harapan yang dimiliki para pegawai, pada unsur aspek-aspek kemampuan yang
kecemasan yang dimiliki para pegawai terhadap masih perlu ditingkatkan khususnya dalam
kemungkinan gagal dalam pekerjaan, tingkat aspek melaksanakan tugas seperti keterampilan
hambatan dari luar yang dihadapi pegawai pada penyelesaian pekerjaan, penempatan SDM tidak
STSI Bandung cukup tinggi, dan kekecewaan sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya
saat menghadapi kegagalan. Kondisi tersebut maka frekuensi mengikuti pelatihan, penyaluran
mempengaruhi secara kualitas dan kuantitas kinerja kemampuan, dan sikap serta perilaku masih
pegawai STSI Bandung. Dengan kata lain, kinerja relative perlu diperhatikan.
akan meningkat apabila penilaian didasarkan pada 2. Motivasi kerja pegawai Sekolah Tinggi Seni
kriteria yang dapat dibagi suatu pekerjaan tertentu Indonesia (STSI) Bandung dinilai sangat
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sedarmayanti baik namun demikian masih terdapat aspek-
(2007:268) bahwa ciri pelaksanaan penilaian aspek Motivasi yang masih perlu ditingkatkan
untuk menilai setiap pekerjaan yang bersangkutan khususnya dalam aspek tingkat kecemasan
dilakukan secara rutin dan meliputi : prestasi kerja, dan tingkat rasa kecewa, yang merasa cemas
tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, apabila gagal bekerja untuk mencapai tujuan
prakarsa. Aspek yang dinilai pada dasarnya dan mengurangi hambatan-hambatan yang
masih dapat dikembangkan sehingga membantu datang dari dalam instansi.
pelaksanaan penilaian. 3. Kinerja pegawai Sekolah Tinggi Seni Indonesia
Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka (STSI) Bandung dinilai sangat baik. Hal
dapat dikatakan bahwa aspek penilaian kinerja ini dilihat dari indikator-indikator kinerja
di STSI Bandung tidak hanya berkisar kepada yang baik diantaranya menerapkan prinsip
persoalan traits (karakter individu) seseorang kejujuran, ketaatan, inisiatif, dan memiliki rasa

pegawai seperti sifat, perangai, intelegensia, dan tanggung jawab yang besar. Namun demikian
masih terdapat yang masih perlu ditingkatkan
sebagainya. Akan tetapi lebih menitik beratkan pada
khususnya dalam aspek kesanggupan, kesetiaan,
hal-hal yang bersifat performance result (hasil kerja)
dan kualitas serta kuantitas hasil kerja pegawai
seperti kualitas dan kuantitas kerja, ketepatan waktu
Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung.
dan sebagainya. Bahkan dengan performance result
4. Pengaruh Kemampuan dan Motivasi secara
tersebut memungkinkan terjadinya suatu penilaian
bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap
yang lebih obyektif.
kinerja pegawai Sekolah Tinggi Seni Indonesia
(STSI) Bandung mempunyai pengaruh yang
SIMPULAN DAN SARAN
positif dan signifikan sebesar 86 %. Namun
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilihat secara parsial motivasi lebih dominan
penulis uraikan maka dapat ditarik kesimpulan
dari pada kemampuan. Hal ini dapat dipahami
sebagai berikut :
bahwa semakin besar kemampuan dan motivasi

ISSN 1412-565X 59
maka akan semakin positif kinerja pegawai melalui kegiatan pengembangan pendidikan dan
Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. pelatihan bagi para pegawai yang disesuaikan
dengan Tugas Pokok dan Fungsinya.
Saran 3. Untuk lebih meningkatkan kinerja pegawai, perlu
Berdasarkan hasil penelitian dan dilakukan pembinaan dan pengarahan terhadap
pengamatan yang telah dilakukan pada Sekolah pegawai Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, maka penulis Bandung mengenai Tugas Pokok dan Tujuan
ingin mengajukan beberapa saran yang kiranya Organisasi secara berkala; hal tersebut untuk
dapat menjadi pertimbangan dalam melaksanakan lebih memahami dan menyadari mengenai apa
aktivitas pelayanan kepada masyarakat maupun yang harus dikerjakan oleh setiap pegawai,
pembinaan sumber daya manusia dimasa yang akan agar para pegawai tersebut selalu sanggup dan
datang, saran-saran tersebut antara lain : setia dengan kualitas dan kuantitas hasil-hasil
1. Untuk lebih meningkatkan motivasi kerja kerja sesuai dengan Tugas Pokok dan Tujuan
pegawai pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia Organisasi, sehingga pada akhirnya akan
(STSI) Bandung, melalui disiplin tentang meningkatkan kinerja Sekolah Tinggi Seni
pemahaman tugas, kehadiran, berada di Indonesia (STSI) Bandung secara keseluruhan.
tempat kerja dan disiplin tentang memahami 4. Untuk Pengembangan Ilmu terhadap organisasi
memecahkan masalah teknik komputer untuk maka sistem yang harus dipilih agar organisasi
menyelesaikan pekerjaan harus sesuai dengan mendapatkan sukses melalui penilaian kerja
jadwal, serta pemberian penghargaan, dan saksi harus dapat menjamin keadilan. Penilaian
bagi pegawai berprestasi dan kurang berprestasi
pelaksanaan dalam kemampuan seorang
harus dilakukan, sehingga tingkat kecemasan
pegawai harus seobjektif mungkin dan semua
dan tingkat rasa kecewa akan bertambah apabila
penilai kemampuan kinerja berpegang teguh
pegawai merasa gagal dalam menyelesaikan
pada aturan pokok yaitu : Nilailah karyanya,
pekerjaan. Untuk mengurangi hambatan-
hambatan yang datang dari dalam instansi/ bukan manusianya - Judge the work, not
organisasi maka menyampaikan komunikasi the person!
yang baik dalam bentuk yang mudah dan  Membuat cara hidup sebagai pelajaran.
dimengerti, membimbing para pegawai dan Organisasi yang berubah dengan ramah
mengoreksi kesalahpahaman sehingga yang
sangat baik dalam pengembangan ilmu
berkinerja tinggi akan mampu dengan cepat dan
efisien berbagai ide-ide dan perasaan. pengetahuan dan manajemen.
2. Untuk lebih meningkatkan kemampuan kerja  Membangun dan memperdalam
pegawai Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) kepercayaan. Orang lebih cenderung
Bandung, pimpinan STSI Bandung perlu mendukung perubahan dalam setiap
melakukan upaya peningkatan keahlian dan kemampuan yang dimiliki pegawai ketika
keterampilan serta sikap dan perilaku pegawai organisasi dapat dipercaya dan pimpinan
Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung serta manajer mempunyai kredibilitas dan
60 Jurnal Penelitian Pendidikan
Vol 12 No. 2, Oktober 2011
integritas. yaitu menggunakan teknologi yang baru
· Manfaat secara praktis diharapkan dapat untuk menerapkan perubahan dan untuk
dijadikan sebagai bahan masukan informasi pengembangan program pembinaan
dalam pengembangan ilmu SDM dan pegawai selanjutnya sehingga diharapkan
upaya meningkatkan kinerja pegawai STSI dapat memberikan feedback bagi kinerja
Bandung dengan memadukan teknologi pegawai.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara, 2003, perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung, PT Refika
Aditama.
_______________________, 2005, Evaluasi kinerja SDM, Bandung, PT Refika Aditama.
Abdul Latief, 1993, membangun SDM yang mandiri dan professional, pemikiran Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia, Jakarta Departemen Tenaga Kerja R.I .
As’ad Moh, 2000, Psikologi Industri, Yogyakarta : Liberty
Ahmad S. Ruky, 2001, system Manajemen Kinerja, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Al Rasyid, Harum. 1998, Statistika Sosial, Program Pasca Sarjana UNPAD, Bandung.
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Cathy , mack, 2008 , 50 kesalahan Manajamen Terbesar, Jakarta, PT. Prestasi Pustakaraya.
Dessler, Gary, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Jakarta :PT. Prenhalindo.
Hani Handoko, 2008, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2, Yogyakarta, BPFE.
Kisdarto Atmosoeprapto, 2002, menuju SDM Berdaya, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.
Kartono, 1994, Motivasi Kerja Yang Berhasil, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Malayu S.P , Hasibuan , 1996, Organisasi & Motivasi , Jakarta, PT. Bumi aksara.
Malayu S,P , Hasibuan , 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Bumi Aksara.
Nana Syaodih Sukmadinata, 2008, 2008, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Pambudi Tika, 2006, Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahan, Jakarta, PT Bumi Aksara.
Panduan Studi, Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Bandung, tahun Akademik 2007-2008, BAAKPSI STSI,
Bandung.
Sugiono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta
Sedarmayanti, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung , PT. Refika Aditama.
Sondang P Siagian, 1995, Filsafat Administrasi, Jakarta PT. Toko Gunung Agung.
____________________, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Bumi Aksara. Suhaimi Arikunto,
1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi II, Jakarta : PT. Rineka Cipta.Veithzal
Rivai, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Jakarta , PT. RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Winardi, 2001, Motivasi & Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta , PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
________, 2007, Manajemen Perilaku Organisasi , Edisi Revisi, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
Winardi, 2007 , Manajemen Kinerja, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada.
Wahyudi Bambang, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia , Bandung : Sulita.

ISSN 1412-565X 61
Widjana, Adang, 2005, Pengaruh Budaya kerja dan pola Pengembangan karier terhadap kepuasan kerja serta
implikasinya kepada kinerja pegawai, Disertasi Universitas Padjajaran Bandung.

BIODATA SINGKAT
Penulis adalah Dosen Manajemen Produksi Jurusan Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
Bandung

62 Jurnal Penelitian Pendidikan


Vol 12 No. 2, Oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai