Anda di halaman 1dari 22

PERSIAPAN SOOCA

PENYAKIT PENDAHULUAN PATOFISIOLOGI KRITERIA DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN


HIPERTENSI  Definisi BP=Cardiac output (CO) x Tahanan perifer (TP)  Anamnesis Non Farmako
Peningkatan TD sistolik >140 dan CO= Stroke volume x HR 1.Keluhan:  ↓BB10% dalam 6 minggu
atau TD diastolik > 90 pada 2 kali Sakit kepala, kaku leher, jantung  DASH (Dietary Approaches to Stop
pengukuran dengan selang waktu 5  Genetik dan Lingkungan berdebar , life style, gejala organ Hipertension)
menit dalam keadaan cukup tenang  Mekanisme Neural target (jantung, mata, otak,  Diet garam <5 gr/hari atau Diet
atau istirahat (Kemenkes,2013) Aktivitas saraf simpatisKatekolamin (Nor ginjal) rendah Na <2 gr/hari
 Klasifikasi adrenalin & adrenalin)Baroreceptor PD:α1 2. Pengobatan HT sebelumnya  Stop alkohol, rokok, kurangi stress
Berdasarkan JNC VII (vasokonstriksi pembuluh darah); β1(HR↑, 3. Faktor Risiko HT  Olahraga:
Normal <120/<80 Inotropik+, Konotropik+) TP↑, CO↑  Pemfis Frequency (3x seminggu)
Pre HT 120-139/80-89  Mekanisme Renal ↓Kemampuan ginjal eksresi Pengukuran TD: Harus duduk Intensity (sedang)
HT Grade I 140-159/90-99 Na retensi Na & airhipervolume oleh tenang, istirahat 10 menit, jika Time (30 menit/hari)
HT Grade II >=160/>=100 retensi airvenous return↑stroke TD>150/90 ukur lagi 2x Type (Endurance: berenang, sepeda,
Berdasarkan ETIOLOGI volume↑CO↑ rata2kan yang ke2&3 dan jogging)
Primer/Esensial(90%):Penyebab  Mekanisme Vaskular hilangkan yang pertama Farmako (JNC VIII)
tidak diketahui. Sering terjadi pada Disfungsi endotel (kekakuan PD akibat usia masih >150/90, ulangi pada 2nd  Tanpa Komorbid
laki2 usia>35 tahun tua, DM, & aterosklerosis)remodelling visit, kecuali >180/110 langsung Umur >=60 thn
HT Sekunder(10%): Penyebab PDTP↑ diagnosis HT Target:<150/90
diketahui, ada penyakit penyerta.  Mekanisme Hormonal  Penunjang (Tanda2 kerusakan Mulai dengan CCB
Sering terjadi pada perempuan usia (RAAS) ↑perfusi ginjal Renin diproduksi organ target) Umur <60 thn
muda oleh macula densa (sel juxtaglomerular), EKG, Pem neurologis, Target:<140/90
1.Genetik berikatan dengan Angiotensinogen (diproduksi funduskopi retina, pem fx ginjal Mulai dengan ACEi/ARB
2.Ginjal oleh hati) Angiotensin 1 diubah oleh ACE  Dengan Komorbid
3.Vaskular (yang banyak dihasilkan di paru)Angiotensin ALUR DIAGNOSIS CKD (+) DM (+/-)
4.Tiroid 2 Vasokonstriksi (TP↑) & produksi 1st visit Target: <140/90
5 Adrenal Aldosteron (diproduksi di korteks adrenal, >=180/110: diagnosis HT, terapi farmako ACEi/ARB
kerjanya di Na/K pump Loop of Henle) <180/110 + komorbid: diagnosis HT, DM (+)
Retensi Na↑ CO↑ terapi farmako Target: <140/90
<180/110: belum diagnosis, non farmako ACEi,ARB, CCB, Thiazid
(modifikasi life style) Jika semua di atas
2nd visit  Tidak terkontrol :
>=160/100: terapi farmako Kombinasi 2
<160/100: non farmako (modifikasi life  Tidak terkontrol:
style) Kombinasi 3
3rd visit (+Diuretik Thiazid)
>=140/90: terapi farmako  Tidak terkontrol: HT
<140/90: bukan HT Resisten pastikan ada
penyakit sekunder:
kombinasi dengan
diuretic tipe lain
 Tidak terkontrol:
Kombinasi Gol Lain (B-
Blocker dll)
 Kombinasi 5 tidak
terkontrol = HT refrakter
 ACE Inhibitor:  Alfa-Agonis sentral CCB Diuretik:
Hambat ACE konversi AT1AT2 Hambat Katekolamin Blok T-Type (pace maker/HR) dan L-  Thiazid
KI: Kehamilan, hiperkalemi, stenosis ES: Rebound Phenomenon Type (otot polos PD) pada Ca2+ channel Hambat reabsorbsi NaCl di
arteri renalis, asthma R/Klonidin KI: Takikardi, CHF tubulus ginjal
ES: Hiperkalemi, batuk kering R/Reserpin Dihidropiridin: R/ HCT 25,50 mg
R/Captopril 12,5mg;25mg;50mg(2- R/Metildopa250 mg (2-3x1) L-Type  Loop Diuretik
3x1)  Alfa1-blocker R/Verapamil, Diltiazem Hambat reabsorbsi Na/K/Cl di
R/Ramipril 2,5mg;5 mg(2x1) Hambat adrenergic Alfa1-reseptor di pembuluh Non dihidropiridin: ansa henle ascenden bagian
 ARB darahcegah vasokonstriksi T-Type dan L-Type tebal
Kompetitif inhibitor reseptor AT2 R/Terasozin, Doksasozin R/Amlodipin (5,10 mg 1x1) R/Furosemide
KI: Kehamilan, hiperkalemi, stenosis  Beta-blocker R/ Nifedipin GITS/Adalat oros (30 mg 20,40 mg
arteri renalis Hambat adrenergic B-reseptor di jantung (B1), otot 1x1)  Antagonis Aldosteron
ES: Hiperkalemi polos bronchus (B2), lipid (B3) Hambat aldosteron o/
R/Telmisartan/Micardis 20,40,80 mg KI: pada asthma yang non selektif mineralokortikoid korteks
1x1 R/Propanolol 5 mg adrenal (Na tidak direabsorpsi,
R/Candesartan 8,16 mg 1x1 R/Bisoprolol/Concor 50,100 mg K tidak dieksresi)
R/Spironolacton 25,100 mg
KRISIS HIPERTENSI Definisi: ↑Vascular resisten: Anamnesis HT Emergency
TD sistolik >180 ; TD diastolik >120  Kerusakan endotel ↑Permeabilitas Riw HT lama & beratnya 1 jam awal: ↓ TD <=10% MAP
terjadi secara tiba-tiba dalam 48 endotel Deposisi platelet dan fibrin Pengobatan & kepatuhan 2-3 jam: ↓TD <=15% MAP
jam Fibrinoid nekrosis & proliferasi Usia 40-60 thn 2-6 jam stabil: TD <160/100  FU
 Natriuresis spontan  Vol intravascular ↓  Gejala kerusakan organ target sampai stabil dalam 48 jam
Klasifikasi: RAAS↑ Pemfis R/Nicardipine 5-15 mg/jam
HT urgency: minimal/tidak ada Pengukuran TD baring dan berdiri HT Urgency
kerusakan organ target Keduanya akan berakibat pada ↑↑BP  Iskemik Skrining kerusakan organ target R/Nifedipin 10 mg/12 jam/oral(TD turun
HT emergency: ada kerusakan jaringan  Disfungsi organ target Penunjang cepat, awasi iskemik)
organ target Neuro: Kesmen, papil edema, stroke Darah: DR, Ur/Cr R/Captopril 25 mg, dapat diulang 30 min
Jantung: CAD, edema paru, aorta diseksi EKG sesuai kebutuhan
Ginjal: AKI Foto thorax 4-6 jam evaluasi MAP tercapai 
Mata: Retinopati pulang  evaluasi 36-48 jam
Hamil: Preeklampsia (HT&proteinuria)/eklampsia
(kejang)
ISK Definisi:Invasi mikroorganisme Ascending Anamnesis 1. Asimptomatic Bacteriuria
pada traktus urinarius Faktor risiko (Anatomi sal kemih, hygiene buruk, ISK bawah: nyeri suprapubik, disuria, Tidak perlu antibiotik, kecuali:
kontrasepsi)  Pertumbuhan mikroorganisme di frekuensi, urgensi Kultur >=10^5 CFU/ml
Etiologi: V.U  Respon immunologis (↑leukosit, piuria) ISK atas: nyeri pinggang, demam, Hamil
E.coli 60-90% (ascending pux Rx inflamasi menggigil, mual muntah Sebelum tindakan invasive
flagella) 1. Rx radang pada mukosa V.U  nyeri Pemfis genitourinary
Proteus sp 5-10%. suprapubik & disuria ISK bawah: Nyeri tekan suprapubik 2. Acute uncomplicated cystitis
Klebsiella 10-20% 2. Terbentuk sikatriks  ada epitel ISK atas: Nyeri ketok costovertebra, 1st line: Cotrimoxazol (TMP-
transisional yg meradang & teregang  demam SMX) 2x1 selama 3-5 hari
Faktor risiko: frekuensi berkemih Penunjang 2nd line: Ciprofloxacin 250 mg
Perempuan 1. Urinalisa (Urin porsi tengah) 2x1
Kehamilan Hematogen Piuria selama 3-5 hari
Hygiene buruk Rx inflamasi invasi mikroorganisme ke aliran Leukosit >=5/LPB 3. Acute uncomplicated
Lithiasis darah (pada ISK atas, karena ginjal memiliki 2. Kultur urin pyelonephritis
Obstruksi sal kemih banyak PD renalis) menyebar secara 1st line: Ciprofloxacin 500 mg
Peny ginjal polikistik hematogen bakteremia gejala sistemik 2x1 (7-14 hari)
Senggama (demam, menggigil) P: 2 kultur urin>=10^5 CFU/ ml tanpa Levofloxacin
Kateter Biasa tjd pada immunosupresif pasien penyakit gejala ISK 750 mg 2x1 (7-14 hari)
Immunosupresif kronik (Pneumonia, TB) L: 1 kultur urin >=10^3 CFU/ ml 2nd line: TMP-SMX 2x1 selama
Berapapun dari aspirasi suprapubik 14 hari
Klasifikasi: Limfogen 3. USG 4. Complicated UTIs
Berdasarkan lokasi anatomis Curiga kelainan anatomis Cephalosporin generasi III
1.ISK Atas (Pyelonefritis) ISK recurrent karena tidak ada renal
2.ISK Bawah (Cystitis) ISK atas adjustment:
Berdasarkan komplikasi Syok sepsis
1.ISK Non-komplikata Atypical case pyelonephritic Ceftriaxon
2.ISK Komplikata (kelainan No/slow resolution symptom 1 gr/24jam/intravena
anatomis spt batu dan obstruksi, fx
ginjal spt AKI CKD, dan immunitas
host spt DM)
Berdasarkan manifestasi klinis
1.Asimptomatic bacteriuria
P: 2 kultur urin>=10^5 CFU/ ml
tanpa gejala ISK
L: 1 kultur urin >=10^3 CFU/ ml
Aspirasi suprapubik: berapapun
2. Acute uncomplicated cystitis in
women
3. Acute recurrent cystitis in
women (3 episode ISK 1 thn
terakhir/2 episode 6 bln terakhir)
4. Acute uncomplicated
pyelonephritis in women
5. Complicated UTIs in both sex
6. Catheter association UTIs
Anemia Def Fe Definisi Etiologi Anamnesis Non farmako:
Anemia akibat ↓penyediaan Fe (perdarahan/nutrisi/kebutuhan/absorpsi) Iron Cepat lelah, mata berkunang-kunang, Diet tinggi Fe
untuk eritropoeisis depleted state(negative iron balance: ↓ferritin telinga mendenging;pada laki2 biasanya Vit C 3x100 mg/hari
Metabolisme besi serum; ↑absorpsi dlm usus)Eritropoeisis def Fe post infeksi cacing tambang; bersifat Transfusi PRC (indikasi: peny jantung,
1. Fase luminal (↑free protoporfirin; saturasi transferin/rasio Fe simptomatik jika Hb<7 sangat simptomatik, hamil,
Di lambung: besi lepas dari dan TIBC↓; TIBC↑) Anemia mikrositik Pemfis preoperative)
ikatan o/karena HCL hipokrom Koilonikia
2. Fase mucosal Atrofi papil lidah Farmako:
-Mukosa duodenum&jejunum Cheilosis/stomatitis angularis Ferrous sulfat 3x200 mg tab a.c (3-6
proksimal: besi direduksi Disfagia (kerusakan epitel hipofaring) bulan)
Fe3+Fe2+ o/enzim feri Penunjang
reduktase 1.Kadar Hb&indeks eritrosit
-Fe2+ masuk sitoplasma melalui & ADT
DMT1(Divalent Metal 2.Fe serum, TIBC
Transporter) 3.Ferritin
-Sebagian (ferritin) disimpan di 4.Protoporfirin
retikuloendothelilal 5.Transferin serum
hepar&limpa 6.Gold standard:Perl’s stain
-Sebagian lolos ke kapiler usus
3. Fase korporeal
Fe2+ diserap enterosit masuk ke ALUR DIAGOSIS:
kapiler usus diikat 1.Ukur Hb & HCT
o/apotransferin (1 transferin ikat 2 2. Memastikan def Fe (MCV<80 fl; MCH
mol Fe2+) <27 pg;
Klasifikasi derajat defisiensi Fe ADT anemia mikrositik hipokrom; dengan
1. Deplesi besi (cadangan salah satu a/b/c/d
Fe↓) a.2 dari 3 parameter
2. Eritropoeisis def besi Fe serum <30 mg/dl
(cadangan Fe kosong, TIBC >350 mg/dl
penyediaan u/ Saturasi transferin <15%
eritropoeisis ↓) b.Ferritin serum <20 ug/l
3. Anemia def besi c.Perl’s stainbutir2 hemosiderin
(cadangan Fekosong, negative
penyediaan u/ d. Menentukan etiologi
eritropoeisis ↓, anemia
secara laboraatorik)
Etiologi
Perdarahan
Nutrisi
Kebutuhan ↑
Ggn absorpsi

DD: APK Anemia sideroblastik


Thalasemia Normositik normokrom/mikrositik hipokrom Normositik normokrom/mikrositik
Mikrositik hipokrom, Fe serum↓<50 mg/dl hipokrom
anisopoikolositosis,sel target, dll TIBC↓<300 mg/dl Fe serum ↑
Fe serum N/↑ Ferritin 20-200 ug/l TIBC↓
TIBC N/↓ Saturasi transferin 10-20% Ferritin >50 ug/l
Ferritin>50 ug/l Fe sumsum tulang + Saturasi transferin >20%
Saturasi transferin>20% Fe sumsum tulang + dengan ring
Fe sumsum tulang +kuat sideroblast

Anemia Hemolitik Definisi -Defek konten internal RBC (Hemoglobinopati ec 1.Autoimun (AIHA) 1.Autoimun (AIHA)
Penurunan jumlah RBC akibat thalasemia) Tipe Hangat Tipe Hangat
penghancuran berlebih (umur -Defek genetic&lingkungan (autoimun; Def G6PD) Rx autoantibody suhu 37C Kortikosteroid (prednisone)
eritrosit<100 hari) baik karena -Infeksi (Malaria) Anamnesis-pemfis 1-1.5 mg/kgBB/hari
imun maupun non imun ↓ Anemia, ikterik, demam, urin gelap Immunosupresan:
Laju destruksi > sintesis RBC: (Hbnuria), spleno-hepatomegali, Azatioprin50-200 mg/hari
Klasifikasi Penurunan jumlah RBC Penunjang Siklofosfamid 50-150 mg/hari
1.Autoimun (AIHA) ↓ Hb<7 g/dl Transfusi hanya pada keadaan
Tipe Hangat Anemia normositik: Retikulosit 200000-600000/ul mengancam jiwa (Hb<3)
Tipe Dingin 1.Gejala umum anemia (↑HR, ↑RR, lemas, pucat) ADT: sferositosis
2.Paroxysmal cold hemoglobinuria 2.Hemolisis RBC ↑ Coomb’s test (+)IgG
3.AIHA terinduksi obat Bilirubin indirek ↑Jaundice
4.AIHA post transfusi *Hemoglobin dipecah menjadi heme & globin; Tipe Dingin Tipe Dingin
5.Anemia hemolitik non imun Heme diurai jadi Fe (dikembalikan ke RES limfa- Rx autoantibody suhu rendah Hindari dingin
hepar utk disimpan) & protoporfirin (diurai jadi Anamnesis-pemfis Klorambusil 2-4 mg/hari
gas CO-terekspirasi lewat udara & bilirubin Anemia splenomegali, akrosianosis (krn Cari penyebab sekunder
unconjugated akan terkonjugasi di aglutinasi intravascularbiru/ungu pada
heparbilirubin conjugatedempedu kulit jika terpapar suhu dingin) 2.Paroxysmal cold hemoglobinuria
urobilinogen (urin) &sterkobilinogen (feses) Penunjang Hindari dingin
3.Aktivasi komplemen (autoimun) Hb 9-12 g/dl Bila sifilis terapi dengan R/sifilis
 Hemolisis intravascular(Hb bebas dalam Retikulositosis Azatioprin50-200 mg/hari
plasma) ADT: sferositosis, polikromatosis Siklofosfamid 50-150 mg/hari
a.diikat haptoglobinkomp Hb-Haptoclearance Coomb’s test (+)IgM
o/RES 3.AIHA terinduksi obat
b.diikathemopeksin(glikoproteinditangkap R/Hentikan obat
o/hepatosit) komp Hb-Hemopeksin clearance
o/RES 4.AIHA post transfuse
c.OksidasiMethemoglobinemia R/stop transfusi
d.GinjalHbnuria (↑filtrasi Hb di Pasang jalur IV
ginjal)Hemosiderinuria (besi yg disimpan di Cairan kristaloid NaCl 0.9%
tubulus ginjal terbuang di urin: tanda hemolisis
intravascular) 5.Anemia hemolitik non imun
4.Destruksi o/makrofag RES splenomegali R/Terapi penyebab dasarnya
R/Kortikosteroid
Immunosupresan
Splenektomi

DD:
2.Paroxysmal cold hemoglobinuria 3.AIHA terinduksi obat 4.AIHA post transfusi 5.Anemia hemolitik non imun
Jarang terjadi, hemolisis massif Anamnesis-pemfis Antibodi kadar rendah thdp Ag minor Herediter
berulang setelah terpapar udara Riw pengobatan, tanda2 hemolisis eritrosit 1.Defek enzim (def piruvat kinase)
dingin, berkaitan dgn sifilis Penunjang Demam, menggigil, sesak, mual muntah, 2.Defek jalur heksosa-monofosfat (def
Anamnesis-pemfis Hb ↓ shock G6PD)
Hemolisis paroksismal disertai Retikulositosis 3. Hb-opati (thalassemia)
demam, menggigil, myalgia, sakit Leukopenia 4.Defek membrane(sferosis herediter)
kepala, urtikaria Trombositopenia Didapat
Penunjang Coomb’s test (+) Mikroangiopati: TTP, DIC, Preeclampsia
Hbnuria, sferositosis, Hb-emia Infeksi: Malaria
Coomb’s test (+) Hbnuria Anamnesis-pemfis
Ab cold reacting IgG (+) Mudah lelah, pusing, sesak, ikterik,
splenomegali
Penunjang
Hb↓
Retikulositosis
ADT: sferositosis, sel target pada
thalassemia, schistosit pada peny hati
Hiperbilirubinemia
Anemia Definisi Vit B12+B12 cofactor (intrinsic factor) berikatan Anamnesis-Pemfis Suplementasi asam folat
Megaloblastik -Anemia ditandai adanya sel dengan reseptor di ileum terminalis diserap di Lemah, mudah lelah, nyeri kepala ringan, 1 mg/24 jam/oral (kalo permasalahan
megaloblast dalam sumsum tulang, ileum terminalis pucat, diare, glositis (buffy tongue/ lidah bukan di absorpsi)
disebabkan ggn pembentukan DNA merah spt daging), kelainan neurologi Dosis max 5 mg/24 jam/oral selama 4
pada inti eritroblast, o/karena def Vit B12&Asam folat berperan dlm : (neuropati perifer: mati rasa, kram, rasa bulan
vit B12 & Asam folat -pembentukan DNA inti RBC (def vit B12 tidak terbakar) Suplementasi vit B12
Etiologi seimbang maturasi sitoplasma&nucleus; maturasi Penunjang Hydroxycobalamin
-Nutrisi (vegetarian) inti juga jadi lbh lambat shg kromatin lbh longgar; Hb↓ 200 ug/24 jam/IM (karena ada ggn pd
-Kebutuhan ↑(ibu hamil, bayi, sel jd besar krn pembelahan sel lambat) Folat serum↓<4 mg/dl lambung)
pasien HD) -berperan dalam pembentukan myelin (def vit (N: 6-20 mg/dl) Atau
-Malabsorpsi: B12 menyebabkan neuropati perifer) Vit B12 ↓ <3 ng/ml 1000 mg/minggu (selama 7 minggu)
-Post gastrektomi>3 thn lalu ADT: Makrositik, retikulosit ↓
-Tumor gaster Dosis maintenance:
-Konsumsi PPI jangka panjang DD 200 mg/30 hari
-Anemia perniciosa (kerusakan Anemia Def Asam folat Atau 1000 mg/3 bulan
sel-sel parietal sehingga factor Anemia Perniciosa
intrinsik↓) Anemia def Fe (mikrositik) Respon terapi:
-Cholitis, Chron disease (rusaknya Anemia peny kronik (normositik) Retikulosit mulai meningkat hari 2-3
reseptor B12 di ileum terminalis) dengan puncak
Komplikasi hari 7-8
1.Hiperhomosistenemia Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu
Folat dibentuk oleh 5-methyl
tetrahydrofolic acid, diperlukan dalam
proses konversi homosistein jadi metionin
Folat↓Homosistein↑ pada ibu
hamil: abortus spontan, malformasi
kongenital
2.Neural tube defect (spina bifida)
Asam folat diperlukan dalam
pembentukan tabung saraf pada janin

Demam tifoid Etiologi Transmisi feco-oral melewati pertahanan tubuh Anamnesis Non farmako:
S. Typhii sal cerna (saliva, HCl) Ileum (melewati IgA Inkubasi 10-14 hari Tirah baring
Antigen O: Polisakarida dinding sel mukosa usus)Plak peyeri (focus infeksi, panggil Minggu I Diet lunak, rendah selulosa
Flagel H: Menyebabkan salmonella makrofag) Masuk ke sistem limfe usus (Ductus -Demam, sore malam tinggi (intermitten) Terapi simptomatik & suportif (cairan,
mobile,hambat fagositosis toracicusgallbladder BAKTEREMIA I -Nyeri kepala antipiretik & antiemetic)
Kapsul Vi: Menentukan virulensi ASIMPTOMATIKdorman di gallbladder)sekresi -Pusing
S.Typhii, hambat aktivasi empedu(bakteri keluarampula vaterkeluar -Myalgia Farmako:
komplemen di duodenum plak peyeri)  Fokus infeksi -Ggn GIT (anoreksia, mual muntah, diare) 1.Quinolone generasi 2
pecah  BAKTEREMIA II  Toksin Hematogen Minggu II -Ciprofloxacin 500 mg 2x1
-Ggn kesadaran -Ofloxacin 200 mg 2x1
-Demam (7 hari; tidak diberi pada anak; ggn
pertumb tulang)
Pemfis 2.Cephalosporin generasi 3
-Foetor ex ore (bau mulut tidak sedap Ceftriaxon 2-4 gr/24 jam/intravena (3-5
karena demam lama) hari)
-Coated tongue (lidah kotor) 3.TMP-SMX (Cotrimoxazol)
-Bradikardi relative (peningkatan suhu 160-800 mg 2x1 (7-10 hari)
tidak diiringi dengan peningkatan HR)
-Hepatosplenomegali *Chloramphenicol sudah ditinggalkan,
-Rose spot (bintik kemerahan pada region menyebabkan supresi BM & baby grey
abdomen atas) syndrome pada ibu hamil

Penunjang Komplikasi:
1.Darah (leukopeni/N/leukositosis, Intestinal:
Trombositopenia, anemia ringan; Perforasi
o/karena endotoksin&mediator endogen Ekstra intestinal:
mensupresi BM) Pankreatitis tifosa
2.Widal Miokarditis
Mulai minggu I Gangguan kesadaran
Puncak minggu 4
Bertahan 6-12 bulan Status tifosa:
+O> 1/320 Bibir kering
+H>1/640 Rambut kering
3.Tubex Kulit kering
Deteksi IgM antibody anti-S.Typhii Kesadaran menurun
<2 negatif
3 borderline
4-5 infeksi tifoid aktif
6 indikasi kuat tifoid aktif
4.Kultur darah/tinja (media SS agar)
Minggu 1: kultur darah
Minggu2-3:feses & urin
DHF Definisi -Halstead 1973 mengajukan hipotesis Secondary 1.Dengue Fever Terapi simptomatik:
Peny infeksi yang disebabkan Heterologoues Infection yang menyatakan bahwa a.Probable PCT 500 mg/8 jam/oral
o/virus dengue dengan manifestasi DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus Demam akut+2/lebih dari:
klinis: dengue dengan tipe yang berbeda. Reinfeksi Headache Cairan: 1500 +20(BB-20)
demam (demam bifasik), myalgia, menyebabkan reaksi amnestik antibody shg Nyeri retroorbital Berapa tpm….?
leucopenia, mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang Rash 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠
=
trombositopenia, tinggi Myalgia ℎ𝑎𝑏𝑖𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑦 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
diathesis hemoragik -Kurane&Ennis 1994: infeksi virus dengue  Leukopeni<5000 *factor tetes:
aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks Trombositopeni<150000 Makro (dewasa) =20
Etiologi virus-antibodi non netralisasi shg virus bereplikasi Ht↑ Mikro (anak) =60
Dengue virus Flavivirus family di makrofag mengaktivasi T-helper dan T-
Flaviviridae sitotoksik shg produksi IFN-gamma  IFN-gamma Dan + Serologi titer DHF grade I-II
4 serotype DEN-1,DEN-2,DEN- mengaktivasi monosit shg disekresi berbagai NS1 (hari 1-6) IVFD kristaloid (NaCl 0.9%)
3,DEN-4 mediator inflamasi spt TNF-alfa, IL-1,PAF(platelet IgM (hari 5-3 bln) 6-7 ml/kgBB/jam
Bereplikasi pada nyamuk genus activating factor), IL-6 dan histamine  dis-fx IgG (hari 5-selamanya) Evaluasi 3-4 jam (Ht,HR,BP, Produksi
Aedes endothel dan kebocoran plasma. b.Confirmed urin):
-Trombositopenia tjd melalui mekanisme: Probable + 1 dari: Perbaikan: 5 ml/kgBB/jam
Klasifikasi 1.Supresi BM -Isolasi virus dari serum Tidak perbaikan: 10 ml/kgBB/jam
Grade I Demam, gejala Gambaran BM pada fase awal infeksi : keadaan -IgG & IgM Evaluasi:
konstitusional, manifestasi hiposelular & supresi megakariosit, shg tjd -Virus antigen terdeteksi ELISA Perbaikan: 3 ml/kgBB/jam
perdarahan hanya rumple leede (+) kompensasi stimulasi trombopoeisis Tidak perbaikan:
Grade II Spt derajat I, peteki (trombopoeitin darah↑) 2.DHF 15 ml/kgBB/jam
spontan di kulit 2.Destruksi & pemendekan pemendekan masa Kriteria WHO 2011: Evaluasi:
Grade III Kegagalan sirkulasi (HR↑, hidup trombosit Min 1 dari manifestasi perdarahan Perbaikan: stop 24-48 jam
BP↓, hipotensi, akral dingin, -↑fragmen C3g, antibody virus dgn endotel  dis- 1.Rumple leede +>20 peteki
sianosis) fx endotel. 2.Peteki, ekimosis,purpura Tidak perbaikan: SHOCK(lanjut di
Grade IV Shock berat (BP tidak -pengeluaran platelet factor  koagulopati 3.Perdarahan mukosa bawah)
terukur, HR tidak teraba) konsumtif (konsumsi trombosit selama proses 4.Hematemesis/melena
koagulopati & sekuestrasi di perifer) 5.Trombositopenia DHF grade III-IV & DSS
-Koagulopati terjadi akibat interaksi virus- Min1 dari tanda2 kebocoran plasma Oksigenasi O2 2-4 liter/menit/nasal
endoteldis-fx endotel 1.HT↑>20% dibandingkan standar kanul
-Aktivasi komplemen Anafilatoksin umur/JK RL/NaCl 0.9%
↑permeabilitas kapiler (Ht↑, Na↑)Kebocoran 2.HT ↓>20% setelah terapi cairan 20 ml/kgBB/bolus secepatnya (15 min)
plasma (di rongga pleura&peritoneum) 3.Efusi pleura, ascites, hipoproteinemia Evaluasi 30 min (GCS, HR, BP, akral
Hipovolemia Shock dingin, sianosis):
3.DSS Shock teratasi:
DHF+Tanda shock 10 ml/kgBB/jam
Takikardi, ekstremitas dingin, CRT  Stabil 24 jam:
panjang, HR lemah, letargi(↓perfusi otak) 5 ml/kgBB/jam
Pulse pressure<20 mmHg  3 ml/kgBB/jamstop48 jam
Hipotensi sistolik Shock tidak teratasi:
Lanjut 15-20 ml/kgBB/jam
+koloid/plasma(FFP)+koreksi asidosis
Evaluasi 1 jam:
Ht tetap tinggi: Koloid 20 ml/kgBB
Transfusi PRC 10ml/kgBB dapat diulang
sesuai kebutuhan

Kriteria memulangkan pasien DHF:


Bebas demam selama 48 jam tanpa obat
Perbaikan status klinis
Peningkatan trombosit
Hematokrit stabil tanpa pemberian
cairan IV

Malaria Definisi Daur Hidup Plasmodium: Anamnesis 1.Artemicin Based Combination


Penyakit yang disebabkan infeksi -Nyamuk anopheles betina menggigit & melepas DinginDemamBerkeringat Therapy (ACT)
oleh parasit dari genus plasmodium sporozoit ke dalam PD yg kemudian menuju Apireksia *Skizontosid darah
yang ditularkan melalui nyamuk hepar. Sakit kepala, myalgia, mual muntah -ACT 4mg/kgBB/hari+
Anopheles -Di dalam sel parenkim hepar: Anamnesis tambahan: Amodiaquine 10mg/kgBB/hari
Etiologi Perkembangan aseksual skizon intrahepatik/skizon -pola demam -Dihidroartemisin
Sporozoa genus plasmodium, pre eritrosit . Setelah hepatosit terinfeksi, skizon -riwayat berpergian wil endemic 2-4 mg/kgBB/hari+
inkubasi: yang bila pecah akan mengeluarkan 10.000-30.000 -riwayat pengobatan preventif/kuratif Piperaquine
1.P.Falciparum (9-14 hari)/ merozoit ke sirkulasi darah.*dapat dorman dalam 16-32 mg/kgBB/hari(DHA+PPQ)
Malaria tropikana (48 jam) bentuk hipnozoit pada P.Vivax dan Ovale. Pemfis 2.Primakuin
2.P.Vivax (12-17 hari)/ -Di sirkulasi darah: Anemis *Skizontosid jaringan, dapat bekerja
Malaria tertiana (72 jam) Merozoit menyerang eritrosit (masuk melalui Ikterik pada fase hipnozoit
3.P.Ovale(16-18 hari)/ reseptor permukaan eritrosit). Perkembangan Hepatomegali *gametositosid pada Pf
Malaria tertiana (72 jam) aseksual skizon extrahepatik. Parasit tumbuh Splenomegali Pf 0.75 mg/kgBB
4.P.Malariae (18-49 hari)/ setelah memakan Hb & dalam metabolismenya Pv 0.25 mg/kgBB
Malaria kuartana (96 jam) membentuk pigmen hemozoin. Eritrosit yang Penunjang Pv relaps 0.50 mg/kgBB
5.P.Knowlesi (10-12 hari) berparasit menjadi lebih elastic & dinding berubah -Gold standard: 3.Kina
lonjong. Apusan darah tebal (ada tidaknya badan *Skizontosid darah
Skizon eritrosit tumbuh menjadi inklusi/plasmodium dalam eritrosit) -10 mg/kgBB/8 jam/drips IV di dalam
Makrogametosit&Mikrogametosit. *diambil pada saat demam, karena pada cairan Dekstrose 5% karena bisa bikin
-Bila diisap kembali o/nyamuk akan terbentuk fase saat itu skizon pecah hipoglikemi, evaluasi EKG (Prolonged
seksual di tubuh Anopheles: hasilkan zigot yg -Apusan darah tipis (jenis plasmodium) QT)
kemudian tumbuh menjadi ookist dan sporozoit -kurangi jadi 5 mg/kgBB/8 jam/drips IV
yang akan dimuntahkan kembali oleh nyamuk saat DD: -4 jam observasi sampai ada respon dgn
menggigit. Demam tifoid kina  infuse kosong 4 jam cek ggn fx
-Eritrosit yg mengandung plasmodium: DHF ginjal rujuk ke tempat yang ada ACT
1.Menyebar ke hepar: Hepatomegali Leptospirosis 4.Doksisiklin
2.Dihancurkan oleh RES spleen: 2x3.5 mg/kgBB/hari (>15 thn)
Splenomegali, 2x2.2mg/kgBB/hari (8-14 thn)
Anemia Hemolitik, Pf:
↑Bilirubin indirek Lini1:
3.Mengaktivasi mediator pro inflamasi ACT 3 hari+ Primakuin 1 hari
(IL-1,IL-6): Demam, gejala sistemik Lini2: Primakuin 1hari +Tetra/Doksi 7
4.Rosetting: berkumpulnya EP matur yg hari+Kina 7 hari
diselubungi o/ eritrosit non parasit aglutinasi Pv/o:
Sitoadherence: Perlekatan EP matur dengan Lini1:
endotel vascular karena produksi I-cam ACT 3 hari + Primakuin 14 hari
Sekuestrasi: Parasit EP matur yang tinggal dalam Lini2:
jaringan mikrovaskuler (hanya P.falciparum, shg Resisten klorokuin:
bermanifestasi pada malaria berat) Kina 7 hari + Primakuin 14 hari
Tidak resisten klorokuin:
Klorokuin
Pm:
Lini 1: ACT 3 hari
Lini 2: Klorokuin 3 hari
Hamil
Trimester 1
Pf : Kina+Clindamycin 7 hari
Pv: Kina 7 hari
Trimester 2&3
ACT 3 hari
Malaria berat
Artesunat 1-4 mg/kgBB/IV
(0,12,24)
Artemeter 1.6 mg/kgBB/IM
(0,12)
Hamil: Kina HCl drips dalam dextrose 5%
(Trimester 1)
ACT/Artemeter(Trimester 2&3)
Profilaksis:
1.Mekanik
Kelambu, hindari keluar sore-malam hari
2.Kemoprofilaksis
Klorokuin 250 mg
2 tab 1 minggu sblm pergi
2 tab 4 minggu sudah pulang
Resisten klorokuin:
Doksisiklin 100 mg/24 jam/oral 3 bln
Leptospirosis Definisi Kontak langsung&tidak langsung (masuk dari kulit Faine’s Criteria (2012) Leptospirosis Ringan
Penyakit zoonosis yang disebabkan lecet, luka, mukosa) Bagian A (Data Klinis) Lini1:
o/mikroorganisme patogenik genus ↓ Sakit kepala skor 2 Doksisiklin 100 mg 2x1 oral
Leptospira Multiplikasi leptospirosis di darah & jaringan Demam skor 2 Lini2:
Etiologi ↓ Demam suhu 39> skor 2 Amoksisilin 500 mg 4x1
L.icterohaemorrhagic Leptospiremia Subconjunctival bleeding bilateral(S) skor Atau 1 gr/8 jam/oral
(tikus) ↓ 4 Ampisilin 500-750 mg 4x1
L. hardjo (sapi) Merusak dinding endotel pembuluh darah Meningismus (M) skor 4 Azitromisin dihidrat
L.canicola (anjing) (vaskulitis) ↓ Myalgia (M) skor 4 Initial 1 gr dilanjutkan 500 mg/hari (2
L.pomona (babi) Kerusakan organ S+M+M skor 10 hari)
Epidemiologi 1.Otot Ikterus skor 1
-Paparan rekreasional (kano, (Rhabdomyolisis: Local necrosiskehilangan Albuminuria skor 2 Leptospirosis Sedang-Berat
berlayar, ski air) striata nyeri tekan Gastrocnemius) Hemoptisis/dispnea skor 2 Lini1:
-Pekerjaan (petani,peternak,dokter 2.Hepar Bagian B (Epidemiologis) Penicilin G
hewan, militer) (Nekrosis sentrilobuler local, proliferasi sel Curah hujan skor 5 1.5 jt unit/6-8 jam/IM
-Kontak langsung/tdk langsung Kupffer, Kolestasis) Kontak dgn lingkungan terkontaminasi Lini2:
(dengan cairan yang terkontaminasi 3.Ginjal skor 4 Ampisilin 0.5-1 gr/6 jam/IV
urin) (Inflamasi pada tubulus interstitialAcute Tubular Kontak dgn binatang skor 1 Ceftriaxon 1 gr/24 jam/IV
Necrosis)AKI renal Bagian C (Temuan Bakteriologis&Lab) Cefotaxim 1 gr/6 jam/IV
4.Jantung (Edema interstitial & infiltrasi sel radang Isolasi leptospira pada kultur
pada epikardium, endokardium, miokardium (Gold standard)
endokarditis) PCR
5.Mata (Uveitis) Serologi positif
6.SSP (Meningitis) Skor 25
Manifestasi klinis: Elisa IgM+, rapid test lain+,
Masa inkubasi 7-12 hari 1xtiter tinggi pada MAT
1.Leptospiremia ringan Skor 15
Fase Leptospiremia (4-7 hari) ↑Titer MAT/serokonversi
Viral like illness (demam, nyeri kepala, myalgia) Skor 25
Mual muntah =>Skor A+B >26
Nyeri perut =>Skor A+B+C >25
Nyeri tekan gastrocnemius (↑Creatinin Phospho =>Skor 20-25 kemungkinan, tp belum
Kinase) terkonfirmasi
MataFotofobia
Uveitis
Subconjuctival bleeding (konjungtiva merah tanpa
eksudat)
Splenomegali
Fase Imun
↑titer antibody leptospira
Leptospiuria pada urin
Ggn fx ginjal
Demam menggigil
Meningitis aseptic
2.Leptospiremia berat/Fase ikterik
Weil’s Disease:
Demam persisten; Ikterik
Hepatomegali; Ggn ginjal (proteinuria,
hipokalemia, AKI, ensephalopati uremikum)
DM Klasifikasi Gangguan sekresi insulin/destruksi sel beta, Kriteria Diagnosis DM Goal Penatalaksanaan DM:
1. DM Tipe 1: destruksi sel beta, menyebabkan defisiensi insulin absolut (pada DM Gejala klasik DM (4P): - BP < 140/90
defisiensi insulin absolute, melalui tipe 1) Polidipsi, poliuri,polifagi, dan penurunan -GDP 90-130
proses imunologik & idiopatik. Atau BB -HbA1c <7%
*Biasa terjadi pada usia muda, Resistensi reseptor insulin (karena -Profil lipid:
biasanya diketahui setelah pasien obes,dislipidemia, dll), menyebaban defisiensi 1.Gejala klasik DM+GDS>200 LDL<100 jika ada CAD
dtg dengan KAD insulin relatif (pada DM tipe 2) atau HDL<40
2. DM Tipe 2: resistensi insulin ↓ 2.Gejala klasik DM+GDP>126 TG<250
disertai defisiensi insulin relatif, 1.Menyebabkan gangguan pembentukan glikogen 3.GD2PP pada TTGO>200 Terapi Non Farmako
hingga gangguan sekresi insulin di otot  Penyimpanan glikogen↓ sehingga ATP *setelah puasa 8 jam, periksa GPD, -Diabetes Self Management Education
bersama resistensi insulin utk kontraksi otot↓Respon rasa kemudian diberikan 75 gr glukosa -Exercise (30 menit:3-4 kali/minggu)
3. DM Tipe lain lapar↑polifagi; respon ke lemak; respon ke anhidrosa dalam air 250 ml dihabiskan -Medical Nutrition Therapy
a.Defek genetic fungsi sel hepar dalam 5 menit, puasa kembali, 2 jam (ADA: KH 55%,L 30%,P10-15%)
beta(kromosom 2,7,12,13,20) -respon ke lemak kemudian diambil sampel glukosa plasma -Blood Glucose Monitoring
b.Defek genetic kerja insulin -respon ke hepar vena *Gold Standar -Complication Monitoring
c.Penyakit eksokrin pancreas Keduanya menyebabkan proses glukoneogenesis *Jika TTGO 140-199: TGT (Toleransi
d.Endokrinopati dan glikogenolisis: Glukosa Terganggu) Terapi Farmako (DM Tipe 2)
e.Karena obat/zat kimia (Hormon 1.Glukoneogenesis (lemak dikonversi menjadi Jika TTGO <140: GDPT (Glukosa Darah 1.Sulfonilurea
tiroid, glukokortikoid) glukosa)massa lemak↓kurus; penumpukan Puasa Terganggu) Kerja:Berikatan dengan reseptor
f.Infeksi: Rubella Congenital, CMV hasil metabolism lemak bebas (keton) 4. HbA1c >=7% sulfonylurea pada membrane sel
g.Imunologi 2.Glikogenoslisis (glikogen dipecah menjadi Hb yang terikat di bagian A1c, terikat pancreas depolarisasi
h.Sindrom genetic lain glukosa) dengan glukosa yang dihitung 3 bulan membranEksositosis granul insulin
4. DM Gestasional (120 hari siklus RBC) ES: Hipoglikemia, BB↑
2.Menyebabkan glukosa darah meningkat  !TGT & GDPT mengarah ke resistensi R/Gerenasi 1:Chlorpropamide
konsentrasi darah↑  osmosis (cairan interstitial insulin (pre DM), sehingga screening DM Generasi2:Glibenklamid,Glikazid
ditarik ke intravascular) dilakukan pada (ADA 2009): Generasi 3:Glimepirid
- cairan interstitial sedikit  dehidrasi  polidipsi -Usia>45 thn
- cairan intravascular banyak masuk ke ginjal -1st degree relative 2.Meglitinide
 glukosa tidak bisa seluruhnya diserap - Riw DM Gestasional (melahirkan dengan Kerja:Melalui reseptor sulfonylurea
(glukosuria); cairan yang difiltrasi banyak poliuri BB bayi lahir>4000gr) tetapi kerja singkat
-Perempuan dengan PCOS (prandial)diabsorpsi cepat,
-Kelompok sindrom metabolic: dimetabolisme di hepar
a.Obesitas ES:Hipoglikemia, Ggn sal cerna
b.HT>140/90 R/Repaglinide
c.Dislipidemia Nateglinide
HDL <35
TG >250 3.Biguanide
d.Riwayat CAD Kerja:↑Sensitifitas insulin reseptor
perifer (hepar, otot, adipose) sehingga
DD: glukosa hepar↑,cegah BB↑, perbaikan
LADA (Latent Autoimmune Diabetes in profil lipid
Adult) dd/ MODY (Maturity Onset ES:GI, asidosis laktat, ↓absorpsi B12
Diabetes in Young) R/Metformin

4.PPAR(Thiazolidindione)
Kerja:Agonis Peroxisome Proliferator
Activated Receptor Gamma yg selektif di
target kerja insulin (hepar, otot, adiposa)
ES:BB↑, edema, ISPA, anemia dilusional
LADA adalah DM tipe 1 yang late onset R/Pioglitazone
autoimun muncul pada usia dewasa/ DM
Tipe 1 setengah…. 5.α-glukosidase inhibitor
Perbedaan onset DM tipe 1 disebabkan Kerja:↓Absorpsi glukosa usus sewaktu
karena perbedaan jenis autoantibody: makan (inhibisi enzim α-glukosidase di
-ICA (Islet Cell Autoantibody) dinding enterosit proximal usus halus)
-IA2 (Insulin Autoantibody) ES: Maldigesti KH
-Anti-GLUT  yang sering muncul pada R/Acarbose
LADA
Obatnya adalah insulin. 6.DPP-IV-inhibitor & GLP-1
Kerja DPP IV Inhibitor: Me↑masa kerja
MODY adalah DM tipe 2 yang muncul Glucagon Like Peptide (sel α pancreas)
awal pada usia muda/DM Tipe 2 yang menghambat dihasilkannya
setengah…. glukagon
Obatnya adalah obat oral antidiabetic. ES: Sakit kepala, ISK, nasofaringitis
R/Vildagliptin
Plan diagnostic: Siltagliptin
-Pemeriksaan kadar insulin
jika rendah: LADA
jika cukup: MODY
-Pemeriksaan kadar C-Peptide (biasa
ditemukan dengan jumlah yang sama
dengan insulin, karena insulin & C-peptide
terikat pertama kali diproduksi oleh
pancreas)
-Pemeriksaan autoantibody (anti-
GLUT)hanya bisa diperiksa di Amerika

Bisa dilakukan Sulfonylurea Trial:


Jika kadar glukosa masih dapat diturunkan
hingga waktu yang lama MODY
Jika SU tidak dapat meng-cover insulin 
LADA

Indikasi Insulin Jenis-jenis Insulin Dosis Terapi Insulin Komplikasi


1.DM tipe 1 Rapid acting (Insulin analog) -Total Dosis Harian: 0.3-0.6 IU/kgBB (kalau Akut
2.DM tipe 2 gagal terapi oral R/Novorapid, Apidra baru pertama kali/BB agak kurus, pakai 1.KAD (Ketoasidosis Diabetik)
3.DM Gestasional Short acting (Insulin homolog) 0.3 saja dulu) Pemecahan lipolisis berlebih: hasil akhir
4.KAD R/Actrapid, Humulin R benda2 keton↑ sehingga menyebabkan
5.HONK Intermediate (Insulin homolog) -60% Prandial (Bagi 3:Pagi, siang, malam) asidemia (asidosis);
6.Gangguan fx hepar & ginjal R/NPH, Humulin N Contoh: Kompensasi metabolic ditandai trias
7.Kontra indikasi terapi oral: Long acting (Insulin analog) 0.5xBB 60x60%=18/3 hiperglikemi, ketosis, & asidosis, lebih
Hipersensitivitas SU, R/Levemir, Lantus =6-6-6 IU/subcutan sering disebabkan DM Tipe 1.
hamil&menyusui, ggn fx Campuran (kerja rapid & long acting)
hepar&ginjal, CHF, dll R/Novomix -40% Basal (malam) 2.HHONK (Hiperglikemi Hiperosmolar
8.Infeksi berat, op, IMA, stroke Contoh: Non Ketotik)
0.5xBB 60x40%=12 Kompensasi metabolic ditandai
=0-0-12 IU/subcutan peningkatan osmolaritas plasma akibat
hiperglikemia, sering pada DM Tipe 2.
-Insulin intermediate (Novomix)
Bagi 2: Pagi, malam R/Penggantian vol cairan dan
Contoh: pengendalian glukosa darah
0.5xBB 70=35/2=17.5 1.NaCl 0.9% 500-1000cc/jam selama 4
=18-0-18 IU/subcutan jam, lalu
250-500cc/jam selama 4 jam, lalu
Rumus Koreksi Insulin 125-250cc/jam
2.Insulin
𝐺𝐷𝑆 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖 − 𝐺𝐷𝑆 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 (140 − 180) GDS>300 : 6 IU/jam
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 GDS 200-300: 3 IU/jam
GDS<200: 1.5 IU/jam
1700
Faktor koreksi = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑖𝑙𝑦 𝐷𝑜𝑠𝑒
3.Hipoglikemia
GDS <60 pada non DM
GDS<70 pada DM
R/Destrose 40% 2 flacon- (50cc)/IV;
lanjut Dekstrose 10%

Kronik
1.Makrovaskuler (CAD, Stroke,
PVD/DVT)
2.Mikrovaskuler (Retinopati, Nefropati,
Neuropati)
Kaki Diabetik Definisi 1.Vaskular  Atherosklerosis  Iskemik jaringan Anamnesis Tambahan Tatalaksana
Komplikasi kronik DM tidak  Ulkus diabetis Lama menderita DM 1.Kontrol hiperglikemi
terkontrol yang dipengaruhi 2.Neuropati Gula darah terkontrol/tdk Insulin
beberapa factor seperti -Sensoris  Ggn sensibilitas Status nutrisi Diet
-neuropati -Autonom  Kulit kering Fisura Alergi Olahraga
-biomekanika kaki yang abnormal -MotorikDeformitas  Perbedaan titik tumpu Gejala neuropati 2.Penanganan luka
-penyakit arteri perifer 3.Lingkungan: Faktor risiko Cuci luka
-penyembuhan luka yg buruk -Kebiasaan pakai sepatu Pengobatan sebelumnya Debridement
-Kebersihan Aktivitas Dressing
Klasifikasi -Infeksi 3.Antibiotik kombinasi 3:
Klasifikasi Wagner Pemeriksaan Bakteri gram -:Kuinolon
I: Ulkus superficial terbatas pada 1.Deskripsi luka R/Levofloxacin 500 mg/24 jam/oral
kulit -ukuran R/Ciprofloxacin 500 mg/12 jam/oral
II: Ulkus tembus tendon&tulang -kedalaman Bakteri gram+:Cephalosporin
III:Abses dalam, dengan/tanpa -lokasi R/Ceftriaxone 1 gr/24 jam/IV
osteomielitis -warna kulit R/Cefixime 200 mg/12 jam/oral
IV:Gangren jari kaki/distal -tanda infeksi Bakteri anaerob:Metronidazole
V:Gangren seluruh kaki 2.Kelainan Metronidazole 500 mg/8 jam/oral
ALIKlasifikasi Rutherford Kelainan Vaskular Neuropati (semuanya 7-10 hari)
I: perfusi cukup, arteri sempit, Kulit Dingin, Hangat,
sensasi motoris&sensoris + sianosis, Kering, Pencegahan
IIa:perfusi tidak memadai hitam Warna -Kontrol mekanik (istirahatkan kaki,
klaudikasio intermitten (nyeri saat normal kurangi beban pada daerah luka)
aktivitas normal saat istirahat) Pulsus Tidak Normal -Kontrol vascular (pemeriksaan ABI)
IIb:perfusi tidak memadai, teraba -Kontrol metabolic (kontrol glikemia
gangguan motoris&sensoris + Refleks Normal ↓ dengan terapi gizi medis&farmako)
III:iskemia berat, kerusakan Ankle -Kontrol luka (nekrotomi, debridement,
irreversibel Sensitivitas Normal ↓ pembedahan, amputasi)
PADFountaine -Kontrol edukasi (pemilihan alas kaki)
I:tidak ada gejala Deformitas Normal Clawed -Kontrol infeksi (antibiotic)
IIa:klaudikasio ringan toe,otot
IIb:klaudikasio ringan-berat atrofi
III:nyeri iskemik istirahat Lokasi Jari kaki Plantar
IV:ulkus
ABI <0.9 Normal

3.ABI (Ankle Brachial Index)


Ukur TD sistolik ankle vs brachial
(nilai kelainan vascular)
Interpretasi:
>0.9 normal
0.7-0.9 iskemi ringan
0.4-0.7 iskemi berat

4.Monofilamen Test
Tes sensibilitas & garpu tala, interpretasi:
+ skor 1: rasa & tau tempat
- skor 0: tidak rasa
OA Definisi Adanya jejas mekanis & kimiawi (umur, stress Anamnesis Non Farmako
Penyakit degenerative yang bersifat mekanik, defek anatomis, obesitas) -nyeri dirasakan berangsung (gradual -Fase akut: istirahatkan
kronik, menyebabkan kerusakan ↓ onset) -Mobilisasi sendi secara pasif& aktif,
kartilago disertai pembentukan Menyebabkan ketidakseimbangan homeostasis -tidak disertai inflamasi (kaku sendi penguatan otot
tulang baru. dari metabolisme kartilago dirasakan <30 menit, bila disertai -Hindari rokok, alkohol
Faktor Risiko Enzim yg bersifat katabolic/degradative lebih inflamasi umumnya teraba hangat,
-Umur (sering >60 thn) banyak daripada enzim yg bersifat bengkak yang minimal, dan tidak disertai Farmako
-Jenis kelamin (wanita lebih sering anabolic/sintetis, yakni MMP (Matrix kemerahan pada kulit) -Terapi nyeri sesuai WHO stepladder
terkena OA lutut daripada laki2, Metalloproteinasi) -tidak disertai gejala sistemik 1-3: NSAID+/-adjuvant
setelah menopause wanita lebih ↓ -nyeri sendi saat aktivitas 4-6: NSAID+/-adjuvant+weak opioid
sering) -merusak kondrosit -predileksi tersering: Weight bearing joint, 7-10: NSAID+/-adjuvant+strong opioid
-Suku (lebih sering pada org kulit -menyebabkan produk degradasi lumbosacral, panggul, lutut, pergelangan -Pilihan NSAID:
putih, terkait perbedaan lifestyle) terakumulasi dalam rongga synovial kaki, MTP1, CMC,PIP,DIP Na diclofenac 25-50 mg (2-3x1)
-Genetik(diperankan oleh Gen Coll ↓ Piroxicam 20 mg (1x1)
2A1, bila terjadi mutasi pada gen ini Inflamasi cairan synovial Pemeriksaan Fisis Meloxicam7.5-15 mg (1x1)
akan terjadi OA pada usia dini) Aktivasi sitokin pro inflamasi (TNFα, IL1, IL6) -Gait (antalgic/drop foot) -Bila ada masalah GIT: tambah PPI
-Obesitas(dihub dengan Weight -Kelemahan/atrofi otot -Aspirasi cairan sendi bila ada efusi
bearing joint) OA juga disertai: -Tanda inflamasi minimal/efusi sendi -Steroid intraartikular Triamcinolone
-Trauma&olahraga (berkaitan -Kekakuan sebagai akibat dari tergantinya -ROM terbatas (Range of Motion) acetonide 10 mg/3 bulan (Kelllgren II/III)
dengan penggunaan sendi yg Collagen type II dengan collagen type I sehingga -Nyeri saat pergerakan/akhir pergerakan -Injeksi hyaluronic acid 10 mg/ml
berulang) elastisitas struktur kolagen berkurang -Krepitasi diencerkan dengan aquades
Klasifikasi -Remodelling tulang sebagai akibat aktivitas -Deformitas *1x dengan berat molekul besar atau
1.OA Primer osteoblast (feedback positive dari apoptopsis *3-5x dengan berat molekul kecil setiap
Idiopatik, tidak ada hub dgn peny osteoclast) Pemeriksaan Penunjang 6-12 bulan
sistemik maupun perubahan local -Lab (DR, LED, Ur/Cr) -Total Knee Arthroplasty (Kellgren IV)
pada sendi -Aspirasi cairan sendi dan analisa cairan
2.OA Sekunder sendi
-Metabolik (Gout, akromegali) -Radiologi:
-Kelainan anatomis (Valgus, varus) 1.Celah sendi sempit (Joint space
-Trauma (Fraktur, obes, trauma narrowing)
sendi) 2.Peningkatan densitas (sklerosis)
-Infeksi subkondral
3.Osteofit pada pinggir sendi
4.Perubahan anatomi sendi

Klasifikasi Kellgren-Lawrence:
1. Normal
2.JSN
3.JSN + osteofit
4.JSN + osteofit + sedikit sklerosis,
kemungkinan ada deformitas
5.Deformitas nyata

Kriteria Diagnosis (ACR)


OA lutut
Berdasarkan klinis:
Nyeri sendi lutut + minimal 3 dari 6:
-Usia>50 tahun
-Kaku pagi <30 menit
-Krepitasi
-Nyeri tulang
-Pembesaran tulang
-Tidak hangat pada perabaan

Berdasarkan klinis & radiologis:


Nyeri sendi lutut + adanya osteofit+
minimal 1 dari 3:
-Usia>50 tahun
-Kaku sendi <30 menit
-Krepitasi pada gerakan sendi

Berdasarkan klinis & laboratorium:


Nyeri sendi lutut + minimal 5 dari 9:
- Usia>50 tahun
-Kaku sendi <30 menit
-Krepitasi pada gerakan aktif
-Nyeri tekan tepi tulang
-Pembesaran tulang
-Tidak teraba hangat
-LED<40 mm/jam
-RF<1:40
-Analisis cairan sinovium sesuai OA

RA Definisi: Faktor Gen+Lingkungan  Rx autoimun, Kriteria ACR 2010 Farmako


RA adalah penyakit autoimun yang hipersensitivitas tipe III (kompleks antigen- +RA jika skor > 6 1.NSAID
ditandai inflamasi kronik progresif antibodi) A.Keterlibatan sendi ↓nyeri dan inflamasi
sendi serta destruksi membrane Pemecahan asam amino Argininin  Citrulline Skor 2.DMARDs (Disease Modifying Anti
synovial persendian simetris (yang kemudian dapat dianggap menjadi 0: 1 sendi besar Rheumatic Drugs)
Etiologi: antigen/benda asing oleh MHC class II kemudian 1: 2-10 sendi besar -Sulfasalazin
Genetik: HLA DR 4 & HLA DR 1 oleh sel dendritik/APC akan dipresentasikan ke T- 2: 1-3 sendi kecil +/- sendi besar Lini 1
FR: Infeksi bakteri, virus, rokok, cell receptor 3: 4-10 sendi kecil +/- sendi besar 500 mg/24 jam/oral
salisilat ↓ 5: >10 sendi ( min 1 sendi kecil) -Metotrexat
Epid: Perempuan:Laki2 = 3:1 1.T-helper aktifkan sel B spesifik(hasilkan B.Serologi Untuk kasus lanjut & berat
antibody)  pembentukan Rheumatoid factor Skor Dosis awal 7.5-10 mg/minggu/IV atau
(Ig) 0: RF & ACPA (Anti Citrullinated Peptide oral (8-12 minggu)
2.T-helper mengaktivasi makrofag IFN-gamma Antibody) negatif -Klorokuin fosfat
3.(Aktivasi endotel) migrasi neutrofil dari darah, 2: RF/ACPA positif rendah 250 mg/24 jam/oral
makrofagSitokin pro inflamasi↑ (IL1, IL6, 3: RF/ACPA positif tinggi (RF>3x normal) -Leflunomid
TNFα) C.Reaktan Fase Akut 100 mg/24 jam/oral (selama 3
↓ Skor hari),lanjut 10-20 mg/24 jam/oral
4.Pembentukan kompleks antigen-antibodi 0: LED & CRP normal
↓ 1: LED/CRP abnormal Bedah
Inflamasi cairan synovial : D.Lama Sakit Perbaiki fungsi
Terbentuk Pannus (Jaringan granulasi) Skor Tendon repair
*Fibroblast like synoviogenesis (FLS) aktif 0: <6 minggu
proliferasi  -RANK-ligand osteoclasterosi 1: >=6 minggu Fisioterapi : Proteksi sendi untuk
tulang&kartilago + Simetris arthritis mengistirahatkan bagian sakit;
Modalitas fisik utk mengurangi nyeri
Gout Definisi: Overproduciton: Kriteria ACR Non Farmako
Suatu sindroma klinis sebagai Sintesis purin↑/Diet tinggi purin (daging Minimal 1 episode bengkak, pain, -Diet rendah purin (daging merah,
akibat terbentuknya deposit Kristal merah&seafood)  Body purin nucleotide  tenderness pada joint bayam, alkohol)
MSU (Monosodium Urate) dalam Purin diurai menjadi asam urat + Na (oleh enzim Ditemukan Kristal MSU atau adanya tofus -Istirahatkan sendi
jaringan, berasal dari cairan Xanthin Oxidase)Kristal MSU↑penumpukan -Turunkan BB
ekstraseluler di cairan sendi Inflamasi Jika tidak memenuhi criteria di atas, maka -Hindari obat2an pencetus (loop
harus memenuhi nilai berikut: diuretic, diuretic thiazid)
Hiperurisemia: Underexcretion: a.keterlibatan joint
Asam urat serum Alkohol/Dehidrasi  Hiperurisemia  0: selain MTP I, ankle, midfoot Farmako
>=7.0 mg/dl pada laki-laki Hipersaturasi  Penumpukan Kristal MSU di 1: ankle / midfoot Stadium Akut
>=6.0 mg/dl pada perempuan cairan sendi Inflamasi (menyebabkan nyeri, 2: MTP I -Kolkisin
panas, bengkak, merah)Pembentukan b.karakteristik serangan 0.5-0.6 mg/2 jam
Faktor risiko: tofusDestruksi tulang&sendi (dari eritem, tidak bisa disentuh, sulit Mengatasi mediator inflamasi 
-Genetik (defisiensi GCP enzim berjalan) ↓migrasi leukosit  efektif pada fase
HPRT) Kristal MSU disekresi melalui urin & saluran 0: tidak ada akut
-Obat (Thiazid) cerna penumpukan di ginjal  Batu urat & 1: 1 -NSAID
-Lingkungan (Obesitas, konsumsi gagal ginjal 2: 2 Indometasin 150-200 mg/hari
alkohol dan purin tinggi, psoriasis, 3: 3 -Kortikosteroid
CKD, gangguan hematologi, Manifestasi Klinis c.waktu serangan Prednison 20-40 mg/hari
hipertensi, keganasan) 1.Stadium Arthritis Gout Akut 0: tidak ada 3-4 hari tap off 1-2 minggu
-serangan pertama kali 1: 1 serangan
Predileksi tersering: MTP I -tanda inflamasi + 2: serangan berulang
2.Stadium Interkritikal d.tofus Untuk menjaga asam urat normal:
-fase asimptomatik 0: tidak ada -Golongan Xanthin Oxidase Inhibitor
-aspirasi sendi: Kristal MSU + 4: ada Alopurinol 100-200 mg/hari
3.Stadium Arthritis Gout Kronis e.asam urat ES: Dispepsia, diare, hipersensitivity
-serangan berulang tanpa gejala antara 2 serangan 0:4-6 mg/dl -Golongan Urikosurik (↑ekskresi asam
-sendi yang terserang semakin banyak dan interval 2:6-8 urat di urin)
serangan sering 3:8-10 Probenesid 0.5 g/hari
4.Stadium Arthritis Gout Kronik bertofus 4:>=10 Syarat: GFR>50-60 ml/menit
-poliartikular f.analisa cairan sendi(Kristal MSU) ES: Kristal urat di renal, pelvis, ureter
-deposit Kristal MSU dijaringan g.USG deposisi urat
-tofus pecah  infeksi sekunder 0:tidak ada/tidak dilakukan
-bisa disertai batu ginjal 4:ada
h.Foto konvensional kerusakan sendi
Dikatakan gout jika skor >=8
0:tidak ada
4:ada (punch out lesion)

SLE Definisi Etiologi (Genetik/Hormonal/Imun/Lingkungan) Kriteria ACR Tujuan:


Penyakit inflamasi o/ autoimun ↓ 4 dari 11 gejala “DOPAMIN RASH” ↑Quality of life
yang ditandai dengan autoantibody Membuat sel mengalami apoptosis & mati, Diskoid rash Remisi panjang
pada jaringan & kompleks imun menghasilkan badan apoptosis kecil & Oral ulcer Cegah rekurensi
sehingga bermanifestasi klinis di memaparkan bagian-bagian nucleus (DNA, Photosensitive ↓Nyeri
berbagai sistem organ histone, protein lain,dll) ke seluruh tubuh Arthritis non erosive (2/> sendi perifer) Menjaga fx organ
(hipersensitivitas tipe 3) ↓ Malar rash
Gangguan toleransi sel T (terhadap “self-antigen”, Immunologis abnormalitas (Anti dsDNA, 1.Edukasi & Rehabilitasi
menganggap nucleus tubuh tsb sbg antigen) ant phospholipid) -Apa itu flare, tanda bahayanya
↓ Neurologik (kejang, psikosis) -Bagaimana cara menghadapi stress
Etiologi Induksi sel B produksi antibody -Pengobatan
Hormon seks estrogen (pada ↓ Renal disease -Group terapi
perempuan) Autoantibodi menyerang sitoplasma, nucleus, IgG ANA test +
Sinar UV ↓ Serositis (pleuritis, perikarditis) 2.Farmako
Obat2an (prokainamid, hidralazin, Terbentuk kompleks antigen-antibodi: Hematologi (anemia hemolitik, leukopeni, u/ Flare severe:
CPZ, INH, fenitoin) 1.ANA ( Anti Nuclear Antibody) limfopeni, trombositopeni) Methylprednisolone 500 mg/24
Infeksi (Retrovirus, DNA bakteri, 2.Anti ds-DNA (Anti-double stranded DNA) jam/drips dalam NaCl 100 cc habis 3 jam
endotoksin) ↓ Untuk melihat progresivitas penyakit dilanjutkan:
Genetik (HLA DR 2 & HLA DR 3) Menyebar secara hematogen, terdeposisi di Digunakan SLE DAI secore Methylprednisolone 16 mg/8 jam/oral
jaringan  Aktivasi sistem komplemen 24 pertanyaan, butir 1-8 tapp off
(C3&C4)Respon inflamasi organ terkait Interpretasi: *risiko Osteoporosis:
Ringan: 0-5 Cavit D3
Sedang: 6-12
Berat: 13-20 a.Corticosteroid (atasi aktivitas lupus)
b.Anti malaria
-Hydroxycloroquine
400 mg/12 jam/oral
Maintenance
200 mg/24 jam/oral
-Cloroquine
250 mg/24 jam/oral
c.Topical sunscreen min SPF 30
d.NSAID

Hepatitis A Definisi Virus masuk melalui fecal-oralPenetrasi mucosa Anamnesis Penatalaksanaan


Inflamasi pada hepatosit yang lambungReplikasi di kripta sel epitel intestine Manifestasi klinis Farmako
disebabkan oleh virus hepatitis A. mencapai hati melalui pembuluh darah porta 1.Fase inkubasi (3-6 minggu) -analgesik
Akut <=6 bulan masuk ke sitoplasma hepatosit dan bereplikasi  Virus masuk, riwayat transmisi feco-oral -antipiretik
melalui proses imunologi, melibatkan CD8+  lisis Asimptomatik -antiemetik
Etiologi sel hepatosit  Liver damage : 1)Hepatomegali; 2.Fase pre ikterik (1-2 minggu) Non farmako
Virus hepatitis A: 2)Peningkatan SGPT↑↑/SGOT↑ -Anoreksia -nutrisi adekuat
RNA positive single-stranded linear -Mual -hindari alkohol & obat2an hepatotoksik
Family picornaviridae Patofisiologi Ikterus -Muntah -hindrai aktivitas berlebihan, bed rest
Tidak mempunyai selubung (Eritrosit+Hemoglobin)+ makrofag(spleen, -Malaise Indikasi rawat inap
Bertahan hidup di feses, tanah, liver,bone)  Dipecah menjadi Heme+Globin -Nyeri kepala Gejala klinis berat
makanan, dan air yang ↓ -Demam derajat ringan Muntah hebat(disertai dehidrasi,perlu
terkontaminasi Globin dipecah jadi asam amino -Urin warna gelap, feses pucat rehidrasi)
Resisten thdp detergen & pH asam Heme Fe2+Protoporfirin -Perubahan penghidu & pengecapan Hepatitis fulminan(komplikasi ke
selama transisi di lambung ↓ 3.Fase ikterik (1-5 hari post pre ikterik) ensefalopati & koagulopati gagal hati
UCB (Unconjugated bilirubin) *lipid soluble -Jaundice akut)
Epidemiologi ↓ -Nyeri perut kuadran kanan atas atau Pencegahan
Angka kejadian 1.5 juta UCB+albumin hepatomegali Hindari feco-oral, jaga higienitas
kasus/tahun ↓ -Splenomegali (jarang); adenopati servikal Vaksinasi hep A  injeksi
Endemis tinggi pada negara dengan Hepatosit 4.Fase konvalesens immunoglobulin 1 ml IM/6-18 bulan
sanitasi buruk & ekonomi rendah (UCBCB/Bilirubin terkonjugasi *water soluble; Hepatomegali dan abnormalitas fungsi Indikasi:
o/ uridine glukoronyl transferase (UGT)) hati masih ada Pergi ke tempat endemis, +/- 2 minggu
↓ sebelumnya
Faktor Risiko CB ke gall bladder (lewat ductus communicus) Pemfis Penyakit hati kronis
Penyebaran fekal-oral baik kontak ↓ -Ikterus-Hepatomegali Sosioekonomi rendah, higienitas buruk
langsung atau melalui Saat makan, gall bladder mengeluarkan CB ke Tidak utk usia <2 tahun
makanan/minuman yang duodenum Penunjang
terkontaminasi. ↓ -Serologi hepatitis A Prognosis
Terkonsentrasi pada cairan tubuh UBG IgM anti HAV +  akut Sembuh sempurna
feses, serum, & air liur. (Urobilinogen)  UBG+albuminDarah dioxidasi IgG anti HAV +  lampau Relaps 6 bulan pasca fase akut
UB (Urobilin)  Ginjal  warna pada urin -Biokimia hati Jarang terjadi kronis
↓ SGPT↑↑ Risiko hepatitis fulminan tinggi pada
Stercobilin  Feses cokelat SGOT↑ usia>40 tahun, penyakit hati lanjut
fase ikterik Gagal hati akut
Bilirubin > 2.5 mg/dl
Alkalin fosfatase ↑/-
PT normal/PT↑(1-3 detik)nekrosis
hepatoselular
Albumin cenderung normal  u/akut
-USG Abdomen
u/ melihat penyerta adanya batu empedu
GERD Definisi Etiopatogenesis Anamnesis Tujuan
Suatu keadaan patologis sebagai Mekanisme: Gejala tipikal Menyembuhkan lesi esophagus
akibat dari refluks isi gaster ke 1.Reflux spontan saat relaksasi, LES tdk adekuat Nyeri epigastrium Menghilangkan gejala/keluhan
dalam esophagus dengan berbagai 2.Aliran retrograde yang mendahului kembalinya Heart burn Mencegah kekambuhan
gejala pada esophagus tonus LES setelah menelan Regurgitasi Memperbaiki kualitas hidup
3.↑Tekanan intraabdomen Odinofagi Mencegah timbulnya komplikasi
Epidemiologi Disfagia
Barat (20%)-Asia (3-5%)pola Faktor Defensive Esophagus Gejala atipikal Non farmako
makan berlemak 1. LES (Lower Esophageal Sphincter) Muntah Modifikasi gaya hidup:
Esofagitis barret laki2>perempuan Pada normalnya, tekanan tinggi, hanya menurun Nyeri dada -Tinggikan posisi kepala saat tidur dan
= 10:1 pada saat menelan, sendawa, dan muntah. Batuk, bronchitis kronik menghindari makan sebelum tidur
↓Tonus LES: Suara parau -Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
Faktor Risiko -Hiatus hernia (↓tonus LES memperlambat waktu karena dapat ↓tonus LES
Obesitas: ↑tekanan intraabdomen bersihan asam esophagus) Pemfis -↓BB pada pasien obes: tekanan
Kehamilan: ↑tekanan -Panjang LES (pendek tonus rendah) BB (obesitasi) intrabdomen↓
intraabdomen -Obat antikolinergik (relaksasi LES) Suara mengi o/induksi refluks -Hindari konsumsi makanan yang
Merokok: nikotin hambat transport -Progesteron pada hamil ↓tonus LES Ronkhi basah pada pneumonia & meningkatkan sekresi HCl
ion Na+ epitel esofagus -Transient LES relaxation bronkhiektasis -Hindari obat2an yang ↓tonus LES spt
Hernia hiatus: lambatnya bersihan Relaksasi spontan, singkat, dan berulang (tidak Inflamasi laring antikolinergik, teofilin, diazepam
lambung akibat kelainan struktur, diketahui kenapa, tetapi diduga o/pengosongan Erosi dentin gigi
tidak adanya fundus lambung lambata dan dilatasi lambung). Farmako
Peyakit paru: asthma, PPOK Penunjang 2 alur: Step up & Step down
Alkohol&aspirin:↑permeabilitas 2.Bersihan asam dari esophagus 1.Endoskopi saluran cerna atas: Step up: Dimulai dengan obat2an yang
epitel terhadap H+ Dipengaruhi oleh: Ditemukan mucosal break di esophagus, kurang kuat dalam menekan sekresi
Terapi hormone estrogen: ↓tonus Gravitasi(tidur sesudah makansering GERD) jika tida ada mucosal break tapi khas asam (antagonis reseptor H2)atau
LES (Lower Esophageal Sphincter) Gaya peristaltic esophagus GERD  NERD golongan prokinetik. Jika
Bersihan saliva & bikarbonat (netralisir asam↓: 2.Esophagografi dengan barium: gagaldiberikan yang lebih kuat dengan
Klasifikasi berdasarkan Endoskopi esophagus lama terpajan asam penebalan dinding & lipatan mukosa masa terapi lebih lama (PPI).
1.ERD (Erosive esophagitis) lambungesophagitis) 3.pH metri: pemantauan pH dalam 24
Histopatologi: Esofagitis erosive jam, menggunakan elektroda pH pada Step down: Dimulai dengan PPI 6-8
ditandai kerusakan mukosa 3.Epitel esophagus distal esophagus.Jika pH<4 GERD + minggu lalu diberi terapi pemeliharaan
esophagus pada endoskopi -Membran sel 4.Tes Bernstein: mengukur sensitivitas dengan dosis lebih rendah (antagonis
2.NERD (Non Erosive Reflux -Batas intraseluler yang membatasi difusi H+ ke mukosa reseptor H2)/prokinetik/antasida selama
Disease) jaringan esophagus 5.Manometri esophagus 2 minggu; lebih ekonomis daripada step
Tidak ada lesi mukosa pada -Aliran darah menyuplai nutrisi, oksigen, 6.Tes empiris dengan PPI: Beri PPI dosis up.
endoskopi bikarbonat tinggi selama 2 minggu, jika perbaikan 50-
pH esophagus + -Sel esophagus memiliki kemampuan mentranspor 75% gejala yang terjadi. Golongan obat
Terapi empiris PPI 2x sehari + ion H+, Cl- (intraseluler); Na+ Karbonat Antasida Buffer thdp HCl
Bisa menjadi GERD & Barrett (ekstraseluler) GERD Q score R/Mg2+hydroxide
esophagus (yang dirasakan 7 hari terakhir) Antagonis Inhibitor
3.Barret Esophagus 1.Seberapa sering heart burn? reseptor H2 kompetitif
-Advance lesion Skor (histamine) reseptor H2
0: 0 hari R/Ranitidin membran sel
Alarm Symptom: 1: 1 hari 100 mg (2x1) parietal
Riwayat keluarga kanker esophagus 2: 2-3 hari R/Cimetidin basolateral
Umur>40 tahun 3: 4-7 hari 800 mg (2x1) lambung
BB↓ 2.Seberapa sering naiknya isi lambung ke Prokinetik: Antagonis
Anemia mulut? R/Metoclopramide reseptor
Hematemesis, melena Skor 10 mg (3x1) dopamine,
Disfagi, odinofagi 0: 0 hari R/Domperidone ↓sekresi asam
1: 1 hari 10-20 mg (3x1)
2: 2-3 hari Sucralfat Cytoprotectans,
3: 4-7 hari R/Aluminium meningkatkan
3.Nyeri ulu hati? hidroksida 1 gr pertahanan
Skor (4x1) mukosa
3:0 hari R/Sukrosa esophagus
2:1 hari oktasulfat
1:2-3 hari PPI Inhibitor
0:4-7 hari R/Lansoprazole pompa proton
4.Mual? 30 mg (2x1) sel parietal,
Skor R/Omeprazole blockade
3:0 hari 20 mg (2x1) sekresi HCl
2:1 hari
1:2-3 hari
0:4-7 hari
5.Sulit tidur karena heart burn atau
regurgitasi?
Skor
0: 0 hari Komplikasi
1: 1 hari 1.Striktur esophagus: keluhan disfagia,
2: 2-3 hari lakukan dilatasi busi/operasi
3: 4-7 hari 2.Barrett esophagus: premaligna 30-40x
6.Minum obat u/ heart burn selain yang -Terapi bedah, jika farmako gagal
diberi obat dokter (jamu2an, herbal)? -Terapi endoskopi
Skor
0: 0 hari
1: 1 hari
2: 2-3 hari
3: 4-7 hari

GERD Q <=7 : Kemungkinan bukan GERD


GERD Q 8-18: Kemungkinan GERD
Dispepsia Definisi Hipotesis Mekanisme: Kriteria Rome III, 2006 -Reassurance latar belakang penyakit ke
“Dis”: buruk 1.Sekresi asam lambung (Dispepsia Fungsional) pasien
“Pepsi”: pencernaan mukosa usus meningkatkan sensitivitas 1.Post prandial distress syndrome -Modifikasi pola hidup dan dietetic
Sindrom yang terdiri dari nyeri/rasa terhadap asam lambung Merasa penuh setelah makan porsi biasa, (hindari factor pencetus)
tidak nyaman di epigastrium, mual, 2.H.pylori cepat kenyang dengan porsi regular. -Farmako:
muntah, muntah, kembung, cepat 3.Dismotilitas GI 2.Epigastric pain syndrome Antasida
kenyang, rasa perut penuh, Perlambatan pengosongan lambung mual, Nyeri, rasa terbakar hilang-timbul, H2RA
sendawa, heartburn. muntah, rasa penuh epigastrium. berpusat di epigastrium. PPI
Hipersensitivitas distensi lambungnyeri, Sitoproteksi
Klasifikasi sendawa, BB↓. Pada pemeriksaan penunjang: tidak Prokinetik
Dispepsia fungsional Gangguan akomodasi lambungcepat kenyang, ditemukan kelainan pada dyspepsia
Rome III: Adanya satu/lebih BB↓. fungsional, ditemukan kelainan anatomis Dispepsia:
keluhan rasa penuh setelah makan, Penurunan motilitas antrum. pada dyspepsia organic. Obati bila Helicobacter pylori +
cepat kenyang, nyeri ulu 4.Ambang rangsang persepsi 1.Sindrom distress post prandial
hati/epigastrik, rasa terbakar Distensi dan rangsang kimiawi mempengaruhi Prokinetik
epigastrik hipersensitivitas reseptor. 2.Sindrom nyeri epigastrik
-Tidak ada bukti kelainan structural 5.Disfungsi autonom PPI
-Keluhan terjadi selama 3 bulan Neuropati vagal menyebabkan relaksasi proximal
dalam waktu 6 bulan terakhir gastercepat kenyang 4-8 minggu evaluasi:
-Ada 3 tipe: Tipe seperti ulkus, tipe 6.Gangguan relaksasi fundus Ganti dengan yang sebaliknya jika tidak
seperti dismotilitas, tipe non 7.Hormonal berhasil diterapi
spesifik Progesteron, estradiol, dan prolaktin
Dispepsia organic mempengaruhi kontraksi otot polos, sehingga
Kelainan struktur, biokimia, atau memperlambat waktu transit GI
sistemik. 8.Aktivitas mioelektrik lambung
9.Faktor dietetic
Etiologi 10.Psikologis kognitif
-Gastroesophagoduodenal : tukak
peptic, gastritis, tumor
-Obat-obatan: NSAID, teofilin,
digitalis
-Hepatobilier: hepatitis, kolesistitis,
tumor, disfungsi sphincter odii
-Pankreas: pancreatitis, keganasan
-Sistemik: DM, hiperkalsemia,
keraunan logam berat, tiroid, CKD
-Fungsional/non organik

Alarm-symptom
Anemia
Loss weight
Anoreksia
Recent onset of progressive
symptom
Masses/Melena/Hematemesis
Swallowing difficult
(disfagi/odinofagi)
+Umur > 45 tahun
+Jaundice

Anda mungkin juga menyukai