Anda di halaman 1dari 22

KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

Laporan Praktikum Fitokimia 2

IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA SAMPEL DAUN WARU


(Hibiscus tiliaceus L.) DENGAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM
CAIR VAKUM ASAL DESA KAMIRI KECAMATAN BALUSU
KABUPATEN BARRU

Oleh:

Nama : ABDELRAZIG KAMAL


Stambuk : 15020180254
Kelompok : III (Tiga)
Kelas : C3C4
Asisten : St. Nurasyiah Jumaris

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2019

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nilai obat bahan alam dikalangan masyarakat di zaman era ini sudah
mulai maju dengan indikasi obat herbal yang di edarkan kepada pasien
ataupun konsumen dalam memenuhi kebutuhannya sebagai obat.
Sebelum suatu tanaman dijadikan sebagai sediaan obat, terlebih
dahulu tumbuhan tersebut mengalami banyak proses, salah satu
contohnya adalah paenentuan golongan kimia dari suatu sampel
Tanaman memiliki satu atau lebih senyawa kimia yang efek biologi
sebagai obat yang merupakan metabolit sekunder. Untuk mendapatkan
senyawa tunggal yang memiliki efek biologi dilakukan pemisahan
(isolasi). Isolasi merupakan pemisahan senyawa dari campuran senyawa
(multikomponen). Dengan mendapatkan senyawa memiliki efek biologi
dapat meningkat efek kerja senyawa tersebut misalnya sebagai
antioksidan.
Kromatografi adalah metode pemisahan senyawa secara kuantitatif
sekalipun juga secara kualitatif. Hasil yang di peroleh dari pemisahan ini
akan didentifikasi lagi untuk memastikan berapa banyak dari senyawa
yang dapat diambil.
Sekarang ini telah ditemukan alat kromatografi cair yang digunakan
dalam kondisi vakum, sehingga lebih cepat dan efisien, alat ini disebut
kromatografi vakum cair (KVC). Kromatografi cair vakum (KCV) adalah
bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi
kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak.
Adapun Tujuan digunakannya metode ini adalah untuk memisahkan
senyawa-senyawa dalam jumlah banyak.Prinsip kerja dari kromatografi
kolom jenis ini adalah adsorpsi dan partisi dengan bantuan pompa vakum.

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat


kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Kromatografi digunakan
sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-
komponennya, misalnya senyawa flavonoida yang terdapat pada
tanaman.
Adapun sampel yang akan kita gunakan, yaitu daun waru (Hibiscus
tiliaceus L.) dengan prinsip kerja dari kromatografi kolom cair vakum, yaitu
adsorpsi dan partisi dengan bantuan alat pompa vakum. Tujuannya agar
diperoleh senyawa kimia yang murni dengan melihat kesamaan warna
dari tiap vial yang berisi campuran tetesan eluen dan fraksi yang keluar
dari kolom.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini, yaitu bagaimana
hasil yang diperoleh dari fraksidaun waru (Hibiscus tiliaceusL.) dengan
metode kromatografi cair vakum?
C. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini, yaitu untuk melakukan isolasi
fraksitanaman waru (Hibiscus tiliaceus L.) dengan menggunakan
beberapa metode kromatografi cair vakum.
D. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari praktikum ini, yaitu untuk memperoleh
isolat murni tanaman daun waru (Hibiscus tiliaceus L.) dengan metode
kromatografi cair vakum.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari praktikum ini, yaitu untuk mengetahui
cara memperoleh isolat murni tanaman daun waru (Hibiscus tiliaceus
L.) dengan metode kromatografi kolom cair vakum.

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

E. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari praktikum ini, yaitu untuk
mengetahui cara melakukan isolasi fraksi tanaman daun waru
(Hibiscus tiliaceus L.) dengan metode kromatografi kolom cair vakum
sehingga diperoleh isolat murni.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari praktikum ini, yaitu untuk
mengetahui bagaimana cara melakukan isolasi fraksi tanaman daun
waru (Hibiscus tiliaceus L.) dengan metode kromatografi kolom cair
vakum sehingga diperoleh isolat murni.

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi tanaman (Integrated Taxonomic Information System, 2019)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus tiliaceus L.
2. Morfologi tanaman
Pohon waru cepat tumbuh sampai tinggi 5-15 meter, garis
tengah batang 40-50 cm, bercabang dan berwarna coklat. Daun
merupakan daun tunggal, bertangkai, berbentuk jantung, lingkaran
lebar/bulat telur, tidak berlekuk dengan diameter kurang dari 19 cm.
Daun menjari, sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar
berbentuk celah pada sisi bawah dan sisi pangkal.
3. Nama lain
Adapun nama latin dari daun waru, yaitu Hibiscus tiliaceusL. dan
nama bugis , yaitu balebirang.
4. Kandungan kimia
Daun waru mengandung senyawa polifenol, saponin dan
flavanoid.Akar waru mengandung senyawa tannin, saponin dan
flavonoid.Kulit batang waru mengandung senyawa hibiscusamide, N-
trans feruloyltiramine, dan N-cis feruloyltirainedan (Rustini dkk, 2015).
5. Khasiat tanaman
Daun waru dapat digunakan untuk mengobati TB paru-paru, batuk,
sesak napas, radang amandel (tonsillitis),demam, disentri pada anak,

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

muntah darah, radang usus, bisul, abses dan rambut rontok(Rustini


dkk, 2015).
B. Ekstraksi
1. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan komponen aktif yang
terkandung di dalam tanaman menggunakan bahan pelarut yang
sesuai dengan kelarutan komponen aktifnya (Yuliani & Suyanti 2012,
h.46).Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan atau menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-
senyawa (analit) dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut
tertentu yang sesuai (Leba, 2017).
Mekanisme ekstraksi ini dimulai dengan adsorpsi pelarut oleh
permukaan sampel, diikuti difusi pelarut ke dalam sampel dan
pelarutan analit oleh pelarut (interaksi analit dengan
pelarut).Selanjutnya terjadi difusi analit-pelarut dari permukaan sampel
ke dalam pelarut.Perpindahan analit-pelarut ke permukaan sampel
berlangsung sangat cepat ketika terjadi kontak antara sampel dengan
pelarut. Kecepatan difusi analit-pelarut ke permukaan sampel
merupakan tahapan yang mengontrol keseluruhan proses ekstraksi ini
(Leba, 2017).
2. Tujuan Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan zat/senyawa kimia yang
dapat larut terpisah dari zat yang tidak larut dari bagian tanaman,
bagian hewan termasuk biota laut dengan pelarut/penyari cair.
Zat/senyawa yang terlarut/tersari tadi merupakan zat aktif dari dalam
sel. Tujuan dari penyarian ini adalah menarik senyawa aktif yang
terdapat dalam bahan alam tersebut (Sutrisna, 2016).
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut seperti etanol, metanol,
etil asetat, heksana dan air mampu memisahkan senyawa-senyawa
yang penting dalam suatu bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

dalam proses ekstraksi harus memperhatikan sifat kandungan


senyawa yang akan diisolasi. Sifat yang penting adalah polaritas dan
gugus polar dari suatu senyawa. Pada prinsipnya suatu bahan akan
mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya sehingga akan
mempengaruhi sifat fisikokimia ekstrak yang dihasilkan
(Septiana & Ari, 2012).
Metode ekstraksi yang digunakan diduga juga mempengaruhi
sifat fisikokimia dari ekstrak tersebut.Ekstraksi dapat dilakukan dengan
satu tahap ekstraksi maupun bertingkat.Padaekstraksi satu tahap
hanya digunakan satu pelarut untuk ekstraksi sedang pada ekstraksi
bertingkat digunakan dua atau lebih pelarut (Septiana
& Ari, 2012).
C. Kromatografi
1. Perkembangan Kromatografi
Pada tahun 1903, seorang dosen botani dari Universitas
Warsawa yakni Michael Tswett menemukan teknik kromatografi ketika
ia melakukan pemisahan pigmen kloroplast pada tumbuhan. Ia
berhasil memisahkan pigment kloroplast dengan fase diam CaCO3
dan petroleum eter sebagai fase gerak. Penemuannya dipublikasikan
dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 1906. Melalui
makalahnya ini ia menggambarkan pemisahan klorofil dan pigmen-
pigmen lainnya dalam suatu ekstrak tumbuhan. Karyanya ini
memberikan gambaran pertama dalam istilah yang hampir modern
tentang kromatografi. Tswett kemudian menamai metode yang ia
gunakan dengan sebutan kromatografi. Kromatografi berasal dari
bahasa Yunani yang berarti ‘warna’ dan ‘tulis’ (Leba, 2017).
Dari perkembangannya nama kromatografi tidak sesuai lagi
karena sekarang tidak hanya dilakukan pemisahan pada campuran
senyawa berwarna saja. Kata kromatografi memang berarti warna,
namun tidak ada hubungan secara langsung dengan proses yang

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

terjadi kecuali senyawa pertama yang dipisahkan yakni pigmen


kloroplas pada tumbuhan (Leba, 2017).
2. Pengertian Kromatografi
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett
(1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari
bahasa Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna).
Kromatografi berarti penulisan dengan warna. Kromatografi adalah
cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi
dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam dapat berupa zat
padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair
atau gas (Raymond,2006).
Metode kromatografi merupakan metode yang banyak digunakan
dalam aplikasi higiene industri untuk sampel gas dan uap.
Kromatografi berasal dari kata chromatography yang berasal dari
Yunani yang berarti “berwarna“ karena metode ini pada awalnya
digunakan untuk pemisahan zat warna (Lestari, 2010).
Secara umum, metode kromatografi adalah metode pemisahan
komponen dari suatu campuran menggunakan dua fasa, yaitu fasa
gerak (mobile phase) dan fasa diam (stationary phase). Jika fasa
geraknya adalah gas, maka proses pemisahannya disebut
“kromatografi gas“; sedangkan jika fasa geraknya adalah cairan, maka
proses pemisahannya disebut “kromatografi cair“
(Lestari, 2010).
3. Faktor-Faktor Pertimbangan
Faktor-faktor yang dapat diambil sebagai pertimbangan untuk
menentukan jenis kromatografi antara lain (Rubiyanto, 2013) :
a. Mudah tidaknya teknik ini dilakukan, terutama untuk teknik
kromatografi yang konvensional seperti kromatografi kertas, kolom

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

ataupun lapis tipis mengingat ketiga jenis kromatografi ini dapat


kita lakukan sendiri tanpa bantuan instrumentasi yang rumit.
b. Maksud dari pemisahan yang kita lakukan. Apakah untuk
keperluan preparasi, analisis kualitatif atau kuantitatif? Bila dirasa
sulit dilakukan dengan teknik yang konvensional, maka pemilihan
jenis kromatografi yang instrumental perlu menjadi pertimbangan.
c. Bentuk senyawa yang akan dipisahkan. Setiap langkah penelitian
tentunya harus diawali dnegan penentuan target senyawa yang
dikehendaki. Sangat tidak mungkin kita meneliti sesuatu yang kita
tidak tahu sama sekali tentang senyawa tersebut.
4. Proses Pemisahan
Umumnya ketika kita akan menentukan suatu jenis kromatografi
dilihat karakter sampel apakah bersifat volatile atau tidak. Proses
pemisahan dengan kromatografi memang tidak sesederhana yang
terlihat dalam tekniknya secara visual. Dua jenis interaksi dasar yang
sering diaplikasikan secara umum dalam proses analisis dalam
metode kromatografi adalah partisi dan adsorbsi. Selainnya biasa
digunakan dalam laboratorium khusus pada industri yang memiliki
bagian riset dan pengembangan yang maju. Partisi merupakan
peristiwa yang melibatkan keseimbangan distribusi senyawa dalam
fasa-fasa yang berbeda sehingga akan diperoleh suatu koefisien
spesifik berkaitan dengan proses distribusi tersebut. Sedangkan
adsorbsi melibatkan kemampuan aktivitas suatu permukaan dalam
mengikat suatu senyawa, dalam hal terdapat tolok ukur kekuatan
adsorbsi permukaan terhadap komponen tertentu (Rubiyanto, 2013).
D. Kromatografi Kolom Cair Vakum
Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran
dari berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis
dalam sistem yang terdiri dari fase diam dan fase bergerak.Semua
pemisahan pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

masing-masing komponen diantara kedua fase tersebut. Senyawa


atau komponen yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam
akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih
kuat. Perbedaan gerakan (mobilitas) antara komponen yang satu
dengan lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorbs, partisi,
kelarutan atau penguapan diantara kedua fase. Jika perbedaan-
perbedaan ini cukup besar, maka akan terjadi pemisahan secara
sempurna. Oleh karena itu dalam kromatografi, pemilihan terhadap
fase bergerak maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian rupa
sehingga semua komponen bisa bergerak dengan kecepatan yang
berbeda-beda agar dapat terjadi proses pemisahan (Raymond,2006).
Vacum liquid chromatography (VLC) atau kromatografi cair
vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi kolom yang khususnya
berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu
ekstrak. Kondisi vakum adalah alternatif untuk mempercepat aliran
fase gerak dari atas ke bawah.Metode ini sering digunakan untuk
fraksinasi awal dari suatu ekstrak non-polar atau ekstrak
semipolar (Hariani, 2007).
Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa aktif
penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan
oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologi. Dalam
hal ini kita harus memantau cara ekstraksi dan pemisahan pada setiap
tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu
dimurnihkan. Kadang-kadang keaktifan hilang selama proses
fraksinasi akibat ketidakmantapan senyawa itu, dan akhirnya mungkin
saja diperoleh senyawa berupa kristal tetapi keaktifan seperti yang
ditunjukkan oleh ekstrak asal (Hariana, 2006).
Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang
digunakan dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom
terbagi menjadi dua macam, yaitu (Raymond,2006).

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

a) Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan
melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan.
Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat
merata.Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan
fase diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.
b) Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan
cara memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom
kromatografi. Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan
pelarut yang akan digunakan.
Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan
sampel dalam pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam
KCV. Larutan dimasukkan dalam kolom kromatografi yang telah terisi
fasa diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali dengan fasa diam
yang sama. Sedangkan cara kering dilakukan dengan mencampurkan
sampel dengan sebagian kecil fase diam yang akan digunakan hingga
terbentuk serbuk. Campuran tersebut diletakkan dalam kolom yang
telah terisi dengan fasa diam dan ditutup kembali dengan fase diam
yang sama (Raymond,2006).
Adapun keuntungan digunakan kromatografi ini yaitu dapat
menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang
bermanfaat, yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji
dengan sistem biologi. Dalam hal ini kita harus memantau cara
ekstraksi dan pemisahan pada setiap tahap, yaitu untuk melacak
senyawa aktif tersebut sewaktu dimurnihkan. Kadang-kadang
keaktifan hilang selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan
senyawa itu, dan akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa
kristal tetapi keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal
(Hostettman, 2006).

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

Adapun cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom


kromatografi dikemas kering (biasanya dengan penjerap mutu KLT 10-
40 μm) dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan
maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah
dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom
dipisah sampai kering dan sekarang siap dipakai (Hostettman, 2006).

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan :
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu batang
pengaduk, botol bening, corong, gelas kimia, sendok besi,sendok
tanduk, kromatografi kolom cair vakum, timbangan anallitik, wadah
penampung, statif dan vial.
2. Bahan yang digunakan :
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu
aluminium foil, etil asetat, fraksi sampel daun waru (Hibiscus tiliaceus
L.), kapas, kertas saring dan n-heksan.

B. Prosedur Kerja (Malik dkk, 2019)


Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.Kolom primer dan
sekunder dirangkai lalu dipasang secara tegak lurus pada statif, setelah
itu dimasukkan kertas saring diatas kaca masir yang berada pada
permukaan kolom primer.Lalu dimasukkan silika gel, dipasang selang
vakum lalu dinyalakan. Fase diam dimampatkan dengan cara divakum
dengan metanol. Setelah fase diam termampatkan, dimasukkan kertas
saring lagi kemudian diatasnya sampel sebanyak 1 gram yang telah
dilarutkan dan dibasahi dengan variasi perbandingan eluen.Sebaiknya
dimulai dengan eluen yang non polar.Setelah kolom siap dilakukan
proses vakum. Keran tekanan dan keran dibawah ditutup lalu pompa
vakum dinyalakan, proses vakum hingga eluen mencapai batas kertas
saring yang berada diatas silika gel.Lalu keran tekanan dibuka untuk
menyamakan tekanan diluar dan didalam kolom vakum, selanjutnya
keran dibawah dibuka untuk mengeluarkan fraksi yang

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

tertampung.Diulangi langkah dari awal menggunakan perbandingan


eluen yang berbeda.

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan


Eluen Warna
10 : 0 Kuning
9:1 Kuning Pucat
8:2 Kuning Pucat
7:3 Kuning Pucat
6:4 Hijau Kekuningan
5:5 Hijau Lumut
4:6 Hijau Pekat
3:7 Hijau Pekat
2:8 Hijau Lumut
1:9 Hijau Lumut
0 : 10 Kuning Kehijauan

Kromatografi adalah suatu metode yang dilakukan untuk analisis


senyawa secara kualitatif dan secara kuantitatif. Salah satu klasifikasi dari
kromatografi adalah kromatografi cair vakum. Kromatografi ini digunakan
untuk megisolasi suatu senyawa berdasarkan perbandingan fraksi eluen
dan pemisahannya menggunakan bantuan pompa vakum. Metode dalam
kromatografi cair vakum dibagi 3 yaitu metode kering, metode basah dan
metode kemas basah.
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode
fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya
yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang
berisi fasa diam dan aliranfase geraknya dibantu dengan pompa vakum.
Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel.
Kromatografi vakum cair dengan memisahkan golongan senyawa
metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel sebagai
absorben dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan penarikan
eluen.
Adapun keuntungan dari kromatografi kolom cair vakum (KCV)
yaitu proses isolasinya terjadi secara cepat karena adanya bantuan

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

pompa vakum dan proses elusi terjadi secara sempurna. Tetapi KCV juga
memiliki kerugian yaitu jumlah senyawa yang ditarik sedikit.
Diperoleh hasil bahwa bahwa eluen dengan perbandingan 10 : 0
menghasilkan warna kuning, eluen dengan perbandingan 9 : 1, 8 : 2 dan7
: 3 menghasilkan warna kuning pucat, eluen dengan perbandingan 6 : 4
menghasilkan warna hijau kekuningan, 5 : 5 menghasilkan warna hijau
lumut. Eluen dengan perbandingan 4 : 6 dan 3 : 7 menghasilkan warna
hijau pekat, eluen dengan perbandingan 2 : 8 dan 1 : 9 menghasilkan
warna hiaju lumut dan 0 : 10 mengahasilkan warna kuning kehijauan.
Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi yaitu kurang
bersihnya alat yang digunakan, kurangnya ketelitian pada saat
pengambilan eluen, dan kurang teliti pada saat pengerjaan.

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
semakin polar eluen yang diberikan, maka warna tetesan yang dihasilkan
semakin pekat.Selain itu variasi warna yang didapatkan lebih sedikit.
B. Saran
Agar praktikum yang dilakukan berjalan sesuai dengan yang
diinginkan, sebaiknya praktikan lebih memperhatikan alat dan bahan yang
digunakan serta memperhatikan prosedur dan instruksi yang diberikan.

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S, 2000, Atlas tumbuhan obat Indonesia Jilid I, Jakarta,


Trubus Agriwidya.

Ghisalberti, 2008, Kimia Analitik Instrumentasi, IKIP Semarang Press,


Semarang.

Hostettmenn, K, dkk, 2006,Cara Kromatografi Preparatif, ITB, Bandung.

Integrated Taxonomic Information System 2019, Taxonomic Hierarchy


:Hibiscus tiliaceus (online). Tersedia
:http://itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&sea
rch_value=18100#null (diakses pada tanggal 27 Maret 2019).

Khopkar, S,M, 2008, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.

Leba, MAU 2017, Ekstraksi dan Real Kromatografi, Deepublish,


Yogyakarta

Lestari, F, 2010, Bahaya Kimia : Sampling dan Pengukuran Kontaminan


Kimia di Udara, EGC, Jakarta

Malik, A, Najib, A dan Hasnaeni, 2019, Penuntun dan Buku Kerja


Praktikum Fitokimia II, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim
Indonesia, Makassar

Rubiyanto, D, 2013, Teknik Dasar Kromatografi, Deepublish, Yogyakarta

Septiana, AT dan Ari, A 2012, Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput


Laut Coklat Menggunakan Berbagai Pelarut dan Metode
Ekstraksi, Purwokerto, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal
Soedirman

Sutrisna, EM 2016, Herbal Medicine : Suatu Tinjauan Farmakologis,


Surakarta, Muhammadiyah University Press

Rustini, NL dkk 2015, Uji Toksisitas Ekstrak Daun Waru Terhadap Larva
Artemia serta Identifikasi Golongan Senyawanya, FMIPA
Universitas Udayana, Bali

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

Sarker, satyajit D, Zahid Latif & Alexander I. Gray (Ed), 2006, Natural
Products Isolation, Totowa, Human Press.

Soebagio, dkk, 2000, Kimia Analitik II, JICA, Malang.

Raymond G, Reid and Satyajit D, sarker, 2006, “Isolation of Natural


Products by Low-Pressure Column Chromatography”, In sarker,
Sd., Latif, Z., and Gray, Al. (Ed). Natural Products Isolation,
Humana Press Inc Totowa, New Jersey.

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

LAMPIRAN

Lampiran1.Skema Kerja Praktikum

Partisi Padat-Cair
Fraksi n-heksan

Dimasukkan kapasdan kertas saring


Ditambahkan 30:10 gram silika gel kasar dan silika gel halus
Dimasukkan kertas saring
Ditambahkan fraksi yang telah dilarutkan
Ditambah eluenberbagi tingkatan konsentrasi

Isolat

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

Lampiran 2. Gambar Tumbuhan

Pohon waru (Hibiscus tiliaceusL.)Daun waru (Hibiscus tiliaceusL.)

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM

Lampiran 3. Gambar Hasil Pengamatan

Gambar

Alat Kolom Cair Vakum

Hasil Fraksi dengan Variasi Perbandingan Eluen

ABDELRAZIG KAMAL ST. NURASYIAH JUMARIS


15020180254

Anda mungkin juga menyukai