Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

MKP V: PERANCANGAN PERUMAHAN


BERWAWASAN LINGKUNGAN

DOSEN:
NOOR HAMIDAH, ST,.MUP.

DISUSUN OLEH:

BAYU ADITYA DBB 115 032


PAIAN DBB 115 046
RIFQI HARIS ALY ,MA’SUM DBB 116 003
DOFA RENI DBB 116 008
RILLO JOSSE VAENTERA DBB 116 022

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah “MKP V : Perancangan Perumahan Berwawasan
Lingkungan” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk


menyelesaikan tugas menganalisa pemukiman di daerah jalan Kapur Naga

Meskipun telah berusaha menyelesaikan tugas ini sebaik mungkin, penulis


menyadari bahwa tugas tulisan ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan tulisan ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tugas penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Sasaran Penulisan

1.4 Permasalahan Perumahan dan Permukiman

BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1

2.2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam pembangunan, manusia merupakan pelaku yang sangat berperan dan


menentukan keberhasilan dari pembangunan serta sekaligus juga menikmati hasil dari
pembangunan tersebut. Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan manusia itu sendiri, oleh karena itu pengelolaan sumber daya alam
harus dilaksanakan dengan sebijaksana mungkin. Manusia sebagai komponen ekosistem
alam, secara alami kehidupannya sangat tergantung kepada alam atau lingkungan tempat
tinggalnya. Namun dengan kemajuan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), manusia dapat merekayasa sumberdaya alam serta memanfaatkannya
dengan semaksimal mungkin untuk kesejahteraannya.
Dalam kehidupan modern, secara sadar permukiman diciptakan untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas hidup. Untuk itu, pembangunan permukiman diorganisasikan dan
diarahkan untuk mencapai suatu kehidupan yang terus meningkat. Sedangkan permukiman
yang telah direhabilitasi atau juga dibangun kembali dengan maksud meningkatkan kualitas
penghuninya. Sumber daya alam terus dijaga, sehingga secara lestari dapat mendukung dan
menampung kehidupan yang terus berkembang. Kehidupan yang layak tidak dapat dicapai
tanpa dukungan sumber daya alam yang memadai yang langsung menopang kehidupan,
seperti air dan udara. Segala upaya yang terus menerus dilakukan untuk menyerasikan,
memadukan dan meningkatkan nilai ekonomi, sosial serta ekologi inilah yang dapat disebut
sebagai pengembangan permukiman yang berwawasan lingkungan.
1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji dan mensosialisasikan


kepada pembaca tentang masalah pembangunan permukaiman yang berwawasan
lingkungan

1.3 SASARAN

Sasaran yang diharapkan dari tulisan ini adalah agar masyarakat dan
pihak-pihak yang terkait dapat mengetahui konsep-konsep permukiman yang
berwawasan lingkun

1.4 PERMASALAHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Pengertian dasar permukiman menurut Unsdang-Undang No. 1 Tahun


2011 adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri dari atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dari kawasan perkotaan atau kawasan
pedesaan. Menurut Supriyanto (2004), secara umum permasalahan perumahan
dan permukiman adalah :

1. Belum melembaganya sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman


yang meliputi :
a. Sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman masih belum
mantap baik di tingkat pusat, wilayah maupun lokal, ditinjau dari segi
sumber daya manusia, organisasi, tatalaksana dan dukunganprasarana
serta sarananya.
b. Belum mantapnya pelayanan dan akses terhadap hak atas tanah untuk
perumahan, khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan
berpendapatan rendah.
c. Belum efisiennya pasar perumahan, karena adanya intervensi yang
mengganggu penyediaan dan menyebabkan distorsi permintaan akan
perumahan.
2. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan
terjangkau.
a. Tingginya kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau masih
belum diimbangi kemampuan penyediaan baik oleh masyarakat, dunia
usaha dan pemerintah.
b. Ketidakmampuan masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah untuk
mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau serta memenuhi standar
lingkungan permukiman yang responsif.
c. Belum tersedianya dana jangka panjang bagi pembiayaan perumahan
yang menyebabkan terjadinya mismitch pendanaan dalam pengadaan
perumahan.

3. Menurunnya kualitas lingkungan permukiman.


Secara fungsional, sebagian besar kualitas perumahan dan permukiman
masih belum memenuhi standar pelayanan yang memadai sesuai skala
kawasan yang ditetapkan, baik sebagai kawasan perumahan maupun kawasan
permukiman yang berkelanjutan. Secara fisik lingkungan, masih banyak
ditemui kawasan perumahan dan permukiman yang telah melebihi daya
tampung dan daya dukung lingkungan diantaranya adalah dengan
meningkatnya lingkungan permukiman kumuh pertahunnya.
Secara visual lingkungan, juga terdapat kecenderungan yang kurang
positif bahwa sebagian kawasan perumahan dan permukiman telah mulai
bergeser menjadi lebih tidak teratur, kurang berjati diri, dan kurang
memperhatikan nilai-nilai kontekstual sesuai sosial budaya setempat serta
nilai-nilai arsitektural yang baik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

1. Pengertian Perumahan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Pemukiman. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana lingkungan

Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki


kaitan yang sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di
suatu lokasi sedikit banyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang
tinggal di perumahan tersebut, (Abrams, 1664 : 7)

Perumahan dapat diartikan sebagai suatu cerminan dari diri pribadi


manusia, baik secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan
kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf
hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia penghuninya,
masyarakat ataupun suatu bangsa. (Yudhohusodo, 1991 : 1)

Sedangkan perumahan karyawan merupakan tempat tinggal berkonsep


rumah deret yang dibangun perusahaan tertentu diperuntukkan bagi karyawan
yang bekerja di perusahaan tersebut untuk dimanfaatkan bagi kendaraan bis
karyawan untuk menjemput dan menurunkan penumpang (karyawan) yang
seluruhnya bekerja dalam satu kantor.
2. Pengertian Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung,
baikyang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan mendukung
prikehidupan dan penghidupan. Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang
tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat dengan aktifitas ekonomi,
industrialisasi dan pembangunan daerah.2

Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di
dalamnya. Berarti permukiman memiliki arti lebih luas daripada perumahan yang
hanya merupakan wadah fisiknya saja, sedangkan permukiman merupakan
perpaduan antara wadah (alam, lindungan, dan jaringan) dan isinya (manusia
yang hidup bermasyarakat dan berbudaya di dalamnya). (Kuswartojo, 1997 : 21)

Permukiman merupakan bentuk tatanan kehidupan yang di dalamnya mengandung


unsur fisik dalam arti permukiman merupakan wadah aktifitas tempat bertemunya
komunitas untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat.

Sedangkan pengertian perumahan dan permukiman menurut Guritno


Mangkusoebroto (1993 : 5) adalah tempat atau daerah dimana penduduk
bertempat tinggal atau hidup bersama dimana mereka membangun sekelompok
rumah atau tempat kediaman yang layak huni dan dilengkapi dengan prasarana

lingkungan.3

2.1.1 Unsur-Unsur Perumahan

1. Lingkungan alami: lahan permukiman dan tanah.

2. Kegiatan sosial: manusia (individu), rumahtangga,komunitas

(siskamling, dll).

3. Bangunan-bangunan rumah tinggal.

4. Sarana dasar fisik dan pelayanan sosial-ekonomi:

a. Warung & toko kebutuhan sehari-hari.


b. Taman bermain, masjid, dll.

5. Sistem jaringan prasarana dasar fisik;

a. Jaringan jalan.

b. Saluran Drainase.

c. Sanitasi.

d. Air bersih.

e. Listrik, komunikasi.4

2.1.2 Asas dan Tujuan


Asas dari penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manfaat,
adil, dan merata, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian
lingkungan hidup (Bab II Pasal 3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011.
Sedangkan dalam dalam pasal 4 menyebutkan bahwa penataan perumahan dan
permukiman bertujuan untuk:

a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia

dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan

yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

c. Memberi arahan pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang

rasional.
2.1.3 Penyelenggaraan Perumahan

Penyelenggaraan perumahan dan permukiman adalah pemenuhan kebutuhan

perkotaan diwujudkan melalui pembangunan perumahan dan kawasan

permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan

pelaksanaan yang bertahap sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pembangunan Perumahan dan kawasan

permukiman tersebut ditunjukan untuk menciptakan kawasan permukiman dan

mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan, yang

dihubungkan oleh jaringan

transportasi sesuai dengan kebutuhan dengan kawasan lain yang memberikan

berbagai pelayanan dan kesempatan kerja. Pembangunan perumahan dan

permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana tata ruang wilayah berfungsi

sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan

dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan.5

1. Kriteria pemilikan lokasi

Lokasi tanah harus bebas dari pencemaran air dan pencemaran lingkungan

baik berasal dari sumber daya pembuatan atau sumber daya alam. Dapat

menjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi

pembinaan individu dan masyarakat penghuni. Kondisi tanahnya bebas banjir

dan memiliki kemiringan tanah 0% - 15%, sehingga dapat dibuat sistem

salurann pembuangan air hujan (drainase) dan jaringan jalan setapak yang
baik serta memiliki daya dukung yang cukup untuk memungkinkan dibangun

perumahan. Terjamin adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni

terhadap tanah dan bangunan diatasnya yang sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

2. Prasaran lingkungan

Untuk pembangunan lingkungan Kapling Siap Bangun harus disediakan


prasarana lingkungan berupa jalan setapak dan saluran lingkungan yang
berstandar sebagai berikut:

a. Jalan Setapak
Lebar badan jalan setapak maksimum 2 meter, lebar perkerasan 1,20
meter dengan konstruksi dari rabat beton 1 pc : 3 pasir : 5 koral, tebal 7
cm atau bahan lain yang setara. Di kiri kanan perkerasan dibuat bahu jalan
masing-masing dengan lebar 0,4 meter untuk penempatan tiang-tiang
listrik dan pipa-pipa saluran lingkungan

b. Saluran

Saluran untuk pembuangan air hujan/limbah harus direncanakan sedemikian


rupa sehingga lingkungan Kapling Siap Bangun yang ada bebas dari
genangan air. Oleh kaena itu saluran lingkungan dibuat konstruksi dengan ½
buis betonn diameter 20 cm dan pasangan batako atau yang setara dengan
ukuran:
Lebar atas : 30 cm

Lebar bawah : 20 cm

Tinggi minimal : 30 cm

Kemiringan :0% - 15%


Dari uraian diatas, terlihat bahwa pemerintah telah berupaya semaksimal
mungkin untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat, melalui kebijakan
pemberian fasilitas kredit Pemilikan Kapling Siap Bangun atau Kredit
Pemilikan Rumah. Namun demikian sejalan dengan kebijakantersebut, perlu
dikaji dan dipertimbangkan sistem jaringan hukum untuk pengamanan
kebijaksanaan tersebut. Karena terlihat misalnya dalam peraturan-peraturan
yang memuat tentang teknik pembangunan rumah, belum dicantumkan
ketentuan-ketentuan yang memuat sanksi atau tindakan lainnya yang perlu
dilakukan, bila pedoman tersebut tidak ditaati/dipenuhi oleh Developer atau

pihak lainnya. Hal ini adalah sangat penting dalam hubungannya dengan:6

1) Adanya kepastian hukum.

2) Untuk pengaman dana yang disediakan oleh pemerintah.

3) Untuk melindungi kepentingan konsumen.

Untuk melindungi pelaksana pembangunan perumahan (Developer) dari

perbuatan/tindakan yang tidak diinginkan


2.2 Faktor-Faktor Geografis dan Lingkungan

A. Faktor-Faktor Geografis.
Kondisi geografis penting untuk diperhatikan oleh setiap pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman karena kondisi geografis tersebut akan
memberikan petunjuk kepada pelaksana pembangunan mengenai keadaan alam
dimana perumahan atau kawasan permukiman tersebut hendak dibangun, yaitu
sebagai berikut;
1. Tanah.

a. Kondisi tanah.

Kondisi fisik tanah isi harus memenuhi bebrapa persyaratan, yaitu:

1) Tidak mengandung gas-gas beracun yang dapat mematikan.

2) Harus memungkinkan area-area permukiman yang tidak selalu

tergenang banjir.

3) Dapat dilakukan pembangunan.

b. Riwayat tanah.

1). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan di lahan bekas


perkebunan karet memerlukan bahan bangunan yang mesti ekstra kuat,
berhubung kenyataan membuktikan bahwa tanah bekas perkebunan
karet adalah “sarang rayap no.1”. Membangun kerangka bangunan
sampai atapnya sebaiknya terbuat dari besi atau logam.

2). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan di lahan bekas


perkuburan memerlukan perhatian ekstra pada sistem persumurannya.
Sumur-sumur dan sumber-sumber air di situ mesti digali ekstra dalam.

3). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan (apalagi bangunan


bertingkat) di daerah bekas rawa atau lahan yang sejak puluhan tahun
sering tergenang banjir memerlukan ekstra perhitungan pada
pembangunan pndamnya.

4). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan (apalagi


perumahan) di lahan bekas lapangan terbang akan memerlukan
perhitungan ekstra untuk mendapatkan sumber-sumber air dan sumur-
sumur, mengingat kurangnya resapan air disitu.

c. Ketinggian dan relief tanah dan sudut kemiringannya yang akan sangat
menentukan pola dan metode pelaksanaan pembangunan secara fisik.

Anda mungkin juga menyukai