Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMIKIRAN KALAM: AL-KHAWARIJ DAN AL-MURJI’AH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Ilmu Kalam dan Tasawuf ”

Dosen Pengampu :
Moh. Sain, S. Pd.I., M.Pd.I..
Disusun Oleh:
PAI VI B
Kelompok I:
Afrizal Rahman : 1209. 16. 07766
Desi : 1209. 16. 07773
Novita Sari : 1209. 16. 07787

PROGRAM STUDY : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2019
BAB I

A. Latar Belakang Munculnya


1. Al-Khawarij
Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang
berarti keluar, muncul, timbul atau memberontak. Hal ini yang mendasari
Syahrastani untuk menyebut khawarij terhadap orang yang memberontak imam
yang sah. Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, khawarij berarti setiap
muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.1
Adapun yang dimaksud dengan khawarij dalam terminologi ilmu kalam
adalah suatu sekte atau kelompok atau aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang
keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali
yang menerima arbitrase (tahkim), dalam Perang Siffin pada tahun 37 H/648 M,
dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan khalifah. Kelompok kawarij pada mulanya memandang Ali dan
Pasukannya berada di pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah sah yang
telah dibai’at mayoritas umat Islam, sementara Muawiyah berada dipihak yang
salah karena memberontak khalifah yang sah. Lagi pula berdasarkan estimasi
Khawarij. Pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada peperangan itu, tetapi
karena Ali menerima tipu daya licak ajakan damai Muawiyah, kemenangan yang
hampir diraih itu menjadi raib.2
Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai kelompok
Muawiyah sehingga ia bermaksud untuk menolak permintaan itu. Namun, karena
desakan sebagian pengikutnya, terutama ahli qurra seperti Al-Asy’ats bin Qais,
Mas’ud bin Fudaki At-Tamimi, dan Zaid bin Husein Ath-Tha’i, dengan sangat
terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar (komandan pasukannya) untuk
menghentikan peperangan.

1
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar. 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia, hlm. 49.
2
Rubini. 2018. Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam Khawarij dan Murji’ah
Persefektif Ilmu Kalam. Vol 7. No. 1, hlm. 98.

1
Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirim Abdullah bi Abbas
sebagai delegasi juru damai (hakam)nya, tetapi orang-orang khawarij
menolaknya. Mereka beralasan bahwa Abdullah bin Abbas berasal dari kelompok
Ali sendiri. kemudian mereka mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-
Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab Allah.
Keputusan tahkim, yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh
utusannya dan mengangkat Muawiyah menjadi khalifah pengganti Ali sangat
mengecewakan orang-orang khawarij. Pada saat itu juga orang-orang khawarij
keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura. Dengan arahan Abdullah
Al-Kiwa, mereka sampai di Harura. Di Harura, kelompok Khawarij ini
melanjutkan perlawanan kepada Muawiyah dan juga kepada Ali. Mereka
mengangkat seorang pimpinan yang bernama Abdullah bin Shahab Ar-Rasyibi.3
2. Al-Murji’ah
Nama Murji’ah diambil dari kata irja atau arja’a yang bermakna penundaan,
penangguhan dan harapan. Kata arja’a mengandung pula arti memberikan
harapan, yakni memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh
pengampunan dan rahmat Allah. Selain itu, arja’a berarti pula meletakkan di
belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dari iman.
Oleh karena itu Murji’ah, artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan
seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta pasukakannya
masing-masing, kehari kiamat kelak.
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal usul kemunculan
Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa gagasan irja atau arja dikembangkan
oleh sebagian sahahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat
Islam ketika terjadi pertikaian politik dan juga bertujuan untuk menghindari
sektarianisme. Murji’ah, baik sebagai kelompok politik maupun teologis,
diperkirakan lahir bersamaan dengan kemunculan Syiah dan Khawarij. Kelompok
ini merupakan musuh berat Khawarij.4

3
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar. Op. cit, hlm. 50-51.
4
Ibid, hlm. 56.

2
Teori kedua mengatakan bahwa irja’ merupakan doktrin Murji’ah, muncul
pertama kali sebagai gerakan yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-
Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah tahun 695. Watt penggagas teori ini
menceritakan bahwa 20 tahun setelah kematian Muawiyah tahun 680, Al-
Mukhtar membawa faham Syiah ke Kuffah tahun 685-687, kemudian muncul
respon gagasan irja’ atau penangguhan sekitar tahun 695 oleh Al-Hasan dalam
sebuah surat pendek yang menunjukkan sikap politik untuk menanggulangi
perpecahan umat. Al-Hasan kemudian mengelak berdampingan dengan kelompok
Syiah yang mengagungkan Ali dan pengikutnya serta menjauhkan diri dari
Khawarij.
Teori ketiga, menceritakan bahwa terjadi perseteruan antara Ali dan
Muawiyah, dilakukanlah tahkim (abitrase) atas usulan Amr bin Ash, kaki tangan
Muawiyah dan kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu pro dan kontra, salah
satunya adalah kubu kontra yaitu Khawarij yang berpendapat bahwa melakukan
tahkim itu dosa besar dan pelakunya dapat dihukumi kafir, seperti zina, riba,
membunuh tanpa alasan dan masih banyak lagi. Pendapat ini ditentang oleh
kelompok Murji’ah yang mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin,
tidak kafir, sementara dosanya diserahkan kepada Allah.5
B. Tokoh Pelopornya
1. Tokoh Khawarij
a. Al‐Muhakkimah
Al-Muhakkimah adalah nama yang pertama sekali digunakan oleh kaum
Khawarij untuk nama mereka. Sesuai dengan pendirian mereka bahwa
penyelesaian sengketa antara Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi
Sufyan dengan tahkim (arbitrase), tidaklah sah. Putusa n hanya datang dari
allah saja dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur’an.
b. Al‐Azariqah
Azariqah memilih khalifah sendiri, yakni Nafi’ ibn al-Azraq, kepada
Nafi’ ini mereka beri gelar Amir al-Mu’min. Kekuasaannya meliputi Kirman,
Fars dan daerah lain di provinsi bagian Timur kekuasaan bani Umayyah.

5
Rubini. Op. cit, hlm. 109-110.

3
Mereka digempur ole al-Muhallab ibn Abi Sufra pertama sekali, kemudian
oleh al-Hajjaj ibn Yusuf dan Nafi’ mati terbunuh di Irak tahun 686 M.
c. Al‐Najdat
Al-Najdat di pimpin oleh Najdat ibn ‘Amir dan Ya-mamah. Mereka
menentang paham yang terdapat dalam Azariqah, ketika mereka berpendapat
bahwa orang yang tidak mau hijrah ke lingkungan Azariqah adalah musyrik.
Ketika membicatakan mukmin yang melakukan dosa besar, Najdat
berpendapat bahwa yang berdosa dan menjadi kafir adalah orang-orang yang
tidak sepaham dengan mereka saja. Sedangkan dikalangan mereka sendiri
tidaklah menjadi kafir, dalam arti kekal dalam neraka. Kendatipun dia akan
disiksa, tetapi bukan dalam neraka dan kemudian akan masuk surga. Oleh
karena itu, bagi mereka dosa kecil akan berubah menjadi dosa besar kalau
dikerjakan terus menerus. Orang yang melakukan dosa kecil terus-memerus
menjadi kafir.
Diantara sekte khawarij, al-Najdat inilah yang menerima paham tentang
taqiyah yaitu, merahasiakan dan tidak menyatakan kenyakinan untuk
keamanan diri seseorang. Taqiyah menurut pandangan mereka bukan hanya
dalam bentuk ucapan tetapi juga dalam bentuk perbuatan. Dengan demikian
seseorang boleh mengucapkan kata-kata kekafiran dan boleh melakukan hal-
hal yang menunjukkan dia bukan orang Islam, kendatipun pada hakikatnya ia
tetap Islam.
d. Al‐Ajaridah
Ajaridah adalah pengkut ‘Abdul Karim ibn ‘Ajrad. Mereka berpendapat
bahwa berhijrah bukanlah kewajiban. Tidaklah dipandang kafir bila terdapat
orang Ajaridah yang tidak mau pindah kelingkungan mereka. Karena bagi
mereka hijrah itu hanya sebagai kebijakan saja. Salah satu hal yang perlu
dicatat adalah tentang siap mereka terhadap Al-Qur’an yang sangat puritan.
Surah Yusuf dalam Al-Qur’an membawa cerita kasih cinta dan Al-Qur’an

4
sebagai kitab suci, kata mereka tidak mungkin memuat kisah cinta.
Kesimpulan mereka adalah, surah Yusuf bukanlah bagian dari Al-Qur’an.6
e. Al‐Tha’alibah
Al-Tha’alibah adalah pengikut Tha’labah bin Mishkan. Sebenarnya sekte
ini masih ada hubungan dengan sekte khawarij al-Ajaridah, karena Tha’labah
bin Mishkan berselisih paham dengan ‘Abdul al-Karim al-Ajrad mengenai
hukum tentang anak-anak, ia memisahkan diri darinya dan membentuk sekte
baru.
f. Al‐Baihasiyah
Al‐Baihasiyah mereka adalah pengikut Ibn Abi Baihas al-Hasim bin
jabir. Pada masa Al-Walid menjadi khalifah Bani Umayah, ia memerintahkan
panglima perangnya Al-Hajjaj untuk menangkap Ibn Abi Baihas, namun Al-
Hajjaj tidak berhasil menangkapnya karena Ibn Abi Baihas melarikan diri ke
Madinah. Al-Walid memerintahkan ‘Uthman bin Hayyan al-Muzani untuk
menangkapnya. Usaha ini berhasil menangkap Ibn Abi Baihas dan
memenjarakannya. Tidak lama kemudian, Al-Walid memerintahkan kepada
‘Uthman bin Hayyan ak-Muzani untuk memotong kaki, tangan lalu
membunuhnya.7
g. Al‐Sufriyah
Al-Sufriyah agaknya lebih moderat ketika mereka mebagi dosa besar
dalam dua golongan, yakni dosa yang ada sanksinya di dunia seperti zina dan
mencuri, serta dosa yang tidak adan sanksinya di dunia seperti shalat dan
puasa. menurut mereka dosa bentuk pertama tadi tidaklah disebutkan kafir
atau musyrik tetapi orang yang melakukannya disebut zani dan sariq.
Sedangkan dosa bentuk kedua memang dijelaskan oleh agama yakni orang
yang meninggalkan shalat dan puasa akan menjadi kafir.8

6
Yunan Yusuf. 2014. Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam Dari Khawarij ke Buya Hamka
Hingga Hasan Hanafi. Jakarta: Kencana, hlm. 45-51.
7
Tsuroya Kiswati. 2013. Ilmu Kalam Aliran Sekte Tokoh Pemikiran dan Analisa
Perbandingan Aliran Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah. Surabaya: IAIN Sunan Ampel,
hlm. 52-53.
8
Yunan Yusuf. Op. cit, hlm. 52.

5
h. Al-Ibadiyah
Menurut Ibadiyah orang-orang Islam yang bukan Khawarij tidak boleh
dibunuh, suatu pendapat yang bertentangan keras dengan sekte Azariqah.
Kalau pada Azariqah negeri di luar orang-orang Azariqah dikatakan dar al-
Kufr, maka sekte ibadah berpendapat negeri orang-orang seperti itu masih
tetap dianggap sebagai dar al-tauhid. Bila terjadi pertempuran antara mereka
dengan orang-orang yang bukan Khawarij yang boleh dirampas hanyalah
kuda-kuda dan alat-alat perang, sedang mas dan perak dilarang
mengambilnya, malah harus dikembalikan kepada pemiliknya.
Berkaitan dengan itu mereka berpendapat orang Islam yang melakukan
dosa besar masih tetap muwahid, yakni orang yang mengesahaknTuhan,
tetapi tidak mukmin lagi. Kalaupun meeka dinyatakan kafir, kekafiran mereka
bukanlah kafir al-millah (kafir agama), tetapi kafir al-ni’mah (kafir terhadap
nikmat-nikmat Allah). Sesuai dengan namanya, sekte ini dipimpin oleh
Abdullah ibn Ibad. Tokoh ini merupakan tokoh moderat dikalangan. Kaum
Khawarij tidak berpihak kegolongan Azariqah dalam menentang Dinasti Bani
Umayyah.9
2. Tokoh Murji’ah
a. Jahamiyah mereka adalah pengikut Jaham bin Safwan.
b. Salihiyah mereka pengikut Abu al-Husein al-Salihi.
c. Yunusiyah mereka pengikut Yunus al-Samary.
d. Thaubaniyah mereka pengikut Abi Thauban.
e. Tumaniyah mereka pengikut Abu Mu’adh al-Tumani.
f. ‘Ubaidiyah mereka pengikut ‘Ubaid al-Mukta’ib.
g. Karramiyah mereka pengikut Muhammad bin Karram.
h. Ghassaniyah mereka pengikut Ghassan al-Kufi.
i. Marisiyah mereka pengikut Bishr al-Marisy.
j. Ghailaniyah mereka pengikut Ghailan al-Dimashqi.
k. Yunusiyah dan Shamriyah mereka pengikut Yunus dan Abi Shamr.
l. Najjariyah mereka adalah pengikut Husein bin Muhammad al-Najjar.

9
Ibid, hlm. 50.

6
m. Shabibiyah mereka pengikut Muhammad bin Shabib.
n. Hanafiyah mereka adalah Abu Hanifah An-Nu’man.10
C. Dasar Pemikirannya
1. Dasar Pemikiran Khawarij
a. Al‐Muhakkimah dasar pemikirannya antara lain adalah:
 Dalam bidang politik.
 Mereka mengkafirkan ‘Ali bin Abi Talib.
 Mereka mengkafirkan ‘Uthman bin ‘Affan.
 Mereka menganggap kafir orang lain yang tidak sepaham dengannya
 Mereka tidak menganggap orang yang tidak mau berpindah kedaerah
nya.
b. Al‐Azariqah dasar pemikirannya antara lain:
 Mereka mengkafirkan dan menganggap orang yang mushrik.
 ‘Ali bin Abi Talib, ‘Uthman bin ‘Affan, Talhah bin Khuwailid, Zuba
ir bin ‘Awwam,’ishah binti Abi Bakar al-siddiq, ‘Abd Allah bin al-
‘Abbas. Dianggap termasuk orang kafir.
 Menggugurkan hukuman rajam bagi pezina.
 Memotong tangan pencuri.
 Orang yang melakukan dosa besar.
 Dilarang melakukan taqiyah.
 Orang yang masuk kedalam golongan Azariwah adalah berada
didaerah Islam.
c. Al‐Najdat dasar pemikirannya antara lain:
 Mengkafirkan orang yang berdiam diri dan tidak mau memerangi
musuh.
 Membolehkan menyembunyikan identitas diri (taqiyah).
d. Al‐Ajaridah dasar pemikirannya antara lain:
 Menurut al‐Mukramiyah, orang yang meninggalkan salat atau
melakukan Mukramiyah,dosa besar termasuk orang kafir.

10
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar. Op. cit, hlm. 60.

7
 Menurut al-Maimuniyah bahwa surah Yusuf bukanlah bagian dari
Al-Qur’an.
e. Al‐Tha’alibah dasar pemikirannya antara lain:
 Mengkafirkan ‘Abd al‐Karim bin Ajrad.
 Al-Rashidiyah berpendapat bahwa segala penghasilan yang
memanfaatkan sumber air dan sungai yang mengalir.
f. Al‐Baihasiyah dasar pemikirannya antara lain:
 Mereka tidak mengharamkan sesuatu kecuali yang telah disebutkan
oleh Allah.
 Manusia dikatakan mushrik jika ia tidak mengetahui agama, atau me
lakukan dosa.
g. Al‐Sufriyah dasar pemikirannya antara lain:
 Sama dengan pendapat al‐Azariqah.
 Sama dengan pendapat al‐Baihasiyah
h. Al-Ibadiyah dasar pemikirannya antara lain:
 Orang yang tidak sepaham
 Membolehkan menikahi mereka dan mewarisi hartanya.11
2. Dasar Pemikiran Murji’ah
a. Jahamiyah dasar pemikirannya antara lain:
 Iman kepada Tuhan
 Perbuatan manusia
b. Salihiyah dasar pemikirannya antara lain:
 Iman adalah ma’rifat pada Tuhan saja.
 Salat, zakat, puasa, haji hanya merupakan ketaatan
c. Yunusiyah dasar pemikirannya antara lain:
 Iman adalah ma’rifat pada Tuhan
d. Thaubaniyah dasar pemikirannya antara lain:
 Iman adalah pengakuan pada Tuhan dan para Rasul-Nya.
e. Tumaniyah dasar pemikirannya antara lain:
 Ketaatan merupakan syarat dari beberapa syarat iman

11
Tsuroya Kiswati. Op. cit, hlm. 32-58.

8
f. ‘Ubaidiyah dasar pemikirannya antara lain:
 Mereka mengatakan bahwa selain shirik, tidak mustahil semua dosa
diampuni.
g. Karramiyah dasar pemikirannya antara lain:
 Iman adalah pengakuan dan kebenaran dengan lisan dan bukan
dengan hati.
h. Ghassaniyah dasar pemikirannya antara lain:
 Bahwa menurutnya, iman ialah pembenaran dalam hati.
i. Marisiyah dasar pemikirannya antara lain:
 Mereka mengatakan bahwa iman ialah pembenaran dalam hati dan
lisan sekaligus.
j. Ghailaniyah dasar pemikirannya antara lain:
 Mengatakan bahwa iman adalah pengakuan dengan lisan dan itulah
pembenaran
k. Yunusiyah dan Shamriyah dasar pemikirannya antara lain:
 Menurutnya, Iman adalah ma’rifat pada Tuhan
l. Najjariyah dasar pemikirannya antara lain:
 Mereka berpendapat bahwa Iman adalah ma’rifat akan Tuhan, para
Rasul-Nya, kewajiban yang diperintahkan-Nya, tunduk dan taan
kepada-Nya, mengakui-Nya dengan lisan.
m. Shabibiyah dasar pemikirannya antara lain:
 Mereka mengatakan bahwa Iman adalah pengakuan pada Tuhan
ma’rifat.
n. Hanafiyah dasar pemikirannya antara lain:
 Menurutnya, Iman adalah pembenaran atau ma’rifat dan pengakuan
kepada Tuhan dan Rasul-Nya.12
D. Konsep Pemikiran
Khawarij adalah sekte yang terbentuk karena ketidaksetujuan terhadap
keputusan Ali, karena Ali telah bersedia dan menerima tahkim, maka akhirnya
sekte tersebut keluar dari kelompok Ali tersebut. Aliran Khawarij ini muncul

12
Ibid, hlm. 66-74.

9
karena ketidaksetujuan dan sebagai wujud protes kepada Ali yang telah menerima
tahkim, yang pada akhirnya aliran ini keluar dari kelompok Ali. Aliran Khawarij
mempunyai doktrin-doktrin pokok yang sifatnya terlalu radikal, anarchis, yang
memusuhi semua pihak dan tidak mau diatur. Pada akhirnya aliran ini mengalami
perkembangan, yaitu terpecah menjadi sub-sekte yang kecil-kecil, karena
perbedaan pandangan terhadap suatu masalah.
Murji’ah adalah sekelompok atau segolongan orang yang menunda keputusan
mengenai masalah-masalah perselisihan seperti khilafah dan lain sebagainya,
sampai di hadapan Tuhan, ketika manusia menghadap Tuhan nanti. Latar
belakang kemunculan aliran Murji’ah adalah ketidaksetujuan dengan pendapat
kaum Khawarij, yang menghukumi kafir orang-orang yang melakukan dan
menyetujui tahkim. Ajaran pokok murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan
atau doktrin irja yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik politik maupun
teologis. Aliran Murji’ah mengalami perkembangan, yaitu dengan terbagi menjadi
sub-sekte yang kecil-kecil. Hal itu dikarenakan perbedaan pendapat yang bersifat
internal tentang permasalahan-permasalahan yang muncul.13

13
Rubini. Op. cit, hlm. 95.

10
BAB II

A. PEMBAHASAN
1. Pemikiran Kalam Khawarij
a. Aliran Khawarij
Nama al-Khawarij demikian kata al-Syahrastani, dipakai untuk setiap
orang yang keluar dari pimpinan Imam yang benar serta disepakati oleh
mayoritas umat. Ia menulis dalam bukunya al-Milal wa al-Nihal. Al-
Khawarij dalam pengertian di atas adalah nama yang tercela, karena keluar
dari kebenaran yang disepakati oleh jemaah umat. Tetapi al-Khawarij yang
dimaksud dalam ilmu kalam adalah dalam pengertian kelompok orang-orang
yang membangkang terhadap Ali. Mereka keluar dari kelompok Ali dan
menumpang kebijaksanaan ali menerima tahkim. Dalam bahasa Arab kharaja
berarti keluar, maka orang yang keluar dikatakan kharijiy. Bentuk jamak
kharijiy adalah khawarij yang berarti orang-orang yang keluar.14
Sejalan dengan itu ada pula yang berpendapat bahwa pemberian nama itu
didasarkan atas surah an-nisa (4) ayat 100:

Artinya: “Barang siapa keluar dari rumahnya untuk berhijrah kepada allah
dan rasulnya.”
Dengan demikian melalui pemahaman surat An-nisa (4) ayat 100 diatas,
kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai orang-orang yang
meninggalkan rumah dari kampung halaman mereka sendiri, untuk berhijrah
menggabdikan diri mereka secara totalitas kepada Allah dan Rasul-Nya.
Disamping nama Khawarij yang secara umum dipakai, dikenal juga
nama-nama al-Hurairah, al-Syurah, al-Mariqah dan al-Muhakkimah. Nama
al-Hurairah dari kata Hahura. Suatu desa yang terletak didekat Kaufah,
tempat dimana kaum Khawarij berkumpul setelah memisahkan diri dari Ali
ibn Abi Thalib. Jumlah mereka lebih kurang dua belas ribu orang disini

14
Yunan Yusuf. Op. cit, hlm. 43.

11
mereka memilih Abdullah ibn Wahb al-Rasibiy menjadi pemimpin meraka
sebagai ganti dari Ali Bin Abi Thalib.
Nama al-Syurah digunakan terhadap mereka ketika mereka berkata
‘’Kami telah menjual diri kami dengan taat kepada Allah, ’’artinya
membelinya dengan surga. Dengan ungkapan seperti itu mereka menyebut
diri mereka dengan Syurah. Kata ini terambil dari kata yasyri (menjual),
sebagai yang disebut dalam surah al-Baqarah (2) ayat 207:

Artinya: “Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk


memperoleh keridhaan Allah.”15
b. Doktrin-doktrin Pokok Khawarij
Di antara doktrin-doktrin pokok khawarij adalah:
1) Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat
Islam.
2) Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab.
3) Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi
syarat.
4) Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap
adil dan menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan
dibunuh jika melakukan kezaliman.
5) Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah,
tetapi setelah tahun ketujuhdari masa kekhalifahannya, Utsman r.a.
dianggap telah menyeleweng.
6) Khalifah Ali juga sah, tetapi setelah terjadi arbitrase, ia di anggap
menyeleweng.
7) Mu’awiyah bin Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga
dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir.
8) Pasukan perang jamal yang melawan Ali juga kafir.

15
Ibid, hlm. 44-45.

12
9) Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim karenanya
harus dibunuh. Mereka menganggap bahwa seorang muslim tidak
lagi muslim (kafir) disebabkan tidak mau membunuh muslim lain
yang telah dianggap kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus
dilenyapkan pula.
10) Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan
mereka. Apabila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena
hidup dalam dar al harb (Negara musuh), sedangkan golongan
mereka di anggap berada dalam dar al islam (Negara islam).
11) Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.
12) Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga,
sedangkan yang jahat harus masuk kedalam neraka).
13) Amar makruf nahi mungkar.
14) Memalingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tampak mutasyabihat
(samar).
15) Al- Qur’an adalah makhluk.
16) Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.16
Kelompok Khawarij menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak
pantas. Jalan pintas yang ditempuh adalah membunuhnya, termasuk orang
yang mengusahakannya menjadi khalifah. Dikumandangkanlah sikap
bergerilnya untuk membunuh mereka. Dibuat pula doktrin teologi tentang
dosa besar sebagaimana tertera pada poin 9) dan 10). Akibat doktrinnya
menentang pemerintah, khawarij harus menanggung akibatnya. Kelompok ini
selalu dikejar-kejar dan ditumpas pemerintah. Lalu, perkembangannya
sebagaimana di tuturkan Harun Nasution, kelompok ini sebagian besar sudah
musnah. Sisa-sisanya terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, dan Arabia
Selatan.17
Doktrin teologi khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas
langsung doktrin sentralnya, yaitu doktrin politik. Radikalitas itu sangat

16
Rubini. Op. cit, hlm. 101-102.
17
Ibid, hlm.103.

13
dipenggaruhi oleh sisi budaya yang juga radikal. Hal lain yang menyebabkan
radikalitas itu adalah asal-usul mereka yang berasal dari masyarakat badawi
dan pengembara padang pasir tandus. Hal itu telah membentuk watak dan tata
pikirnya menjadi keras, berani, tidak bergantung kepada orang lain, bebas,
dan tidak gentar hati. Akan tetapi, mereka fanatik dalam menjalankan
agama.18
Orang-orang yang mempunyai prinsip khawarij sering menggunakan cara
kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya. Sejarah mencatat bahwa
kekerasan pernah memegang peranan penting. Doktrin-doktrin ini
memperlihatkan kesalahan asli kelompok Khawarij, sehingga sebagai
penggamat menganggap doktrin-doktrin ini lebih mirip dengan doktrin
Mu’tazilah, meskipun kebenaran adanya doktrin ini dalam wacana kelompok
Khawarij masih patut dikaji lebih mendalam. Sebab, dapat diasumsikan
bahwa orang-orang yang keras dalam pelaksanaan ajaran agama,
sebagaimana dilakukan kelompok khawarij, cenderung berwatak
tekstualis/skriptualis, sehingga menjadi fundamentalis.
c. Perkembangan Khawarij
Khawarij, sebagaimana telah dikemukakan, telah menjadikan imamah
atau khilafah atau politik sebagai doktrin sentral yang memicu timbulnya
doktrin-doktrin teologis lainnya. Radikalitas yang melekat pada watak dan
perbuatan kelompok khawarij menyebabkannya sangat rentan pada
perpecahan, baik secara internal kaum khawarij maupun secara eksternal
dengan sesama kelompok islam lainnya. Para pengamat telah berbeda
pendapat tentang berapa banyak perpecahan yang terjadi dalam tubuh kaum
khawarij.19
Terlepas dari beberapa banyak subsekte pecahan khawarij, tokoh-tokoh
yang disebutkan di atas sepakat bahwa subsekte khawarij yang besar hanya
ada 6, yaitu:

18
Ibid.
19
Ibid, hlm. 104.

14
1) Al-Muhakkimah
2) Al-Azariqah
3) Al-Nadjat
4) Al-Ajaridah
5) Al‐Tha’alibah
6) Al‐Baihasiyah
7) Al-Sufriah
8) Al-Ibadiyah
Semua subsekte itu membicarakan persoalan hukum orang yang berbuat
dosa besar, apakah masih mukmin atau telah menjadi kafir. Tampaknya,
doktrin teologi tetap menjadi primadona pemikiran mereka, sedangkan
doktrin-doktrin yang lain hanya merupakan pelengkap. Pemikiran subsekte
ini lebih bersifat praktis dari pada teorotis, sehingga kriteria bahwa seseorang
dapat dikategorikan sebagai mukmin atau kafir tidak jelas. Hal ini
menyebabkan -dalam kondisi tertentu- seseorang dapat disebut mukmin
sekaligus pada waktu yang bersamaan disebut sebagai kafir.
Tindakan kelompok khawarij di atas telah merisaukan hati semua umat
islam saat itu. Sebab, dengan cap kafir yang di berikan salah satu subsekte
tertentu khawarij, jiwa seseorang harus melayang, meskipun oleh subsekte
yang lain orang bersangkutan masih dikategorikan sebagai mukmin sehingga
dikatakan bahwa jiwa seorang Yahudi atau Majusi masih lebih berharga
dibandingkan dengan jiwa seorang mukmin.20
Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut,
dikategorikan sebagai aliran khawarij, selama terdapat indikasi doktrin yang
identik dengan aliran ini. Berkenaan dengan persoalan ini, Harun
mengidentifikasi beberapa indikasi aliran yang dapat dikategorikan sebagai
aliran khawarij masa kini, yaitu:
1) Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka,
walaupun orang itu adalah penganut agama islam.

20
Ibdi, hlm. 105-107.

15
2) Islam yang benar adalah islam yang mereka pahami dan amalkan,
sedangkan islam sebagaimana yang di pahami dan di amalkan
golongan lain tidak benar.
3) Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu di bawa
kembali ke islam yang sebenarnya, yaitu islam seperti yang mereka
pahami dan amalkan.
4) Karena pemerintahan dan ulama yang tidak sepaham dengan mereka
adalah sesat, mereka memilih imam dari golongannya, yaitu imam
dalam arti pemuka agama dan pemuka pemerintahan.
5) Mereka bersifat fanatik dalam paham dan tidak segansegan
menggunakan kekerasan dan pembunuhan untuk mencapai
tujuannya.21
2. Pemikiran Kalam Murji’ah
a. Aliran Murji’ah
Nama Murji’ah diambil dari kata Arab arja-a yang berarti penangguhkan,
mengakhirkan dan juga memberikan harapan. Sebagai disebut diatas kaum
Khawarij menjatuhkan vonis kepada semua orang yang terlibat dalam tahkim
telah menjadi kafir. Demikian pula dengan mukmin yang melakukan dosa
besar telah menjadi kafir. Alasan mereka mengatakan itu adalah seorang
mukmin tidak boleh melakukan dosa besar dan bila ia lakukan juga dosa
besar itu berarti imannya tidak ada lagi.
Berharap dengan pandangan itu, kaum murji’ah mengatakan bahwa
orang-orang yang terlibat dalam tahkim itu tetap berada dalam mukmin
alasan mereka adalah bukankah yang bertikai paham itu para sahabat nabi
sendiri yang dalam pandangan mereka merupakan orang-orang yang dapat
dipercaya dan tidak keluar dari jalan yang benar? Itulah sebab mereka
meneguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat tahkim itu, kelak
dihadapan tuhan.22

21
Ibid, hlm. 108.
22
Yunan Yusuf. Op. cit, hlm. 52-53.

16
b. Doktrin-doktrin Murji’ah
Ajaran pokok Murji’ah bersumber dari gagasan atau doktrin irja’ yang
diaplikasikan di banyak persoalan, baik politik atau teologis. Di bidang
politik doktrin irja’ selalu netral yang diekspresikan dengan diam, itulah
sebabnya Murjiah dikenal sebagai the queuietits (kelompok bungkam). Di
bidang teologis, doktrin irja’ dikembangkan ketika menanggapi persoalan
yang muncul, yang menjadikan semakin kompleks sehingga mencakup iman,
kufur, dosa besar dan ringan.
Berkaitan dengan doktrin teologi, ada beberapa pendapat mengenai
ajaran pokok Murji’ah, yaitu: Harun Nasution menyebutkan empat ajaran
pokok Murjia’ah:
1) Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash dan Abu Musa
Al-Asy’ari yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di
hari kiamat kelak.
2) Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim berdosa
besar.
3) Meletakkan (pentingnya) iman dari pada amal.
4) Memberikan penghargaan kepada muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.
Sementara itu, Abu ‘A’la Al-Mandudi menyebutkan dua doktrin
Murji’ah:
1) Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Amal atau
perbuatan itu merupakan suatu keharusan bagi adanya iman.
Seseorang dianggap mukmin walau meninggalkan perbuatan dosa
besar.
2) Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di
hati, maksiat tidak akan mendatangkan madharat atas seseorang untuk
mendapatkan ampunan maka cukup menjauhkan diri dari syirik dan
mati dalam keadaan akidah tauhid.23

23
Rubini. Op. cit, hlm. 110-111.

17
Teori lain menceritakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali dan
Mu’awiyah, dilakukanlah tahkim (arbitrase) atas usulan Amr bin ‘Ash,
seorang kaki tangan Mu’awiyah. Kelompok Ali terpecah menjadii dua kubu,
yang pro dan kontra. Kelompok kontra akhirnya menyatakan keluar dari Ali,
yaitu khubu Khawarij, memandang bahwa tahkim itu bertentangan dengan
Al-Qur’an, dalam pengertian tidak bertahkim berdasarkan hukum Allah
SWT. Oleh karena itu, khawarij berpendapat bahwa melakukan tahkim itu
dosa besar dan dihukum kafir, sama seperti perbuatan dosa besar lain, seperti
zina, riba’, membunuh tanpa alasan yang benar, durhaka kepada orang tua,
serta memfitnah wanita baik-baik. Pendapat Khawarij tersebut ditentang
sekelompok sahabat yang kemudian disebut Murji’ah dengan mengatakan
bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya
diserahkan kepada Allah SWT, apakah mengampuninya atau tidak.24

24
Ibid, hlm. 112-113.

18
B. Peta Konsep

Pemikiran Kalam

Pemikiran Kalam Al-Khawarij Pemikiran Kalam Al-Murji’ah

a. Al- Muhakkim f. Al‐Baihasiyah a. Jahamiyah h. Ghassaniyah

g. Al‐Sufriyah b. Salihiyah i. Marisiyah


b. Al-Azriqah

c. Yunusiyah j. Ghailaniyah
c. An-Nadjat h. Al-Ibadiyah
k. Yunusiyah dan
d. Thaubaniyah Shamriyah
d. Al‐Ajaridah
e. Tumaniyah l. Al-Hanafiyah

e. Al‐Tha’alibah
f. ‘Ubaidiyah m. Asy- Syabibiyah

g. Karramiyah n. Al-Mu’aziyah
18
C. Nilai-Nilai Pendidikan
Pendidikan berpern untuk mengarahkan perilaku manusia agar jangan mudah
terpengaruh terhadap pemikiran-pemikiran yang keluar dari ajaran Islam (Al-
Qur’an dan Hadist). Seperti halnya yang pernah di sabdakan Rasulullah
bahwasanya setelah beliau wafat umat beliau akan terpecah menjadi 73 golongan
dan yang selamat dari mereka hanyalah satu yaitu golongan yang mengikuti
beliau dan para sahabat beliau, yaitu Ahlussunnaha Wal Jama’ah. Dan sekarang
pun sudah dapat dibuktikan dari zaman ke zaman banyak aliran-aliran teology
perpecahan Islam yang bermunculan antara lain Aliran Khawarij, Murji’ah dan
lainnya.
Dalam konteks lahirnya firqoh-firqoh dalam Islam faktor yang paling
dominan adalah masalah politik. Lahirnya firqoh yang berbeda pemikiran
kalamnya pun juga berbeda. Dari perbedaan itulah kita dapat mempelajari mana
yang benar dan yang bathil. Didalam Aliran Khawarij dan Murji’ah ada pengaruh
positif yang dapat dipelajari yaitu golongan ini memberikan harapan kepada
pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah SWT.

19
BAB III

A. Kesimpulan
Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang
berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Terdapat beberapa doktrin
pokok dalam kaum Khawarij. Doktrin yang dikembangkan kaum Khawari’j dapat
dikategorikan dalam tiga kategori: politik, teologi, dan sosial. Dalam
perkembangannya subsekte Khawarij yang besar terdiri dari delapan macam.
Murji’ah diambil dari Al-Irjo’, yaitu menunda, menangguhkan,
mengakhirkan: mungkin karena mereka mengakhirkan tingkatan amal dari iman,
atau kah mereka menangguhkan hukuman terhadap pelaku dosa besar sampai hari
qiamat, dan menyerahkan perkaranya kepada Tuhannya. Ajaran pokok Murji’ah
pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja atau arja’a yang
diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun teologis. Di
bidang politik, doktrin irja diimplementasikan dengan sikap politik netral atau
nonblok, yang hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam. Golongan
Murji’ah dibagi kedalam 2 kelompok besar yaitu golongan moderat dan ekstrim.
B. Daftar Pustaka
Kiswati, Tsuroya. 2013. Ilmu Kalam Aliran Sekte Tokoh Pemikiran dan Analisa
Perbandingan Aliran Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah. Surabaya: IAIN
Sunan Ampel.
Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Rubini. 2018. Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam Khawarij dan Murji’ah
Persefektif Ilmu Kalam. Vol 7. No. 1.
Yusuf, Yunan. 2014. Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam Dari Khawarij ke
Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi. Jakarta: Kencana

20

Anda mungkin juga menyukai