Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN SKENARIO 1

MODUL SISTEM UROGENITAL DAN REPRODUKSI

OLEH :

KELOMPOK 10

Tory Ilonda Ramadhana (18011101087)

Rinanda Indah Dian Ester Lapod (18011101105)

Pamela Brigite Ratela (18011101127)

Missye Narasiang (18011101118)

Marchela Jeanete Pangemanan (18011101035)

Jonathan Enrique Emilio Pijoh (18011101116)

Hans Kristian (18011101056)

Elvita Lianie Chandra (18011101016)

Christina Esterlita Kumaat (18011101002)

Elisa Yohana Anjali Wulur (18011101018)

Jeremy Eleazar Roring (18011101057)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG………………………………………………….. 3

B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………. 3

C. TUJUAN………………………………………………………………... 4

BAB 2 ISI

A. SKENARIO…………………………………………………………….. 5
B. KATASULIT, KATA KUNCI, MASALAH DASAR........................... 5
C. ANALISIS BERDASARKAN RUMUSAN MASALAH…………… 5

BAB 3 PENUTUP

A. KESIMPULAN……………………………………………………….. 34

B. SARAN................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 35

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air
dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).

Sistem urinaria terdiri terutama pada ginjal yang menyaring darah, sedangkan ureter
yang merupakan saluran urin dari ginjal ke kandung kemih.Kandung kemih tempat
menyimpan urin, dan uretra merupakan saluran urin dari kandung kemih untuk keluar melalui
tubuh.Sistem urin juga merupakan sistem kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama
mempertahankan keseimbangan internal atau homeostatis.

Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ untuk berkembang biak.
Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara pria dan wanita.Sistem reproduksi
wanita berpusat pada ovarium. Ovarium berfungsi menghasilkan ovum dan hormon (estrogen
dan progesteron). Jika sel telur pada ovarium telah matang, akan dilepaskan dari ovarium dan
ditangkap oleh tuba uterina lalu berhenti di ampulla tuba uterina untuk menunggu sel sperma
datang. Pelepasan sel telur pada ovarium disebut ovulasi dan jika sel telur bertemu dengan sel
sperma dinamakan fertilisasi.

Alat reproduksi pada pria ada sepasang testis dan sepasang epididymis.Testis
terbungkus dalam skrotum dan berfungsi sebagai penghasil sel sperma dan hormon
testosteron.Epididimis merupakan saluran panjang yang berkelok-kelok terdapat di dalam
skrotum dan tempat pematangan sel sperma.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan anatomi (termasuk vaskularisasi serta inervasi) dan histologi organ-organ


yang berhubungan dengan kasus
2. Jelaskan fisiologi organ-organ yang berhubungan dengan kasus

3
3. Jelaskan proses pembentukan urin dan mekanisme perkemihan
4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran urin (volume, bau, warna, dan
konsentrasi urin)
5. Berapa banyak urin yang dihasilkan seseorang dalam sehari?
6. Bagaimana urin dikatakan normal dan mengapa urin berwarna kuning
7. Jelaskan hormon-hormon yang bekerja pada ginjal serta pengaturannya
8. Bagaimana pengaturan ginjal terhadap elektrolit (kalium, kalsium, fosfat dan
magnesium)
9. Sebutkan dan jelaskan pemeriksaan urine rutin pada manusia!

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui anatomi (vaskularisasi dan inervasi) serta histologi dari organ-
organ yang berhubungan dalam kasus
2. Untuk mengetahui fisiologi organ-organ yang berhubungan dengan kasus
3. Untuk mengetahui proses pembentukan urin dan mekanisme perkemihan
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran urin
5. Untuk mengetahui berapa banyak urin yang dihasilkan seseorang dalam sehari
6. Untuk mengetahui bagaimana urin dikatakan normal dan mengapa urin berwarna
kuning
7. Untuk mengetahui hormon-hormon yang bekerja pada ginjal serta pengaturannya
8. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan ginjal terhadap elektrolit
9. Untuk mengetahui pemeriksaan urine rutin pada manusia

BAB 2
ISI

A. SKENARIO

Seorang siswa sedang menghadiri sebuah kegiatan di daerah perbukitan yang dingin.
Siswa tersebut merasa ingin miksi meskipun selama waktu istirahat dia tidak banyak minum,
agar tidak mengganggu kegiatannya dalam sesi itu ia menunda untuk miksi sampai selesai.

4
Dia juga ingin mengetahui apakah kondisinya sehat bila sering kencing baik pagi, siang,
ataupun malam apalagi setelah minum banyak.

B. KATA SULIT, KATA KUNCI, MASALAH DASAR


Kata Sulit :

- Tidak Ada

Kata Kunci :

- Miksi
- Suhu

Masalah Dasar :

- Seorang siswa menunda miksi di daerah yang dingin

C. ANALISIS BERDASARKAN RUMUSAN MASALAH:

1. Jelaskan anatomi (termasuk vaskularisasi serta inervasi) dan histologi organ-organ


yang berhubungan dengan kasus

A. Anatomi

Sistem urinaria terdiri dari pasangan ginjal (Ren [Nephros]), yang menghasilkan urin,
dan Tractus urinarius eferen. Tractus ini terdiri dari:
 Pelvis renalis
 Ureter
 Vesica urinaria
 Urethra
Selain Urethra, System urinarium memiliki konstruksi yang sama pada kedua jenis
kelamin. Urethra dalam Penis laki-laki menjadi tempat keluar urin serta semen. Oleh sebab
itu, Urethra laki-laki juga termasuk dalam genitalia eksterna laki-laki.

5
Posisi untuk ginjal kiri:
 Polus superior: Vertebra thoracica Xll, Costa XI
 Hilum: Vertebra lumbalis II
 Polus inferior: Vertebra lumbalis III
Karena ukuran hepar, ginjal kanan terletak sekitar setengah Vertebra lebih rendah. Polus
superiornya terletak tepat di bawah Costa Xl. Karena posisinya yang dekat dengan
Diaphragma, posisi kedua ginjal berubah ketika respirasi dan turun sekitar 3 cm sewaktu
inspirasi. Glandula suprarenalis berproyeksi di atas Caput costae Xl dan XII.

Ginjal adalah organ yang berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya
sekitar 10-13 cm dan tebalnya 5-7,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Beratnya
antara 125-175 g pada laki-laki dan 115-155 g pada wanita. Ginjal terletak pada dinding
abdomen posterior berdekatan dengan dua pasang iga terakhir, dan merupakan organ
retroperitoneal.

6
Ren mempunyai selubung sebagai berikut.
 Capsula fibrosa: Meliputi ren dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren.
 Capsula adiposa: Lemak ini meliputi capsula fibrosa.
 Fascia renalis: Merupakan kondensasi dari jaringan ikat yang terletak di luar capsula
adiposa dan meliputi ren serta glandula suprarenalis. Di laterai fascia ini melanjutkan diri
sebagai fascia transversalis.
 Corpus adiposum pararenale: Terletak di luar fascia renalis dan sering didapatkan dalam
jumlah besar. Lemak ini membentuk sebagian iemak retroperitoneal.
Capsula adiposa, fascia renalis, dan corpus adiposum pararenale menyokong dan menfiksasi
ren pada posisinya di dinding posterior abdomen.

Struktur Ren
Masing-masing ren mempunyai cortex renalis di bagian 1uar, yang berwarna coklat
gelap , dan medula renalis di bagian dalam yang lebih terang. Medula renalis terdiri atas kira-
kira selusin pyramis medullae renalis, yang masing-masing mempunyai basis menghadap ke
cortex renalis dan apex, papilla renalis yang menonjol ke medial. Bagian cortex yang
menonjol ke medula di antara pyramis medullae yang berdekatan disebut columnarenalis.
Bagian bergaris-garis yang membentang dari basis pyramidis renalis menuju ke cortex
disebut radii medullares. Sinus renalis merupakan ruangan di dalam hilus renalis, berisi
pelebaran ke atas dari ureter, disebut pelvis renalis. Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau
tiga calices renales majores, yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
calices renales minores. Setiap calyx minor diinvaginasi oleh apex pyramidis renalis yang
disebut papilla renalis.

Arteri
Arteria renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II. Masing-masing arteria
renalis biasanya bercabang menjadi lima Arteria segmentalis yang masuk ke dalam hilus

7
renalis, empat di depan dan satu di belakang pelvis renalis. Arteri-arteri ini mendarahi
segmen-segmen atau area yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari masing-masing arteria
segmentalis, masing-masing satu buah untuk satu pyramis medullae renalis. Sebelum masuk
substansia renalis setiap arteria lobaris mencabangkan dua atau tiga arteria interlobaris.
Arteriae interlobares berjalan menuju cortex di antara pyramis medullae renalis. Pada
perbatasan cortex dan medulla renalis, arteriae interlobares mencabangkan arteriae atcuatae
yang melengkung di atas basis pyramidis medullae. Arteriae arcuatae mencabangkan
sejumlah arteriae interlobulares yang berjalan ke atas di dalam cortex. Arteriolae aferen
glomerulus merupakan cabang-cabang arteriae interlobulares.

Vena
Vena renalis keluar dari hilus di depan arteria renalis dan bermuara ke vena cava
inferior.
Persarafan

Plexus sympathicus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui plexus


renalis masuk medula spinalis melalui nervus thoracicus X, XI, dan XII.

Batas-Batas Penting: Ren Dexter


 Ke anterior: Glandula suprarenalis, hepar, bagian kedua duodenum, dan flexura coli
dextra.
 Ke posterior: Diaphragma, recessus costodiaphrgamatlcus, costa XII, musculus psoas,
musculus quadratus lumborum, dan musculus transversus abdominis. nervus
subcostalis .(T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke
bawah dan lateral.
Batas-Batas Penting: Ren Sinister
 Ke anterior: Glandula suprarenalis, lien, gaster, pancreas, flexura coli sinistra, dan
lengkung-lengkung jejunum.
 Ke posterior: Diaphragma, recessus costodiaphragmaticus pleurae, costa XI (ren
sinister lebih tinggi dari ren dexter) dan costa XII, musculus psoas, musculus quadratus
lumborum, dan musculus transversus abdominis, nervus subcostalis (T12), nervus
iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan lateral.

8
RENAL DEXTRA

Ginjal yang berbentuk seperti kacang memiliki Polus superior dan inferior. Hilum
renal, yang terletak di antara Polus dan menghadap ke medial, berhubungan dengan ruangan
di dalam ginjal (Sinus renalis) dan berisi pembuluh darah ginjal dan Ureter. Glandula
suprarenalis berdekatan dengan Polus superior ginjal. Tempat masuk pembuluh darah di garis
medial terkadang disebut Hilum.

RENAL SINISTRA

Ginjal terdiri dari Cortex (Cortex renalis) dan Medulla (Medulla renalis). Medulla
dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang, berdasarkan bentuknya, disebut piramida ginjal
(Pyramides renales). Columnae renales terletak di antara piramida-piramida ginjal ini. Satu
piramida dan area kortikal di dekatnya disebut Lobus renalis. Batas antara 14 lobus tidak
dapat dilihat pada permukaan ginjal manusia dewasa. Ujung piramida (Papillae renales)
memasuki Calices renales majores dan minores untuk mengeluarkan urin (panah). Bersama
dengan jaringan
adiposa dan pembuluh darah ginjal, Pelvis renalis terletak dalam Recessus medialis parenkim
ginjal (Sinus renalis).

PELVIS RENALIS dan URETER


Kedua ureter merupakan saluran muskular yang terbentang dari ren ke facies posterior
vesica urinaria. Setiap ureter mempunyai panjang sekitar 10 inci (25 cm) dengan diameter
kurang dari 0,5 inci (1.25 cm).

9
Batas-Batas Ureter di Dalam Abdomen
Ureter Dexter
Ke anterior: Duodenum, pars terminalis ileum, vasa colica dextra dan vasa ileocolica, vasa
testicularis dextra atau vasa ovarica dextra, dan radix mesenterii intestinum tenue.
Ke posterior: musculus psoas dextra, yang memisahkan ureter dari processus transversus
vertebrae lumbalis, dan bifurcatio arteria iliaca communis.
Ureter Sinister
Ke anterior: colon sigmoideum dan mesocolon sigmoideum, vasa colica sinistra, dan vasa
testicularis sinistra atau vasa ovarica sinistra.
Ke Posterior: musculus psoas sinistra yang memisahkan ureter dari processus transversus
vertebrae lumbalis, dan bifurcatio arteria iliaca communis. Vena mesenterica inferior terletak
sepanjang sisi media ureter sinister.

Perjalanan:
Ureter pertama-tama menyilang di atas N. genitofemoralis, berjalan di bawah A. dan
V. testicularis/ovarica, menyilang di atas A. dan V. Iliaca kemudian menyilang di bawah dan
berjalan melalui bagian bawah Ductus deferens pada laki-laki dan A. uterina pada
perempuan.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
 Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
 Lapisan tengah lapisan otot polos
 Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Arteri
Arteri yang mendarahi ureter adalah sebagai berikut:
I Ujung atas: arteria renalis.
l) Bagian tengah: arteria testicularis atau arteria ovarica.
l) Ujung bawah: arteria vesicalis superior.

10
Vena
Darah vena dialirkan ke dalam vena yang sesuai dengan arterinya.

Persarafan
Plexus renalis, testicularis (atau ovaricus), dan plexus hypogastricus (di dalam pelvis).
Serabut-serabut aferen berjalan bersama dengan saraf simpatik dan masuk medulla spinalis
setinggi segmen lumbalis I dan II.

VESICA URINARIA

Corpus (Corpus vesicae), Apex (Apex vesicae), dan Fundus inferior (Fundus vesicae).
Di Fundus, Ostium urethrae internum dan dua Ostium ureteris membentuk Trigonum vesicae.
Vesica urinaria menampung sekitar 500-1500 ml urin, meskipun keinginan berkemih dimulai
saat volume 250-500 ml tercapai. Dinding terdiri dari lapisan mukosa interna (Tunica
mucosa) yang diikuti tiga lapis otot polos dengan inervasi parasimpatis (Tunica muscularis =
M. detrusor vesicae), dan diikuti dengan Tunica adventitia eksterna atau Tunica serosa kranial
(Peritoneum). Vesica urinaria dikelilingi oleh jaringan adiposa paravesikal dan distabilisasi
oleh beberapa Ligamentum. Di apeks, Lig. umbilicale medianum (yang berisi Urachus, sisa
koneksi embrionik alantois) berhubungan dengan Umbilicus. Pada perempuan, Lig.
pubovesicale bilateral dan pada laki-laki, Lig. puboprostaticum bilateral mengaitkan Vesica
urinaria pada Pelvis bagian bertulang. Pada laki-laki, kelenjar prostat terletak langsung di
bawah Fundus vesicae dan dilalui oleh Urethra.

Arteri
Arteria vesicalis superior dan inferior, cabang-cabang arteria iliaca interna.
Vena
Vena-vena membentuk plexus venosus vesicalis, di bawah berhubungan dengan
plexus prostaticus; dan bermuara ke vena iliaca interna.
Persarafan
Persarafan vesica urinaria berasal dari plexus hypogastricus inferior. Serabut pos
ganglion simpatik berasal dari ganglion lumbale pertama dan kedua dan berjalan turun ke
vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut preganglionik parasimpatikus yang
muncul sebagai nervi splanchnici pelvici dari nervus sacralis kedua, ketiga, keempat berjalan
melalui plexus hypogastricus menuju ke vesica urinaria, di tempat ini serabut-serabut tersebut
bersinaps dengan neuron posganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal
dari vesica urinaria menuju sistem sarafpusat melalui nervi splanchrici pelvici. Sebagian
serabut aferen berjalan bersama saraf simpatik melalui plexus hypogastricus dan masuk ke
medula spinalis setinggi segmen lumbalis pertama dan kedua.

11
Saraf simpatik menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang
penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatik merangsang kontraksi musculus
detrusor vesicae dan menghambat kerja musculus sphincter vesicae. Saraf simpatik yang
menuju musculus detrusor vesicae saat ini diperkirakan tidak atau sedikit sekali berperan
untuk kerja otot polos vesica urinaria dan terutama didistribusikan untuk pembuluh darah.
Saraf simpatik ke musculus sphincter vesicae diperkirakan hmya berperan kecil dalam
menimbulkan kontraksi otot ini untuk mempertahankm continensia urin. Namun pada laki-
laki, persarafan simpatik ke musculus sphincter vesicae menyebabkan kontraksi aktif
musrulus sphincter vesicae selama proses ejakulasi (disebabkan oleh kerja simpatik), dengan
demikian mencegah cairan semen masuk ke resica urinaria

Gambar : Vesica urinaria, Ductus deferens, Glandula vesiculosa, dan Prostata; dilihat dari
dorsal.
Pada laki-laki, struktur anatomis berpasangan Tunica muscularis berikut terletak di posterior
dan berdekatan dengan Vesica urinaria, dari medial ke lateral:
● bagian yang melebar pada vas deferens (Ampulla ductus deferentis)
● Vesicula seminalis (Glandula vesiculosa)
● Ureter
Vesica urinaria terletak tepat di superior kelenjar prostat.

Gambar : Vesica urinaria, dan Urethra laki-laki, Urethra masculina; dilihat dari ventral;
Vesica urinaria dan Urethra dibuka di ventral.
Bagian-bagian Urethra:

12
● Pars intramuralis (1 cm): di dalam dinding Vesica urinaria
● Pars prostatica (3,5 cm): melalui kelenjar prostat. Di sini ductus tersebut masuk Urethra:
Ductus ejaculatorii (saluran bersama Ductus deferens dan Vesicula seminalis) di atas
Colliculus seminalis dan Ductus prostaticus pada kedua sisi.
● Pars membranacea (1-2 cm): menembus dasar panggul.
● Pars spongiosa (15 cm): tertanam di dalam Corpus spongiosum penis, berjalan ke Ostium
urethrae externum. Kelenjar COWPER (Glandulae bulbourethrales) dan kelenjar LITTRE
(Glandulae urethrales) masuk di sini. Bagian akhir berdilatasi untuk membentuk Fossa
navicularis. Urethra memiliki penyempitan di daerah:
● Ostium urethrae internum
● Pars membranaceae
● Ostium urethrae externum

Urethra Feminina
Urethra feminina panjangnya sekitar 1,5 inci (3,8 cm). Urethra terbentang dari collum vesicae
urinariae sampai meafus urethrae externus, yangbermuara ke dalam vestibulum sekitar 1 inci
(2,5 cm) distal dari clitoris. Urethra menembus musculus sphincter urethrae dan terletak tepat
di depan vagina. Di samping meatus urethrae externus terdapat muara kecil dari ductus
glandula paraurethralis. Urethra dapat dilebarkan dengan mudah.

Selain itu, bentuk dasar panggul (diaphragma pelvis) penting dalam menunjang vesica
urinaria, sehingga memastikan kontinensia urin. Selama urinasi (mikturisi), otot polos
dinding vesica urinaria (M. Detrusor vesicae) berkontraksi setelah didahului aktivasi
parasimpatis. Pada waktu yang sama, otot lurik dasar panggul mengalami relaksasi sehingga
memungkinkan Vesica urinaria turun, otot sfingter untuk berelaksasi, dan terjadi urinasi.

13
B. HISTOLOGI

GINJAL

• Ginjal  2 lapisan yaitu korteks dan medulla


• Unit fungsional ginjal tubulus uriniferous (nefron dan collecting tubule)
Tubulus uriniferous

Nefron

• Terdapat dua jenis nefron, yaitu:


1. Nefron kortikal
2. Nefron juxtamedullary

14
Renal corpuscle

15
16
URETER

VESICA URINARIA

17
URETRA

2. Jelaskan fisiologi organ-organ yang berhubungan dengan kasus

Sistem urinaria terdiri dari sepasang ginjal, sepasang ureter, kandung kemih (vesika
urinaria), dan urethra.

GINJAL

Fungsi ginjal:

1. Mempertahankan keseimbangan air tubuh.


2. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler.
3. Memelihara volume plasma yang sesuai.
4. Membantu memelihara keseimbangan asam-basa tubuh dengan menyesuaikan
pengeluaran ion H & HCO3 melalui urine.
5. Memelihara osmolaritas.
6. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
7. Mengekskresikan banyak senyawa asing.
8. Mengekskresikan eritropoietin.
9. Mengekskresikan renin.
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif.

BAGIAN-BAGIAN NEFRON (satuan fungsional ginjal).

1. Glomerulus, berfungsi sebagai tempat penyaringan darah yang akan menyaring


garam, asam amino, air, glukosa, dan urea. Menghasilkan urine primer.
2. Kapsula bowman, berfungsi untuk mengumpulkan cairan hasil penyaringan
glomerulus.
3. Tubulus kontortus proksimal, berfungsi sebagai tempat penyerapan
kembali/reabsorpsi urine primer yang menyerap glukosa, garam, air, dan asam
amino. Menghasilkan urine sekunder dengan kadar urea tinggi.

18
4. Lengkung henle, berfungsi agar supaya urine tidak kembali ke tubulus kontortus
proksimal.
5. Tubulus kontortus distal, berfungsi untuk menghasilkan urine yang sesungguhnya.
6. Tubulus kolektivus, berfungsi untuk mengumpulkan urine dari beberapa tubulus
kontortus proksimal lalu dibawa ke pelvis.

4 TAHAP PEMBENTUKAN URINE

1. Filtrasi.
2. Reabsorpsi.
3. Augmentasi.
4. Ekskresi.

URETER

Berfungsi untuk mendorong air kemih dengan cara menimbulkan gerakan-gerakan


peristaltik setiap 5 menit sehingga urine dari ginjal menuju ke vesika urinaria.

VESIKA URINARIA

Berfungsi untuk menampung air kemih dari ureter untuk disalurkan ke urethra.

URETHRA

Berfungsi untuk menyalurkan air kemih/urine ke luar tubuh.

3. Jelaskan proses pembentukan urin dan mekanisme perkemihan

A. PROSES PEMBENTUKAN URINE

Tiga proses dasar terlibat dalam pembentukan urine: filtrasi glomerulus, reabsorpsi
tubulus, dan sekresi tubulus. Untuk mempermudah visualisasi tentang hubungan antara
proses-proses di ginjal ini, ada baiknya nefron "diuraikan' secara skematis.

FILTRASI GLOMERULUS (penyaringan).Sewaktu darah mengalir melalui


glomerulus, plasma bebas-protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsula
Bowman.Dalam keadaan normal, 20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses
ini, dikenal sebagai filtrasi glomerulus, adalah langkah pertama dalam pembentukan urine.
Secara rerata, 125 mL filtrat glomerulus (cairan yang difiltrasi) terbentuk secara kolektif
melalui seluruh glomerulus setiap menit. Jumlah ini sama dengan 180 liter (sekitar 47,5
galon) setiap hari. Dengan mempertimbangkan bahwa volume rerata plasma pada orang
dewasa adalah 2,75 liter, hal ini berarti bahwa ginjal menyaring keseluruhan volume plasma
sekitar 65 kali sehari. Jika semua yang difiltrasi keluar sebagai urine, semua plasma
akanmenjadi urine dalam waktu kurang dari setengah jam! Namun, hal ini tidak terjadi
karena tubulus ginjal dan kapiler peritubulus berhubungan erat di seluruh panjangnya,

19
sehingga bahan-bahan dapat dipertukarkan antara cairan di dalam tubulus dan darah di dalam
kapiler peritubulus.

REABSORPSI TUBULUS (penyerapan kembali). Sewaktu filtrat mengalir melalui


tubulus, bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler
peritubulus.Perpindahan selektif bahan-bahan dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke
dalam darah ini disebut reabsorpsi tubulus.Bahan-bahan yang direabsorpsi tidak keluar dari
tubuh melalui urine tetapi dibawa oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke
jantung untuk diresirkulasi. Dari 180 liter plasma yang disaring per hari, 178,5 liter, secara
rerata, direabsorpsi. Sisa 1,5 liter di tubulus mengalir ke dalam pelvis ginjal untuk
dikeluarkan sebagai urine. Secara umum, bahan-bahan yang perlu dikonservasi oleh tubuh
secara selektif direabsorpsi, sementara bahan-bahan yang tidak dibutuhkan yang harus
dikeluarkan tetap berada di urine.karenanya dipertahankan di dalam tubuh dan tidak
diekskresikan di urine, meskipun mengalir melewati ginjal.

SEKRESI TUBULUS Proses ginjal ketiga, sekresi tubulus, adalah pemindahan


selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Proses ini adalah rute
kedua bagi bagi masuknya bahan ke dalam tubulus ginjal dari darah, dengan yang pertama
adalah melalui filtrasi glomerulus. Hanya sekitar 20% plasma yang mengalir melalui kapiler
glomerulus difiltrasi ke dalam kapsul Bowman; sisa 80% mengalir melalui arteriol eferen ke
dalam kapiler peritubulus. Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan
dari plasma secara cepat dengan mengekstraksi sejumlah tertentu bahan dari 80% plasma
yang tidak terfiltrasi di kapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang sudah ada di
tubulus sebagai hasil filtrasi.

B. Mekanisme Perkemihan

Mekanisme perkemihan atau yang disebut juga dengan mekanisme miksi yang
terjadi secara refleks diawali dengan meregangnya dinding vesica urinaria akibat terisinya
vesica urinaria dengan urine kurang lebih 250-400 mL. Rangsangan regang ini diterima oleh
reseptor-reseptor regang yang ada di dinding vesica urinaria terutama di bagian posterior
dekat uretra. Impuls dari reseptor ini diteruskan melalui serat saraf aferen menuju korda
spinalis segmen S2 dan S3 yang merupakan pusat refleks miksi.Impuls yang telah diolah di
pusat miksi ini diteruskan melalui serabut saraf parasimpatis (N. pelvicus) yang akan
merangsang kontraksi M. detrusor pada vesica urinaria dan juga menginhibisi kontraksi otot
polos uretra yang diperantarai pelepasan nitrogen oksida (NO). Selain peran dari saraf
parasimpatis, ada juga peran dari saraf somatik (N. pudendus) yang secara simultan dengan
rangsangan dari saraf parasimpatis akan menyebabkan dilatasi M. sfingter uretra externa yang
merupakan otot rangka. Hal ini mengakibatkan saluran uretra dapat dilalui urin.
Selain mekanisme yang dijelaskan di atas, miksi juga dapat ditunda secara
sadar.Penundaan miksi secara sadar ini dilakukan dengna mengencangkan sfingter eksternum
dan diafragma pelvis.Impuls eksitatorik volunter dari korteks serebrum ke neuron-neuron
motorik yang terlibat sehingga otot-otot sfingter tetap berkontraksi dan tidak ada urin yang
keluar.Berkemih tidak dapat ditahan terus-menerus. Ketika sinyal refleks dari reseptor regang

20
lebih kuat dari pada sinyal eksitatorik dari korteks serebrum, otot sfingter akan melemas dan
kandung kemih secara tak terkontrol akan mengosongkan isinya.

4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran urin (volume, bau, warna,


dan konsentrasi urin)

 Volume

1. Kekentalan cairan tubuh


2. Udara dingin.
Rangsangan dingin mengakibatkan pengecilan pembuluh darah kulit serta menyebabkan
warna kulit menjadi pucat sehingga keringat berkurang, volume dan tekanan darah naik GFR
naik dan ADH serta Renin menurun sehingga menyebabkan volume urine naik.
3. Obat-obatan
Ada beberapa obat yang menyebabkan meningkatnya pengeluaran urine. Obat tersebut
akan menghambat reabsobsi NaCl di bagian acendes dari lengkung henle dan tubuli distal.
4. Makanan atau minuman
Kopi, obat asma dan obat jantung dapat meningkatkan kardioutput sehingga
menyebabkan GFR naik dan volume urinpun akan meningkat

 Bau

1. Dehidrasi
Dehidrasi adalah kondisi di mana tubuh kekurangan cairan.Kondisi ini juga
memungkinkan urine berbau menyengat. Tanda lain bahw dehidrasi adalah urine berwarna
keruh seperti kuning tua menuju oranye.
2. Infeksi Saluran Kencing
Bakteri yang terdapat pada urine dapat menyebabkan infeksi saluran kencing. Kondisi
ini umumnya ditandai dengan kencing bau menyengat, yang disertai dengan rasa ingin buang
air kecil terus-menerus dan nyeri saat buang air kecil
3. Penyakit liver
Masalah pada hati atau liver seringkali ditandai melalui urin yang tampak lebih gelap
seperti warna teh, dan juga bau yang menyengat.
4. Fistula vesikointestinal
Ini adalah istilah untuk kondisi di mana terdapat lubang atau jalur antara kandung
kemih dan usus, sehingga bakteri dapat berpindah dari usus ke kandung kemih.Penyebabnya
bisa karena luka pada saat pembedahan, radang usus, atau penyakit Crohn.
5. Diabetes
Diabetes seringkali disebut kencing manis. Kadar gula tinggi pada tubuh penderita
diabetes menyebabkan urine juga mengandung gula. Seperti sebutannya, kencing penderita
cenderung berbau manis layaknya cairan yang mengandung gula.
6. Penyakit kencing sirup mapel

21
Urine beraroma manis juga dapat disebabkan oleh penyakit urine sirup mapel.
Penyakit yang disebabkan karena faktor genetik tersebut, tergolong penyakit langka yang
dipengaruhi oleh ketidakmampuan tubuh untuk memecah asupan asam amino leusin,
isoleusin dan valin.
7. Fenilketonuria
Disebut fenilketonuria karena pada kondisi ini tubuh tidak dapat memecah asam
amino fenilalanin. Akibatnya, urine akan menumpuk dan mengeluarkan bau khas “mousey”
yaitu seperti bau tikus. Penyakit ini biasanya sudah ada sejak lahir karena merupakan
penyakit genetik dan tidak dapat disembuhkan

 Warna
1. Cokelat Tua

Urine yang berwarna cokelat atau cokelat tua dapat menjadi tanda adanya masalah
pada organ hati, ginjal, infeksi saluran kemih, dan anemia hemolitik.Urine berwarna cokelat
tua bisa juga disebabkan oleh efek samping obat.Sejumlah obat yang dapat membuat warna
urine menjadi cokelat tua adalah obat antimalaria, antibiotik, dan obat pencahar yang
mengandung cascara atau senna.

2. Kuning Pekat

Warna urine kuning pekat umumnya disebabkan oleh dehidrasi.Dehidrasi dapat terjadi
bila jumlah cairan yang keluar jauh lebih banyak dibandingkan jumlah cairan yang masuk.

3. Orange

Urine yang berwarna oranye dapat disebabkan oleh masalah kesehatan pada hati atau
saluran empedu, terutama jika disertai dengan warna feses yang terlihat pucat atau
putih.Selain itu, warna urine oranye juga bisa terjadi jika mengalami dehidrasi atau karena
efek samping kemoterapi, obat pencahar, obat antiradang sulfasalazine, obat phenazopyridine
untuk infeksi saluran kemih, obat TB rifampin dan isoniazid, serta riboflavin (vitamin
B2) dalam dosis tinggi.

4. Putih dan keruh

Air seni yang keruh atau berwarna putih seperti susu dan berbau, bisa jadi merupakan
tanda infeksi saluran kemih yang disertai pembentukan nanah. Kondisi ini disebut piuria.
Penyebabnya antara lain adalah infeksi bakteri, jamur, dan virus. Warna urine yang menjadi
keruh juga merupakan tanda adanya penumpukan sel darah putih, asam urat, protein, atau
lemak pada urine.

5. Merah muda ataumerah

22
Warna urine merah atau pink dapat disebabkan oleh makanan yang Anda konsumsi,
seperti bit, blackberry, atau buah naga merah.Selain itu, bisa juga disebabkan oleh efek
samping obat-obatan tertentu untuk infeksi saluran kemih dan obat TB rifampin.

6. Hijau atau biru

Warna urine yang satu ini mungkin dapat membuat Anda cukup kaget.Biasanya warna
urine biru atau hijau dapat disebabkan oleh pewarna makanan, atau efek samping obat asma,
antidepresan amitriptilin, obat bius propofol, dan zat warna metilen biru.

5. Berapa banyak urin yang dihasilkan seseorang dalam sehari?

Sebanyak 125 ml plasma darah difiltrasi oleh ginjal setiap menit dan pada umumnya
124 ml dari plasma darah tersebut diabsorbsi sehingga setiap menit terbentuk 1 ml
urin.Dalam satu hari, 1.5 liter urine dieskresikan dan 180 liter plasma darah defilers.

6. Bagaimana urin dikatakan normal dan mengapa urin berwarna kuning

Komposisi urine yang paling utama adalah terdiri dari air, urine.Pada kondisi normal
umumnya mengandung 90% air.Kandungan lainnya urea, asam urat dan ammonia yang
merupakan zat sisa dari pembongkaran protein, zat warna empedu yang membuat warna
urine kita menjadi kuning, bermacam-macam garam/NaCl dan terdapat beberapa zat yang
beracun.

Urin normal berwarna jernih transparan, warna kuning muda pada urin berasal dari
zat bilirubin dan biliverdin.Urin normal manusia terdiri dari air, urea, asam urat, ammonia,
kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida dan garam.Sedangkan pada kondisi
tertentu dapat ditemukan zat-zat yang berlebihan misalnya vitamin C dan obat-obatan.

7. Jelaskan hormon-hormon yang bekerja pada ginjal serta pengaturannya

1. Hormon aldosteronyang disekresi oleh korteks adrenal, mengatur reabsorpsi


natrium di tubulus kontortus distal,.Sebagai respons terhadap hormon adosteron, sel-sel
tubulus kontortus distal secara aktif mengabsorpsi ion natrium dan klorida dari filtrat dan
mengangkutnya melewati membran sel ke dalam interstisium.Di sini, ion-ion ini diabsorpsi
oleh kapiler peritubular dan dikembalikan ke sirkulasi sistemik sehingga pengeluaran natrium
melalui urine berkurang.Fungsi tubulus kontortus distal ini penting untuk mempertahankan
keseimbangan asam-basa dalam cairan tubuh dan darah.Aldosteron terutama bekerja di sel-
sel tubulus kontortus distal untuk meningkatkan reabsorpsi ion natrium dan klorida dari filtrat
glomerulus.Air mengikuti natrium klorida melalui osmosis dan meningkatkan volume cairan
dalam sirkulasi sistemik.Kombinasi efek ini meningkatkan tekanan darah sistemik,

23
meningkatkan laju filtrasi glomerulus di dalam ginjal, dan mengeliminasi kebutuhan untuk
pelepasan renin, lebih lanjut aldosteron juga mempermudah pengeluaran ion kalium dan
hidrogen dan merupakan hormon esensial untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit di
tubuh.

2. Hormon antidiuretik (ADH)/Vasopresindilepaskan dari lobus posterior


(neurohipofisis) kelenjar hipofisis sebagai respons terhadappeningkat osmolaritas darah
(berkurangnya air). Filtrat glomerulus mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus
koligens dan duktus koligens (ductus coligens).Pada keadaan normal, tubulus ini tidak
permeabel terhadap air.Namun, padakeadaan pengeluaran air yang berlebihan dari tubuh atau
dehidrasi.ADH menyebabkan epitel tubulus dari duktuskoligens menjadi sangat permeabel
terhadap air.Akibatnya, air meninggalkan duktus dan masuk keinterstisium yang
hipertonik.Air terkumpul di interstisium dan dikembalikan ke sirkulasi umummelalui kapiler
peritubular dan vasa rekta, dan filtrat glomerulus di dalam duktus koligens menjadiurin
hipertonik (sangat pekat).Bila tidak ada ADH, sel-sel tubulus koligens tetap impermeabel
terhadap air, dan volume air diduktus koligens tetap banyak. Akibatnya, urine yang dihasilkan
akan encer.

3. ANP & BNP, kerja utama ANP dan BNP adalah menghambat secara langsung
reabsorpsi Na+ di bagian distal nefron sehingga ekskresi Na+ dan H2O osmotik di urine
meningkat. Mereka juga meningkatkan ekskresi Na+ di urine dengan menghambat dua tahap

24
SRAA dalam menghemat Na. Peptida natriuretik menghambat sekresi renin oleh ginjal dan
bekerja pada korteks adrenal untuk menghambat sekresi aldosteron. Selain itu, mereka
menghambat sekresi dan aksi vasopresin, hormon yang mengonservasi H 2O.ANP dan BNP
juga mendorong natriuresis dan diuresis dengan meningkatkan LFG.Mereka mendilatasi
arteriol aferen dan mengkonstriksikan arteriol eferen sehingga meningkatkan tekanan darah
kapiler glomerulus dan meningkatkan LFG. Mereka meningkatkan lebih lanjut LFG dengan
melemaskan sel mesangium glomerulus sehingga terjadi peningkatan Kf. Dengan semakin
banyaknya garam dan air terfiltrasi, semakin banyak garam dan air yang diekskresikan di
urine. ANP lebih kuat dalam dalam menghasilkan natriuresis dan diuresis dibandingkan BNP.
Selain secara tak-langsung menurunkan tekanan darah dengan mengurangi beban Na+ dan
karenanya beban cairan di tubuh, ANP dan BNP secara langsung menurunkan tekanan darah
dengan menurunkan curah jantung dan mengurangi resistensi vaskular perifer dengan
menghambat aktivitas saraf simpatis pada jantung dan pembuluh darah.

8. Bagaimana pengaturan ginjal terhadap elektrolit (kalium, kalsium, fosfat dan


magnesium)

 Kalium

1. Ekskresi

Ekskresi kalium ginjal ditentukan oleh jumlah ketiga proses berikut: (1) laju filtrasi
kalium (LFG dikalikan konsentrasi kalium plasma), (2) laju reabsorpsi kalium oleh tubulus,
dan (3) laju sekresi kalium oleh tubulus.

Laju filtrasi kalium normal oleh kapiler glomerulus adalah sekitar 756 mEq/hari (LFG;
180 L/hari dikalikan kalium plasma; 4,2 mEq/L); laju filtrasi ini biasanya relatif konstan pada
orang sehat karena mekanisme autoregulasi untuk LFG dan ketepatan pengaturan konsentrasi
kalium plasma. Namun, penurunan LFG yang hebat pada penyakit ginjal tertentu dapat
menyebabkan akumulasi kalium yang berbahaya dan terjadinya hiperkalemia.Gambar 29-2
adalah ringkasan perlakuan kalium oleh tubulus dalam keadaan normal.

Sekitar 65 persen dari kalium yang difiltrasi akan direabsorbsi di tubulus proksimal.
Sekitar 25 sampai 30 persen sisanya direabsorbsi di ansa Henle, terutama pada segmen tebal

25
pars asendens tempat kalium mengalami kotranspor aktif dengan natrium dan klorida. Baik di
tubulus proksimal dan ansa Henle, fraksi beban kalium yang difiltrasi, akan direabsorbsi
dalam jumlah relatif konstan. Perubahan reabsorpsi kalium pada segmen-segmen ini dapat
memengaruhi ekskresi kalium, tetapi sebagian besar variasi ekskresi kalium dari hari ke hari
tidak disebabkan oleh perubahan reabsorpsi di tubulus proksimal atau ansa Henle.

2. Sekresi

Sel-sel di tubulus distal bagian akhir dan tubulus koligens kortikalis yang menyekresi
kalium disebut sel prinsipalis dan membentuk sekitar 90 persen sel epitel di daerah
ini.Gambar 29-3 menunjukkan mekanisme sel dasar dari sekresi kalium oleh sel-sel
prinsipalis.

Sekresi kalium dari darah ke lumen tubulus melalui proses dua langkah, dimulai
dengan ambilan dari interstisium ke sel oleh pompa natrium-kalium ATPase di membran
basolateral sel, dimana pompa ini memindahkan natrium keluar dari sel dan masuk ke
interstisium dan pada waktu yang bersamaan, memindahkan kalium ke dalam sel.

Langkah kedua dari proses ini adalah difusi pasif kalium dari dalam sel ke cairan
tubulus. Pompa natrium-kalium ATPase membentuk konsentrasi kalium intrasel yang tinggi,
yang menyediakan tenaga pendorong untuk difusi pasif kalium dari sel ke dalam lumen
tubulus.Membran luminal sel prinsipalis sangat permeabel terhadap kalium.Salah satu
penyebab permeabilitas yang tinggi ini adalah kanal-kanal khusus bersifat permeabel
terhadap ion-ion kalium, sehingga memungkinkan ion-ion ini berdifusi secara cepat melewati
membran.

3. Reabsorpsi

Pada keadaan yang terkait dengan kehilangan kalium yang berat, terdapat penghentian
sekresi kalium dan reabsorpsi akhir kalium yang sebenarnya pada tubulus distal bagian akhir
dan tubulus koligens. Reabsorpsi ini terjadi melalui sel interkalatus; walaupun proses
reabsorpsi ini tidak sepenuhnya dipahami, satu mekanisme yang dipercaya turut berperan
adalah mekanisme transpor hidrogenkalium ATPase yang terletak di membran luminal.
Transporter ini mereabsorbsi kalium melalui pertukaran dengan ion hidrogen yang disekresi
ke dalam lumen tubulus, dan kemudian kalium berdifusi melewati membran basolateral dari
sel ke dalam darah.Transporter ini diperlukan untuk memungkinkan reabsorpsi kalium selama

26
terjadi kekurangan kalium cairan ekstraselular, tetapi dalam kondisi normal, transporter ini
hanya sedikit berperan dalam mengatur ekskresi kalium.

 Kalsium

1. Ekskresi

Kalsium difiltrasi dan direabsorbsi oleh ginjal tetapi tidak disekresikan.Oleh karena itu,
laju ekskresi kalsium ginjal dihitung sebagai berikut.Ekskresi kalsium ginjal = Kalsium yang
difiltrasi - Kalsium yang direabsorbsi Hanya sekitar 50 persen kalsium plasma yang
terionisasi, dan sisanya terikat pada protein plasma atau dalam ikatan kompleks dengan anion
seperti fosfat. Oleh karena itu, hanya sekitar 50 persen kalsium plasma dapat difiltrasi di
glomerulus. Normalnya, sekitar 99 persen kalsium yang difiltrasi akan direabsorbsi oleh
tubulus, dan hanya sekitar 1 persen kalsium yang difiltrasi akan diekskresikan. Sekitar 65
persen kalsium yang difiltrasi akan direabsorbsi dalam tubulus proksimal, 25 sampai 30
persen direabsorpsi di ansa Henle, dan 4 sampai 9 persen direabsorbsi di tubulus distal dan
tubulus koligens. Pola reabsorpsi ini mirip dengan pola reabsorpsi pada natrium. Seperti
halnya dengan ion-ion lain, ekskresi kalsium disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Dengan
peningkatan asupan kalsium, terdapat juga peningkatan ekskresi kalsium ginjal, walaupun
sebagian besar peningkatan asupan kalsium dibuang dalam feses.Dengan hilangnya kalsium,
ekskresi kalsium oleh ginjal menurun sebagai akibat dari peningkatan reabsorpsi tubulus.

2. Reabsorpsi

Sebagian besar reabsorpsi kalsium di tubulus proksimal terjadi melalui jalur parasel,
dilarutkan dalam air dan dibawa dengan cairan yang direabsorpsi saat mengalir di antara sel-
sel. Hanya sekitar 20 persen dari reabsorpsi kalsium proksimal tubular melalui jalur transel
dalam dua langkah: (1) kalsium berdifusi dari lumen tubulus ke dalam sel mengikuti gradien
elektrokimia karena konsentrasi yang kalsium jauh lebih tinggi dalam lumen tubular,
dibandingkan dengan sitoplasma sel epitel, dan karena intrasel relatif negatif terhadap lumen
tubular, (2) kalsium keluar dari sel melintasi membran basolateral melalui pompa kalsium-
ATPase dan dengan natrium-kalsium konter-transporter.

Di ansa Henle, kalsium reabsorpsi terbatas pada bagian tebal pars asendens. Sekitar 50
persen dari reabsorpsi kalsium di bagian tebal pars asendens terjadi melalui jalur parasel oleh
difusi pasif karena muatan positif kecil lumen tubular relatif dibandingkan cairan interstisial.

27
Sisanya 50 persen dari reabsorpsi kalsium di bagian tebal pars asendens terjadi melalui jalur
transel, sebuah proses yang dirangsang oleh PTH.

Di tubulus distal, hampir seluruh reabsorpsi kalsium terjadi oleh transpor aktif melalui
membran sel. Mekanisme transpor aktif ini mirip dengan yang di tubulus proksimal dan
bagian tebal pars asendens dan melibatkan difusi melintasi membran luminal melalui kanal
kalsium dan keluar melintasi membran basolateral oleh pompa kalsium-ATPase, serta konter
transpor natrium-kalsium mekanisme. Di segmen ini, serta di ansa Henle, PTH merangsang
reabsorpsi kalsium. Vitamin D (kalsitrol) dan kalsitonin juga merangsang reabsorpsi kalsium
di bagian tebal pars asendens ansa Henle dan di tubulus distal, walaupun hormon-hormon ini
secara kuantitatif tidak sepenting PTH dalam mengurangi ekskresi kalsium ginjal.

 Fosfat

Ekskresi fosfat oleh ginjal terutama diatur oleh mekanisme kelebihan yang dapat
dijelaskan sebagai berikut: Tubulus ginjal memiliki transpor maksimum normal untuk
mereabsorbsi fosfat sekitar 0,1 mM/menit. Bila jumlah fosfat kurang dari nilai ini di filtrat
glomerulus, hampir semua fosfat yang difiltrasi akan direabsorbsi. Bila lebih banyak,
kelebihannya akan diekskresikan. Oleh karena itu, secara normal fosfat mulai bocor ke dalam
urine saat konsentrasinya dalam cairan ekstraselular meningkat di atas kadar ambang sekitar
0,8 mM/ L, yang memberikan beban fosfat pada tubulus sekitar 0,1 mM/ L, bila dianggap
LFG sebesar 125 ml/menit.

Tubulus proksimal biasanya mereabsorpsi 75 sampai 80 persen dari fosfat yang


difiltrasi.Tubulus distal merabsorpsi sekitar 10 persen dari beban filtrasi, dan hanya sebagian
yang sangat kecil direabsorpsi dalam ansa Henle, tubulus koligens, dan duktus
koligens.Sekitar 10 persen dari fosfat yang difiltrasi diekskresikan dalam urine.Di tubulus
proksimal, reabsorpsi fosfat terjadi terutama melalui jalur transel. Fosfat memasuki sel dari
lumen melalui ko-transpor natrium-fosfat dan keluar sel melintasi membran basolateral
dengan proses yang tidak dipahami dengan baik tetapi mungkin melibatkan mekanisme
konter transpor yang menukar fosfat dengan anion. Perubahan kemampuan reabsorpsi fosfat
tubulus dapat juga terjadi pada keadaan berbeda dan memengaruhi ekskresi fosfat.Sebagai
contoh, diet rendah fosfat yang lama dapat meningkatkan transpor maksimum reabsorpsi
untuk fosfat, sehingga mengurangi kecenderungan kebocoran fosfat ke dalam urine. PTH
dapat berperan penting dalam mengatur konsentrasi fosfat melalui dua efek: (1) PTH
meningkatkan resorpsi tulang, sehingga melimpahkan sejumlah besar ion fosfat ke dalam
cairan ekstraselular yang berasal dari garam-garam tulang, dan (2) PTH menurunkan transpor
maksimum untuk fosfat oleh tubulus ginjal, sehingga sebagian besar fosfat tubulus terbuang
dalam urine. Jadi, bilamana PTH plasma meningkat, reabsorpsi fosfat tubulus berkurang dan
lebih banyak fosfat diekskresikan.

 Magnesium

Lebih dari separuh magnesium tubuh disimpan dalam tulang.Sebagian besar dari sisanya
tersimpan dalam sel, dengan kurang dari 1 persennya terdapat dalam cairan

28
ekstraselular.Walaupun konsentrasi magnesium plasma total sekitar 1,8 mEq/L, lebih dari
separuhnya terikat pada protein plasma. Oleh karena itu, konsentrasi magnesium terionisasi
yang bebas hanya sekitar 0,8 mEq/L. Asupan harian normal magnesium adalah sekitar 250-
300 mg/hari, tetapi hanya sekitar separuh dari asupan ini yang diabsorbsi oleh traktus
gastrointestinalis. Untuk mempertahankan imbangan magnesium, ginjal harus
mengekskresikan magnesium yang diabsorbsi ini yaitu sekitar separuh dari asupan
magnesium harian atau 125 sampai 150 mg/hari.

Normalnya ginjal mengekskresikan sekitar 10-15 persen magnesium dalam filtrat


glomerulus.Ekskresi magnesium oleh ginjal dapat meningkat dengan nyata bila magnesium
berlebihan, atau menurun sampai hampir nol selama kehilangan magnesium. Oleh karena
magnesium terlibat dalam banyak proses biokimia dalam tubuh, termasuk aktivasi berbagai
enzim, konsentrasinya harus diatur secara ketat. Pengaturan ekskresi magnesium terutama
dicapai melalui pengubahan reabsorpsi tubulus.

Tubulus proksimal biasanya hanya mereabsorbsi sekitar 25 persen dari magnesium yang
difiltrasi. Tempat utama reabsorpsi adalah ansa Henle, tempat sekitar 65 persen dari beban
magnesium yang difiltrasi akan direabsorbsi. Hanya sejumlah kecil (biasanya < 5 persen) dari
magnesium yang difiltrasi akan direabsorbsi dalam tubulus distal dan tubulus koligens.

Mekanisme yang mengatur ekskresi magnesium tidak diketahui dengan baik, tetapi
gangguan-gangguan berikut ini menimbulkan peningkatan ekskresi magnesium:(1)
peningkatan konsentrasi magnesium cairan ekstraselular, (2) peningkatan volume ekstrasel,
dan (3) peningkatan konsentrasi kalsium cairan ekstraselular.

9. Sebutkan dan jelaskan pemeriksaan urine rutin pada manusia!

Pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin
yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.

Pemeriksaan Makroskopik

1. Volume urin

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis
kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan.
Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang
dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu
disebut poliuri.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin
malam 12 jam.

2. Warna urin

29
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat
menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,
kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan
sebagainya. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa
makin muda warna urin itu.Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua
yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan
porphyrin.Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal
ada dalam jumlah besar.

Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti
hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna
coklat.Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan
kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada
urin.Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih.

3. Berat jenis urin

Pemeriksaan berat jenis urin berkaitan dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno
meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara
1,003 -- 1,030.Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin
rendah berat jenisnya dan sebaliknya.Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya.

4. Bau urin

Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang
abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap.Bau yang
berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol,
bau buah-buahan.Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya
terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet.Adanya urin yang berbau busuk dari semula
dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih seperti pada karsinoma saluran
kemih.

5. pH urin

Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi
kesan tentang keadaan dalam badan.pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu
penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada
infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan
kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi amoniak akan menyebabkan urin
bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam,
sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya
dipertahankan basa.

30
Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin.Ini penting untuk


mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.
Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan
pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil
(10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif
besar(40X)

1. Eritrosit atau leukosit

Eritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita
yang haid atau berasal dari saluran kernih.Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit
dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula
karena kontaminasi dari genitalia.Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria.Hematuria
dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, Terdapatnya leukosit dalam jumlah
banyak di urin disebut piuria.

2. Silinder

Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai
matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya
terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli
ginjal. Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya
penyakit ginjal.Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit
eritrosit, leukosit dan silinder hialin.Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit,
silinder eritrosit, silinder epitel, dan silinder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang
serius.

3. Kristal

Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih.
Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang
sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu
merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis
makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu
mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti
kristal tirosin, kristal leucin.

31
4. Epitel

Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam
sedimen urin.Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada
infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih.

Pemeriksaan Kimia Urin

Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara
yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens
pita. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin,
darah, urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum,
aktivitas reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan
tepat; baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagens pita dan bahan pemeriksaan.
Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan.

1. Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan metode benedict dan
tujuan untuk mengetahui terjadinya reduksi pada urine pasien, guna menentukan ada atau
tidaknya glukosa dalam urine. Prinsipnya yaitu glukosa dalam urin akan mereduksi garam
kompleks dari reagen benedict atau fehling dan mengendap dalam bentuk CuO atau Cu2O
berwarna hingga merah bata. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin..

2. Pemeriksaan protein dalam urin dapat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kadar protein dalam urin. Prinsipnya yaitu jika terdapat endapan urin jika direaksikan dengan
asam sulfosalisilat atau reagen asam asetat.Pada orang normal tidak terdapat kekeruhan dan
tidak terdapat protein dalam urin namun jika terdapat kekeruhan berarti hasil tes protein
positif.

BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN

32
Organ-organ perkemihan dimulai dari ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra. Dimana
fungsi dari ginjal dilakukan oleh suatu unit fungsional yang disebut nefron. Pada ginjal terjadi
proses filtrasi di glomerolus, reabsorpsi & sekresi di tubulus, dan eksresi urin yang
merupakan hasil dari tiga proses sebelumnya. Adapun hormon yang berpengaruh pada
pengaturan miksi ini ada tiga, yaitu ADH, ANP/BNP, dan Aldosteron. ADH berfungsi
melawan pengeluaran urine yang banyak, sedangkan ANP/BNP berfungsi menaikkan kadar
Na+ dan H2O di urine yang berfungsi membantu pemulihan tekanan darah arteri yang tinggi,
kemudian aldosteron dengan menurunkan kadar Na+ dan H2O pada urine yang berfungsi
untuk membantu pemulihan tekanan darah arteri yang rendah.

B. SARAN
Kelompok menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh
karena itu, semoga pembaca dapat memberi saran agar laporan ini dikembangkan dengan
menambahkan hal-hal yang belum dicantumkan.

DAFTAR PUSTAKA

33
1. Sherwood L (2014). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed. 8. Jakarta: EGC. hal.
576
2. Hall JE (2016). Guyton and hall textbook of medical physiology. 13 th ed.
Philadelphia: Elsevier. p. 330
3. Tortora GJ, Derrickson B (2017). Principles of anatomy & physiology. 15 th ed.
Hoboken: John Wiley & Sons. p. 1026
4. Fowler CJ, Griffiths D, de Groat WC. The neural control of micturition. Nat Rev
Neurosci. 2008 Jun; 9(6): 453-466
5. Sobotta Atlas of Human Anatomy : General Anatomy and Musculoskeletal System –
15th Edition.
6. Snell R. ANATOMI KLINIS : Berdasarkan Sistem.
7. Artikel Kesehatan ditulis oleh dr. R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta
8. Kivi, R & Wells D Healthline (2017). What Causes Abnormal Urine Odor ?

34

Anda mungkin juga menyukai