KIMIA DASAR I
Disusun oleh:
Nama NIM Jurusan Kelompok : : : :
Disusun Oleh :
Disetujui oleh :
Dosen Kimia I
Dosen Kimia II
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati dan penuh suka cita, dan sebagai
perwujudan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala petunjuk, rahmat dan karunia
yang diberikan oleh Allah SWT kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan laporan
praktikum Kimia Dasar I, yang merupakan salah satu syarat yang ada dalam kartu
rencana studi. Selama menyelesaikan penulisan laporan ini, mulai dari persiapan hingga
selesai, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan kali ini atas bantuan dan dorongan moril maupun materiil penyusun
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sangat mendalam kepada : 1. Ibu
Selvia Sarungu’, ST. selaku dosen untuk mata kuliah Kimia Dasar I. 2. Rekan-rekan
kelompok yang mau bekerja-sama saat mengerjakan praktikum di laboratorium. 3. Orang
tua dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan perhatian. Dalam penulisan ini
penulis menyadari masih banyak kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya waktu,
penanggapan dan pengetahuan yang ada pada diri penyusun.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
i ii iii iv v
REAKSI PENETRALAN..................................................
1 1 1 8 8 8 9 9 9 10 10 10 11
Hasil Pengamatan.................................................................
Pembahasan..........................................................................
1.7.2. Saran.........................................................................
1.8.
Lampiran ..............................................................................
BAB II
12 12 12 14 14 14 14 15
2.7.2. Saran.........................................................................
15 15 15 16 17
BAB III
18 18 18 21 21 21 22 22 23 23 23 23 24
3.7.2. Saran.........................................................................
BAB IV
26 26 26 30 30 30 31 31 31 32 32
vi
33 33
DAFTAR PUSTAKA
vii
BAB I
REAKSI PENETRALAN
a. Mengetahui reaksi penetralan antara Natrium Hidroksida (NaOH) dengan asam klorida
(HCl)
Reaksi Penetralan adalah reaksi antara asam dan basa, asam adalah zat yang terdapat
dalam air, yang dapat memberikan ion Hidrogen (H+) atau ion Hidronium (H3O+) bila
dilarutkan dalam air. Sedangkan Basa adalah zat dalam air menghasilkan ion hidrokis
atau zat dapat dapat memperbesar konsentrasi ion OH dalam air. Beda dengan reaksi
penggaraman karena semua elektrolit yang tersusun dari kation selain H serta anion OH
dan menghasilkan suatu garam dan sering disebut reaksi penggaraman. Ada beberapa
pendapat yang menjelaskan asam dan basa itu sendiri:
1. Menurut Svante August Arrhenius Asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+.
Dengan kata lain, pembawa sifat asam adalah ion H+. Asam Arrhenius dapat dirumuskan
sebagai Hx Z dan dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut:
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam,
sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+ disebut ion sisa
asam. Berbagai contoh asam dan reaksi ionisasinya diberikan pada tabel 1.1 berikut:
Rumus Asam Asam Organik (asam mineral) HF HCl HBr HI HCN H2S HNO2 HNO3
H2SO3 H2SO4 H3PO3 H3PO4 H2CO3 HClO4 Asam Organik HCOOH
Nama Asam
Reaksi Ionisasi
Asam fluorida Asam klorida Asam bromida Asam iodida Asam sianida Asam sulfida
Asam nitrit Asam nitrat Asam sulfit Asam sulfat Asam fosfit Asam fosfat Asam karbonat
Asam perklorat
HF HCl HBr HI HCN H2S HNO2 HNO3 H2S03 H2S04 H3PO3 H3PO4 H2CO3
HClO4
11111211222321
FClBr
ICNS2NO2NO3SO32SO42PO32PO43CO32ClO4HCOOCH3COOC6H5COOC2O4
2-
Asam oksalat
Menurut Arrhenius,
basa adalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida. Jadi, pembawa
sifat basa adalah ion OH-. Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat
dirumuskan sebagai M(OH)x dan dalam air mengion sebagai berikut:
M(OH)x (aq)
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa.
Beberapa contoh basa Arrhenius diberikan pada tabel 1.2:
Valensi 1
KOH Mg(OH)2
KOH
12
Mg(OH)2
Ca(OH)2
Kalsium hidroksida
Ca(OH)2
Sr(OH)2
Stronsium hidroksida
Sr(OH)2
Ba(OH)2 Al(OH)3
Ba(OH)2 Al(OH)3
23
Fe(OH)2
Fe(OH)2
Fe(OH)3
FE(OH)3
Meskipun tidak mempunyai gugusan hidroksida, larutan amonia (NH3) ternyata bersifat
basa. Hal itu terjadi karena NH3 bereaksi dengan air (mengalami hidrolisis) membentuk
ion OH- sebagai berikut: NH3 (aq) + H2O (l) NH4OH. NH4+ (aq) + OH- (aq)
Asam adalah donor proton sedangkan basa adalah akseptor proton. Jadi, dari persamaan
sebelumnya, H2O berlaku sebagai basa karena menerima proton (H+) dari HCl. Konsep
asam – basa dari Bronsted – Lowry ini lebih luas daripada konsep asam – basa milik
Arrhenius, karena: a. Konsep asam – basa dari Bronsted – Lowry tidak terbatas dalam
pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam – basa dalam pelarut lain atau bahkan
reaksi tanpa pelarut. b. Asam dan basa dari Bronsted – Lowry tidak hanya berupa
molekul tetapi dapat juga berupa kation atau anion. Komsep asam – basa dari Bronsted –
Lowry dapat menjelaskan, misalnya, sifat asam dari NH4Cl, yang besifat asam adalah ion
NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.
3. Menurut Gilbert N. Lewis NH3 + HCl ...... NH4+ + ClH3N : + H+ pasangan elektron
sebagai berikut: Asam : Akseptor pasangan elektron Basa : Donor pasangan elektron
NH4+
Jadi, pada persamaan diatas, NH3 adalah suatu basa karena memberi pasangan elektron,
sedangkan ion H+ adalah suatu asam karena menerima pasangan elektron. Konsep asam
– basa Lewis dapat menjelaskan reaksi – reaksi yang bernuansa asam – basa meskipun
tidak melibatkan proton (ion H+), misalnya reaksi antara oksida basa dan oksida asam.
Jika larutan asam dan basa dicampurkan dalam perbandingan yang tepat, larutan adalah
campuran homogen yang terdiri atas suatu zat pelarut dan suatu zat terlarut, dalam
kehidupan sehari – hari larutan sering diartikan sebagai campuran yang berbentuk cair.
Pada pencampuran larutan HCl dan larutan NaOH adalah,
Jika larutan tersebut airnya diuapkan sampai kering maka sisanya adalah suatu zat padat
yang disebut Natrium Klorida (NaCl). NaCl adalah suatu garam. Reaksi diatas
merupakan reaksi penetralan: Asam + Basa Garam + Air
Ba2+
Fe3+
PO43-
Trayek Perubahan Warna 2,9 – 4,0 4,2 – 6,3 6,0 – 7,6 8,3 – 10,0
Reaksi penetralan dibagi atas 4 yaitu: 1. Asam + Basa Contoh: HCl + NaOH NaCl + H2O
MgNO3 + 2H2O K2Cr + 2H2O Garam + Air Garam + Air
2HNO3 + Mg(OH)2 H2CrO4 + 2KOH 2. Oksida asam + Basa Contoh: CO2 + 2NAOH
SO3 + 2KOH N2O5 + Ca(OH)2 3. Asam + Oksida basa Contoh: 2HCl + 3K2O 3H2SO4
+ Al2O3 2H3PO4 + 3NaO
4. Oksida asam + Oksida basa Contoh: CO2 + NO2O N2O5 + COO P2O5 + 3K2O
Sifat-sifat
Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut: a) Rasa: masam ketika
dilarutkan dalam air.
b) Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat.
Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap
logam.
c) Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit. Sifat kimia
Dalam air, reaksi kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam (HA) dan air, yang
berperan sebagai basa, HA + H2O A- + H3O+
Asam kuat mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi berada jauh di
kanan, terdapat banyak H3O+; hampir seluruh asam terurai). Misalnya, nilai Ka untuk
asam klorida (HCl) adalah 107. Asam lemah mempunyai nilai Ka yang kecil (yaitu,
sejumlah cukup banyak HA dan A- terdapat bersama-sama dalam larutan; sejumlah kecil
H3O+ ada dalam larutan; asam hanya terurai sebagian). Misalnya, nilai Ka untuk asam
asetat adalah 1,8 × 10-5. Asam kuat mencakup asam halida - HCl, HBr, dan HI. (Tetapi,
asam fluorida, HF, relatif lemah.) Asam-asam okso, yang umumnya mengandung atom
pusat ber-bilangan oksidasi tinggi yang dikelilingi oksigen, juga cukup kuat; mencakup
HNO3, H2SO4, dan HClO4. Kebanyakan asam organik merupakan asam lemah.
Larutan asam lemah dan garam dari basa konjugatnya membentuk larutan penyangga.
Penggunaan asam Asam memiliki berbagai kegunaan. Asam sering digunakan untuk
menghilangkan karat dari logam dalam proses yang disebut "pengawetasaman"
(pickling). Asam dapat digunakan sebagai elektrolit di dalam baterai sel basah, seperti
asam sulfat yang digunakan di dalam baterai mobil. Pada tubuh manusia dan berbagai
hewan, asam klorida merupakan bagian dari asam lambung yang disekresikan di dalam
lambung untuk membantu memecah protein dan polisakarida maupun mengubah
proenzim pepsinogen yang inaktif menjadi enzim pepsin. Asam juga digunakan sebagai
katalis; misalnya, asam sulfat sangat banyak digunakan dalam proses alkilasi pada
pembuatan bensin.
1.3.2.
1.4. Prosedur Percobaan 1. Masukkan 5ml HCl 0,1 M ke dalam tabung reaksi dengan
menggunakan pipet skala dan tambahkan 2 tetes phenolpthalien
2. Tambahkan 5ml NaOH 0,1 M dengan menggunakan tetes skala ke dalam tabung reaksi
tersebut. Amati perubahan warna yang terjadi.
Larutan
Perubahan Kimia
Tetap berwarna putih bening Bagian atas putih susu Bagian bawah putih keruh
1.6. Pembahasan Reaksi Penetralan adalah reaksi antara asam dan basa, asam adalah zat
yang terdapat dalam air, yang dapat memberikan ion Hidrogen (H+) atau ion Hidronium
(H3O+) bila dilarutkan dalam air. Sedangkan Basa adalah zat dalam air menghasilkan ion
hidrokis atau zat dapat dapat memperbesar konsentrasi ion OH dalam air. Pada percobaan
kali ini, digunakan dua buah larutan yang berbeda, satu bersifat asam dan yang satu lagi
bersifat basa. Juga digunakan phenolphthalien (pp) sebagai indikator apakah terjaid
perubahan warna saat reaksi penetralan antara kedua larutan tersebut ketika dicampurkan.
Perhatikan tabel 1.5 di atas! Pada campuran asam klorida (HCl) dengan phenolphthalein,
tidak menyebabkan adanya perubahan. Larutan tersebut tetap berwarna putih bening.
Namun, setelah ditetesi larutan NaOH, warna yang tadinya putih bening kini berubah.
Terdapat batasan, dimana bagian atas berwarna putih susu dan bergelembung. Sedangkan
dibagian bawah tampak berwarna putih keruh. Adanya gelembung, membuktikan bahwa
saat kedua
larutan tersebut dicampurkan, terjadi reaksi penetralan dimana larutan HCl 0,1 M bersifat
asam dan larutan NaOH 0,1 M bersifat basa.
1.7. Kesimpulan dan Saran 1.7.1. Kesimpulan a. Reaksi asam dengan basa disebut reaksi
penetralan. Reaksi penetralan menghasilkan garam dan air. Garam terbentuk dari ion
positif basa dan ion negative sisa asam b. Indikator asam basa adalah zat warna yang
memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan basa c. HCl ditambahkan pp tidak
mengalami perubahan warna, sehingga dapat dipastikan bahwa larutan HCl bersifat asam.
d. Setelah HCl ditambah PP kemudian ditambahkan NaOH tampak terjadi perubahan
warna yang tadinya berwarna putih bening perlahan – lahan berubah menjadi putih keruh.
Sehingga dapat dipastikan bahwa larutan NaOH bersifat basa.
1.7.2. Saran a. Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya peralatan – peralatan yang telah
disiapkan di laboratorium dibersihkan terlebih dahulu. b. Senantiasa hati – hati dalam
menggunakan peralatan yang ada. c. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dilakukan
pengulangan pada percobaan tersebut.
10
1.8.
11
BAB II
REAKSI ENDAPAN
a. Mengetahui reaksi endapan dari reaksi antara NaOH dan CuSO4, NaOH dan ZnSO4
serta NaOH dan FeSO4.
Reaksi endapan adalah suatu reaksi kimia yang dapat berlangsung apabila pada
pencampuran dua macam larutan yang menghasilkan suatu zat yang sukar larut atau
terjadi suatu endapan. Dengan menggunakan reaksi endapan, kita dapat mengeluarkan
suatu ion dari larutannya. Misalnya, ion kalsium (Ca2+) dalam air sudah dapat
dikeluarkan dengan menambahkan larutan Na2CO3. Dalam hal ini, ion Ca2+ akan
bergabung dengan ion karbonat (CO32-) membentuk CaCO3, suatu garam yang sukar
larut, sehingga mengendap. CA2+ (aq) + CO32- (aq) CaCO3 (s) Contoh lainnya yaitu
mengendapkan ion Cl- dari air laut dengan menambahkan larutan perak nitrat (AgNO3).
Ion Cl- akan bergabung dengan ion Ag+ membentuk AgCl yang sukar larut. Cl- (aq) +
Ag+ (aq) AgCl (s)
Suatu proses yang berfungsi untuk meneliti atau memperhitungkan apakah larutan
elektrolit itu masih dapat larut atau ataukah mengendap dalam suatu larutan disebut Ksp
(Hasil Kali Larutan). Larutan Elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus
listrik. Secara teori, Ksp sendiri merupakan nilai maksimum dari hasil kali konsentrasi
ion – ion yang dapat berada dalam larutan. Jika hasil kali konsentrasi ion Ag+ dengan
konsentrasi Cl- akan tergabung membentuk AgCl. Namun, kedua larutan yang telah
12
dicampurkan tadi bisa saja menjadi larutan jenuh, yaitu saat hasil kali [Ag+] [Cl-] sama
dengan nilai Ksp AgCl. Jadi, pada penambahan larutan Ag+ ke dalam larutan Cl- dapat
terjadi 3hal sebagai berikut: atau Pencampuran elektrolit ada yang berbentuk endapan ada
pula yang tidak, bergantung pada komsentrasi ion-ion dipangkatkan koefisiennya.
Contohnya : endapan AxBy, dapat terbagi menjadi 3 kemungkinan, yaitu: a. Jika [Ay+] x
[Bx-]y > Ksp AxBy (pencampuran menghasilkan endapan) b. Jika [Ay+]
x
Jika [Ag+] [Cl-] < Ksp AgCl Jika [Ag+] [Cl-] = Ksp AgCl Jika [Ag+] [Cl-] > Ksp AgCl
Jadi, secara umum apakah suatu larutan berada dalam keadaan tidak jenuh, tepat jenuh,
atau terjadi pengendapan, dapat ditentukan dengan memeriksa nilai Qc nya dengan
ketentua sebagai berikut: Jika Qc < Ksp, larutan tidak jenuh dan masih bisa ditambah lagi
Jika Qc = Ksp, larutan tepat jenuh Jika Qc > Ksp, terjadi pengendapan
Berdasarkan rumus tersebut, kita dapat mengetahui hubungan antara Ksp dan
pengendapan. Untuk garam yang harga x dan y nya sama, semakin besar harga Ksp maka
garam tersebut semakin sukar mengendap. Sedangkan semakin kecilharga Ksp maka
semakinmudah untuk mengendap.
13
Contoh: Ksp Ag asetat = 2 x 10-3 Ksp secara perhitungan Ag asetat = [Ag+] [CH3COO]
= [0,12] [9,5 x 10-4] = 1,1 x 10-4 Jadi, 1,1 x 10-4 < Ksp Ag asetat (2 x 10-3) maka tidak
terjadi suatu endapan. 2.3. Alat dan Bahan 2.3.1. Alat yang digunakan a. Cawan porselen
b. Pipet tetes
2.3.2. Bahan yang digunakan a. Larutan NaOH 0,1 M b. Larutan CuSO4 0,1 M c. Larutan
ZnSO4 0,1 M d. Larutan FeCl3 0,1 M 2.4. Prosedur Percobaan a. Teteskan dalam tabung
reaksi / plat / cawan porselen 5 tetes larutan ZnSO4 0,1 M. Kemudian tambahkan lagi 3
tetes NaOH 0,1 M. b. Ulangi percobaan diatas dengan mengambil larutan : Tembaga
sulfat (CuSO4) 0,1 M, tambahkan larutan Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 M Besi klorida
(FeCl3) 0,1 M, tambahkan larutan Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 M
14
No.
Larutan
Endapan Ya Tidak ° ° °
Warna Endapan
1. 2. 3.
Zn SO4 + NaOH CuSO4 + NaOH FeCl3 + NaOH
2.6. Pembahasan Berdasarkan tabel 2.1. di atas, jika dibutuhkan persamaan reaksinya
dapat ditulis sebagai berikut: ZnSO4 + NaOH CuSO4 + NaOH FeCl3 + NaOH Na2SO4
+ Zn(OH)2 Na2SO4 + Cu(OH)2 3NaCl + Fe(OH)3
Pada reaksi pertama menghasilkan endapan Zn(OH)2 yang tampak berwarna putih. Pada
persamaan reaksi yang kedua menghasilkan endapan Cu(OH)2 yang tampak berwarna
biru. Pada reaksi ketiga juga menghasilkan endapan Fe(OH)3 yang tampak berwarna
hijau lumut. Syarat terjadinya pengendapan yaitu harga Qc > Ksp nya. Itu berarti, reaksi
tersebut telah memenuhi syarat terjadinya pengendapan.
2.7. Kesimpulan dan Saran 2.7.1. Kesimpulan a. Reaksi ZnSO4 dan NaOH, CuSO4 dan
NaOH, serta FeCl3 dan NaOH menghasilkan endapan dengan warna yang berbeda. b.
Setiap reaksi endapan akan menghasilkan suatu warna tertentu dari endapan hasil reaksi
tersebut.
15
c. Jika konsentrasi ion dan kation lebih besar dari Ksp maka akan terjadi endapan dan jika
sebaliknya pula jika konsentrasi ion dan kation lebih kecil dari Ksp maka tidak akan
terjadi endapan.
2.7.2. Saran a. Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya peralatan – peralatan yang telah
disiapkan di laboratorium dibersihkan terlebih dahulu. b. Senantiasa hati – hati dalam
menggunakan peralatan yang ada. c. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dilakukan
pengulangan pada percobaan tersebut.
16
2.8.
Lampiran
17
BAB III
KECEPATAN REAKSI
Kinetika merupakan bagian dari kimia – fisika yang mempelajari tentang reaksi – reaksi
kimia terutama kecepatan reaksi dan mekanismenya sehingga tercapai kesetimbangan
reaksi tersebut.
Pada dasarnya hanya ada dua variable yang mempengaruhi kecepatan reaksi yaitu:
konsentrasi dan temperature dan tekanan. Menurut Hukum Kekejalan Massa, kecepatan
reaksi tergantung pada temperatur tetapi berbanding lurus dengan konsentrasi pengikut-
pengikutnya dan masing-masing berpangkat sebanyak molekulmolekul dan persamaan
reaksi. Sebelum membahas penertian laju reaksi, terlebih dahulu kita akan mempelajari
mengenai konsentari Molar (kemelaran) yang berhubungan dengannya.
Konsentrasi adalah jumlah mol zat dalam 1 iter ruang tertutup. Tanda konsentrasi yang
biasa dipakai sekarang adalah tanda kurung [ ]. Molaritas atau kemolaran merupakan
konsentrasi yang paling umum digunakan, kemolaran didefinisikan sebagai jumlah mol
larutan dalam 1 (satu) liter larutan ( setiap liter larutan, bukan pelarut). Kemolaran
dinotasikan dengan M dan rumusnya sebagai berikut :
M =n V
Keterangan
:M
18
nV
= volume (liter)
b. Laju Reaksi
Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi yang sedang berlangsung, bisa juga
didefinisikan sebagai banyak mol zat yang berubah dalam satuan waktu tertentu. Dalam
perhitungan kimia banyak digunakan zat kimia berupa larutan atau gas dalam ruang
tertutup.
1. Luas Permukaan
Semakin besar luas permukaan zat maka zat makin cepat zat itu beraksi. Tumbukan antar
partikel zat terjadi pada permukaan zat itu, semakin banyak bagian zat bertumbukan
semakin banyak pula kemungkinan terbentuknya zat baru.
2. Konsentrasi
Semakin besar konsentari zat (pekat) yang kita reaksikan maka senakin besar kecepatan
reaksinya. Hal ini karena semakin besar konsentrasi semakin banyak jumlah partikel zat.
Sehingga kemungkinan terjadinya tunbukan semakin besar. Konsentrasi zat pereaksi
besar sekali pengaruhnya pada kecepatan reaksi. Reaksi berjalan dengan cepat pada awal
reaksi akan semakin lambat seteah waktu tertentu akan berhenti pada waktu tak
terhingga.
19
3. Suhu
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat atau memperlambat suatu reaksi tetapi tidak
ikut bereaksi, penambahan katalis pada reaksi dapat munurkan energi pengaktifan,
sehingga terjadi tumbukan efektif semakin banyak
5. Tekanan
Perlahan jika ditekan volumenya tidak berubah, jadi konsentrasi relatif tetap, tekanan
berpengaruh pada kecepatan reaksi terutama pada reaksi fase gas.
Yang dimaksud dengan konstanta kecepatan reaksi adalah koefisien laju dengan lambang
k, yaitu sebagai perubahan konsentrasi atau hasil reaksi persatuan waktu dalam suatu
reaksi atau sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil kali reaksi persatuan waktu
dalam suatu reaksi dimana semua pereaksi. Untuk suatu reaksi harga k konstanta jika
suhu konstan. Saat suhu dinaikkan, maka harga k berubah (bertambah). Untuk gas yang
paling berpengaruh adalah tekanan. Definisi tersebut tidak selalu dapat ditentukan secara
kuantitatif karena :
a. Pada umumnya semua pereaksi dlam reaksi kimia tidak mempunyai konsentrasi satu
mol per liter.
20
b. Jika reaksi dimuai dengan konsentrasi satu uuntuk suatu pereaksi setelah
pereaksi berlangsung konsentrasi berubah.
Untuk suatu reaksi harga k konstanta jika suhu konstan dan apabila suhu dianaikan ajika
suhu dinaikkan, maka harga k berpengaruh adalah tekanan.
Pengetahuan tentang laju reaksi sangat diperlukan, misalnya dalam penentuan tentang
sangat diperlukan,misalnya dalam berlangsung sesuai yang diharapkan, dengan
mengetahui factor yang mempengaruhi laju reaks, kita dapat membuat suatu kondisi agar
suatu reaksi yang seharusnya terjadi dapat dihambat (cegah) atau ditiadakan sama sekali,
misalnya untuk membuat suatu produk industri yang lebih tahan lama, efisien,
produktifitas dan kinerja yang memuaskan.
3.3. Alat dan Bahan 3.3.1. Alat yang digunakan a. Gelas kimia 150ml b. Gelas ukur c.
Kertas putih d. Stopwatch
3.3.2. Bahan yang digunakan a. Larutan HCl 2 M b. Larutan Na2S2O3 0,1 M
21
b. Letakkan gelas kimia di atas sepotong kertas putih yang telah diberi tanda huruf A.
d. Catat waktu yang diperlukan sejak penambahan Na2S2O3 sampai huruf A tidak
terlihat lagi.
3.6. Pembahasan Larutan HCl 2 M yang disediakan berwarna putih bening, setelah kita
tambahkan larutan Na2S2O3 0,1 M, larutan tersebut berubah menjadi berwarna putih
susu. Sehingga huruf A yang diletakkan dibawah gelas kimia yang berisi larutan tersebut
hilang (tidak tampak lagi) selama 1’14 s (1 menit 14 sekon). Saat kedua larutan tersebut
dicampurkan ke dalam gelas kimia akan terjadi reaksi atau tumbukan antar partikel.
Hasil yang terjadi adalah larutan berubah warna menjadi pekat sehingga yang tadinya
huruf A yang ada dibawah gelas kimia awalnya tampak jelas, kini menjadi tidak tampak
lagi juga menghasilkan aroma yang sangat menusuk.
22
3.7. Kesimpulan dan Saran 3.7.1. Kesimpulan a. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh
berbagai factor, antara lain; luas permukaan, konsentrasi, suhu, penambahan katalis,
tekanan. b. Laju reaksi menyatakan ukuran kelajuan berlangsungnya reaksi kimia c. Laju
reaksi dapat dipercepat dengan cara memperbesar konsentrasi pereaksi, menaikan suhu,
memperkecil ukuran zat padat dan menggunakan katalisator. d. Konsentrasi larutan
mempengaruhi waktu berlangsungnya reaksi. e. Saat terjadi reaksi, terjadi perubahan
warna dan aroma yang menusuk. f. Semakin besar luas permukaan (gelas kimia) yang
digunakan maka semakin cepat juga reaksi berlangsung.
3.7.2. Saran a. Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya peralatan – peralatan yang telah
disiapkan di laboratorium di bersihkan terlebih dahulu. b. Jangan menghirup langsung
aroma dari tiap larutan atau yang sedang berlangsung (bereaksi). c. Untuk mendapatkan
hasil yang akurat, dapat dilakukan pengulangan pada percobaan tersebut.
23
A
Gambar 4.3. Kertas Putih dengan huruf A
24
25
BAB IV
SISTEM KOLOID
4.1. Tujuan Percobaan a. Mengetahui cara pembuatan koloid dengan sIstem emulsi. b.
Mengetahui waktu pemisahan zat dengan cara emulsi.
Koloid adalah partikel yang mempunyai diameter yang terletak antara 1 atau 100
milimikron dalam suatu medium pelarut, telah kita ketahui bahwa terdapat 3 fase zat
yaitu padat, cair, dan gas. Dari ketiga fase tersebut dapat dibuat 9 kombinasi campuran
fase zat, tetapi yang dapat membentuk sistem koloid, hanya 8. Kombinasi campuran fase
gas menghasilkan campuran homogen (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem
koloid. Sebelum mengetahui fase zat, beberapa fase zat dengan sistem koloid sebagai
berikut : 1. Sistem koloid fase zat pada zat padat cair (sol) Sistem koloid fase padat-cair
disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi
berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Berikut contoh sistem koloid fase padat-
cair: a. agar-agar b. cairan kanji c. pektin 2. Sistem koloid fase zat padat-padat (sol padat)
Sistem koloid fase padat-padat terbentuk dari fase terdispersi dan pendispersinya sama-
sama berwujud padat, sehingga dikenal dengan sol padat. Berikut contoh sistem koloid
fase padat-padat adalah logam campuran (aloi), misalnya; stainless steel, yang terbentuk
dari campuran logam besi, kromium, dan nikel. d. cat e. gelatin f. tinta
26
3. Sistem koloid fase padat-gas (aerosol padat) Sistem koloid ini terbentuk dari fase
terdispersi berupa padat dan pendispersinya berupa gas. Contohnya asap dari pembakaran
sampah, atau asap dari kendaraan bermotor. Partikel padat yang berada di udara disebut
partikular padat. Sistem dispersi zat padat di udara disebut aerosol padat. Sebenarnya,
istilah aerosol lazim digunakan untuk menyatakan sistem dispersi zat cair di dalam
medium gas sehingga tidak perlu disebut aerosol cair. 4. Sistem koloid fase cair-gas
(aerosol) Sistem koloid yang terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase
pendispersi berupa gas. Contohnya adalah kabut (fog) dan awan. Partikelpartikel zat cair
terdispersi di udara di sebut partikulat cair. Beberapa contoh aerosol, antara lain:
hairspray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Pada produk–produk
tersebut digunakan zat pendorong (propellant) berupa senyawa klorofluokarbon (CFC) 5.
Sistem koloid fase cair-cair (emulsi) Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase
terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersinyajuga berupa cairan. Contohnya air
dan minyak. Keduanya tidak dapat bercampur terkecuali jika ditambahkan suatu
penghubung yaitu detergen. 6. Sistem koloid fase cair-padat (emulsi padat) Sisitem
koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium
pendispersi berupa zat padat. Contohnya: keju, mentega, mutiara. 7. Sistem koloid fase
cair-gas (busa) Sistem koloid ini terbentuk dari fasependispersi berupa gas dan medium
berupa zat cair. Jika anda mengocok larutan tersebut terdapat rongga yang terlihat
kosong. Busa sabun merupakan fase gas dalam medium cair. Contohnya: sabun, detergen,
protein, dan tenin.
27
8. Sistem koloid fase gas-padat (busa padat) Sistem koloid ini terbentuk dari fase
terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat padat yang dikenal dengan
istilah busa padat, sedangkan dispersi gas dalam medium cair disebut busa. Contoh fase
busa padat adalah karet busa dan batu apung.
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan
suspensi (campuran kasar). Sifat yang terdapat dalam sistem koloid pun berbeda-beda
baik itu sifat larutan ataupun suspensinya. Sistem koloid terdiri dari dua komponen yaitu
fase terdispersi (zat yang tersebar merata) serta fase pendispersi (zat medium tempat
partikel-partikel koloid itu terpencar). Jika pasir dicampurkan kedalam air, pasir dan air
akan memisah ketika campuran diamankan, campuran seperti ini disebut suspensi. Dapat
dilihat pada tabel dibawah mengenai berbagai jenis koloid.
No. Fase Terdispersi Fase Pendispersi 1. 2. 3. Padat Padat Padat Gas Cair Padat
Contoh Asap, debu Sol emas, tinta, cat Gelas berwarna hitam, intan hitam
4. 5.
Cair Cair
Gas Cair
Aerosol Emulsi
6. 7.
Cair Gas
Padat Cair
8.
Gas
Padat
Buih Padat
28
Sifat – sifat khas koloid : a. Efek tyndall Efek tyndall adalah efek penghamburan cahaya
oleh partikel koloid. b. Gerak brown gerak brown adalah gerak acak, gerak tidak
beraturan dari partikel koloid. c. Adsorbsi Beberapa partikel koloid mempunyai sifat
absorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion senyawa yang lain. Penyerapan pada
permukaan ini disebut absorbsi (harus dibedakan dengan absorbsi yang berarti
penyerapan sampai ke bawah permukaan). Contoh: koloid Fe(OH)3 bermuatan positif
karena permukaannya ion H+ koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaanya
menyerap ion S2
Pembuatan koloid terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Cara kondensasi Prinsip Partikel
molekular kondensasi partikel koloid Reaksi kimianya antara lain: Reaksi Redoks,
hidrolisis, substitusi, dan penggaraman.
29
Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik /kimia: a. Cara mekanik : dari
gumpalan partikel yang besar kemudian dihaluskan dengan cara penggerusan atau
penggilingan. b. Cara busur bredig : digunakan untuk membuat sol-sol garam. c. Cara
peptisasi : pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat perneptisasi (pemecah)
Berdasarkan perbedaan ukuran zat yang didispersikan maka sistem dispersi dibedakan
menjadi : 1. Dispersi kasar(suspensi) : air sungai yang keruh, tanah liat dengan air. 2.
Dispersi koloid: partikel-partikel zat yang terdispersi berukuran antara 10-7 cm 10-5 cm.
Contoh : tinta, susu , asap dan kabut. 3. Dispersimolekuler ( larutan sejati) : partikel-
partikel zat yang terdispersi berukuran lebih kecil 10-7 cm. Contoh : gula, atau garam
dapur dalam air.
4.3. Alat dan Bahan 4.3.1. Alat yang digunakan a. Rak tabung reaksi b. Tabung reaksi c.
Gelas ukur d. Pipet tetes e. Sendok 4.3.2. Bahan yang digunakan a. Minyak tanah b.
Bubuk detergen c. Air
30
4.4. Prosedur Percobaan a. Masukkan 5 ml minyak tanah dan 10 ml air kedalam tabung
reaksi. Biarkan sampai terjadi pemisahan antara kedua cairan. b. catat waktu yang
diperlukan untuk pemisahan tersebut. c. pada tabung yang berisi minyak dan air tersebut,
tambahkan sedikit bubuk deterjen dan kocok. Catat waktu pemisahan. d. bandingkan
waktu yang diperlukan untuk pemisahan saat ditambahkan dengan deterjen dan tanpa
penambahan deterjen.
Minyak + deterjen
1”57 s
4.6. Pembahasan 5 ml minyak tanah yang yang telah dicampurkan dengan air ( H2O ),
waktu yang diperlukan setelah terjadi pencampuran dan pemisahan adalah 47,49 detik.
Setelah penambahan bubuk detergen ke dalam campuran minyak tanah dan air ( H2O )
dan setelah dikocok, waktu (t) yang diperlukan untuk terjadi pemisahan adalah 1 menit
57 detik. Pada percobaan ini pengukuran waktu harus dilakukan dengan teliti dan cermat,
sehingga pengukurannya dapat tepat dan akurat. Dalam hal ini minyak tanah dan air tidak
tercampur, hal ini menandakan syarat terjadinya emulsi bahwa kedua jenis zat cair tidak
saling melarutkan. Emulsi terbentuk karena pengaruh pengemulsi ( emulgator ). Jika
campuran minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu campuran yang akan
segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi jika sebelum dikocok
31
ditambahkan detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang disebut EMULSI. Air
bersifat polar tidak dapat bercampur minyak yang bersifat non polar, untuk dapat
mengemulsikan air dan minyak tanah, harus ada zat penghubung antara keduanya. Zat
penghubung ini harus memiliki gugus polar (gugus yang dapat larut dalam air) juga harus
memiliki gugus non polar (gugus yang dapat larut dalam minyak) sehingga zat
penghubung tersebut dapat bercampur dengan air dan dapat pula bercampur dengan
minyak tanah.
Polar
Polar
Non Polar
Non Polar
air
penghubung (deterjen)
minyak tanah
Sistem kolid cair – cair disebut emulsi zat penghubung yang menyebabkan pembentukan
emulsi disebut emulgator (pembentuk emulsi).
4.7. Kesimpulan dan Saran 4.7.1. Kesimpulan a. Percobaan ini termasuk jenis koloid fase
cair-cair (emulsi) karena terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium
pendispersinya juga berupa cairan. b. Detergen yang dicampurkan ke dalam minyak tanah
dan air digunakan sebagai penghubung atau elmugator. c. Pemisahan bubuk detergen
memerlukan waktu yang lebih lama (1 menit 57 sekon) dibandingkan dengan campuran
air dan minyak tanah (47.49 sekon). d. Secara makroskopis air dan minyak yaitu
homogen tetapi secara mikroskopik berbeda atau heterogen, sifat campuran air, minyak
tanah dan bubuk detergen ktika dikocok seakan tercampur setelah didiamkan terjadi
pemisahan antara ketiga campuran tersebut tidak larut
32
4.7.2. Saran a. Sebelum memulai praktikum, sebaiknya peralatan – peralatan yang telah
disiapkan di laboratorium dibersihkan terlebih dahulu. b. Lakukan dengan cermat dalam
menghitung waktu selama proses pemisahan. c. Untuk mendapatkan hasil yang akurat,
ulangi percobaan tersebut.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Drs. Michael, M.Si. 2002. Kimia 2A untuk SMA kelas XI, Jakarta: Erlangga
Purba, Drs. Michael, M.Si. 2002. Kimia 2B untuk SMA kelas XI, Jakarta: Erlangga
www.ayobelajar.com
www.e-dukasi.net