Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya

makalah matakuliah Teknologi Limbah Cair. Tidak lupa penulis juga mengucapkan

banyak terima kasih kepada Ibu Rully Masriatini, S.T., M.T selaku dosen yang telah

memberikan bimbingan, saran, materi pendukung dan masukan kepada penulis dan

kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini sehingga dapat

selesai pada waktunya

Makalah ini telah disusun semaksimal mungkin, apabila terdapat kesalahan dalam

penulisan, penulis mohon maaf. Demikian dari penulis semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca, kritik dan saran kami harapkan agar dapat meningkatkan

kualitas pembuatan makalah berikutnya, terima kasih.

Palembang, Januari 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
PGRI merupakan salah satu elemen masyarakat profesi bidang pendidikan. PGRI
adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi ketenagakerjaan yang
berfokus pada bidang keguruan yang berperan aktif dalam meningkatkan mutu
pendidikan dengan fokus perhatian pada upaya peningkatkan profesionalisme guru
disertai kesejahteraan yang memadai. PGRI sebagai tempat berhimpunnya segenap
guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan organisasi perjuangan, organisasi
profesi, dan organisasi ketenagakerjaan yang berdasarkan Pancasila, bersifat
independen, dan non politik praktis, secara aktif menjaga, memelihara,
mempertahankan, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa yang dijiwai
semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial yang kokoh serta sejahtera lahir batin,
dan kesetiakawanan organisasi baik nasional maupun internasional.
Dari perspektif ini, masalah ke-PGRI-an penting untuk diketahui dan didalami.
Bagi peserta didik dan masyarakat dalam memahami sejarah berkembangya
pendidikan dan terbentuknya PGRI.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah yang akan penulis buat adalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana peran guru pada masa penjajahan?


2. Bagaimana peran guru pada masa Pasca Kemerdekaan?
3. Bagaimana peran guru pada era perkembangan bangsa?
4. Bagaimana Peranan PGRI dalam meningkatkan kualitas guru
5. Bagaimana Upaya PGRI dalam meningkatkan kualitas guru
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk lebih mempermudah pembaca mempelajari, menemukan dan mengetahui
hal-hal yang ada di PGRI. Selai itu tujuan yang sangat penting yaitu, untuk lebih
mempermudah mengetahui struktur-struktur organisasi PGRI serta asal-usul
berdirinya PGRI.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SEJARAH LAHIRNYA PGRI


Peranan Guru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sungguh besar dan
sangat menetukan. Guru merupakan salah satu faktor yang strategi dalam menentukan
keberhasilan pengembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa. Sejak
masa penjajahan, guru selalu menanamkan kesadaran akan harga diri sebagai bangsa
dan menanamkan semangat nasionalisme kepada peserta didik dan masyarakat.
Pada tahun 1912 para guru mendirikan organisasi yang beranggotakan khusus
guru dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB), menggunakan Hindia
Belanda karena saat itu masih dalam suasana dijajah Belanda (Indoenesia dulu masih
bernama Hindia Belanda).
Kemudian pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB)
diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan
pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat
kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini
sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.namun Pada zaman pendudukan
Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI)
tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Dengan adanya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, maka dengan Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai
penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di
Surakarta. Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang
didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik,
agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah – guru-guru yang aktif
mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia
yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di
dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 (seratus hari setelah
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia) Persatuan Guru Indonesia berubah
nama menjadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sejak Kongres Guru
Indonesia itulah, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sehingga tanggal 25 November
ditetapkan sebagai hari jadi PGRI (Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994).
Adapun tujuan didirikannya PGRI saat itu adalah :
1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia
2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar
kerakyatan.
3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya jiwa pengabdian,
tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki
secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
negara kesatuan republik Indonesia.
Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi
perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat
unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis.
A. Lahirnya PGRI Tanggal 25 November 1945
Proklamasi merupakan jembatan emas setelah bangsa Indonesia melewati
perjuangan fisik untuk kemudian mulai membangun Indonesia yang baru, merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur berdasarkan pancasila. Semangat proklamasi
itulah yang menjiwai penyelenggaraan Kongres Pendidik Bangsa pada tanggal 24 –
25 November 1945 bertempat di Sekolah Guru Puteri (SGP) Surakarta. Dari kongres
itu lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Pendiri PGRI antara lain Rh.
Koesnan, Amin Singgih, Ali Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Ajisasmito,
Abdullah Noerbambang, dan Soetono. Mereka serentak bersatu untuk mengisi
kemerdekaan dengan 3 tujuan; a.) mempertanamkan dan menyempurnakan Republik
Indonesia; b.) mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaransesuai dasar – dasar
kerakyatan; c.) membela hak dan nasib para buruh umumnya dan khususnya para
guru.
PGRI lahir sebagai “anak sulung” dari Proklamasi Kemerdekaan yang
memiliki sifat dan semangat seperti “ibu kandungnya”, yaitu semangat persatuan dan
kesatuan, pengorbanan dan kepahlawanan untuk menentang penjajah. PGRI
merupakan organisasi pelopor dan pejuang. Sementara itu tujuan kedua adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia.
Tujuan yang ketiga sebagai wahana meningkatkan perjuangan untuk perbaikan nasib
anggotanya.

B. Pgri Pada Masa Perang Kemerdekaan


Cita – cita PGRI sejalan dengan cita – cita bangsa Indonesia secara
keseluruhan. Para guru menginginkan kebebasan dan kemerdekaan, memacu
kecerdasan bangsa dan membela serta memperjuangkan kesejahteraan anggotanya.
Pada tanggal 23 – 24 November 1946 diaadakan Kongres PGRI di Surakarta. PGRI
mengajukan 3 tuntutan kepada pemerintah, yaitu mengenai Undang – undang Pokok
Pendidikan dan Perburuhan, Sistem Pendidikan, dan Gaji guru. Tuntutan tersebut
mendapat perhatian dari pemerintah.
Kemudian pada tanggal 27 – 29 Februari 1948 diadakan Kongres III PGRI di
Madiun. Kongres ini memutuskan bahwa untuk menigkatkan efektivitas organisasi,
ditempuh jalan dengan memekarkan cabang – cabang yang tadinya setiap keresidenan
memiliki satu cabang menjadi cabang yang lebih kecil. Untuk membantu tugas
pengurus besar dibentuklah komisariat daerah pada setiap keresidenan.
PGRI memiliki haluan dan sifat perjuangan yang jelas, yaitu mempertahankan NKRI,
meningkatkan pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan falsafah Pancasila
dan UUD 1945, dan tidak bergerak dalam lapangan politik (non-partai politik).

C. PGRI Pada Masa Demokrasi Liberal


1. Kongres IV PGRI di Yogyakarta : 26 – 28 Februari 1950
Menurut catatan, Kongres IV mewakili 15.000 anggota dari 76 cabang. Guru –
guru yang bernaung dibawah panji – panji PGRI secara aklamasi mengambil
keputusan untuk mempersatukan semua guru di seluruh tanah air dalam satu
organisasi kesatuan yaitu PGRI.
PB PGRI segera melakukan kontak dengan tokoh – tokoh guru di Medan,
Banjarmasin, Makassar dan Denpasar. Selain mengirim “Maklumat Persatuan”,
dikirimkan juga seluruh keputusan Kongres IV dan AD/ART kepada para utusan yang
menghadiri Kongres tersebut. Mereka ditugaskan supaya secepatnya memberikan
laporan ke Jakarta dan Yogyakarta tentang tanggapan para guru terhadap “Maklumat
Persatuan” serta perkembangan selanjutnya.
Pada akhir Februari 1950, sebanyak 30 cabang SGI di seluruh Negara Pasudan
menyatakan memisahkan diri dari SGI kemudian masuk PGRI.
2. Kongres V PGRI di Bandung : 19 – 24 Desember 1950
Kongres ini secara keseluruhan melibatkan 202 cabang dari 301 cabang PGRI
yang ada. Dalam kongres ini dibicarakan masalah yang prinsipil dan fundamental,
yaitu mengenai asa organisasi yang akhirnya Pancasila ditetapkan sebagai asas
organisasi.
Hasil nyata dari konsolidsi ialah masuknya 47 cabang di Sulawesi dan Kalimantan ke
dalam barisan PGRI, sedangkan sebanyak 2.500 guru yang sedianya akan di gaji
berbeda – beda menurut ketentuan swapraja/swatantra dapat tertolong dan digaji
dengan mengikuti standar yang seragam dari pusat.
3. Kongres VI PGRI di Malang : 24 – 30 November 1952
Kongres ini menyepakati beberapa keputusan penting. Dalam bidang
pendidikan disetujui agar sistem pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan negara
pada masa pembangunan, KPKPKB dihapuskan pada akhir tahun pelajaran
1952/1953, KPKB ditiadakan atau dirubah menjadi SR 6 tahun, kursus B-1/B-II untuk
pengadaan guru SLTP dan SLTA diatur sebaik-baiknya, diadakan Hari Pendidikan
Nasional.
2.2. SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA
Indonesia pernah mengalami masa penjajahan, baik yang pada masa penjajan
Belanda maupun masa penjajahan Jepang, Sehingga tidak mengherankan apabila
pengaruhnya sangat kuat dalam segala bidang, baik di bidang politik, ekonomi,
maupun militer.
Masa penjajahan ini juga berpengaruh sangat kuat terhadap sejarah
pendidikan di Indonesia. Secara garis besar, sejarah pendidikan di Indonesia terbagi
atas sistem pendidikan masa pra kemerdekaan, masa kemerdekaan, dan masa
pemerintahan Republik Indonesia.

A. Sistem pendidikan pra kemerdekaan


1. Masa Pemerintahan Belanda
Pada masa ini, pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu: pendidikan rendah
pendidikan menengah, pendidikan kejuruan, dan pendidikan tinggi. Tujuan
pendidikan pada masa penjajahan Belanda lebih dititikberatkan kepada memenuhi
kebutuhan pemerintah Belanda, yaitu tersedianya tenaga kerja murah untuk hegemoni
penjajah dan untuk menyebarluaskan kebudayaan Barat.

2. Masa Pemerintahan Jepang


Pada masa pendudukan Jepang, sistem pendidikan di Indonesia banyak
mengalami perubahan. Beberapa sekolah diintegrasikan karena dihapuskannya system
pendiikan berdasarkan bangsa maupun berdasarkan strata sosial tertentu. Bahasa
pengantar di semua sekolah menggunakan Bahasa Indonesia.Tujuan pendidikan lebih
ditekankan kepada dihasilkannya tenaga buruh kasar secara gratis (cuma-cuma) dan
praajurit-prajurit untuk keperluan peperangan Jepang.

B. Sistem Pendidikan Masa Kemerdekaan


Pada masa kemerdekaan tujuan pendidikan adalah untuk mendidik menjadi
warga negara yang sejati, bersedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara
dan masyarakat.
1. Periode 1945-1950
* Pendidikan rendah (SR) selama enam tahun
* Pendidikan menengah umum terdiri atas Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) lamanya masing-masing tiga tahun,
* Pendidikan Kejuruan. Kejuruan Tingkat Pertama terdiri atas;
Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), Sekolah Teknik (ST),
Sekolah Teknik Pertama (STP), Sekolah Kepandaian Pertama (SKP),
Sekolah Guru B (SGB), Sekolah Guru Darurat untuk Kewajiban Belajar
(KPKPKB). Sementara Kejuruan Tingkat Menengah terdiri atas;
Sekolah Teknik Menengah (STM), Sekolah Menengah Ekonomi Atas
(SMEA), Sekolah Pendidikan Masyarakat (SPM), Sekolah Menengah
Kehakiman Atas (SMKA), Sekolah Guru A (SGA), Sekolah Guru Taman
Kanak-Kanak (SGTK), Sekolah Guru Kepandaian Puteri (SGKP), Sekolah
Guru Pendidikan Jasmani (SGPD).
* Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi terdiri atas universitas
Konservatori/Karawitan, Kursus
B-1, dan ASRI.
2. Periode 1950 -1975
* Pendidikan pra sekolah dan pendidikan dasar. Taman Kanak-Kanak
(TK) dan Sekolah Dasar (SD
* Pendidikan Menengah Umum. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA)
* Pendidikan Kejuruan. Tingkat pertama; SMEP, SKP, ST, SGB, KPKPKB,
dan tingkat menengah; SMEA, SGA, SKMA, SGKP, SPMA, SPM, STM, dan
SPIK.
* Pendidikan Tinggi. Universitas Institut Teknologi,
Institut Pertanian, Institut Keguruan, Sekolah Tinggi, dan Akademi.
3. Periode 1978-sekarang
* Pendidikan pra sekolah (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
* Pendidikan dasar.
* Sekolah Menengah umum, SMP (SLTP), dan SMA (SLTA/SMU)
* Pendidikan Menengah Kejuruan. Tingkat Pertama; ST.SKKP. Tingkat
Atas terdiri atas; Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
* Pendidikan Tinggi. Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi,
Diploma, dan Politeknik.
A. Pendidikan di Zaman Penjajahan Belanda
Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua)
periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan masa
pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie). Pada masa VOC, yang merupakan
sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan
tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial. Berbeda dengan kondisi di negeri
Belanda sendiri dimana lembaga pendidikan dikelola secara bebas oleh organisasi-
organisasi keagamaan, maka selama abad ke-17 hingga 18 M, bidang pendidikan di
Indonesia harus berada dalam pengawasan dan kontrol ketat VOC. Jadi, sekalipun
penyelenggaraan pendidikan tetap dilakukan oleh kalangan agama (gereja), tetapi
mereka adalah berstatus sebagai pegawai VOC yang memperoleh tanda kepangkatan
dan gaji.
Secara umum sistem pendidikan pada masa VOC dapat digambarkan sebagai
berikut:
1) Pendidikan Dasar
Berdasar peraturan tahun 1778, dibagi kedalam 3 kelas berdasar rankingnya.
Kelas 1 (tertinggi) diberi pelajaran membaca, menulis, agama, menyanyi dan
berhitung. Kelas 2 mata pelajarannya tidak termasuk berhitung. Sedangkan kelas 3
(terendah) materi pelajaran fokus pada alphabet dan mengeja kata-kata. Proses
kenaikan kelas tidak jelas disebutkan, hanya didasarkan pada kemampuan secara
individual. Pendidikan dasar ini berupaya untuk mendidik para murid-muridnya
dengan budi pekerti. Contoh pendidikan dasar ini antara lain Batavische school
(Sekolah Betawi, berdiri tahun 1622); Burgerschool (Sekolah Warga-negara, berdiri
tahun 1630); dan lain-lain.
2) Sekolah Latin
Diawali dengan sistem numpang-tinggal (in de kost) di rumah pendeta tahun
1642. Sesuai namanya, selain bahasa Belanda dan materi agama, mata pelajaran
utamanya adalah bahasa Latin. Setelah mengalami buka-tutup, akhirnya sekolah ini
secara permanent ditutup tahun 1670.

3) Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)


Sekolah untuk mendidik calon-calon pendeta, yang didirikan pertama kali oleh
Gubernur Jenderal van Imhoff tahun 1745 di Jakarta. Sekolah dibagi menjadi 4 kelas
secara berjenjang. Kelas 1 belajar membaca, menulis, bahasa Belanda, Melayu dan
Portugis serta materi dasar-dasar agama. Kelas 2 pelajarannya ditambah bahasa Latin.
Kelas 3 ditambah materi bahasa Yunanu dan Yahudi, filsafat, sejarah, arkeologi dan
lainnya. Untuk kelas 4 materinya pendalaman yang diasuh langsung oleh kepala
sekolahnya. Sistem pendidikannya asrama dengan durasi studi 5,5 jam sehari dan
Sekolah ini hanya bertahan selama 10 tahun.

4) Academie der Marine (Akademi Pelayanan)


Berdiri tahun 1743, dimaksudkan untuk mendidik calon perwira pelayaran
dengan lama studi 6 tahun. Materi pelajarannya meliputi matematika, bahasa Latin,
bahasa ketimuran (Melayu, Malabar dan Persia), navigasi, menulis, menggambar,
agama, keterampilan naik kuda, anggar, dan dansa. Tetapi iapun akhirnya ditutup
tahun 1755.

5) Sekolah Cina
Pada tahun 1737 didirikan untuk keturunan Cina yang miskin, tetapi sempat
vakum karena peristiwa de Chineezenmoord (pembunuhan Cina) tahun 1740.
selanjutnya, sekolah ini berdiri kembali secara swadaya dari masyarakat keturunan
Cina sekitar tahun 1753 dan 1787.

6) Pendidikan Islam
Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-
lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal
masuknya Islam ke Indonesia. VOC tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya.
Pada akhir abad ke-18, setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia
Belanda akhirnya diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada
masa ini, pendidikan mulai memperoleh perhatian relatif maju dari sebelumnya.
Beberapa prinsip yang oleh pemerintah Belanda diambil sebagai dasar kebijakannya
di bidang pendidikan antara lain: (1) Menjaga jarak atau tidak memihak salah satu
agama tertentu; (2) Memperhatikan keselarasan dengan lingkungan sehingga anak
didik kelak mampu mandiri atau mencari penghidupan guna mendukung kepentingan
kolonial; (3) Sistem pendidikan diatur menurut pembedaan lapisan sosial, khususnya
yang ada di Jawa.; (4) Pendidikan diukur dan diarahkan untuk melahirkan kelas elit
masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung supremasi politik dan
ekonomi pemerintah kolonial.

B. Pendidikan di Zaman Pendudukan Jepang


Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat
diikhtisarkan sebagai berikut: (1) Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah
Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan
konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia
Belanda. (2) Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah
Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah
Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun. (3) Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah
lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan,
teknik, dan pertanian. (4) Pendidikan Tinggi.
Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki keseragaman
pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya. Materi pokok dalam latihan
tersebut antara lain: (1) Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu; (2) Nippon Seisyin, yaitu
latihan kemiliteran dan semangat Jepang; (3) Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang;
(4) Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta (5) Olaharaga dan nyanyian Jepang.
Sementara untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi setiap murid
sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini: (1) Menyanyikan lagi
kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi; (2) Mengibarkan bendera Jepang,
Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika setiap pagi; (3) setiap pagi
mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya;
(4) Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang; (5)
Melakukan latihan-latihan fisik dan militer; (7) Menjadikan bahasa Indonesia sebagai
pengantar dalam pendidikan. Bahasa Jepang menjadi bahasa yang juga wajib
diajarkan.

2.3.Tujuan Organisasi PGRI


PGRI bertujuan :
1. Mewujudkan cita-cita Proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
mempertahankan, mengamankan, serta mengamalkan pancasila dan Undang-
undang Dasar
1945
2. Berperan aktif mencapai tujuan nasional dalam mencerdaskan bangsa dan
membentuk
manusia Indonesia seutuhnya
3. Berperan serta mmengembangkan system dan pelaksanaan pendidikan nasional
4. Mempertinggi kesadaran dan sikap guru, meningkatkan mutu dan kemampuan
profesi
guru dan tenaga kependidikan lainnya
5. Menjaga, memelihara, membela, serta meningkatkan harkat dan martabat guru
melalui peningkatan kesejahteraan anggota serta kesetiakawanan organisasi.

A. PGRI juga bertujuan :


Mewujudkan cita-cita Proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
mempertahankan, mengamankan, serta mengamalkan pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 Berperan aktif mencapai tujuan nasional dalam mencerdaskan bangsa dan
membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Berperan serta mmengembangkan system
dan pelaksanaan pendidikan nasional. Mempertinggi kesadaran dan sikap guru,
meningkatkan mutu dan kemampuan profesi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Menjaga, memelihara, membela, serta meningkatkan harkat dan martabat guru
melalui peningkatan kesejahteraan anggota serta kesetiakawanan organisasi.

B. Tujuan Dan Sasaran PGRI


1. Tujuan
Program umum PGRI masa bakti 2008-2014 bertujuan :
 Memberikan arahan tentang pokok-pokok program yang dijadikan landasan
kegiatan organisasi yang operasionalisasinya akan ditetapkan setiap tahun melalui
Konkerprop
 Melaksanakan upaya reformasi dilingkungan PGRI baik sebagai organisasi
perjuangan, organisasi profesi maupun organisasi ketenagakerjaan
 Menata, mempertahankan, dan meningkatkan citra PGRI sebagai organisasi yang
mampu menjadi wadah tempat berhimpunnya para guru professional dalam
menghadapi abad 21
 Menetapkan kebijakan dasar organisasi dalam upaya turut serta melaksanakan
reformasi pendidikan nasional sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan
nasional untuk membetuk manusia yang mandiri, demokratis, menghormati dan
melaksanakan hak-hak asasi manusia, memiliki ilmu pengetahuan dan
menguasai teknologi, dapat dipercaya, serta memiliki rasa tanggung jawab
sosial yang tinggi.
 Menyusun dan menetapkan langkah-langkah kebijakan organisasi dalam upaya
peningkatan harkat, martabat, dan kesejahteraan guru pada umumnya dan anggota
PGRI pada khususnya
 Mewujudkan visi dan misi organisasi berlandaskan pertimbangan kondisi Bangsa
dan Negara, serta kondisi organisasi dewasa ini didaerah propinsi DIY.

2. Sasaran
· Peningkatan fungsi dan peran PGRI sebagai organisasi perjuangan, profesi dan
ketenagakerjaan yang bersifat independen, unitaristik, dan non partisan
· Restrukturisasi dan penataan organisasi dari tingkat propinsi dibawah yang
meliputi seluruh tatanan kelembagaan organisasi PGRI sehingga tetap memiliki
visi dan misi yang memberikan motivasi, daya pikat dan daya rekat yang
mampu menghimpun para guru dan tenaga kependidikan lainnya di propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam satu wadah PGRI
· Peningkatan kesadaran seluruh pengurus dan anggota PGRI di propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta mengenai perlunya perubahan sikap, perilaku, wawasan
dan rasa tanggung jawab organisasi melalui berbagai forum organisasi, kegiatan
pelatihan, seminar, serta kaderisasi yang bertingkat dan berjenjang
· Peningkatan dan perbaikan citra PGRI, baik dimata masyarakat maupun dimata
anggota, serta peningkatan kinerja dan kebersamaan organisasi agar mampu
mengakomodasikan serta memperjuangkan segenap aspirasi dan kepentingan
anggota sehinga PGRI dapat melaksanakan misi dan tugas dengan baik.
· Peningkatan kemampuan, dedikasi, profesi dan kesejahteraan anggota serta
mengusahakan adanya standarisasi, lisensi, sertifikasi dan akreditasi profesi
guru
· Peningkatan fungsi dan peran PGRI dalam program pembangunan pendidikan
dalam upaya menyukseskan wajib belajar sesuai dengan program
Kabupaten/Kota yang bersangkutan, dan menciptakan masyarakat belajar,
memberatas kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan
· Peningkatan secara optimal dan merata diseluruh propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, fungsi dan peran PGRI sebagai kekuatan pemikir yang
menampilkan gagasan serta konsep peningkatan mutu pendidikan sebagai
pengontrol yang mengoreksi setiap kebijakan pendidikan yang menyimpang
dari prinsip dasar kependidikan dan sebagai penekan yang mengawasi dan
mengontrol berbagai pihak yang melakukan perbuatan dan tindakan yang tidak
sesuai dengan landasan kebijakan organisasi.

2.4. JATI DIRI PGRI


Jati diri PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi
ketenagakerjaan. Sedangkan sifat PGRI adalah Unitaristik: tidak mengandung
perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, agama, suku, golongan, gener, dan asal
usul. Independen: kemandirian dan kemitrasejajaran dengan pihak lain. Non partai
politik: bukan bagian atau berafiliasi dengan partai politik. Semangat: demokrasi,
kekeluargaan, keterbukaan, tanggung jawab etika, moral, serta hukum.
1. Dasar Jatidiri PGRI
a. Dasar Historis
PGRI berdasarkan hakekat kelahirannya merupakan bagian dari perjuangan
semesta rakyat Indonesia, melalui profesi k menyebarkan semangat perjuangan dalam
merebut, menegakan, menyelamatkan dan mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia 17 agustus 1945 yang berdasarkan pncasila dan UUD1945.
b. Dasar Ideologis Politis
Secara ideologis-politis, PGRI berkewajiban untuk mewujudkan cita-cita
kemerdekaan melalui pembangunan nasional di bidang pendidikan serta terikat
dengan pelaksanaan pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
c. Dasar Sosiologis dan IPTEK
Dalam pengabdian nya, PGRI selalu bersifat responsive, adaptif, inoatif dan
permisif selektif terhadap keadaan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

2. Ciri Jatidiri PGRI


Jati diri PGRI memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Nasionalisme
PGRI mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa yang merupakan modal
dasar untuk mencapai cita-cita proklamasi 1945, PGRI terikat untuk
memperjuangkan, mempertahankan dan melestarikan Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945. Sifat patriotism dan kepeloporan adalah jiwa dan semangat PGRI
galam melaksanakan misinya.
 Demokrasi
PGRI adalah organisasi yang demokratis. Kedaulatan tertinggi organisasi, berada
di tanagan anggota yang dilaksanakan dengan sistem perwakilan, melalui
kongres.
 Kemitraan
PGRI sebagai organisasi pejuang pendidik dan pendidik pejuang membela hak
dan nasib pekerja pada umumnya dan guru pada khususnya. Untuk itu diperlukan
pemantapan jiwa karsa dan kebersamaan yang kuat demi peningkatan
kesejahteraan bersama.
 Unitarisme
PGRI adalah satu-satunya wadah, bagi guru Indonesia tanpa membedakan latar
belakang, tingkat dan jenis pendidikan, tempat dan lingkungan kerja, status dan
asal-usul serta adat istiadat.
 Profesionalisme
PGRI mengutamakan karya dan kekaryaan dalam usaha mempertinggi kesadaran,
sikap, mutu, dan kemampuan profesionalnya.

 Kekeluargaan
PGRI menumbuhkan, mengembangkan rasa senasib dan sepenanggungan,
memiliki jiwa gotong royong, saling asah, asih serta asuh antara sesama anggota.
 Kemandirian
Dalam melaksanakan misinya PGRI bertumpu pada kepercayaan, dan
kemampuan diri sendiri, tanpa keterikatan dan ketergantungan pada pihak lain.
Namun demikian PGRI selalu membina hubungan dan kerjasama yang baik
dengan pihak lain.
 Non Partai Politik
PGRI tidak mempunyai hubungan organisasi dengan kekuatan sosial politik
manapun.
 Jiwa, Semangat dan Nilai-nilai ‘45
PGRI konsekuen berusaha menegakan dan melestarikan jiwa semangat nilai-nilai
1945 sebagai jiwa kejuangan bangsa kepada generasi penerus.

Selain ciri jati diri PGRI tersebut , ada ciri lain yang menjadi ciri khas PGRI yaitu:
a. PGRI sebagai organisasi kemasyarakatan memiliki ciri sebagai berikut:
PGRI merupakan satu-satunya wadah organisasi guru Indonesia yang
mengemban tugas pendidikan dan pengajaran dalam mengabdi kepada masyarakat,
yang berazaskan perwujudan jati dirinya.
b. PGRI sebagai organisasi yang mandiri berupaya untuk berperan secara berdaya
guna, menigkatkan kesejahteraan anggota, serta sebagai sarana berserikat atau
berorganisasi yang menyalurkan aspirasinya dalam pembangunan Nasional melalui
misi pendidikan dan pengajaran.
c. PGRI sebagai organisasi masyarakat merupakan sarana komunikasi sosial secara
timbal balik antar anggota. Serta anggota dengan organisasi lain baik bersifat lokal,
nasional, regional, ataupun global, antar organisasi dengan pemerintah, antar
organisasi kemasyarakatan dan organisasi lain baik eksekutif maupun legislative yang
relefan.
PGRI sebagai organisasi profesi guru dipandang dari segi profesi mempunyai jati
diri yang terpancar pada empat ranah profesi yaitu:
1. Keahlian, melalui ranah ini PGRI dituntut untuk meningkatkan kualitas
anggotanya, mempertajam visi anggota terahadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Memperluas wawasan keguruan anggotanya,
melaksanakan penelitian pengembangan di bidang pengajaran, pendidikan
dan kebudayaan.
2. Tanggung Jawab, suatu ranah profesi yang berorientasi pada penanaman dan
peningkatan tanggung jawab keahlian. Untuk itu maka perlu diciptakan
perangkat lunak dalam wujud aturan, ketentuan, tata tertib dan kode etik.
3. Kesejawatan (jiwa karsa), ranah ini merupakan wujud dan rasa kebersamaan
antar sesama anggota terhadap misi keguruan yang diemban. Dengan rasa
kebersamaan ini akan tercipta suatu wahana dan dinamika organisasi yang
mampu mengantisipasi kemungkinan arah perkembangan selanjutnya.
4. Pembaruan (inovasi) merupakan sikap organisasi yang dinamis, kreatif,
responsif, adaptif inovatif,permisif selektif,memiliki keterbukaan terhadap
pandangan dan penemuan baru serta keinginan untuk meningkatkan profesi.
Jati Diri PGRI dalam Bidang Pendidikan dan kebudayaan
1. Lingkup system pendidikan nasional, dalam mengemban misinya, PGRI
menjaga agar tetap menjadi organisasi yang besar, kuat dan merupakan satu-
satunya organisasi guru di Indonesia.
2. Menyelenggarakan lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas
dan kiantitas tenaga kependidikan.
3. Kebudayaan Nasional, dalam melaksanankan misinya, PGRI
mengakualisasikan dirinya untuk menyelamatkan, memelihara dan
mengembabgkan kebudayaan nasional.

3. Tujuan Jatidiri PGRI


Tujuan jatidiri PGRI adalah:
a. Tegaknya keberadaan PGRI, tumbuhnya rasa bangga, rasa ikut memiliki.
b. Tercapainya loyalitas, dedikasi, disiplin dan kemampuan professional
(LDDKP) yang tinggi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.
c. Memiliki kemampuan dalam mengantisipasi setiap perubahan akibat
perkembangan masyarakat, ilmu dan teknologi.
d. Terwujudnya pengamanan, pengamalan dam pelestarian pancasila dan UUD
1945, dan jiwa semangat nilai-nilai 1945 dalam tubuh PGRI baik oleh organisasi
maupun anggota-anggotanya.

4. Fungsi Jatidiri PGRI


Yang dimaksud fungsi adalah manfaat dari adanya jatidiri dalam rangka
mengemban tugas-tugas organisasi PGRI untuk mewujudkan hakekat jatidiri.
Adapun fungsi jatidiri PGRI adalah:
i. Sebagai pedoman gerak perjuangan bagi anggota organisasi.
ii. Sebagi sarana memasyarakatkan eksistensi dan fungsi organisasi.
iii. Sebagai sarana perjuangan (kaderisasi) dalam rangka mempertahankan,
meningkatkan dan mengembangkan organisasi (SBS).
iv. Sebagi pembangkit motivasi perjuangan PGRI.
v. Sebagai wahana penerapan rasa kebanggaan pada anggota/warga PGRI.

5. Misi Jatidiri PGRI


Visi diemban oleh kelompok atau anggota yang tersusun sistematis, terarah,
terencana dalam pencapian suatu tujuan. Misi jatidiri adalah suatu wahana untuk
menampilkan citra, sikap, semangat dan karakter organisasi keguruan, yang mampu
melestarikan nilai-nilai perjuangan dan profesi keguruan.
Misi jatidiri PGRI yang sekaligus merupakan upaya PGRI dalam:
a. Tujuan Nasional, yakni mempertahankan, mengamankan dan mengamalkan
pancasila dan UUD 1945.
b. Pembangunan Nasional, yakni mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana terkandung dalam pembukaan
UUD 1945.
c. Melestarikan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945.
d. Mengisi, mensukseskan pembangunan nasional khususnya bidang pendidikan dan
kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan jalan
memberikan pemikiran, konsep-konsep dan menunjang pelaksanaan program
yang menjadi garis kebijakan pemerintah.
e. Mempertinggi kesadadaran, sikiap, kemampuan dan mutu profesi guru serta
meningkatkan kesejahteraan guru/anggota PGRI.

2.5. VISI DAN MISI PGRI


1. Visi PGRI
Terwujudnya organisasi mandiri dan dinamis yang dicintai anggotanya, disegani
mitra, dan diakui perannya oleh masyarakat". PGRI didirikan untuk mempertahankan
kemerdekaan, mengisi kemerdekaan dengan program utamadi bidang pendidikan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memperjuangkan kesejahteraan bagi para
guru.
2. Misi PGRI
a. Mewujudkan Cita-cita Proklamasi PGRI bersama komponen bangsa yang lain
berjuang, yaitu berusaha secarakonsisten mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
sesuai amanat Undang undang Dasar 1945.
b. Mensukseskan Pembangunan Nasional PGRI bersamakomponen bangsa
malaksnakan pembangunan bangsa khususnya di bidang pendidikan.
c. Memajukan Pendidikan Nasional PGRI selalu berusaha untuk terlaksananya
system penddikan nasional, berusaha selalu memberikan masukan-masukan tentang
pembangunan pendidikan kepada Departemen Pendidikan Nasional.
d. Meningkatkan Profesionalitas Guru PGRI berusaha dengan sungguh-sungguh
agar guru menjadi profesional sehingga pembangunan pendidikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dapat direalisasikan.
e. Meningkatkan Kesejahteraan Guru Agar guru dapat profesional maka guru
harus mendapatkan imbal jasa yang baik, ada perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sehingga ada rasa aman, Ada pembinaan karir yang jelas. Guru
harus sejahtera, Porfesional, dan
terlindungi.

2.6. SEJARAH ORGANISASI PGRI


PGRI lahir 100 hari setelah proklamasi kemerdekaan RI, di Surakarta, 25
November 1945.
Tujuan utama pendirian PGRI adalah:
a. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi perjuangan)
b. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan (organisasi Pendirian
PGRI sama dengan EI: “education as public service,profesi) not commodity”.
c. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib buruh pada
umumnya (organisasi ketenagakerjaan).
Tiga unsur pendiri (founding fathers) PGRI adalah:
a. Guru yang pro kemerdekaan
b. Pensiunan guru pendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia
c. Pegawai Kementerian PPK yang baru saha didirikan

2.7. EMPAT PERIODE PERANAN PGRI DI BIDANG KETENAGAKERJAAN


A. Periode 1945-1962
RH Koesnan, Ketua Umum PB PGRI diangkat menjadi Menteri Perburuhan
dan Sosial RI dalam kabinet Hatta.
Hasilnya a.l. : keluarnya PGP 1947/1948 tentang Peraturan Gaji INTInya:
Ijazah yang setara SMP=SGB, SNA=SGA, SM=B1, Pegawai. Sarjana=B2. Kalau
menjadi guru, ijazah SGB/SGA,B1/B2 pangkatnya setingkat lebih tinggi dari ijazah
SMP/SMA/SM/Sarjana. SMP = IIIA, SGB/KGB = IIIA/b SMA = IV/a, SGA/KGA =
IV/b SM = V/a, B1 = V/b Sarjana = VI/a, B2 = VI/b.
Soedjono, Ketua Umum PB PGRI Menghasilkan konsep PGRI tentang
pendidikan nasional. Untuk mengatasi kekurangan guru: Kursus Guru Tjepat (KGTJ)
dijadikan SGB/KGB KPKPKB dijadikan SGB berasrama SGA berasrama ME
Subiadinata, Ketua Umum PB PGRI Tahun 1968 diangkat menjadi Kepala Kantor
urusan Pegawai (KUP), sekarang BKN/BAKN. PGRI membentuk Rukun Kerja Sama
(RKS) Pegawai Negeri untuk perbaikan nasib.
B. Periode 1962 – 1970
PGRI mendirikan PSPN (Persatuan Serikat Pekerja Pegawai Negeri), a.l
PGRI, PERSAJA (Persatuan Djaksa), PERSAHI (Persatuan Hakim Indonesia),
SSKDN (Serikat Sekerja Kementerian Dalam Negeri), PBKA (Persatuan Buruh
Kereta Api), PPPRI (Persatuan Pegawai Polisi RI), PBPTT (Persatuan Buruh Pos
Telepon Telegraf) dsb.
PSPN didirikan untuk menghadapi tekanan/serangan PKI (Partai Komunis)
melalui SOBSI/PKI terhadap Serikat Pekerja Non Komunis. PSPN akhirnya
bergabung menjadi KSBM (Kerja Sama Buruh Militer) KSBM adalah cikal bakal
Sekber Golkar (Sekretariat Bersama Golongan Karya) 1964. Tahun 1966 PGRI
menjadi anggota WCOTP (World Confederation of Teaching Profesion) dalam
WCOTP World Congress di Seoul, Korea Selatan (Subiadinata, Slamet I). Tanggal 5
Oktober 1966 Konvensi ILO/UNESCO di Paris menghasilkan Status of Teachers
(Status Guru Dunia). Pemerintah RI dan PGRI (HM Hidajat dan Ir. GB Dharmasetia)
hadir dan menandatangani konvensi ILO/Unesco tersebut.
Tahun 1966 PGRI mendirikan KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia) terdiri
dari PGRI, IGM (Muhammadiyah), PG Perti, Pergunu, PGII, Pergukri, PGK (Katolik)
dan PGM (Marhaenis) Tokoh-tokoh KAGI: ME Subiadinata, Rusli Yunus, Drs. WDF
Rindorindo (Ketua-ketua Periodik), Drs. Estiko Suparjono, T. Simbolon, FX Pasaribu
(sekjen/Wakil Sekjen), Harkam Effendi, Nurimansyah Hasibuan, Effendi
Sudijawinata, Abdullah Latif dsb. Tahun 1967 dlm Kongres PGRI XII di Bandung
KAGI meleburkan diri ke dalam PGRI (unitaristik, independen, dan non parpol),
artinya menanggalkan baju parpol, hanya bicara guru dalam PGRI.
C. Periode 1970 – 1998
Tahun 1970 PGRI diundang ke Head Quarters IFFTU (International
Federation of Free Teachers Union) di Brussel, diwakili oleh Rusli Yunus. Tahun
1969 PGRI memprakarsai berdirinya MPBI (Majelis Permusyawaratan Buruh
Indonesia), ME Subiadinata, M.Hatta, Rusli Yunus. Tahun 1970 MPBI menjadi FBSI
(Federasi Buruh Seluruh Indonesia), PGRI terpaksa keluar dari FBSI karena Kongres
PGRI ke XIII di Bandung melarang PGRI ikut serikat buruh, hanya boleh profesi saja.
H. Basyuni Suryamiharja, Ketua Umum PB PGRI, telah berhasil
menyelamatkan PGRI untuk tidak dibubarkan, mengikuti keputusan pemerintah
dengan meninggalkan serikat pekerja/perburuhan. Mendirikan Gedung Guru
Indonesia (GGI) di Jakarta. Tahun 1979 menyelenggarakan World WCOTP Congress
di Jakarta. Memprakarsai berdirinya ASEAN Council of Teachers (ACT) tahun 1974.
PGRI memprakarsai Pertemuan Guru-guru Nusantara (PGN) 1983 di Singapura (Prof.
Gazali Dunia dan Rusli Yunus). Tahun 1993 di Stockholm terjadi merger/penyatuan
WCOTP dan IFFTU menjadi Educational International (EI).
D. Periode 1998 – SEKARANG
Tahun 1998 Kongres PGRI XVIII di Lembang: Prof.Dr. HM Surya, Ketua
Umum PB PGRI, Drs. H. Sulaiman SB Ismaya, Sekretaris Jenderal.
Kongres menghasilkan antara lain:
a. PGRI keluar dari Golkar
b. PGRI menyatakan diri kembali sebagai organisasi perjuangan (cita-cita
proklamasi kemerdekaan dan kesetiaan PGRI hanya kepada bangsa dan NKRI),
organisasi profesi (meningkatkan kualitas pendidikan) dan organisasi
ketenagakerjaan (kembali sebagai Serikat Pekerja Guru/Teachers Union.
Sekretaris Jenderal PB PGRI. Tahun 2004 Sekretaris Jenderal KSPI: Rusli
Yunus Tahun 2005 audiensi PB PGRI dengan Menakertrans (Fahmi Idris):
1. Mengklarifikasi UU No.21/2000 tentang SP/SB khususnya Pasal 48:
a. PNS berhak menjadi anggota SP/SB
b. Akan diatur dalam suatu Undang-Undang
2. Pernyataan Menakertrans RI:
a. Pemerintah RI telah meratifikasi Konvensi ILO No. 87 dengan Keppres No. 83
Tahun 1998.
b. PGRI jalan terus sebagai Serikat Pekerja Guru Modern
c. Setiap orang tidak boleh menjadi anggota dua SP dan SB. Karena itu PGRI
yang PNS tinggal memilih menjadi anggota PGRI atau anggota KORPRI.
(Konvensi ILO No.87, keanggotaan SP/SB harus sukarela dan tidak boleh
dipaksa, sesuai dengan HAM, SP/SB harus dibentuk secara demokratis).
3. Menakertrans meminta PGRI dan ILO Indonesia serta Depnakertrans
melaksanakan seminar nasional tentang konvensi ILO nomor 87 dan Keppres No. 83
Tahun 1998.
4. Menakertrans memberi kesempatan kepada PGRI tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/ kota mendaftarkan kembali PGRI sebagai SP pada Disnaker provinsi dan
Kabupaten/Kota.

2.8. PGRI Sebagai Organisasi Guru


PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi
ketenagakerjaan yang berfokus pada bidang keguruan. PGRI sebagai tempat
berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan organisasi
perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan yang
berdasarkan Pancasila, bersifat independen, dan non politik praktis, secara aktif
menjaga, memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan
bangsa yang dijiwai semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial yang kokoh serta
sejahtera lahir batin, dan kesetiakawanan organisasi baik nasional maupun
internasional.
Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres
Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Pada konngres itu
disepakati berdirinya PGRI sebagai wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di
seluruh Indonesia, Pendirinya antara lain : Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali marsaban,
Djajeng Soegianto, Soemidi Adisasmito, Abdullah Noerbambang, dan Soetono. Pada
kongres itu dirumuskan tujuan PGRI, yaitu :
1. mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia
2. mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar
kerakyatan.
3. membela hak dan nasib buruh pada umumnya, guru pada khusus
Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan
atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan
suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah – guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan
yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk.

A. Kesetaraan Profesi
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. (UU SPN. 1:1). Guru yang diangkat pemerintah maupun masyarakat, sama
tugas dan kewajibannya, yang membedakan hanya tiga hal, kesejahteraan, pembinaan,
dan jenjang karir.
Berbedanya kesejahteraan, pembinaan, dan jenjang karir ini, menjadi salah
satu faktor penyebab tidak meratanya kualitas pendidikan. Guru-guru berpredikat
PNS, ketika baru diangkat sudah menikmati 80% dari gaji pokok yang besarannya
setara dengan guru berpredikat non-PNS yang sudah bekerja 15 tahun, bahkan kadang
kala gaji guru non-PNS tidak mencapai angka di atas KHL. Selain gaji, mereka juga
secara rutin mendapat pendidikan dan latihan, serta bimbingan teknis profesi guru
secara berkala, sementara guru non PNS menunggu bertahun-tahun untuk
mendapatkan pendidikan dan latihan, serta bimbingan teknis keguruan yang
diselenggarakan pemerintah. Begitu juga masalah karir, guru-guru PNS sangat jelas
jenjang karirnya, sementara guru non-PNS tidak memiliki kejelasan jenjang karir.
Perlakuan ini bertolak belakang dengan UUD NKRI 1945 pasal 27 ayat 1,
yang menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya. Merujuk pasal ini, kesetaraan profesi guru sangat penting bagi
masa depan pendidikan di negeri ini, oleh karenanya pemerintah pusat dan daerah,
sebagaimana ditetapkan UU RI No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, berbagi
tugas dan wewenang. Untuk guru-guru PNS pengelolaannya dikembalikan kepada
pemerintah pusat, sementara guru-guru non PNS pengelolaannya di tangani
pemerintah provinsi untuk level pendidikan menengah, dan pemerintah kabupaten
kota untuk level pendidikan dasar. Pembagian tugas dan wewenang ini selain akan
meminimalisasi kecemburuan antara guru PNS dan non-PNS, pertumbuhan
pendidikan akan berjalan selaras dengan kepentingan bangsa dan negara.

B. Tugas dan Fungsi PGRI


Dalam Pasal 7 AD/ART PGRI disebutkan bahwa PGRI mempunyai tugas dan
fungsi sebagai berikut :
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Membela, mempertahankan, mengamankan dan mengamalkan Pancasila.
3. Mempertahankan dan melestarikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Meningkatkan integritas bangsa dan menjaga tetap terjamin serta terpeliharanya
keutuhan kesatuan dan persatuan bangsa.
5. Melaksanakan dan mengembangkan Sistem Pendidikan Nasional.
6. Membina dan bekerja sama dengan Himpunan/Ikatan/Asosiasi Profesi dan Keahlian
Sejenis di bidang pendidikan yang secara sukarela menyatakan diri bergabung dan
atau bermitra dengan PGRI.
7. Mempersatukan semua guru dan tenaga kependidikan di semua jenis, jenjang dan
satuan pendidikan guna meningkatkan pengabdian dan peranserta di dalam
pembangunan nasional.
8. Mengupayakan dan mengevaluasi terlaksananya peningkatan kualifikasi akademik,
sertifikasi, akreditasi, sebagai lisensi bagi pengukuhan kompetensi profesi guru.
9. Menegakkan dan melaksanakan Kode Etik dan Ikrar Guru Indonesia sesuai
peraturan organisasi.
10. Mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan,
organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, dan organisasi kemasyarakatan
umumnya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan.
11. Memelihara, membina dan mengembangkan kebudayaan nasional serta
memelihara kebudayaan daerah dalam rangka memperkaya kebudayaan nasional.
12. Menyelenggarakan dan membina anak lembaga PGRI.Memelihara dan
mempertinggi kesadaran guru akan profesinya untuk meningkatkan mutu, keahlian,
kemampuan, pengabdian, prestasi dan kerjasama.
13. Memelihara dan meningkatkan mutu keorganisasi PGRI.

C. Perjuangan PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) terus memperjuangkan nasib
semua guru baik PNS maupun Non-PNS (honorer, wiyata bakti, bantu, PTT/GTT).
Hal ini dibuktikan dari hasil rapat kerja PGRI dengan Kementrian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN).
Beberapa hasil perjuangan dalam rapat Kerja dengan Menpan dan Reformasi
Birokrasi serta kepala BKN tanggal 19 Mei 2010 adalah:
i. Tahun 2010/2011 sebanyak 197.678 guru dan tenaga honorer, termasuk CPNS-
Teranulir dari Jawa Tengah dan 5.966 orang guru bantu DKI akan diangkat PNS
ii. Segera diterbitkan PP mengenai Penyelesaian Permasalahan tenaga Honorer.
iii. Segera diterbitkan PP mengenai PTT atau Pagawai Tidak Tetap (termasuk guru)
yang antara lain memuat penghargaan/gaji minimal
iv. Segera diterbitkan Perpres mengenai BUP (Batas Usia Pensiun) Penilik menjadi
60 tahun
v. Segera dibayarkannya tunjangan profesi dan penambahan penghasilan Rp.
250.000/bulan (bagi yang belum dibayarkan).

Hasil Demo PGRI tanggal 11 dan 12 Mei 2010 tentang Penolakan


Penghapusan Ditjen PMPTK dan Manajemen Guru yang kembali pada sistem
sebelum UUGD adalah :
DPD RI memberikan dukungan atas perjuangan para guru melalui PGRI agar
ada Badan Khusus yang menangani guru yang disampaikan oleh Ketua DPD RI
di hadapan para demonstran. Komet III DPD RI menolak keras Penghapusan
Ditjen PMPTK (Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan) dan
meminta Ditjen itu dipertahankan dan dimaksimalkan kinerjanya.
DPR RI menerima 15 orang delegasi dan menyatakan menyesal karena
Restrukturisasi itu tidak melalui pembicaraan dengan DPR RI, khususnya Komisi
X, padahal Ditjen itu lahir sebagai kompromi politik antara DPR RI, Depdiknas,
dan PGRI. Oleh karena itu, Pimpinan DPR RI akan melakukan pertemuan
konsultasi dengan Presiden paling lambat 2 minggu setelah Demo (tanggal 26
Mei 2010). Pernyataan itu dinyatakan juga di hadapan para demonstran oleh
Wakil Ketua DPR RI, Ketua Komisi X, dan para wakilnya.
Pimpinan MPR RI pada saat menerima 22 Delegasi menyatakan mendukung
perjuangan PGRI agar Ditjen PMPTK dipertahankan. Kemendiknas tidak
memperhatikan aspirasi PGRI sehingga PGRI akan menindaklanjuti perjuangan
itu.
Beberapa perjuangan PGRI yang telah dilakukan selama ini antara lain sebagai
berikut :
1) Mengusulkan kenaikan gaji pada tahun 1999 kepada Presiden, dan hasilnya gaji
PNS naik Rp 155.250,00.
2) Tahun 2000 PGRI mengusulkan tunjangan pendidikan bagi guru, hasilnya
tunjangan fungsional guru naik 150%.
3) Mengusulkan honor guru wiyata bakti, hasilnya guru wiyata bhakti baik di
sekolah negeri maupun swasta mendapat tunjangan dari pemerintah sebesar Rp
75.000,00 per bulan.
4) Memperjuangkan bantuan untuk sekolah swata, hasilnya bantuan pendidikan
untuk sekolah swata mengalami peningkatan yang signifikan.
5) Mengusulkan agar guru TK mendapat perhatian, hasilnya ada Direktur PAUD,
pengangkatan guru TK dan peningkatan kesejahteraan guru TK.
6) Mengusulkan agar tunjangan beras PNS diganti dengan uang agar tidak
merugikan PNS. Hasilnya sekarang PNS telah menerima tunjangan beras dalam
bentuk uang tunai yang dibayarkan bersamaan dengan penerimaan gaji.
7) Pemaksimalan penggunaan ASKES agar dapat digunakan di RS Swata. Hasilnya
sekarang ASKES bida digunakan di RS Swata.
8) Untuk kenaikan golongan IV/a ke atas ditinjau kembali agar tidak diproses
sampai ke pusat sehingga memakan waktu lama. Hasilnya kenaikan pangkat IV/a
ke atas cukup di tingkat Provinsi, kecuali guru di lingkungan Departemen Agama
tetap di pusat.
9) Tunjangan THR dan tambahan kesejahteraan bagi guru. Hasilnya pemerintah
kabupaten/kota telah mencairkan tunjangan THR dan dana kesejahteraan bagi
seluruh PNS di jajarannya.
10) Rekruitmen PNS khususnya guru, hasilnya dilakukan secara nasional.
Mengusulkan agar Guru GTT di sekolah negeri diangkat menjadi PNS. Hasilnya
guru kontrak secara otomatis diangkat menjadi PNS meskipun secara bertahap.
Bahkan di Depag seluruh data guru yang masuk dalam data Dbase secara
bertahap akan diangkat menjadi PNS.
11) Perlindungan dan pembelaan terhadap anggota PGRI yang tersandung masalah
hukum oleh LKBH tanpa dipungut biaya.
12) Mengawal dan mendorong lahirnya UU Sisdiknas.
13) Mengusulkan agar guru ditangani oleh sebuah badan independen langsung di
bawah presiden.
14) Mengusulkan adanya sistem penggajian guru tersendiri pada pemerintah.
15) Mengusulkan kenaikan tunjangan fungsional guru.
16) Mengusulkan sistem pembinaan PNS secara nasional, termasuk pemberian
kesejahteraannya.
17) Mengusulkan agar jabatan struktural di bidang pendidikan ditempati oleh pegawai
yang menguasai bidang pendidikan, meniti karir, dan berlatar belakang
pendidikan.
18) Telah ikut secara aktif yang berada di barisan paling depan jajaran organisasi guru
dan bekerja sama dengan organisasi politik yang memiliki otoritas, berusaha
menyiapkan dan memperjuangkan UU Guru dan Dosen. Secara kelembagaan
perjuangan untuk melahirkan UUG dan D telah dimulai pada saat konggres ke
XVIII tahun 1998 di Lembang, Bandung. Sebelumnya baru berupa wacana yang
berkembang sejak tahun 1960.
19) Mengawal dan mendesak pemerintah agar segera mengeluarkan PP tentang Guru
sesuai dengan amanat UU GD, hiingga terbitlah Permendiknas No. 18/2007
tentang pelaksanaan sertifikasi guru.
20) PGRI selama ini menjadi mitra aktif, strategis, dan kritis terhadap berbagai
kebijakan pemerintah tentang pendidikan, terutama yang terkait dengan kebijakan
tentang guru.
21) Mengawal agar pelaksanaan sertifikasi guru tidak menciderai kepentingan guru di
dalam berkarya dan memperoleh hak-haknya.
22) Mensosialisaikan tentang pelaksanaan sertifikasi guru dari tingkat pusat hingga
cabang (tingkat kecamatan).
23) Mengawal pelaksanaan sertifikasi guru secara objektif dan transparan.
24) Menerima sejumlah pengaduan dan melaksanakan kajian terhadap kemungkinan
model pelaksanaan sertifikasi guru yang lebih bermutu, efisien dan memenuhi
rasa keadilan guru.
25) Melakukan kajian terhadap peningkatan profesi dan kesejahteraan guru.
26) Mengawal penerimaan tunjangan profesi guru.
27) Perjuangan yang paling hangat dan merupakan kemenangan PGRI adalah
lahirnya keputusan Mahkamah Konstitusi RI nomor 026/PUU/III/2005 yang
menetapkan batas tertinggi dalam APBN tahun 2006 sebesar 9,1% untuk
pendidikan tidak memiliki kekuatan hukum tetap dan bertentangan dengan pasal
31 UUD 1945.
28) Menuntut kepada pemerintah untuk memberikan uang lauk pauk kepada semua
PNS termasuk guru.

2.9.Undang-Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen


Ketentuan umum yang terdapat dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan dosen terdiri dari pembatasan pengertian tentang guru, kualifikasi
akademik, kompotensi, sertifikasi dan seterusnya.
Secara lengkap uraian tentang ketentuan umum tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,
2. Memiliki komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi, tanggung jawab,
3. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja,
4. Memiliki jaminan perlindungan hukum,
5. Memiliki organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Selain itu pula ditegaskan dalam aturan tentang Pemberdayaan Profesi keguruan
yang dapat diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan, dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa dan
kode etik profesi.
Salah satu bentuk pemberdayaan profesionalisme keguruan dalam bentuk proses
Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi melalui:
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membina dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib membina dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan anggaran untuk
meningkatkan profesionalitas dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

A. Ciri Guru Profesional


Sertifikasi guru, sebagai salah satu dari sekian banyak upaya pemerintah untuk
meningkatkan kualifikasi guru sebagai tenaga profesional sudah dilaksanakan melalui
mekanisme yang ditetapkan.
a. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor Tentang 66
tahun 2010 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan.
b. Manfaat PTK bagi Guru
Salah satu kompotensi dasar yang harus dimiliki oleh guru profesional adalah
kemampuan guru untuk membuat dan melaksanakan penelitian Ilmiah. Sesuai
Peraturan Menteri Pendidikan .
c. Pengertian Kompotensi Kepribadian Guru
Pengertian kompotensi kepribadian guru dapat dipahami dengan terlebih dahulu
memahami pengertian Guru dan pengertian kompotensi. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik.
d. Pengertian Guru
Pengertian Guru Pada hakekatnya guru adalah tenaga pendidik yang memiliki
tugas mengajar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Guru memegang peranan penting dan menjadi kunci bagi keberhasilan


pendidikan suatu bangsa. Sejak zaman penjajahan Belankda guru telah turut berjuang
baik secara fisik angkat senjata maupun angkat senjata maupun melalui bidang
pendidikan.

PGRI bersama komponen bangsa malaksnakan pembangunan bangsa khususnya


di bidang pendidikan. Peranan guru setelah kemerdekaan sudah tidak diisi lagi dengan
perjuangan fisik mengangkat senjata, tetapi diisi melalui bidang pendidikan. Guru
yang dulunya belum sepenuhnya dianggap sebagai profesi akhirnya diakui sebagai
profesi dengan adanya pencanangan guru sebagai profesi oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 2 Desember 2004.

Guru tidak sekedar menjalankan tugas, namun harus memberikan yang terbaik
bagi dunia pendidikan di tanah air. Tidak sekedar masuk ke kelas dan memberikan
pelajaran kepada murid-muridnya. Tidak juga sekedar melaksanakan tanggung jawab.
Namun lebih dari itu yakninya menjadi guru yang kreatif, berwawasan, professional,
bermoral, kompeten dan pendorong perubahan.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://www.duniabelajar.web.id/2011/09/sejarah-berdirinya-pgri.html
http://www.pasarkreasi.com/talk/detail/edutainment/44/
http://pgrikarangtengah.blogspot.com/2010/07/tujuan-organisasi-pgri.html
http://pgridiy.com/index.php?cat=tujuan
http://aguslestiawan17.blogspot.com/2012/10/makalah-ke-pgri-an.html
http://kumpulanskripdanmakalah.blogspot.com/2018/01/makalah-profesi-
keguruanpendidikan_24.html

http://welcometonindiapri.blogspot.com/2016/04/makalah-kepgrian.html

http://novierista93.blogspot.com/2016/10/sejarah-pgri-matakuliah-kepgrian.html

Anda mungkin juga menyukai