Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
PAI V B
Kelompok VI:
Ardian Saputra
Eka Ardila
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2018/2019
BAB I
B. Tokoh Pelopornya
1. Muhammad Abduh
Syekh Muhammad Abduh- nama lengkapnya Muhammad bin Abduh bin Hasan
Khairullah- dilahirkan di desa Mahallat Nashr kabupaten Al-Buhairah, Mesir, pada
tahun 1849 M.
2. Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada Tahun 1817. Menurut suatu keterangan, ia
berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW. Melalui Fatimah dan
Ali. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana pada zaman Alamgir II
(1754-1759).
3. Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot pada tahun 1873. Ia berasal dari keluarga kasta.
Brahmana Khasmir. Ayahnya bernama Nur Muhammad yang terkenal saleh. Guru
pertama Iqbal adalah ayahnya sendiri kemudian ia dimasukkan ke sebuah maktab
untuk mempelajari Al-Qur`an.
C. Dasar Pemikiran
1. Pemikiran-pemikiran Kalam Muhammad Abduh
a. Kedudukan Akal dan Fungsi Wahyu
Ada dua persoalan pokok yang menjadi fokus utama pemikiran Abduh,
sebagaimana diakuinya sendiri, yaitu:
1. Membebaskan akal pikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang menghambat
perkembangan pengetahuan agama sebagaimana haknya salaf al-ummah
(ulama sebelum abad ke-3 Hijriah), sebelum timbulnya perpecahan yakni
memahami langsung dari sumber pokoknya, Al-Qur`an.
2. Memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan dalam percakapan
resmi di kantor-kantor pemerintah maupun dalam tulisan-tulisan di media
massa.
3. Kebahagiaan jiwa di akghirat terggantung pada upaya mengenal tuhann dan
berbuat baik, sedangkan kesengsaraan bergantung pada sikap tidak mengenal
tuhan dan melakukan perbuatan jahat.
4. Kewajiban manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat untuk
kebahagian di akhirat.
2. Pemikiran kalam Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan mempunyai kesamaan pemikiran dengan Muhammad Abduh di
Mesir setelah Abduh berpisah dengan Jamaluddin Al-Afghani dan kembali dari
pengasingan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ide yang dikemukakannya, terutama
tentang akal yang mendapat penghargaan tinggi dalam pandanganya. Meskipun
demikian, sebagai penganut ajaran Islam yang taat dan percaya akan kebenaran wahyu, ia
berpendapat bahwa akal bukanlah segalanya dan kekuatan akal pun terbatas.
Keyakinan kekuatan dan kebebasan akal menjadikan Khan percaya bahwa manusia
bebas untuk menentukan kehendak dan melakukan perbuatan. Ini berarti bahwa ia
mempunyai faham yang sama dengan faham Qadariah. Menurutnya, manusia telah
dianugerahi Tuhan berbagai macam daya, di antaranya adalah daya berpikir berupa akal,
dan daya fisik untuk merealisasikan kehendaknya. Karena kuatnya kepercyaan terhadap
hukum alam dan kerasnya mempertahankan konsep hokum alam, ia dianggap kafir oleh
sebagian umat islam. Bahkan, ketika datang ke India pada tahun 1869, Jamaluddin Al-
Afghani menerima keluhan itu. Sebagai tanggapan atas tuduhan tersebut, Jamaluddin
mengarang sebuah buku yang berjudul Ar-Radd Ad-Dahriyah (Jawaban Bagi Kaum
Materialis).
Sejalan dengan faham Qadariyah yang dianutnya, ia menentang keras faham taklid.
Khan berpendapat bahwa umat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti
perkembangan zaman. Gaung peradaban Islam klasik masih melenakan mereka sehingga
tidak menyadari peradaban baru telah timbul di Barat. Peradaban baru ini timbul dengan
berdasar pada ilmu pengetahuan dan teknologi, dan inilah penyebab utama bagi kemajuan
dan kekuatan orang Barat.
Selanjutnya, Khan mengemumakakan bahwa Tuhan telah menentukan tabiat atau
nature (Sunnatullah) bagi setiap Makhluk Nya yang tetap dan tidak pernah berubah.
Menurutnya, Islam adalah agama yang paling sesuai dengan hokum alam, karena hokum
alam adalah ciptaan Tuhan dan Al-Qur`an adalah firman nya maka sudah tentu keduanya
seiring sejalan dan tidak ada pertentangan.
Sejalan dengan keyakinan tentang ketentuan akal dan hokum alam, Khan tidak mau
pemikirannya terganggu otoritas Hadis dan Fiqh. Segala sesuatu diukurnya dengan kritik
rasional. Ia pun menolak semua yang bertentangan dengan logika dan hokum alam. Ia
hanya mau mengambil Al-Qur`an sebagai pedoman bagi Islam, sedangkan yang lain
hanya bersifat membantu dan kurang begitu penting. Alasan penolakan terhadap Hadis
adalah karena Hadis berisi Moralitas sosial dari masyarakat Islam pada abad pertama atau
kedua sewaktu hadis tersebut dikumpulkan. Sedangkan hokum fiqh, menurutnya, berisi
moralitas masyarakat berikutnya sampai saat timbulnya mazhab mazhab. Ia menolak
taklid dan membawa Al-Qur`an untuk menguraikan relevansinya dengan masyarakat baru
pada zaman itu.
Sebagai konsekuensi dari penolakannya terhadap taklid, Khan memandang perlu
diadakan ijtihad-ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam dengan
siatuasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan.
*Dalam pemikiran kalam ia berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan
dalam berkehendak dan berbuat. Allah menyerahkan sepenuhnya kepada manusia apa
yang dia kehendaki dan apa yang dia akan perbuat. Dalam pada itu, karena ia memberi
kebebasan kepada manusia dalam berkehendak dan berbuat, maka akal dalam pandangan
Sayyid Ahmad Khan mempunyai daya yang besar. Akal adalah potensi yang telah
diugrahkan Allah kepada manusia. Oleh sebab itu akal dalam pandangan Sayyid Ahmad
Khan haruslah digunakan semaksimal mungkin.
C. Muhammad Iqbal
1. Riwayat hidup Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot pada tahun 1873. Ia berasal dari keluarga kasta.
Brahmana Khasmir. Ayahnya bernama Nur Muhammad yang terkenal saleh. Guru
pertama Iqbal adalah ayahnya sendiri kemudian ia dimasukkan ke sebuah maktab untuk
mempelajari Al-Qur`an. Seelah itu, ia dimasukkan Scottish Mission School. Di awah
bimbingan Mir Hasan, ia diplajaran agaa, bahasa Arab, dan bahasa Persia. Setelah
menyelesaikan sekolah nya di Sialkot, ia pergi ke Lahore, sebuah kota besr di india ntk
melanjutkan belajarnya di Government Colege. disini ia bertemu dengan Thomas Arnold,
seorang orientalis yang menjadi guru besar dalam bidang filsafat pada universitas
tersebut.
Pada tahuu 1905 setelah mendapat gelar M.A. di Goverment Colege .disini ia bertemu
dengan Thomas Arnol, seorang orientalis yang menjdiguru besar dalam bidang filsafat
pada univeritas tersebut. Pada tahun 1905 setelah mendapat gelar M.A. di Goverment
Colege iqbal pergi ke Inggris untuk belajar filsafat pada Universitas Cambridge. Dua
tahun kemudian ia pindah ke Munich, Jerman. Di Univeritas ini, ia memperoleh gelar Ph.
Didalam tasawuf dengan disertainnya yang berjudul The Develoment of Metaphysics in
Persia (Perkembangan Metafisika di Persia)
Iqbal tinggal di Eropa kurang lebih selama tiga tahun. Sekembalinya dari Munich, ia
menjadi advokat dan juga menjadi dosen . buku yang berjudul the reconstruction of
religius Thought in Islam adalah kumpulan dari ceramah-ceramahnya sejak tahun1982
dan merupkan kayanya terbesar dalam bidang filsafat.,,
Pada tahun 1930, iqbal memasuki bidang politik dan menjadi ketua konferensi
tahunan Liga Muslim di Allahabad, kemudian pada tahun 1931 dan tahun 1932, ia ikut
dalam Koferensi meja bundar di London yang membahas konsititusi baru bagi India. Pada
bulan Oktober tahun 1933, Ia diundang ke Afganistan untuk membicarakan pembentukan
Universitas Kabul. Pada tahun 1935, ia jatuh sakit dan bertambah parah setelah istrinya
meninggal dunia pada tahun itu pula, dan ia meninggal pada tganggal 20 April 1935.
2. Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal
Dibandingkan sebagai teolog, Muhamad Iqbal Sesungguhnya lebih terkenal sebagi
seoran Filsof Eksistensialis. Oleh karena itu, agak sulit untuk menemukan pandanganya
mengenai wacana-wacana kalam klasik, seperti fungsi akal dan wahyu, perbuatan Tuhan,
perbuatan manusia, dan kewajiban-kewajiban tuhan. Itu bukan berarti bahwa ia sama sekali
tidak menyinggung Ilmu Kalam. Bahkan, ia sering menyinggung beberapa alran kalam yang
pernah muncul dalam sejarah Islam.
Sebagai seorang pembaharu, Iqbal menyadari perlunya umat Islam untuk melakukan
pembaharuan agar keluar dari kemundurannya. Kemunduran umat Islam katanya,
disebabkan kebekuan umat Islam dalam pemikiran dan ditutupnya pintu Ijtihad. Mereka,
seperti kaum konservatif, menolak kebiasaan berpikir rasional kaum mu`tazilah karena hal
tersebut dianggapnya membawa disentegrasi umat Islam dan membahayakan kestabilan
politik mereka. Hal inilah yang dianggapnya sebagai penyimpangan dari semangat Islam,
semangat dinamis dan kreatif. Islam tidak statis, tetapi dapat disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Pintu ijtihat tidak pernah tertutup karena ijtihad merupakan cirri dari
dinamika yang harus dilambangkan dalam Islam. Lebih jauh ia menegaskan bahwa syariat
pada prinsipnya tidak statis, tetapi merupakan alat untuk merespon kebutuhan individu dan
masyarakat karena islam selalu mendorong terwujudnya perkembangan.
Islam dalam pandangan Iqbal menolak konsep lama yang mengatakjan bahwa alam
bersifat statis. Islam, katanya, mempertahan konsep dinamis dan mengakui adanya gerak
perubahan dalam kehidupan sosial manusia. Oleh karena itu manusia dengan kemampuan
khudinya harus menciptakan perubahan.
a. Hakikat Teologi
Secara umum dia melihat teolog sebagai ilmu yang berdemensi keimanan,
mendasarkan pada esensi tauhid (Universal dan Inklusivistik). Didalamnya
terdapat jiwa yang bergerak berupa” persamaan, kesetiakawanan dan
kebebasmerdekaan.
b. Pembuktian Tuhan
Dalam membuktikan Eksistensi Tuhan, Iqbal menolak argumen kosmologis
maupun ontologis. Ia juga menolak argumen teleologis yang berusaha
membuktikan eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaannya dari sebelah luar.
c. Jati Diri Manusia
Faham dinamisme Iqbal berpengaruh besar terhadap jati diri manusia.
Penelusuran terhadap pendapatnya tentang persoalan ini dapat dilihat dari
konsepnya tentang Ego, ide central dalam pemikiran filosofisnya. Kata itu
diartikan dengan kpribadian. Manusia hidup untuk mengetahui kepribadianya.
Serta menguatkan dan mengembangkan bakat-bakatnya, bukan sebaliknya, yakni
melemahkan pribanya, seperti yang dilakukan oleh para sufi yang menundukan
jiwa sehingga pana dengan Allah.
d. Dosa
Iqbal secara tegas menyatakan dalam seluruh kuliahnya bahwa Al-Qur`an
menampilkan ajaran tentang kebebasn ego manusia yang bersifat kreatif. Dalam
hubungan ini, ia mengembangkan cerita tentang kejatuhan Adam (karena
memakan buah terlarang) sebagai kisah yang berisi pelajaran tentang
“kebangkitan manusia dari kondisi primitif yang dikuasai oleh hawa nafsu
naluriah kepada pemilikan kepribdian bebas yang diperolehnya secara sadar,
sehingga mampu mengatasi keseimbangan dan kecendrungan untuk
membangkang “dan “timbulnya ego terbatas yang memiliki kemampuan untuk
memilih.
e. Surga dan Neraka
Surga dan neraka, kata iqbal adalah keadaan, bukan tempat. Gambaran-gambaran
tentang keduanya didalam Al-Qur`an adalah Api Allah yang menyala-nyala dan
yang membumbung keatas hati, Pernyataan yang menyakitkan mengenai
kegagalan manusia. Surge adalah kegembiraan Karena mendapatkan kemenangan
dalam mengatasi berbagai dorongan yang menuju kepada perpecaghan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahsan diatas dapat disimpulkan bahwa, banyak pendapat
mengenai ilmu kalam modern. Diantaranya, pendapat Muhammad Abduh yaitu
mendasarkan ilmu kalam modern kepada akal seperti kaum Mu`tazilah sehingga
pemuka-pemuka kalam modern lainnya setuju dan sependapat dengnnya ia
banyak mengemukakan tentang tuhan.
Sama halnya dengan Muhammad Abduh,Sayyid Ahmad Khan juga
sependapat dengannya, tetapi tidak dengan Muhammad Iqbal berbeda pendapat
dengan keduanya karena ia menolak pemikiran tersebut. Dari ketiga tokoh ulama
ini kita dapat mengambil pelajaran dimana para ulama tersebut rela berkorban
dalam menyebar luaskan pemikiran-pemikirannya didunia islam yang mana pada
masa umat islam pada masa hidup para ulama ini sampai sekarang sudah lalai
dengan kenikmatan dunia.