Anda di halaman 1dari 2

1.

KAIFIYAT / TATACARA WUDHU

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َﺄَّﺿَﻮَﺘَﻳﻰ َّﺘَﺣ َﺙَﺪْﺣَﺃ ْﻦَﻣ ُﺓَﻼَﺻ ُﻞَﺒ ْ ُﻘﺗ َﻻ‬

“Tidak diterima shalat seseorang yang berhadats hingga ia berwudhu.” (HR. Al-Bukhari no. 135 dan
Muslim no. 536)
Berikut adalah tata cara wudhu:

1. Berniat di dalam hati dan tidak diucapkan. [1]


2. Mengucapkan: “Bismillah”. [2]
3. Mencuci kedua telapak tangan sebanyak tiga kali, [3] dan menyela-nyela di antara jari-jemari
Kedua tangan. [4]
4. Berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung) dengan telapak tangan kanan lalu
intintsar (menyemburkan air ke luar) dengan tangan kiri.[5] Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. [6]
5. Membasuh muka sebanyak tiga kali.
Batasan muka adalah dari telinga satu ke telinga yang lain dan dari batasan tempat tumbuhnya
rambut kepala di atas kening/dahi hingga dagu. [7]
6. Membasuh tangan kanan sebanyak tiga kali lalu tangan kiri. [8]
Dimulai dari ujung jari dengan menyela-nyela jari-jemari, lalu menggosok-gosokkan air ke lengan,
kemudian mencuci siku. Demikian pula dengan tangan kiri. [9]
Atau dimulai dari siku hingga ke ujung jari. [10]
7. Mengusap seluruh kepala sebanyak satu kali.
Kedua tangan yang masih basah dijalankan dari depan kepala ke belakang hingga tengkuk lalu
kembali lagi ke depan tempat semula.Kemudian membasuh telinga, yaitu dengan memasukkan
kedua jari telunjuk ke dalam telinga dan kedua ibu jari di bagian luar telinga. [11]
8. Membasuh kaki kanan sebanyak tiga kali, dari ujung jari ke mata kaki, dengan cara mencuci mata
kaki dan menyela-nyela jari-jemari. Lalu membasuh kaki kiri seperti itu pula. [12]
9. Mengucapkan doa setelah wudhu:
“ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLAAH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU WA
ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH”.

“Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba
dan Rasul-Nya.” [13]

Atau mengucapkan doa:

“ALLAHUMMAJ’ALNII MINAT TAWWAABIINA WAJ’ALNII MINAL


MUTATHAHHIRIIN”.
“Ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah aku termasuk hamba-hamba-Mu yang bertaubat dan jadikanlah
aku dari hamba-hamba-Mu yang suka bersuci.”

2. KAIFIYAT / TATACARA TAYAMUM


Dalil Disyari’atkannya Tayammum
Tayammum disyari’atkan dalam islam berdasarkan dalil Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’ (konsensus)
kaum muslimin[3]. Adapun dalil dari Al Qur’an adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla,
        
     
    
   
   
“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau berhubungan
badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan
permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu”. (QS. Al
Maidah [5] : 6).
Media yang dapat Digunakan untuk Tayammum

Media yang dapat digunakan untuk bertayammum adalah seluruh permukaan bumi yang bersih baik itu berupa
pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering.

1
Dan dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori,
ِ ‫س َح َوجْ َههُ َو َك َّف ْي ِه َو‬
‫احدَة‬ َ ‫َو َم‬

“Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan”.

Berdasarkan hadits di atas kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum beliau shallallahu ‘alaihi
was sallam adalah sebagai berikut.

 Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan kemudian meniupnya.
 Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
 Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.
 Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah dilakukan sekali usapan saja.
 Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan tangan saja atau
dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu[17].
 Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk hadats kecil.
 Tidak wajibnya urut/tertib dalam tayammum.

3. KAIFIYAT / TATACARA MANDI WAJIB

Allah SWT berfirman:


      
"Dan jika kamu junub, maka mandilah." (QS. Al Maidah: 6)

Tata cara mandi wajib atau junub yang benar dan sesuai sunah

Berikut ini tata cara mandi wajib lengkap sesuai urutannya.

1. Bacalah niat mandi wajib atau mandi junub terlebih dahulu.cukup di dalam hati.
2. Bersihkan telapak tangan sebanyak 3 kali, kemudian lanjutkan dengan membersihkan dubur dan alat
kemaluan.
3. Bersihkan kemaluan berikut kotoran yang menempel di sekitarnya dengan tangan kiri.
4. Setelah membersihkan kemaluan, cuci tangan dengan menggosok-gosoknya dengan tanah atau sabun.
5. Lakukan gerakan wudhu yang sempurna seperti ketika kita akan salat, dimulai dari membasuh tangan
sampai membasuh kaki.
6. Masukkan tangan ke dalam air, kemudian sela pangkal rambut dengan jari-jari tangan sampai
menyentuh kulit kepala. Jika sudah, guyur kepala dengan air sebanyak 3 kali. Pastikan pangkal rambut
juga terkena air.
7. Bilas seluruh tubuh dengan mengguyurkan air. Dimulai dari sisi yang kanan, lalu lanjutkan dengan sisi
tubuh kiri.

Tata cara mandi wajib perempuan

Untuk wanita, tata cara mandi wajib sebenarnya sama saja. Tetapi wanita tidak perlu menyela pangkal
rambut. Bahkan tidak perlu membuka jalinan rambutnya. Hal ini sesuai dengan rujukan HR At-
Tirmidzi.
Dalam riwayat tersebut, Ummu Salamah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, "Aku bertanya,
wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku ini perempuan yang sangat kuat jalinan rambut kepalanya,
apakah aku boleh mengurainya ketika mandi junub? Maka Rasulullah menjawab, Jangan, sebetulnya
cukup bagimu mengguyurkan air pada kepalamu 3 kali guyuran."

4. KAIFIYAT / TATACARA MANDI IHRAM

Mandi ihram merupakan salah satu sunah Rasulullah yang dilakukan ketika hendak menunaikan
ibadah umroh dan haji. Baik jemaah laki-laki maupun perempuan yang sedang suci atau haid,
disunahkan untuk mandi sebelum ihram, sebagaimana diriwayatkan Jabir Radiyallaahu anhu, yang
artinya:

“Kami keluar bersama Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa sallam, dan tatkala kami sampai di Dzul
Hulaifah, Asma binti Umais melahirkan Muhammad bin Abu Bakar, lalu ia (Asma) mengutus
seseorang untuk menemui Rasulullah dan berkata: ‘Apa yang aku kerjakan?’ Beliau pun menjawab:
‘Mandi dan beristitsfarlah (menutupi tempat keluarnya darah) kemudian ihram.’”

Anda mungkin juga menyukai