PENGAYAAN LOGAM BERAT Mn, Co, DAN Cr PADA LATERIT NIKEL DI KABUPATEN
KONAWE UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Ronaldo Irzon
Pusat Survei Geologi
ronaldoirzon18@gmail.com
ABSTRAK
Proses pelapukan lebih mudah terjadi pada wilayah beriklim tropis seperti di Indonesia dan
meredistribusi kandungan kimia batuan induk. Hasil proses pelapukan batuan ultramafik
banyak teridentifikasi di Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Proses
pengayaan logam-logam berat pada horizon pelapukan di wilayah Konawe Utara merupakan
tujuan penelitian ini. Perangkat XRF dan ICP-MS milik Laboratorium Geologi – Pusat Survei
Geologi dimanfaatkan dalam pengukuran kadar oksida utama, unsur jarang, dan unsur tanah
jarang pada setiap horizon pelapukan dari tiga profil: Andowia, Wawolimbue, dan Marombo.
Horizon saprolit di Marombo dianggap layak untuk dijadikan pengganti horizon saprolit di
Wawolimbue, karena berasal dari lokasi yang tidak jauh dan sebagai hasil dari pelapukan
batuan ultramafik. Dapat disimpulkan bahwa logam berat: Mn, Co dan Cr terkayakan pada
horizon laterit relatif terhadap dua horizon pelapukan lainnya, sedangkan Ni tertahan pada
transitional bedrock. Pada sisi lain, Mg, Si, dan Ca cenderung mengalami pengurangan
bertahap berbanding lurus dengan proses pelapukan. Profil Wawolimbue dan Marombo
sangat mungkin berasal dari batuan induk yang sama dan dipertegas oleh diagram laba-laba
unsur tanah jarang. Perbedaan pola diagram unsur tanah jarang berikut derajat anomali Eu
menegaskan kesimpulan bahwa profil Andowia berasal dari batuan induk berbeda terhadap
profil Wawolimbue-Marombo. Unsur tanah jarang paling terkayakan pada horizon laterit
dengan anomali Ce negatif terkait terbentuknya fraksi lempungan dan oksidasi spontan Ce 3+
menjadi Ce4+ saat pelapukan.
ABSTRACT
Weathering is most heavily occurred in tropical area such as Indonesia which redistributes the
elements geochemistry. Weathering profiles of ultramafic rock are identified in North Konawe
Regency, Southeast Sulawesi Province. Heavy metals enrichmentprocess in weathered
profiles at North Konawe is the topic of this paper. XRF and ICP-MS of Geology Laboratory –
Center for Geological Survey were applied to measure the major oxides, trace, and rare earth
elements content in the weathered horizons at three profiles: Andowia,Wawolimbue, and
Marombo. The saprolite horizon in Marombo is considered feasible to be a substitute for the
saprolite horizon at Wawolimbue because it comes from a nearby location and as weathering
result of ultramafic rock. Mn, Co and Cr are enriched mostly in laterite of the two profiles relative
to two other weathered horizons whilst Ni is concentrated in transitional bedrock. On the other
hand, Mg, Si, and Ca are depleted gradually along weathering process. The Wawolimbue and
Marombo profiles are very likely derived from the same parent rocks supported by their
similarity of REE spider diagrams. The differences in REE spider diagram patterns and the
degree of Eu anomaly confirm the conclusion that the Andowia profile is derived from different
parent rocks against the Wawolimbue-Marombo profile. Highest REE concentrations are
detected in lateritic horizon together with negative Ce anomaly in relation to clayish fraction
and spontaneous oxidation of Ce3+ into Ce4+ in weathering process.
Pengayaan Logam Berat Mn, Co, dan Cr pada Laterit Nikel di Kabupaten Konawe Utara. Ronaldo Irzon 73
MAKALAH ILMIAH
crusts dapat diamati terdapat pada horizon Coupled Plasma-Mass Spectrometry (ICP-
tengah di profil ini. Soil yang masih MS). Perangkat tipe Advant XP merupakan
mengandung bahan karbon dan tercampur model perangkat XRF pada studi ini,
dengan laterit pada profil ini berketebalan 1 sedangkan ICP-MS menggunakan model X-
m (KUR 158-A). Tidak dapat diamati horizon Series dari Thermo. Di laboratorium, conto
saprolit pada profil tersebut. dikeringkan di bawah panas matahari tanpa
proses pencucian seperti yang diaplikasikan
Pada titik pengamatan di Marombo (KUR pada conto hard rock, karena akan merusak.
157), berjarak 1,4 km dari lokasi KUR 158 Conto digerus hingga ukuran butir 200 mesh
dan terpisahkan oleh area pertanian, untuk memudahkan proses destruksi karena
tersingkap dua horizon hasil pelapukan luas bidang reaksi berbanding lurus dengan
batuan ultramafik. Kemiringan lereng yang kecepatan reaksi.
cukup terjal di KUR 157 ini cukup
menyulitkan proses pengambilan conto. Satu gram conto yang telah dibentuk menjadi
Horizon paling bawah tampak cukup tebal pressed pellets kemudian dianalisis
(sekitar 3 m) dengan ciri batuan induk masih menggunakan XRF untuk mengetahui
dapat dikenali sehingga dapat dikategorikan kandungan oksida utama dan jarang (SiO2,
sebagai saprolit. Namun demikian, horizon Al2O3, K2O, Fe2O3, Na2O, CaO, MgO, NiO,
paling atas pada profil di Marombo relatif Cr2O3, SO3, TiO2, MnO, ZnO dan Co3O4).
lebih sukar diambil dan terdapat lepasan- Kadar Loss on Ignition (LOI) diukur untuk
lepasan batuan yang sangat mungkin mengetahui jumlah bahan volatil pada conto
berasal dari lokasi berbeda. Kedua faktor seperti senyawa hidrat, senyawa hidroksi,
tersebut dijadikan dasar bahwa horizon dan karbon dioksida. Hanya 0,1 gram conto
paling atas di Marombo tidak representatif yang diperlukan untuk kemudian didestruksi
untuk dibahas dalam proses pelapukan. dengan tiga jenis asam sebelum analisis
Keadaan profil penelitian dapat diamati pada ICP-MS, yakni: asam nitrat (HNO3, ultra
Gambar 2. Akan tetapi, karena berasal dari pure), asam formiat (HCOOH, ultra pure),
lokasi yang tidak jauh dan sebagai hasil dari dan asam perklorat (HClO4, pro analysis).
pelapukan batuan ultramafik, horizon saprolit Larutan blanko dan lima tingkat larutan
di Marombo dianggap layak untuk dijadikan kalibrasi (masing-masing: 0,1 ppb, 1 ppb, 5
pengganti horizon saprolit di Wawolimbue. ppb, 10ppb, dan 50 ppb) dipersiapkan untuk
Kondisi tiga profil hasil pelapukan ultramafik kemudian dianalisis bersama dengan conto
pada studi ini telah disederhanakan pada terpilih. Penelitian ini membutuhkan dua jenis
Gambar 3. larutan kalibrasi untuk dapat menganalisis 19
unsur pada conto. Kadar unsur pada delapan
Analisis Laboratorium conto dari Kabupaten Konawe Utara didapat
dengan perbandingan count per second
Conto yang diperoleh kemudian dianalisis di (CPS) pada seri larutan kalibrasi terhadap
Laboratorium Kimia Pusat Survei Geologi. larutan conto yang telah terkomputasi dalam
Studi ini memanfaatkan dua instrumen, yaitu: sistem.
X-Ray Fluorescence (XRF) dan Inductively
(c)
(a) (b)
(f)
(d) (e)
Gambar 2. a) Profil KUR 57 yang berada di Andowia; b)mineral lempung pada horizon laterit
di KUR 57; c)horizon laterit yang dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kenampakan warna;
d) iron crust yang terdapat pada horizon tengah KUR 158; e) Keadaan lokasi KUR 157; dan
f)banyak lepasan batuan pada horizon paling atas di Marombo sehingga tidak sesuai untuk
membahas pelapukan
Pengayaan Logam Berat Mn, Co, dan Cr pada Laterit Nikel di Kabupaten Konawe Utara. Ronaldo Irzon 75
MAKALAH ILMIAH
derajat pelapukan. Meski kadar MgO pada Ni hampir serupa dengan MgO. Pola
tertinggi terdapat pada horizon batas tersebut menggambarkan bahwa setelah
saprolit-laterit (28,47%), kandungannya terjadinya co-presipitasi Ni-Co-Mn pada
kemudian jauh menurun hingga 2,28% tahap awal lateritisasi, nikel kemudian tercuci
(laterit) dan 1,3% (soil). Mg termasuk kation keluar dari horizon laterit dan bermigrasi
dengan mobilitas tinggi dan mudah larut saat menuju horizon saprolit yang kemudian
proses pelapukan sehingga kadarnya akan tertahan pada horizon yang disebut sebagai
berkurang sejalan dengan proses transitional bedrock (Purwanto dan Agustini,
pelapukan. Mobilitas tinggi Mg berbanding 2014). Proses pelapukan pada batuan
terbalik dengan Al2O3 yang justru memiliki ultramafik di Kepulauan Solomon (Sagapoa
derajat mobilitas rendah dan kemudian drr., 2011) dan Goias – Brazil (Ratie drr.,
meningkat kadarnya selama pelapukan 2015) juga menunjukkan kecenderungan
(Alam drr., 2012). Pola mobilisasi dari serupa.
horizon paling segar menuju paling lapuk
Gambar 4. Titik lokasi pengamatan dan kondisi geologi di Kabupaten Konawe Utara
(dimodifikasi dari Rusmana drr., 1993)
Pengayaan Logam Berat Mn, Co, dan Cr pada Laterit Nikel di Kabupaten Konawe Utara. Ronaldo Irzon 77
MAKALAH ILMIAH
b)
KUR KUR KUR 57- KUR 57- KUR KUR KUR KUR
57-A 57-B C D 158-A 158-B 158-C 157
Oksida Utama (%)
SiO2 20,03 36,94 38,74 39,09 10,1 10,91 8,96 29,67
TiO2 0,129 0,0888 0,0458 0,0486 0,406 0,397 0,374 0,21
Al2O3 7,4 5,54 3,14 2,96 11,79 11,55 11,26 7,32
Fe2O3T 55,49 43,86 12,92 14,39 56,96 54,28 57,8 34,71
MgO 1,3 2,28 28,47 26,1 0,906 1,91 1,12 6,77
CaO 0,0271 0,0211 0,0806 0,0735 0,0108 0,145 0,0243 0,538
MnO 0,846 0,577 0,167 0,189 0,741 1,34 1,02 0,791
K2O 0,0122 0,0078 0,0052 0,0033 0,003 n.a. n.a 0.0137
Na2O n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
Pengayaan Logam Berat Mn, Co, dan Cr pada Laterit Nikel di Kabupaten Konawe Utara. Ronaldo Irzon 79
MAKALAH ILMIAH
Sebagian besar oksida utama tidak banyak sebagai batuan induk didukung oleh
memperlihatkan perubahan pada profil tingginya kadar LOI (17,27%).
Wawolimbue. SiO2, Al2O3, Cr2O3, TiO2,
hingga jumlah material volatil tampak stabil Silikat primer (batuan induk) semakin hancur
pada rentang 8,96-10,1%, 11,26-11,79%, dan kehilangan bentuk selama proses
1,72-1,77%, 0,374-0,406%, dan 15,84%- pelapukan yang akan mengawali
15,9% secara berurutan (Gambar 5b). pembentukan horizon saprolit. Pada rentang
Kondisi demikian sangat mungkin masa tersebut juga terjadi proses pertukaran
disebabkan oleh proses mobilisasi unsur ion seperti: serpentin-Mg + Ni2+ = serpentin-
yang mendekati selesai pada profil ini. Meski kaya Ni + Mg2+ (Sagapoa drr., 2011). Silika
demikian, dapat teramati adanya pengayaan dan magnesium kemudian tercuci keluar dari
Mg, Mn, dan Co pada horizon laterit dengan horizon paling atas yang dapat pula
adanya iron crust (KUR 158-B) yang masing- menjelaskan rendahnya kadar kedua
masing meningkat 70%, 31%, dan 30% bila oksida/unsur pada horizon soil. Perubahan
dibandingkan dengan kadar pada horizon kadar unsur selama proses pelapukan turut
laterit berwarna coklat terang (158-C). dikontrol oleh derajat mobilitas yang
Aluminium crust (bauksit) lebih mudah tergantung pada heterogenitas batuan induk
terbentuk pada iklim tropis lembab, dan pembentukan mineral allorgenik
sedangkan iron crust dalam kondisi tropis (Chaerul drr., 2015). Telah dijelaskan bahwa
lembab yang disertai dengan pergantian semakin tinggi mobilitas unsur akan semakin
musim yang kontras (Brown drr., 1994). Iron mempermudah larut dan kemudian
crust terbentuk pada musim panas dengan menurunkan kadarnya selama pelapukan
lepasnya Fe dari lapisan bagian atas menuju (Alam drr., 2012). White (2011) merinci
horizon lebih bawahnya. Hal ini menjelaskan bahwa rata-rata derajat mobilitas unsur dari
mengapa kadar Fe2O3T justru lebih rendah tinggi ke rendah adalah: Ca, Mg, Si, Ni, Co≈
pada KUR 158-B (54,28%) dibandingkan Zn≈ V, Fe≈ Cr ≈ Mn. Kemudian, kondisi Eh
dengan KUR 158-C (57,8%). Perbedaan (aktifitas elektron) dapat memulai co-
sangat signifikan akan tampak ketika data presipitasi Mn bersamaan dengan Ni, Co,
saprolit Marombo digunakan sebagai dan beberapa unsur lain. Mn oksihidroksida
pengganti saprolit Wawolimbue. Seperti justru dianggap sebagai pembawa utama
pada profil Andowia, SiO2, MgO, LOI, CaO, pengayaan kobalt dan nikel pada beberapa
dan Fe2O3T turun secara signifikan dari kasus (Sagapoa drr., 2011). Dengan
horizon saprolit (KUR 157) menuju (KUR demikian, derajat mobilitas unsur berikut co-
158-C). Juga terdapat peningkatan cukup presipitasi dapat dianggap sebagai faktor
tinggi berbanding lurus dengan derajat yang menyebabkan pengayaan Mn, Co, dan
pelapukan pada empat jenis logam berat: Cr pada dua profil penelitian.
Mn, Cr, Ti, dan Co (Gambar 6b dan Gambar
7b). Pengelompokan KUR 157 bukan
--------------------------------
(a) (b)
Gambar 5. Perubahan kadar oksida-oksida berkadar besar pada dua lokasi pengamatan:
a) Profil Andowia; dan b) Profil Wawolimbue-Marombo.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - -
(a)
(b)
Gambar 6. Perubahan kadar oksida-oksida berkadar menengah pada dua lokasi pengamatan:
a) Profil Andowia; dan b) Profil Wawolimbue-Marombo.
Pengayaan Logam Berat Mn, Co, dan Cr pada Laterit Nikel di Kabupaten Konawe Utara. Ronaldo Irzon 81
MAKALAH ILMIAH
--------------------------------
(a)
(b)
Gambar 7. Perubahan kadar oksida-oksida berkadar menengah pada dua lokasi pengamatan:
a) Profil Andowia; dan b) Profil Wawolimbue-Marombo.
laba-laba Profil Andowia. Pola kandungan pada unsur Ce akibat oksidasi spontan dari
UTJ yang berbeda diperlihatkan oleh Profil Ce3+ menjadi Ce4+ yang menjelaskan
Wawolimbue-Marombo UTJ-ringan naik penyebab anomali negatif Ce pada horizon
secara bertahap menuju UTJ-berat. Lebih laterit. Keterdapatan anomali negatif Ce
jauh, kesamaan pola tiga horizon KUR 158 diperkirakan sebagai indikator bijih yang
dan satu horizon KUR 157 membuktikan terbentuk melalui absorbsi ion (Maulana dan
bahwa kedua lokasi pelapukan berasal dari Kenzo, 2011). Perbedaan kecenderungan
batuan induk yang sama. anomali Eu dapat dijadikan pembeda dua
profil penelitian, anomali negatif Eu nampak
Anomali negatif Ce terdapat pada horizon jelas pada keempat conto dari Andowia.
saprolit (KUR 57-C, KUR 57-D, dan KUR Sedangkan, Profil Wawolimbue-Marombo
157) maupun top soil (KUR 57-A dan KUR terlihat relatif tanpa anomali Eu. Perbedaan
158) pada kedua stasiun pengamatan. ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar
Sebaliknya, Ce justru memiliki anomali positif batuan induk kedua profil ini berbeda untuk
pada horizon laterit di Andowia maupun menguatkan kesimpulan Irzon dan
Wawolimbue. Selama pelapukan pada iklim Baharuddin (2016) yang membagi batuan
tropis maupun dalam proses pelarutan ultramafik di Konawe Utara terbagi menjadi
mineral, terjadi mobilisasi dan migrasi UTJ kelompok olivine-hornblende-piroksenit dan
yang kemudian akan terabsorbsi pada kelompok lherzolit.
mineral lempungan (Marker dan Oliveira,
1994). Proses migrasi UTJ relatif tidak terjadi
Pengayaan Logam Berat Mn, Co, dan Cr pada Laterit Nikel di Kabupaten Konawe Utara. Ronaldo Irzon 83
MAKALAH ILMIAH
Pengayaan Logam Berat Mn, Co, dan Cr pada Laterit Nikel di Kabupaten Konawe Utara. Ronaldo Irzon 85
MAKALAH ILMIAH
Weathering Profile Derived from Sagapoa, C.V., Imai, A. dan Watanabe, K.,
Granite Basement, Electronic Journal 2011. Laterization Process of
of Geotechnical Engineering, 17(J), Ultramafic Rocks in Siruka, Solomon
pp.1505-1514. Island, Journal of Novel Carbon
Purwanto, H.S. dan Agustini, S., 2014. Resources Sciences, 3, pp.32-39.
Lateritisasi Nikel Pulau Pakal, Sun, S.S. dan McDonough, W.F., 1989.
Kabupaten Halmahera Selatan Chemical and isotopic systematics of
Provinsi Maluku Utara, Jurnal Ilmiah oceanic basalts: implications for
MTG, 7(1). mantle composition and processes,
Ratie, G., Jouvin, D., Garnier, J., Olivier, R., Geological Society, London, Special
Miska, S., Guimaraes E., Cruz, V.L., Publications, 42, pp.313-345.
Sivry, Y., Zelano, I., Pelletier, M.E., Syafrizal, Anggayana, K., dan Guntoro, D.,
Thil, F. dan Quantin, C., 2015. Nickel 2011. Karakterisasi Mineralogi
isotope fractionation during tropical Endapan Nikel Laterit di Daerah
weathering of ultramafic rocks, Tinanggea Kabupaten Konawe
Chemical Geology, 402, pp.68-76. Selatan. Sulawesi Tenggara, Jurnal
Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, Teknologi Mineral, 18(4), pp.211-220.
E., dan Simandjuntak, T.O., 1993. White, W.M., 2011. Geochemistry, Chapter
Geology of the Lasusua – Kendari 7: Trace Elements in Igneous Process.
Quadrangle, Sulawesi, Geological Wiley-Blackwell, Chicester, pp.268-
Research and Development Centre, 318.
Bandung.